Untuk sudut θ kecil (θ dalam satuan radian), maka sin θ = θ. Maka persamaannya dapat
dituliskan mejadi
F=−mg ( Xl ) (1.2)
Maka dengan menggabungkan Pers. (1.2) dan Pers. (1.3), maka didapatkan frekwensi (f) dan
4 𝜋 2𝑓 2= ( gl )
𝑓2 =
1 g
4 π2 l ()
𝑓=
1
4π
2 (√ gl ) (1.4)
𝑇=
1
f
= 2𝜋
l
g √ (1.5)
Periode dan frekuensi bandul sederhana tidak bergantung pada massa dan simpangan bandul,
tetapi hanya bergantung pada panjang tali dan percepatan gravitasi setempat.
(Rusianto Toto: 2021)
Gambar 1. 3 Hukum Hooke untuk pegas linier; konstanta pegas, k, adalah kemiringan garis
Pegas yang diberi gaya luar sebesar F maka, pegas akan memberi gaya yang
besarnya sama namun berlawanan arah. Gaya ini disebut dengan gaya pulih. Jika
sebuah pegas yang panjangnya dikenai gaya sehingga panjangnya berubah menjadi
x, maka besar gaya pulih dapat dituliskan sebagai berikut.
F=−kΔx (2.1)
k adalah konstanta pegas yaitu nilai yang menunjukkan gaya yang dibutuhkan untuk
mengubah panjang pegas tiap meter. Tanda negatif menunjukkan bahwa arah gaya
pulih berlawanan arah dengan vektor perubahan panjang pegas. Jika pegas ditekan
ke kanan maka gaya pulih pegas mendorong ke kiri dan sebaliknya.
Besar konstanta pegas adalah nilai yang spesifik untuk setiap bahan. Tentu hal
ini berkaitan erat dengan elastisitas bahan dan Modulus Young. Modulus Young
dinamai setelah ilmuwan Inggris abad ke-19 Thomas Young; tetapi konsep ini
dikembangkan pada 1727 oleh Leonhard Euler, dan eksperimen pertama yang
menggunakan konsep modulus Young dalam bentuknya dilakukan oleh ilmuwan
Italia Giordano Riccati pada 1782. Modulus Young adalah sifat mekanis yang
mengukur kekakuan material padat. Ini mendefinisikan hubungan antara tegangan
(gaya per satuan luas) dan regangan (deformasi proporsional) dalam suatu bahan
dalam rezim elastisitas linier dari deformasi uniaksial. Jika modulus Young sebuah
bahan adalah E dan luas penampangnya adalah A,
F ∆x
σ =E ℇ → =E (2.2)
A Lo
∆x
F= AE (2.3)
Lo
σ = sigma adalah tegangan uniaksial, atau gaya uniaksial per unit permukaan
E = modulus young
ε = regangan, (perubahan panjang dibagi dengan panjang awal) tidak berdimensi
Berdasarkan persamaan ini jelas bahwa konstanta pegas dipengaruhi oleh panjang
bahan mula- mula, luas penampang dan bahan pegas. (Rusianto Toto: 2021)
Pada rangkaian di atas R3 adalah sebuah variable resistor, yaitu hambatan yang
nilainya dapat diubah-ubah, gunanya untuk mengatur besar dan kecilnya kuat arus i2
sedemikian rupa sehingga rangkaian dapat mencapai keadaan keseimbangan. Keadaan
keseimbangan yang dimaksud adalah tidak adanya arus listrik (iG) yang melalui
galvanometer. Pada keadaan keseimbangan inilah rangkaian itu disebut sebagai jembatan
Wheatstone. Pada saat arus yang melalui galvanometer (iG) sama dengan nol, maka potensial
listrik di titik C sama dengan potensial listrik di titik D sehingga beda potensial listrik antara
keduanya (VC-VD)adalah nol, dengan demikian maka:
V AC =V AD dan V CB =V DB (3.1)
Atau
i 1 R1 =i2 R3 dan i 1 R2 =i2 R4 (3.2)
R1 R3
= (3.3)
R2 R4
Jika tiga dari keempat hambatan dalam persamaan itu sudah diketahui nilainya, maka
nilai hambatan keempat yang belum diketahui dapat dicari dengan menjabarkan persamaan
itu.
Selanjutnya hamtan R3 dan R4 dalam rangkaian jembatan wheatstone itu dapat diganti dengan
sebuah kawat konduktor homogen yang luas penampangnya konstan, sehingga rangkaiannya
menjadi seperti pada gambar 1.6.
