Anda di halaman 1dari 26

Modul 5

Getaran Kristal (Fonon)


Iwan Sugihartono, M.Si., Dipl.Sc.

PEN D A HU L UA N

P embahasan dalam modul ini ditekankan pada getaran elastis dari kristal
dengan satu atom dalam sel primitif. Oleh karena itu, kajian dalam
Modul 5 ini meliputi konsep dasar getaran kristal, getaran elastik dengan satu
atom basis, daerah Brillouin, kecepatan grup, panjang gelombang,
momentum fonon, serta peristiwa hamburan.
Pelajari dengan cermat modul ini, sehingga pengkajian mahasiswa
mengenai getaran kristal akan menjadi lancar. Setelah menyelesaikan modul
ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan:
1. konsep dasar getaran kristal;
2. getaran kristal dengan basis satu atom;
3. hubungan daerah Brillouin dengan getaran kisi;
4. definisi dari kecepatan grup;
5. panjang gelombang dari getaran kisi;
6. makna fisis dari momentum fonon;
7. terjadinya peristiwa hamburan.

Dengan menguasai tujuan tersebut, diharapkan mahasiswa akan dapat


memahami dan mengerti konsep tentang getaran kristal yang biasa
diistilahkan dengan ”fonon”. Agar tujuan tersebut dapat mahasiswa kuasai,
modul ini diorganisasikan menjadi dua kegiatan belajar sebagai berikut.
1. Kegiatan Belajar 1: Getaran kristal pada basis.
2. Kegiatan Belajar 2: Momentum pada fonon.

Kegiatan Belajar 1 ditujukan untuk mencapai tujuan nomor 1, 2, 3, 4,


dan 5, sedangkan Kegiatan Belajar 2 ditujukan untuk mencapai tujuan nomor
6 dan 7.
Oleh karena itu, untuk keberhasilan mahasiswa dalam mempelajari
modul ini, ikutilah semua petunjuk dengan cermat. Bacalah uraian berulang-
5.2 Pengantar Fisika Zat Padat 

ulang, cari contoh lain yang serupa, kerjakan latihan secara disiplin, dan
bacalah rangkuman sebelum mengerjakan tes formatif. Jika mahasiswa
menunjukkan disiplin yang tinggi dalam belajar, mahasiswa pasti berhasil
dan secara berangsur-angsur mahasiswa akan menjadi mahasiswa yang
mampu mandiri.

Selamat belajar!
 PEFI4315/MODUL 5 5.3

Kegiatan Belajar 1

Getaran Kristal

K egiatan Belajar 1 (KB 1) ini akan mengajak mahasiswa untuk


mengkaji pengertian dan karakteristik getaran kristal (fonon). Oleh
karena itu, setelah menyelesaikan KB 1 ini mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan konsep dasar getaran kristal, menuliskan persamaan gerak dari
getaran kisi, menganalisis grafik frekuensi getaran kisi kristal, menjelaskan
hubungan daerah Brillioun dengan getaran kisi, dan menjelaskan definisi dari
kecepatan grup, serta menentukan panjang gelombang dari getaran kisi.
Berkaitan dengan tujuan tersebut, bacalah uraian berikut dengan cermat,
kerjakan latihan setelah membaca rambu-rambu pengerjaan latihan, dan
kerjakan tes formatif setelah membaca rangkuman.

