PEN D A HU L UA N
P embahasan dalam modul ini ditekankan pada getaran elastis dari kristal
dengan satu atom dalam sel primitif. Oleh karena itu, kajian dalam
Modul 5 ini meliputi konsep dasar getaran kristal, getaran elastik dengan satu
atom basis, daerah Brillouin, kecepatan grup, panjang gelombang,
momentum fonon, serta peristiwa hamburan.
Pelajari dengan cermat modul ini, sehingga pengkajian mahasiswa
mengenai getaran kristal akan menjadi lancar. Setelah menyelesaikan modul
ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan:
1. konsep dasar getaran kristal;
2. getaran kristal dengan basis satu atom;
3. hubungan daerah Brillouin dengan getaran kisi;
4. definisi dari kecepatan grup;
5. panjang gelombang dari getaran kisi;
6. makna fisis dari momentum fonon;
7. terjadinya peristiwa hamburan.
ulang, cari contoh lain yang serupa, kerjakan latihan secara disiplin, dan
bacalah rangkuman sebelum mengerjakan tes formatif. Jika mahasiswa
menunjukkan disiplin yang tinggi dalam belajar, mahasiswa pasti berhasil
dan secara berangsur-angsur mahasiswa akan menjadi mahasiswa yang
mampu mandiri.
Selamat belajar!
PEFI4315/MODUL 5 5.3
Kegiatan Belajar 1
Getaran Kristal
A. GETARAN KISI
Gambar 5.1
Regangan pada Batang
du
E (1)
dx
(2)
(3)
(4)
PEFI4315/MODUL 5 5.5
σ
dx
x
δ
E dx
x
(5)
du
E dx
x dx
d 2u
E dx
dx 2
2u 2u
ρAdx 2 E 2 dx. A
t x
2u ρ 2u
(6)
x 2 E t 2
2u 1 2u
x 2 VS2 t 2
12
E
vS (7)
ρ
u x 0 u x L
(10)
u x u0 exp ikL
Ini berarti,
exp ikL 1
atau:
ikL ln 2π
dan:
2π
k η (11)
L
PEFI4315/MODUL 5 5.7
Gambar 5.2
Ruang –k Satu Dimensi: a) diskrit dan b) malar
dk L
dk
2π 2π
(12)
L
dengan
2π
k
L
5.8 Pengantar Fisika Zat Padat
ω vs 2 (13)
Gambar 5.3
Hubungan Dispersi Llinear untuk Kisi Malar (Pendekatan Gelombang Panjang)
L
g ω dω 2 dk
2π
L
g ω dk (14)
π
L
πvs
u x, y, z u0 exp i k x x k y y k z z (15)
exp iL k x k y k z (16)
2π 2π 2π
k x l ; k y m ; k z n
L L L
l , m, n 0. 1. 2.
k k x , k y , k z
2π 2π 2π (17)
l , m, n
L L L
yang merupakan satu ragam gelombang. Pada Gambar 5.4 dilukiskan ruang–
k tiga dimensi, dengan proyeksi pada bidang ky – kz dan besarnya volume
yang ditempati oleh satu titik (kx, ky, kz) dalam ruang–k tersebut.
5.10 Pengantar Fisika Zat Padat
Gambar 5.4
Ruang–k Tiga Dimensi : a). Ruang–k dalam Kuadran I (kx, ky, kz>0); b).
Proyeksi Ruang–k pada Bidang ky – kz; c). Volume yang Ditempati Oleh Satu
Yitik dalam Ruang–k.
4 2
πk L2
N 3 2 2 k 2 (18)
2π π
L
PEFI4315/MODUL 5 5.11
L2
dN 2 k 2 dk g ω dω
2π
atau
L2 dk
g ω 2 k 2
2π dω
ω 2 dk
ω vs k ; k 2 ;
1
vs dω vs
sehingga diperoleh:
v
g ω ω2 (19)
2π 2 v1s
1 ragamlongitudinal
kx , k y , kz 2 ragamtransversal
1 2
v 2
g ω ω (20)
2π 2 v3
s, L vs3,T
5.12 Pengantar Fisika Zat Padat
dengan vs3, L dan vs3,T adalah kecepatan gelombang longitudinal dan kecepatan
gelombang transversal.
