Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAU PUSTAKA

2.1 Saluran Transmisi


Teori saluran transmisi membahas penghantar (baik berupa konduktor
ataupun dielektrika tertentu) yang digunakan untuk menghubungkan suatu
pembangkit sinyal, disebut juga sumber, dengan sebuah penerima (pemakai), atau
disebut juga beban. Karena sinyal elektrik merambat hanya dengan kecepatan
cahaya, maka sinyal elektrik juga memerlukan suatu waktu tempuh tertentu untuk
merambat dari suatu tempat (sumber). Jika sinyal elektrik ini berubah secara cepat
dengan waktu (frekuensi tinggi), waktu tempuh di atas menjadi signifikan. Waktu
tempuh (delay) yang terjadi harus diperhatikan, sinyal yang keluar dari suatu
saluran transmisi tidaklah sama dengan apa yang dimasukkan pada bagian
inputnya. Cara lain untuk memahami hal di atas adalah dengan membandingkan
panjang saluran transmisi yang dipergunakan dengan panjang gelombang sinyal
yang dikirimkan melalui saluran tersebut.
Suatu saluran transmisi jika dilihat dari sudut pandang rangkaian akan
mempunyai resistansi dan induktansi seri, yang membentuk impedansi seri dari
kawat penghantar, serta konduktansi dan kapasitansi shunt dari dielektrikum yang
terdapat diantara penghantar, yang bersama-sama membentuk admitansi shunt
dari saluran. Saluran transmisi diartikan sebagai suatu susunan yang membawa
perambatan gelombang elektromagnetik dari titik α ke titik β. Pada saluran
transmisi permukaan sepanjang propagasi berada dalam daerah z dengan frekuensi
ω sehingga nilai gelombang sebesar β=ω/c, maka z dalam daerah waktu
tergantung dari tegangan dan arus.
Gambar 2.1 Pendekatan-pendekatan rangkaian untuk suatu potongan
pendek δx dari saluran transmisi.
(Sumber :

Pada gambar 2.1 ditunjukkan Parameter R, L, G, dan C yang merupakan


konstanta-konstanta saluran primer, ini adalah resistansi seri R dalam Ohm (Ω),
induktansi seri L dalam Henry (H), konduktansi shunt G dalam Siemen (S), dan
kapasitansin C dalam Farad (F). Dimana R timbul karena adanya rugi-rugi
tembaga, G timbul karena adanya kerugian dielektrik atau kebocoran yang terjadi
antara dua penghantar. Sedangkan L dan C masing-masing timbul karena
pengaruh medan magnet dan medan listrik. Saluran Transmisi ada 2 jenis yaitu
saluran balance (paralel) yang merupakan saluran twin lead dan saluran terbuka
(open wire), dan saluran coaxial (coax).

2.2 Smith Chart


Penggunaan smith chart dalam saluran transmisi berfungsi untuk
memudahkan dalam melakukan penyesuaian impedansi pada saluran transmisi.
Penyelesaian masalah dengan menggunakan smith chart ini, sering disebut dengan
penyelesaian masalah secara grafis. Sehingga akurasi hasil yang diperoleh sangat
tergantung dari ketepatan kita pada saat memetakan titik-titik dan
mentransformasinya ke titik-titik lain dalam smith chart tersebut. Semakin presisi
pada saat memetakan dan mentransformasi titik-titik tersebut, semakin akurat pula
hasil yang diperoleh. Dibanding dengan menggunakan perhitungan, relatif lebih
banyak waktu dan tenaga diperlukan untuk memecahkan persoalan dengan dasar
bilangan komplek tersebut, dibanding dengan perhitungan pada operasi dengan
bilangan nyata. Untuk membantu pemecahan tersebut, dapat digunakan suatu peta
(chart), yang dikenal dengan Peta Smith atau Smith Chart.

Gambar 2.2 Peta Smith (Smith Chart).