A. GETARAN KISI

Kristal tersusun oleh atom-atom yang kita anggap“diam” pada posisinya


di titik kisi. Sesungguhnya, atom-atom tersebut tidaklah diam, tetapi bergetar
pada posisi kesetimbangannya. Pada suhu ruang, atom-atom pun bergetar
sebagai akibat dari energi termal, yaitu energi panas yang dimiliki atom-atom
pada suhu tersebut.
Getaran atom dapat pula disebabkan oleh gelombang yang merambat
pada kristal. Ditinjau dari panjang gelombang yang digunakan dan
dibandingkan dengan jarak antar atom dalam kristal, dapat dibedakan
pendekatan gelombang pendek dan pendekatan gelombang panjang.
Pendekatan gelombang pendek terjadi apabila gelombang yang digunakan
memiliki panjang gelombang yang lebih kecil dari pada jarak antar atom.
Dalam keadaan ini, gelombang akan “melihat” kristal sebagai susunan atom-
atom yang diskrit sehingga pendekatan ini sering disebut pendekatan kisi
diskrit. Sebaliknya, bila dipakai gelombang yang panjang gelombangnya
lebih besar dari jarak antar atom, kisi akan “tampak” malar (kontinyu)
sebagai suatu media perambatan gelombang. Oleh karena itu, pendekatan ini
sering disebut sebagai pendekatan kisi malar.
Dalam pendekatan gelombang panjang, misalkan kita tinjau sebuah
batang berpenampang A dengan rapat massa ρ, yang dirambati gelombang
mekanik ke arah sumbu - x. Pada setiap titik x dalam batang terjadi
5.4 Pengantar Fisika Zat Padat 

perubahan panjang u (x) sebagai akibat adanya tegangan σ(x) dari


gelombang, lihat Gambar 5.1. Regangan pada batang dapat dituliskan:

Gambar 5.1
Regangan pada Batang

du
E (1)
dx

Karena tegangan σ memenuhi hukum Hooke sebagai berikut.

(2)

dengan E menyatakan modulus elastik atau modulus Young. Selanjutnya,


menurut hukum kedua Newton, tegangan yang bekerja pada elemen batang
dx menghasilkan gaya sebesar:

(3)

dan akan menyebabkan massa elemen batang tersebut  ρAdx mendapatkan


  2 y 
percepatan sebesar  2  sehingga:
 t 

(4)
 PEFI4315/MODUL 5 5.5

Perhatikan lebih lanjut ruas kanan persamaan (4), dapat dijabarkan:

σ
 dx
x
δ
E dx
x
(5)
  du 
 E   dx
x  dx 
d 2u
E dx
dx 2

Masukkan kembali hasil (5) ke persamaan semula (4) memberikan:

  2u   2u
ρAdx  2   E 2 dx. A
 t  x

yang dapat disederhanakan menjadi:

 2u  ρ   2u
   (6)
x 2  E  t 2

yaitu persamaan gelombang elastik. Dan bila dibandingkan dengan


persamaan gelombang umum:

 2u 1  2u

x 2 VS2 t 2

akan diperoleh hubungan bagi kecepatan gelombang elastik:

12
E
vS    (7)
 ρ 

Jadi, jelas bahwa kecepatan gelombang mekanik dalam batang (secara


umum pada zat padat) bergantung pada “besaran elastik” bahan tersebut
5.6 Pengantar Fisika Zat Padat 

yakni modulus Young. Karena perambatan gelombang tersebut bergantung


pada besaran elastik maka gelombang yang bersangkutan disebut gelombang
elastik.
Bentuk penyelesaian dari persamaan gelombang, persamaan (6), dapat
dipilih solusi gelombang bidang:

u  x  u0 exp ikx  iωt  (8)

dengan k bilangan gelombang 2π λ, ω frekuensi sudut dan λ panjang


gelombang. Bila diperhatikan, hubungan ini dapat diubah dengan hanya
bergantung pada besaran gelombang terhadap posisi (x) dengan mengabaikan
faktor waktu (t), maka fungsi gelombang bidang dapat ditulis:

u  x  u0 exp ikx (9)

Dengan menganggap panjang batang L, fungsi gelombang harus


memenuhi syarat periodik yaitu nilai pada ujung kiri  x  0 harus sama
dengan nilainya pada ujung kanan  x  L sehingga:

u  x  0  u  x  L
(10)
u  x  u0 exp ikL

Ini berarti,

exp ikL  1

atau:

ikL  ln 2π 

dan:

 2π 
k    η (11)
 L 
 PEFI4315/MODUL 5 5.7

dengan η  0. 1.  2, . Persamaan terakhir (11) mengungkapkan bahwa


gelombang dapat merambat dalam sebuah benda yang panjangnya L
bilamana bilangan gelombangnya memiliki harga kelipatan bulat (0, 1, 2, …)
dari 2π L atau dengan kata lain, “bilangan gelombang k berharga diskrit”.
Keadaan di atas bila dituliskan dalam ruang–k (koordinat yang
menyatakan bilangan gelombang) akan terlihat seperti pada Gambar 5.2a.
Titik-titik dalam ruang–k menyatakan ragam (moda) gelombang. Jika
panjang batang cukup besar (L>>), maka jarak 2π L akan mendekati nol
dan ini berarti titik-titik dalam ruang–k makin berdekatan (ruang–k
mendekati malar/kuasi kontinyu), lihat Gambar 5.2b.