Sampai sejauh ini, kita telah membahas rambatan gelombang elastik
pada bahan padat. Gelombang elastik pada zat padat ini dapat disebabkan
baik oleh gelombang mekanik (bunyi/ultrasonik) maupun oleh gelombang
termal (inframerah). Kedua gelombang tersebut dapat menyebabkan getaran
kisi. Untuk selanjutnya, paket-paket energi getaran kisi disebut fonon. Fonon
dapat dipahami sebagai “kuasi partikel” seperti halnya foton pada gelombang
cahaya/elektromagnet. Melalui konsep yang mirip “dualisme partikel-
gelombang” ini, rambatan getaran kisi dalam zat padat dapat dianggap
sebagai aliran fonon. Beberapa konsep dualisme gelombang-pertikel
ditunjukkan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1
Beberapa Eksitasi pada Zat Padat
GELOMBANG PARTIKEL
Gel. Elektromagnet Foton
Gel. Elastik Fonon
Gel. Elektron Kolektif Plasmon
Gel. Magnetisasi Magnon
Gel. Elektron+deformasi elastik Polaron
Gel. Polarisasi Eksiton
Gambar 5.5
Polarisasi Longitudinal
Gambar 5.6
Polarisasi Transversal
5.14 Pengantar Fisika Zat Padat
Gambar 5.7
Gelombang Merambat dalam Arah [100][110][111]
Contoh
Misalkan kita anggap kristal akan merespons gelombang elastik secara linier
terhadap gaya (perhatikan gambar berikut ini).
Fs c U s1 U s c U s1 U s
Fs c U s1 U s1 2U s
(21)
PEFI4315/MODUL 5 5.15
dengan:
Fs = gaya yang bekerja pada bidang kristal yang ke: s
c = tetapan elastisitas
Us = simpangan bidang kristal yang ke s
U s1 = simpangan bidang kristal yang ke s+1
U s1 = simpangan bidang kristal yang ke s-1
F m.a c.x
Dengan,
m.a = Hukum Newton
c.x = Hukum Hooke
d 2U s
m c U s1 U s1 2U s (22)
dt 2
Keterangan:
m= massa atom
Solusi dari persamaan gerak ini tergantung pada waktu (t) yang dinyatakan
oleh:
U s eiωt
d 2U s d 2 iωt 2 iωt
2
e ω e
dt 2 dt
U s eiωt
d 2U s
2
ω2U s
dt
5.16 Pengantar Fisika Zat Padat
Solusi:
U s eiωt dapat ditulis sebagai berikut.
U s eiωt ei 2πvt
ei 2πvt λ λ
U s eikx eiksa
U s Ueiksa (24)
dengan, U = amplitudo
Karena itu:
ik s 1a
U s1 Ue Ueiksa eika
(25)
U s1 U s eika
ω2U s m c U s eika U s eika 2U s (26)
ω2 m c 2 cos ka 2
2c
ω2 1 cos ka (27)
m
1
2c 2
ω 1 cos ka
m
PEFI4315/MODUL 5 5.17
1
dengan 1 cos ka 2sin 2 ka , persamaan (27) menjadi:
2
2c 1
ω2 2sin 2 ka
m 2
c 1
ω 2 sin ka (28)
m 2
c
2 A amplitude
m
C. DAERAH BRILLOUIN I
Daerah Brillouin I
Gambar 5.8
Daerah Brillouin I
π
sin sin 90o max 1
2
π 2 1
sin sin 45o 2
2 2
π 2 1
sin sin 30o
2 2
Gambar 5.9
Gelombang Diwakili oleh Kurva Zat Padat Menyampaikan bahwa Tidak Ada
Informasi yang Tidak Diberikan oleh Kurva Putus-putus. Hanya Panjang
Gelombang yang Lebih Panjang dari yang Diperlukan untuk Mewakili Getaran
PEFI4315/MODUL 5 5.19
π π
π Ka π , or K
a a
Kisaran ini merupakan daerah Brillouin dari kisi linear. Nilai ekstrimnya
adalah Kmax π a .
Terdapat perbedaan yang nyata dari sebuah kontinum elastik: pada batas
kontinum a 0 dan Kmax . Nilai K di luar daerah Brillouin I
(Gambar 5.8) hanya menghasilkan perpindahan kisi yang ditunjukkan oleh
nilai dengan batas π a .