Jika kawat hambatan itu memiliki panjang l, luas penampang A dan hambat jenisnya r
1
maka hambatannya adalah ρ . Bila keadaan keseimbangan rangkaian dicapat pada posisi
A
titik D sedemikian rupa sehingga arus yang melalui galvanometer nol, maka penerapan
persamaan 3 ke dalam situasi itu menjadi
l1
ρ
R A
= (3.4)
RX l2
ρ
A
Yang dapat disederhanakan menjadi
l2
RX= R (3.5)
l1
Arus didefinisikan sebagai banyaknya elektron yang melalui sebuah konduktor tiap waktu
(atau satu detik). Kita hitung kuat arus yang mengalir pada panampang dengan volum dV
seperti pada gambar.
Karena berbentuk silinder volume dari dV adalah :
dV = A ⋅ dl (4.1)
karena dl adalah jarak yang ditempuh elektron dengan kecepatan Vd dengan waktu 1 detik
maka :
dl=v d .1=v d (4.2)
sehingga:
dV =A .V d (4.3)
sehinnga banyaknya muatan yang mengalir pada dV adalah:
I = A . V d . n . qe (4.4)
jika kita substitusikan persamaan untuk Vd, maka diperoleh :
I=
( q 2e τ .n
me ) (4.5)
yang berada dalam kurung pada jual beli (10) merupakan sifat bahan dan sering disebut
konduktivitas σ, sehingga :
I =σAV (4.6)
karena E-V/1, maka:
σAV
I= (4.7)
1
karena konduktivitas σ merupakan kebalikan dari resistivitas ρ (σ=1/ρ), maka persamaan
11 menjadi :
AV
I= (4.8)
ρ.1
atau:
V
I=
( )
ρ .1
A
bagian di dalam kurung dari kita ketahui sebagai R (resistansi), sehingga :
V
I=
R
Jika dinyatakan dalam V = (1/R) I, dan disketsa dalam grafik hasilnya untuk berbagai jenis
bahan adalah seperti di samping. Namun perlu diingat bahwa dalm hal ini kita menganggap
temperatur tidak berpengaruh, walaupun pada kenyataannya hal ini mustahil. Maka tidak lain
ini merupakan hukum Ohm.
Gambar 1. 8 Hubungan antara V dan I
1. BANDUL SEDERHANA
Data pengamatan :
5 GETARAN t^rata-
No L (m) T
t1 t2 t3 rata
1 0,3 6 5,4 6 5,8 1,16
2 0,4 7 7 6,4 6,8 1,36
3 0,5 7,2 7,2 7,2 7,2 1,44
8,033333 1,60666
4 0,6 8,1 8 8
3 7
8,333333 1,66666
5 0,7 8,3 8,4 8,3
3 7
36,46666 7,29333
6 0,8 9,3 9,1 91
7 3
7 0,9 10 10 10 10 2
10,23333 2,04666
8 1 10,3 10,2 10,2
3 7
9 1,1 11 11 11 11 2,2
10 1,2 11,3 11,1 11,2 11,2 2,24
35
30
25
20
15
10
0
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Kesimpulan:
Dari data percobaan diatas dapat dilihat bahwa Periode dan frekuensi bandul sederhana tidak
bergantung pada massa dan simpangan bandul, tetapi hanya bergantung pada panjang tali dan
percepatan gravitasi setempat.
2. KONSTANTA PEGAS
2.1 Statis
Tabel Pengolahan Data Percobaan:
No M(Kg) X Y XY X2 DT2 D2
0,098 0,0119
1 0,01 0,01 0,001 0,000 28,062
1 5
0,196 0,003 0,0384
2 0,02 0,02 0,000 0,038
2 9 9
0,02 0,294 0,008 0,000 0,0866
3 0,03 0,087
8 3 2 8 1
0,03 0,392 0,014 0,001 0,1539
4 0,04 0,154
8 4 9 4 8
0,04 0,490 0,023 0,002 0,2405
5 0,05 0,241
8 5 5 3 9
0,05 0,588 0,032 0,3464
6 0,06 0,003 0,346
5 6 4 5
0,06 0,686 0,044 0,004 0,4715
7 0,07 0,472
5 7 6 2 6
0,07 0,784 0,058 0,005 0,6159
8 0,08 0,616
5 8 9 6 1
0,08 0,882 0,073 0,006 0,7795
9 0,09 0,780
3 9 3 9 1
0,09 0,091 0,008 0,9623
10 0,1 0,981 0,962
3 2 6 6
0,51 5,395 0,033 31,75791 3,7074
∑ 0,55
5 5
0,352
4 3 1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1
Kesimpulan:
Jika gaya tarik tidak melampaui batas elastis pegas, maka pertambahan panjang pegas
berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya.