Gambar 5.2
Ruang –k Satu Dimensi: a) diskrit dan b) malar

Berdasarkan Gambar 5.2 dapat didefinisikan jumlah ragam gelombang


elastik yang mempunyai bilangan gelombang antara k dan k + dk (dalam
interval dk) sebagai:

dk L
   dk
 2π   2π 
(12)
 
 L 
dengan
 2π 
k   
 L 
5.8 Pengantar Fisika Zat Padat 

Jumlah ragam gelombang seperti pada persamaan (12) untuk setiap


satuan volume disebut rapat keadaan atau ditulis g k  dk . Rapat keadaan
dapat juga diungkapkan sebagai frekuensi sudut ω , yaitu g ω dω ; yang
menyatakan jumlah ragam gelombang elastik per satuan volume dengan
frekuensi antara ω dan ω  dω (dalam interval dω ). Di pihak lain, k dan
ω saling terkait melalui hubungan dispersi (lihat Gambar 5.3), yaitu bahwa
ω berbanding lurus terhadap k untuk kisi malar:

ω  vs 2 (13)

Gambar 5.3
Hubungan Dispersi Llinear untuk Kisi Malar (Pendekatan Gelombang Panjang)

dengan vs adalah kecepatan gelombang pada medium yang bersangkutan.


Melalui hubungan ini g ω dapat ditentukan:

L
g ω dω  2   dk
 2π 
 L
g ω    dk (14)
 π 
L

πvs

Angka 2 pada persamaan tersebut muncul karena ragam gelombang


meliputi daerah positif dan negatif yaitu berhubungan dengan gelombang
yang merambat ke arah kanan dan kiri.
 PEFI4315/MODUL 5 5.9

Lebih lanjut, perubahan gelombang di atas dapat diperluas untuk kasus


tiga-dimensi. Dalam ruang tiga dimensi, fungsi gelombang dengan
mengabaikan faktor waktu ditulis:

 
u  x, y, z   u0 exp i k x x  k y y  k z z  (15)

Syarat batas periodik menghasilkan:


exp iL k x  k y  k z   (16)

Hal ini dapat dipenuhi oleh:

 2π   2π   2π 
k x    l ; k y    m ; k z    n
 L   L   L 
l , m, n  0. 1.  2.

Setiap titik dalam ruang – q dinyatakan oleh:

k  k x , k y , k z 
 2π 2π 2π  (17)
  l , m, n
 L L L 

yang merupakan satu ragam gelombang. Pada Gambar 5.4 dilukiskan ruang–
k tiga dimensi, dengan proyeksi pada bidang ky – kz dan besarnya volume
yang ditempati oleh satu titik (kx, ky, kz) dalam ruang–k tersebut.
5.10 Pengantar Fisika Zat Padat 

Gambar 5.4
Ruang–k Tiga Dimensi : a). Ruang–k dalam Kuadran I (kx, ky, kz>0); b).
Proyeksi Ruang–k pada Bidang ky – kz; c). Volume yang Ditempati Oleh Satu
Yitik dalam Ruang–k.