Kita dapat menentukan nilai K di luar batas-batas ini dengan mengurangi
beberapa integral dari 2π/a yang akan memberikan vektor gelombang di
dalam batas ini. Misalkan K terletak di luar zona pertama, tetapi vektor
gelombang terkait K’ yang didefinisikan oleh K K 2π n a terletak
dalam zona pertama, di mana n adalah nilai integer maka rasio perpindahan
(29) menjadi
us1
exp iKa exp i 2πn exp i Ka 2πn exp iK a (30)
us
Situasi ini setara dengan refleksi sinar-X Bragg: ketika kondisi Bragg
ketika gelombang tidak dapat merambat dalam kisi, tetapi melalui refleksi
bolak-balik, kedudukan gelombang sudah diatur.
D. KECEPATAN GRUP
dω
Vg gradien
dk
d c 1
2 sin ka (32)
dk m 2
c 1
Vg a cos ka
m 2
2π
ka π a π λ 2a
λ
c 1
Vg a cos ka 0 tidak ada gradien kemiringan
m 2
π 2π π
ka a λ 4a
2 λ 2
c π c
Vg a cos 0, 741a ada gradien kemiringan
m 4 m
PEFI4315/MODUL 5 5.21
Gambar 5.10
Kecepatan Grup Vg dengan K, untuk Model dari Gambar 5.9.
Pada Batas Daerah Kecepatan Gelombang adalah Nol
1
Ketika Ka<<1 kita dapatkan cos Ka 1 Ka maka persamaan (10)
2
2
menjadi:
c 2 2
ω2 k a (33)
m
Kegiatan Belajar 2
A. MOMENTUM FONON
a
p M
dt U s (1)
iM Ka
a du 1 e
p M
dt e isKa
M
dt 1 eiKa
(2)
PEFI4315/MODUL 5 5.27
di mana s bergantung pada jumlah atom N. Ingat lagi, deret yang kita
gunakan
N 1 1 x N
s0 xs 1 x
(3)
du
p M
dt s eisKa 0 (4)
k k G (5)
di mana G adalah vektor dalam kisi timbal balik, k adalah vektor gelombang
dari foton sumber, dan k adalah vektor gelombang dari hamburan foton.
Dalam proses refleksi, seluruh bagian kristal akan mengalami recoil
(pemantulan balik) dengan momentum G , tapi momentum dengan modus
homogen ini jarang diperhitungkan secara eksplisit.
Persamaan (5) adalah contoh dari aturan bahwa vektor gelombang dari
total interaksi gelombang di konservasi dalam kisi periodik, dengan
penambahan yang mungkin dari vektor kisi resiprokal (kisi pembalik) G.
Momentum sebenarnya dari sistem secara keseluruhan selalu disederhanakan
dengan mengikuti aturan ini. Jika hamburan foton adalah inelastis, ketika
5.28 Pengantar Fisika Zat Padat
k k K G (7)
e
i K3 K1K2 rn
n eiK r eiK r eiK r
1n 2 n 3 n
n
(8)
Jumlah ini memiliki batas dari sejumlah besar lokasi kisi yang jaraknya
mendekati nol, kecuali K3 = K1 + K2 atau K3 = K1 + K2 + G.
B. HAMBURAN FONON
k G k K (9)
2 k 2 2 k 2
ω (10)
2M n 2M n
di mana ω adalah energi dari Fonon dibuat (+) atau diserap (-) dalam
proses.
Gambar 5.11
Hubungan Hamburan Fonon dalam Arah [111] di Germanium pada Saat 80K.
Dua Cabang Fonon TA dalam Arah Horizontal. Cabang LO dan TO Bertepatan
di K=0, Ini juga Merupakan Konsekuensi dari Kristal Simetri Ge. Hasilnya
Diperoleh dengan Hamburan Neutron Inelastik oleh G. Nilsson dan G. Nelin.
5.30 Pengantar Fisika Zat Padat
Gambar 5.12
Kurva Hamburan dalam Arah [111] di KBr pada Saat 90 K. Ekstrapolasi untuk
K=0 dari Cabang TO, dan LO Disebut ωT, ωL.
Gambar 5.13
Kurva Hamburan Natrium untuk Penyebaran Fonon dalam Arah [001], [110]
dan [111] pada 90 K, Sebagaimana Ditentukan oleh Neutron Inelastik oleh
Woods, Brockhuse, Maret, dan Bowers