2.2 Dinamis
Tabel Pengolahan Data Percobaan:
Waktu
10 Period Sumb
m Sumbu
No. Getara e (T) uY XY X2 Dt2 D2
(kg) X (T2)
n (detik) (2π2m)
(Detik)
0,78
1. 0,01 5,28 0,528 0,279 0,197 0,055 0,078 0,00269386
7
0,47
2. 0,02 5,60 0,560 0,314 0,394 0,124 0,098 0,00149037
6
0,24
3. 0,03 5,88 0,588 0,346 0,592 0,205 0,120 0,00012533
3
0,08
4. 0,04 6,06 0,606 0,367 0,789 0,290 0,135 0,00525310
7
0,01
5. 0,05 6,37 0,637 0,406 0,986 0,400 0,165 0,00437483
0
0,01
6. 0,06 6,72 0,672 0,452 1,183 0,534 0,204 0,00045556
0
0,08
7. 0,07 7,00 0,700 0,490 1,380 0,676 0,240 0,00024417
7
0,24
8. 0,08 7,41 0,741 0,549 1,578 0,866 0,301 0,00984904
3
0,47 0,00073287
9. 0,09 7,50 0,750 0,563 1,775 0,998 0,316
6 9
0,78
10. 0,1 7,78 0,778 0,605 1,972 1,194 0,366 0,00000295
7
5,34163 3,20
∑ 0,55 65,60 6,560 4,370 10,846 2,023 0,02522209
5 8
rata
0,32
- 6,56 0,656 0,437 1,085 0,534 0,202 0,00252221
1
rata
2.000
1.500
1.000
0.500
0.000
0.250 0.300 0.350 0.400 0.450 0.500 0.550 0.600 0.650
Kesimpulan:
Pegas yang diberi gaya luar sebesar F maka, pegas akan memberi gaya yang besarnya sama
namun berlawanan arah.
3. JEMBATAN WHEASTONE
3.1 Menentukan Rx1
Data Hasil Pengamatan:
Tabel Pengolahan Data Percobaan:
sumb sumbu
NO uy L1 L2 x xy x^2 DT^2 D
1 10 26,7 73,3 0,364 3,643 0,133 70,560 0,044
2 15 35,5 64,5 0,550 8,256 0,303 11,560 0,022
3 18 40,2 59,8 0,672 12,100 0,452 0,160 0,012
4 22 45,4 54,6 0,832 18,293 0,691 12,960 0,019
5 27 51,1 48,9 1,045 28,215 1,092 73,960 0,034
total 92 198,9 301,1 3,463 70,506 2,671 169,200 0,132
rata-rata 18,4 39,78 60,22 0,693
25
20
15
10
0
0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000 1.100
Kesimpulan:
Hubungan antara sumbu x dan y ialah linier akan tetapi sumbu x tergantung pada hasil L1
dan L2 yang di lakukan pada pengujian.
25
20
15
10
0
0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000 1.100
Kesimpulan:
Sama dengan halnya RX1, hubungan antara sumbu x dan y ialah linier akan tetapi sumbu x
tergantung pada hasil L1 dan L2 yang di lakukan pada pengujian.
4. HUKUM OHM
3.1 Menentukan Menentukan Rangkaian Tunggal Lampu 1
Tabel Pengolahan Data Percobaan:
Kesimpulan:
Hubungan antara kuat arus listrik (I), hambatan (R) dan beda potensial (V) Rangkaian
Tunggal atau hukum Ohm pada Lampu 1 mengalami V yang tinggi terhadap A
3.2 Menentukan Menentukan Rangkaian Tunggal Lampu 2
Tabel Pengolahan Data Percobaan:
Kesimpulan:
Hubungan antara kuat arus listrik (I), hambatan (R) dan beda potensial (V) Rangkaian
Tunggal atau hukum Ohm pada Lampu 2 mengalami V yang rendah terhadap A.
3.3 Menentukan Rangkaian Tunggal Lampu 3
Tabel Pengolahan Data Percobaan:
Kesimpulan:
Hubungan antara kuat arus listrik (I), hambatan (R) dan beda potensial (V) Rangkaian
Tunggal atau hukum Ohm pada Lampu 3 mengalami V yang rendah terhadap A. Hampir
sama dengan lampu 2