Rapat keadaan g ω dalam ruang tiga-dimensi dari rambatan gelombang


dapat ditentukan berdasarkan Gambar 5.4. Jumlah ragam gelombang (dalam
bola berjari-jari q) adalah perbandingan antara volume bola dan volume yang
ditempati oleh satu titik dalam ruang–k, jadi:

4 2
πk  L2 
N  3 2   2  k 2 (18)
 2π    π 
 
 L 
 PEFI4315/MODUL 5 5.11

Turunan (diferensiasi) N terhadap q akan memberikan ω  dω :

 L2 
dN   2  k 2 dk  g ω  dω
 2π 
atau
 L2  dk
g ω   2  k 2
 2π  dω

gunakan hubungan dispersi:

 ω 2 dk
ω  vs k ; k 2    ;
1

 vs  dω vs
sehingga diperoleh:

v
g ω  ω2 (19)
2π 2 v1s

V  L2 , untuk volume medium yang berbentuk kubus. Dengan hasil


rumusan terakhir, pengertian jumlah ragam gelombang yang dinyatakan oleh
titik-titik dalam ruang–k dapat diperluas. Dalam pengertian ini, satu titik (kx,
ky, kz) setara dengan 3 (tiga) ragam gelombang dalam ruang (koordinat) tiga
dimensi. Anggap misalnya gelombang merambat ke arah sumbu–x maka
ragam ke arah x ini menjadi gelombang longitudinal (1 ragam), sedangkan
ragam ke arah y dan z menjadi gelombang transversal (2 ragam) sehingga:

1 ragamlongitudinal
kx , k y , kz   2 ragamtransversal

Dalam kasus gelombang merambat ke arah sumbu x maka ungkapan rapat


keadaan dapat dituliskan kembali berbentuk:

 1 2 
v 2

g ω  ω   (20)
2π 2  v3
s, L vs3,T 
5.12 Pengantar Fisika Zat Padat 

dengan vs3, L dan vs3,T adalah kecepatan gelombang longitudinal dan kecepatan
gelombang transversal.
Sampai sejauh ini, kita telah membahas rambatan gelombang elastik
pada bahan padat. Gelombang elastik pada zat padat ini dapat disebabkan
baik oleh gelombang mekanik (bunyi/ultrasonik) maupun oleh gelombang
termal (inframerah). Kedua gelombang tersebut dapat menyebabkan getaran
kisi. Untuk selanjutnya, paket-paket energi getaran kisi disebut fonon. Fonon
dapat dipahami sebagai “kuasi partikel” seperti halnya foton pada gelombang
cahaya/elektromagnet. Melalui konsep yang mirip “dualisme partikel-
gelombang” ini, rambatan getaran kisi dalam zat padat dapat dianggap
sebagai aliran fonon. Beberapa konsep dualisme gelombang-pertikel
ditunjukkan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1
Beberapa Eksitasi pada Zat Padat

GELOMBANG PARTIKEL
Gel. Elektromagnet Foton
Gel. Elastik Fonon
Gel. Elektron Kolektif Plasmon
Gel. Magnetisasi Magnon
Gel. Elektron+deformasi elastik Polaron
Gel. Polarisasi Eksiton

B. GETARAN KRISTAL DENGAN BASIS SATU ATOM

Dengan mempertimbangkan getaran elastis dari kristal dengan satu atom


dalam sel, kita ingin mencari frekuensi gelombang elastis dalam hal
konstanta elastisitas. Solusi matematika yang paling mudah adalah pada
propagasi arah [100], [110], dan [111] dalam kristal kubus. Arah-arah ini
berada pada tepi kubus, arah diagonal ruang, dan diagonal bidang. Ketika
sebuah propagasi gelombang di sepanjang salah satu dari arah-arah ini,
seluruh bidang atom bergerak dalam fase dengan perpindahan baik paralel
maupun tegak lurus terhadap arah vektor gelombang tersebut. Kita dapat
menggambarkannya dengan koordinat tunggal us yang merupakan
perpindahan bidang S dari posisi setimbangnya. Untuk masing-masing
 PEFI4315/MODUL 5 5.13

vektor gelombang terdapat tiga model, satu dari polarisasi longitudinal


(Gambar 5.5) dan dua dari polarisasi transversal (Gambar 5.6).

Gambar 5.5
Polarisasi Longitudinal

Gambar 5.6
Polarisasi Transversal
5.14 Pengantar Fisika Zat Padat 

Dengan kasus yang sederhana yaitu kasus yang melibatkan getaran


kristal akibat adanya gelombang elastis yang merambat dalam arah [1 0 0] ;
[1 1 0] ; [1 1 1].