(Sumber :

Smith chart menggambarkan grafik Γ-plane dengan jaringan kurva bersifat


linear dari lingkaran resistansi konstan dan reaktansi konstan yang digambarkan
dalam satu kesatuan lingkaran. Sebenarnya, smith chart adalah penggambaran
garis kurva bersifat linear dalam histogram garis. Beberapa koefisien refleksi titik
Γ jatuh pada saat perpotongan antara lingkaran resistansi dan reaktansi, r, x, dari
penyesuaian impedansi maka dapat dibaca secara langsung :

z = r + jx.

Sebaliknya, dengan memberikan z = r + jx dan menentukan perpotongan


antara lingkaran r, x, titik kompleks Γ dapat ditempatkan dan nilainya dapat
dibaca pada koordinat polar dan kartesian
Peta Smith merupakan kombinasi antara 2 (dua) kelompok lingkaran-
lingkaran yang mewakili resistansi atau bagian riil (r) dan reaktansi atau bagian
imajiner (x), dapat dilihat pada Gambar 4. Kelompok pertama, lingkaran-
lingkaran dengan harga r tetap, yang bertitik pusat Γr = r/r+1 dan Γi = 0, serta
berjari-jari {1/(1+r)}. Harga r mempunyai nilai atara 0 sampai ∞; 0 ≤ r ≤ ∞. Jika r
= 0, maka jari-jari lingkaran adalah satu dengan titik pusat Γr = 0 dan Γi = 0.
Untuk r = ∞, maka jari- jari lingkaran = 0,5 dan bertitik pusat di Γr = 1 dan Γi = 0.

Gambar 2.3 Kombinasi bagian riil(r) dan bagian imajiner(x)


yang tergambar pada domain |Γ|
(Sumber :

2.3 Penyesuaian Impedansi


Penyesuai impedansi merupakan hal yang penting dalam rentang frekuensi
gelombang mikro. Suatu saluran transmisi yang diberi beban seperti impedansi
karakteristik mempunyai standing wave ratio (SWR) yang sama dengan satu, dan
mentransmisikan sejumlah daya dengan tidak adanya pantulan. Juga efisiensi
transmisi menjadi optimum jika tidak ada daya yang dipantulkan. Penyesuaian
impedansi dalam saluran transmisi memiliki pengertian yang berbeda dengan
dalam teori rangkaian. Dalam teori rangkaian, transfer daya maksimum
membutuhkan impedansi beban sama dengan konjugasi kompleks sumber.
Penyesuaian seperti ini disebut dengan penyesuaian konjugasi. Dalam saluran
transmisi, penyesuaian mempunyai pengertian memberikan beban yang sama
dengan impedansi karakteristik saluran.
Tujuan utama dilakukannya penyesuaian impedansi adalah untuk
menyesuaikan impedansi satu ke impedansi yang lain agar terjadi konektifitas
antar media. Media disini dapat diartikan sebagai suatu jaringan atau rangkaian
yang berupa suatu sumber, saluran transmisi dan beban atau penerima. Bila
impedansi kedua media tersebut tidak sama, maka akan terdapat daya yang
dipantulkan. Daya pantul ini dapat mengurangi daya yang dikirimkan. Akibatnya
daya yang sampai pada penerima menjadi sangat kecil dan kemungkinan tidak
dapat dideteksi oleh penerima. Oleh sebab itu untuk meminimalisasi refleksi
akibat perbedaan impedansi beban dengan impedansi gelombang, digunakanlah
teknik penyesuaian impedansi (impedance matching techniques). Yang prinsip
kerjanya adalah menyisipkan sebuah rangkaian matching di antara beban dan
saluran transmisi yang akan dipasangkan. Ada beberapa macam metode
penyesuaian impedansi yaitu metode saluran trafo ¼ λ, rangkaian LC stub tunggal
dan stub ganda.

2.3.1 Penyesuaian Impedansi Metode Stub Ganda


Rangkaian stub tunggal memiliki suatu kekurangan yakni jika beban pada
stub tunggal mengalami suatu perubahan, akan dilakukannya tindakan yang perlu
diambil yang bertujuan untuk mengantisipasinya tidaklah sederhana. Karenanya,
diperkenalkan suatu rangkaian yang disebut sebagai rangkaian Stub Ganda, yang
dimana dapat dilihat pada gambar 2.4

Gambar 2.4 Penyesuaian Impedansi Stub Ganda.