Gambar 5.7
Gelombang Merambat dalam Arah [100][110][111]

Contoh
Misalkan kita anggap kristal akan merespons gelombang elastik secara linier
terhadap gaya (perhatikan gambar berikut ini).

Berdasarkan gambar di atas, kita dapat asumsikan bahwa gaya yang


bekerja pada bidang kristal yang ke-s adalah sebanding dengan selisih
simpangannya. Jadi:

Fs  c U s1 U s   c U s1 U s 

atau dapat dituliskan,

Fs  c U s1 U s1  2U s 
(21)
 PEFI4315/MODUL 5 5.15

dengan:
Fs = gaya yang bekerja pada bidang kristal yang ke: s
c = tetapan elastisitas
Us = simpangan bidang kristal yang ke s
U s1 = simpangan bidang kristal yang ke s+1
U s1 = simpangan bidang kristal yang ke s-1

Persamaan gerak bidang kristal ke s adalah

F  m.a  c.x

Dengan,
m.a = Hukum Newton
c.x = Hukum Hooke

d 2U s
m  c U s1  U s1  2U s  (22)
dt 2

Keterangan:
m= massa atom

Solusi dari persamaan gerak ini tergantung pada waktu (t) yang dinyatakan
oleh:

U s  eiωt

Karena persamaan (22) merupakan turunan dari waktu maka:

d 2U s d 2  iωt  2 iωt
 2 
e   ω e
dt 2 dt
U s  eiωt
d 2U s
2
 ω2U s
dt
5.16 Pengantar Fisika Zat Padat 

Karena itulah persamaan (22) dapat ditulis

ω2U s m  c U s1 U s1  2U s  (23)

Solusi:
U s  eiωt dapat ditulis sebagai berikut.
U s  eiωt  ei 2πvt
 ei 2πvt λ λ

U s  eikx  eiksa

Secara lengkap U s dapat ditulis sebagai berikut.

U s  Ueiksa (24)

dengan, U = amplitudo
Karena itu:

ik  s 1a
U s1  Ue  Ueiksa eika
(25)
U s1  U s eika

Persamaan (25) disubstitusi dengan persamaan (22) didapat:


ω2U s m  c U s eika U s eika  2U s  (26)

Karena eiθ  cos θ  i sin θ maka eika  eika  2cos ka


sehingga persamaan (26) menjadi:

ω2 m  c 2 cos ka  2
2c
ω2  1 cos ka  (27)
m
1
 2c 2
ω   1 cos ka 
 m 
 PEFI4315/MODUL 5 5.17

1 
dengan 1 cos ka  2sin 2  ka , persamaan (27) menjadi:
 2 
2c 1 
ω2  2sin 2  ka
m  2 
c 1 
ω 2 sin  ka (28)
m  2 

c
2  A amplitude
m

C. DAERAH BRILLOUIN I

Berapa kisaran K secara fisik yang signifikan untuk gelombang elastik?


Yaitu terdapat dalam daerah Brillouin I. Dari persamaan (25) rasio
perpindahan dua bidang berurutan ditunjukkan oleh

U s1 u exp i  s 1 Ka 


  exp iKa (29)
Us u exp isKa 

Kisaran π hingga π untuk fase Ka mencakup semua nilai


independen dari eksponensial.
Sama sekali tidak ada gunanya mengatakan bahwa dua atom yang saling
berdekatan berada pada fase yang lebih dari π . Di sini, fase relatif 1.2 π
secara fisik identik dengan fase relatif -0.8 π dan fase relatif 4.2 π identik
dengan 0.2 π . Kita memerlukan nilai-nilai positif dan negatif K karena
gelombang dapat merambat ke arah kanan atau kiri.
Persamaan (28) merupakan persamaan dipersi, dan menyatakan
hubungan antara frekuensi sudut ω terhadap vektor gelombang
k .ω  f k  . Bila dinyatakan dengan grafik:
5.18 Pengantar Fisika Zat Padat 

Daerah Brillouin I
Gambar 5.8
Daerah Brillouin I

π
sin  sin 90o  max  1
2
π 2 1
sin  sin 45o  2
2 2
π 2 1
sin  sin 30o 
2 2

Gambar 5.9
Gelombang Diwakili oleh Kurva Zat Padat Menyampaikan bahwa Tidak Ada
Informasi yang Tidak Diberikan oleh Kurva Putus-putus. Hanya Panjang
Gelombang yang Lebih Panjang dari yang Diperlukan untuk Mewakili Getaran
 PEFI4315/MODUL 5 5.19

Rentang nilai-nilai independen K ditentukan oleh

π π
π  Ka  π , or   K 
a a

Kisaran ini merupakan daerah Brillouin dari kisi linear. Nilai ekstrimnya
adalah Kmax   π a .
Terdapat perbedaan yang nyata dari sebuah kontinum elastik: pada batas
kontinum a  0 dan Kmax   . Nilai K di luar daerah Brillouin I
(Gambar 5.8) hanya menghasilkan perpindahan kisi yang ditunjukkan oleh
nilai dengan batas  π a .
Kita dapat menentukan nilai K di luar batas-batas ini dengan mengurangi
beberapa integral dari 2π/a yang akan memberikan vektor gelombang di
dalam batas ini. Misalkan K terletak di luar zona pertama, tetapi vektor
gelombang terkait K’ yang didefinisikan oleh K   K  2π n a terletak
dalam zona pertama, di mana n adalah nilai integer maka rasio perpindahan
(29) menjadi

us1
 exp iKa  exp i 2πn exp i  Ka  2πn  exp iK a (30)
us

karena exp i 2πn  1 . Jadi, perpindahan dapat dideskripsikan dengan vektor


gelombang dalam zona pertama. Jadi, dengan pengurangan vektor kisi dari
K, kita memperoleh vektor gelombang yang sebanding dalam daerah pertama
ini.
Pada batas Kmax   π a dari solusi daerah Brilliouin,
us  u exp isKa bukan menunjukkan pergerakan gelombang, tetapi
kedudukan gelombang. Pada batas daerah sKmax a  sπ , di mana

us  u exp isπ   u 1


2
(31)

juga merupakan kedudukan gelombang: yaitu pergantian osilasi atom dalam


fase berlawanan. Karena us  1 dengan s merupakan bilangan genap
maupun ganjil, dan gelombang tidak bergerak ke kanan ataupun ke kiri.
5.20 Pengantar Fisika Zat Padat 

Situasi ini setara dengan refleksi sinar-X Bragg: ketika kondisi Bragg
ketika gelombang tidak dapat merambat dalam kisi, tetapi melalui refleksi
bolak-balik, kedudukan gelombang sudah diatur.

D. KECEPATAN GRUP

Kecepatan transmisi paket gelombang merupakan kecepatan grup V g,


yang ditunjukkan dengan gradien frekuensi sehubungan dengan K.


Vg   gradien
dk
d  c  1  
 2 sin  ka  (32)
dk  m  2  
c 1 
Vg  a cos  ka
m  2 

Ini merupakan kecepatan propagasi energi dalam medium. Pada saat:


 ka  π  a  π  λ  2a
λ
c 1 
 Vg  a cos  ka  0  tidak ada gradien kemiringan
m  2 
π 2π π
 ka   a   λ  4a
2 λ 2
c π c
 Vg  a cos  0, 741a  ada gradien kemiringan
m 4 m
 PEFI4315/MODUL 5 5.21

Gambar 5.10
Kecepatan Grup Vg dengan K, untuk Model dari Gambar 5.9.
Pada Batas Daerah Kecepatan Gelombang adalah Nol

E. BATAS PANJANG GELOMBANG

1
Ketika Ka<<1 kita dapatkan cos Ka  1  Ka maka persamaan (10)
2
2
menjadi:

c 2 2
ω2  k a (33)
m

Hasil dari frekuensi berbanding langsung dengan vektor gelombang di


batas panjang gelombang yang sesuai pernyataan bahwa kecepatan suara
tidak tergantung pada frekuensi dalam batas ini. Jadi,  ω k , persis seperti
dalam teori kontinum gelombang elastik kontinum dibatasi pada a  0 dan
dengan demikian ka  0 .
5.26 Pengantar Fisika Zat Padat 

Kegiatan Belajar 2

Momentum pada Fonon

D alam Kegiatan Belajar 1 (KB1), mahasiswa telah mempelajari tentang


pengertian dan karakteristik getaran kristal (fonon). Berdasarkan
pemahaman tentang materi tersebut, kini mahasiswa akan dengan mudah
mempelajari materi KB 2 ini yaitu momentum. Selanjutnya, mahasiswa
diharapkan dapat menjelaskan makna fisis dari momentum fonon, dan
menjelaskan terjadinya peristiwa hamburan. Bacalah uraian berikut dengan
cermat dan kerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan disiplin tinggi.

A. MOMENTUM FONON

Sebuah fonon dari vektor gelombang K akan berinteraksi dengan partikel


seperti foton, neutron, dan elektron, seolah-olah mengalami momentum K .
Namun, fonon sesungguhnya tidak membawa momentum fisik.
Alasan bahwa fonon dalam suatu kisi tidak membawa momentum karena
koordinat fonon (kecuali di K = 0) melibatkan koordinat relatif dari atom.
Jadi dalam molekul H2 koordinat getaran antar inti r1-r2 adalah koordinat
relatif dan tidak membawa momentum linier; pusat massa koordinat 1 2 (r2
+ r1) berhubungan ke modus bidang K = 0 dan dapat membawa momentum
linier .

Momentum fisik kristal adalah

a
p  M  
 dt  U s (1)

ketika kristal membawa K fonon,

 iM Ka 
a  du  1 e 
p  M  
 dt  e isKa 
M  
 dt  1 eiKa 
(2)
 
 PEFI4315/MODUL 5 5.27

di mana s bergantung pada jumlah atom N. Ingat lagi, deret yang kita
gunakan
N 1 1 x N
 s0 xs  1 x
(3)

Nilai diskrit K yang memenuhi kondisi batas akan dihitung dalam


materi yang selanjutnya untuk menemukan bahwa K  2π r Na , di mana
r adalah bilangan bulat. Jadi, eiNKa  ei2πr  1 dan dari persamaan (2)
memenuhi bahwa momentum kristal adalah nol:

 du 
p  M  
 dt   s eisKa  0 (4)

pengecualian untuk persamaan (4) terdapat pada modus homogen K = 0,


untuk semua u sama dengan us sehingga p  NM du dt  . Mode ini
merupakan representasi dari translasi homogen dari kristal secara
keseluruhan, dan translasi ini membawa momentum. Untuk tujuan yang
paling praktis, fonon bertindak seolah-olah momentum adalah K , yang
kadang-kadang disebut momentum kristal. Dalam kristal terdapat aturan
seleksi, vektor gelombang untuk transisi diperbolehkan antara daerah
kuantum. Kita melihat bahwa hamburan elastis dari foton sinar-X oleh kristal
diatur oleh aturan seleksi vektor gelombang tersebut

k  k G (5)

di mana G adalah vektor dalam kisi timbal balik, k adalah vektor gelombang
dari foton sumber, dan k adalah vektor gelombang dari hamburan foton.
Dalam proses refleksi, seluruh bagian kristal akan mengalami recoil
(pemantulan balik) dengan momentum G , tapi momentum dengan modus
homogen ini jarang diperhitungkan secara eksplisit.
Persamaan (5) adalah contoh dari aturan bahwa vektor gelombang dari
total interaksi gelombang di konservasi dalam kisi periodik, dengan
penambahan yang mungkin dari vektor kisi resiprokal (kisi pembalik) G.
Momentum sebenarnya dari sistem secara keseluruhan selalu disederhanakan
dengan mengikuti aturan ini. Jika hamburan foton adalah inelastis, ketika
5.28 Pengantar Fisika Zat Padat 

sebuah fonon dengan vektor gelombang K diciptakan maka aturan seleksi


vektor gelombang menjadi:
k  K  k G (6)
jika fonon K ini diserap dalam proses, terdapat hubungan

k  k  K G (7)

Hubungan (6) dan (7) adalah perluasan alamiah dari (5).


Di sini kita melihat bahwa matematika terlibat dalam aturan seleksi
vektor gelombang. Misalkan dua fonon K1, K2 berinteraksi melalui istilah
kubik dalam energi elastis untuk membuat fonon ketiga K 3. K Peluang
terjadinya tabrakan akan melibatkan produk dari tiga amplitudo gelombang
fonon, yang dituliskan dalam bentuk penjumlahan semua lokasi kisi, (Fonon
K1 masuk) (Fonon K2 masuk) (Fonon K3 keluar)  .

 e
i K3 K1K2 rn
 n eiK r eiK r eiK r
1n 2 n 3 n
n
(8)

Jumlah ini memiliki batas dari sejumlah besar lokasi kisi yang jaraknya
mendekati nol, kecuali K3 = K1 + K2 atau K3 = K1 + K2 + G.

B. HAMBURAN FONON

Hubungan dispersi fonon ω K  paling sering ditentukan oleh hamburan


inelastik neutron dengan emisi atau penyerapan fonon. Lebih lanjut, lebar
sudut berkas hamburan neutron yang tersebar memberikan informasi tentang
waktu hidup fonon. Cara utama neutron ”melihat” kisi adalah melalui
interaksinya dengan inti atom. Kinematika dari hamburan berkas neutron
oleh kisi kristal dijelaskan oleh aturan umum wavevector:

k G  k  K (9)

dan dengan persyaratan konservasi energi. Di mana K adalah wavevector dari


Fonon yang dibuat (+) atau diserap (-) dalam proses, dan G adalah setiap
vektor kisi resiprokal. Untuk sebuah fonon, kita memilih G seperti K yang
terletak di zona Brillouin pertama.
 PEFI4315/MODUL 5 5.29

Energi kinetik neutron adalah p 2 2M n , di mana M n adalah massa


neutron. Momentum p diberikan oleh K , di mana k adalah vektor
gelombang neutron. Dengan demikian,  2 k 2 2M n adalah energi kinetik
neutron. Jika k  adalah vektor gelombang hamburan neutron, energi
hamburan neutron adalah  2 k 2 2M n . Pernyataan konservasi energinya
adalah

 2 k 2  2 k 2
  ω (10)
2M n 2M n

di mana ω adalah energi dari Fonon dibuat (+) atau diserap (-) dalam
proses.

Contoh: hamburan neutron sebagai fungsi arah rambat


Hubungan hamburan neutron sebagai fungsi dari arah hamburan k  k  dapat
dipahami dari hasil percobaan menggunakan teknik Neutron Scattering. Hasil
untuk Germanium dan KBr ditunjukkan pada Gambar 5.11 dan 5.12,
sedangkan hasil untuk Natrium ditunjukkan pada Gambar 5.13. Spektrometer
digunakan dalam melakukan studi fonon yang ditunjukkan pada
Gambar 5.14.

Gambar 5.11
Hubungan Hamburan Fonon dalam Arah [111] di Germanium pada Saat 80K.
Dua Cabang Fonon TA dalam Arah Horizontal. Cabang LO dan TO Bertepatan
di K=0, Ini juga Merupakan Konsekuensi dari Kristal Simetri Ge. Hasilnya
Diperoleh dengan Hamburan Neutron Inelastik oleh G. Nilsson dan G. Nelin.
5.30 Pengantar Fisika Zat Padat 

Gambar 5.12
Kurva Hamburan dalam Arah [111] di KBr pada Saat 90 K. Ekstrapolasi untuk
K=0 dari Cabang TO, dan LO Disebut ωT, ωL.

Gambar 5.13
Kurva Hamburan Natrium untuk Penyebaran Fonon dalam Arah [001], [110]
dan [111] pada 90 K, Sebagaimana Ditentukan oleh Neutron Inelastik oleh
Woods, Brockhuse, Maret, dan Bowers

Anda mungkin juga menyukai