(Sumber :

Penyesuai stub sering diartikan sebagai bagian dari saluran transmisi yang
impedansi karakteristiknya biasanya sama dengan saluran utama dengan ujung
terbuka atau terhubung singkat, dan dihubungkan secara paralel dengan saluran
utama. Untuk dapat menyesuaikan impedansi dua media yang dihubungkan,
dilakukan dengan mengatur panjang stub l dan jarak dimana stub dipasang, dan
yang diukur dari salah satu media, sehingga didapatkan penyesuaian impedansi.
Tujuan dari rangkaian matching ini adalah untuk mengubah impedansi,
sehingga konektor pada sisi saluran transmisi, yaitu konektor pada posisi 2L (di
sisi kiri stub 2), memiliki impedansi sama dengan impedansi Dari bentuk
gelombang saluran transmisi. Impedansi pada 2L dalam diagram Smith (Gambar
2.4) berada pada titik yang matching. Stub 2 adalah yang mengoreksi komponen
reaktif yang ada di posisi kanan, yaitu 2R. Nilai komponen reaktif di sana tidak
diketahui, tetapi di 2R yang dipelajari dengan metode stub tunggal adalah
perubahan fiktif dalam suatu impedansi. Pada Gambar 2.4, bergerak lebih jauh ke
kanan . admitansi di sisi kiri stub 1 atau pada posisi 1L dapat diperoleh dengan
memutar impedansi 2R berlawanan arah jarum jam. Oleh karena itu, secara
umum, karena infleksi berada di tengah, lingkaran yang cocok berputar
berlawanan arah jarum jam hingga 180o xL/λ. Apa yang dilakukan berlaku untuk
semua kasus dimana terdapat jarak antara stub L.

Gambar 2.5 Diagram Smith pada Rangkaian Matching Stub Ganda.


(Sumber : Eternal Dean Refisis:2011)
Sekarang kita harus melalui sebuah stub 1 dengan tujuan agar sampai ke
beban yang dituju. Admitansi di posisi 1L menghasilkan suatu penjumlahan
admitansi stub 1, dengan memiliki sifat yang reaktif dengan suatu admitansi
beban. Jadi antara admitansi beban dan admitansi di posisi 1L hanya berbeda di
bagian komponen imajiner. Apabila titik admitansi beban diketahui, maka titik
admitansi 1L berada di atas lingkaran dengan konduktansi yang sama.
Apabila lingkaran berputar, titik posisi admitansi beban akan bergeser ke
sepanjang lingkaran konduktansi yang bersifat konstan, menuju ke arah lingkaran
berputar dengan tujuan mendapatkan 1L. setelah itu akan kembali menuju sumber
lagi.

2.4 Kabel Koaksial

Gambar 2.6 Kabel Koaksial


(Sumber :

Kabel koaksial pada dasarnya adalah jenis kabel yang menggunakan dua
konduktor. Bagian tengah kabel berupa inti kawat yang kokoh, ditutup dengan
sekat, kemudian dibungkus kembali dengan kawat berlapis konduktor. Jenis kabel
ini biasanya digunakan untuk jaringan bandwidth tinggi. Selain itu, kabel koaksial
dapat menarik tembaga (kawat perantara). Kabel ini juga biasa digunakan untuk
mengirimkan data sinyal frekuensi dengan amplitudo pada kisaran di atas
300kHz. Karena kabel ini dapat membawa frekuensi tinggi, sistem transmisi ini
pada dasarnya menggunakan kabel koaksial dengan kapasitas saluran yang cukup
besar.
Kabel koaksial juga memiliki kecepatan yang cukup baik untuk transfer
data, sehingga kabel koaksial juga merupakan media yang memungkinkan
perangkat keras komputer dapat terhubung dengan perangkat lain. Selain itu,
kabel koaksial memiliki fungsi tambahan untuk berbagi broadband atau sinyal
frekuensi tinggi.
Kabel coaxial terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. Thick coaxial cable (mempunyai diameter lumayan besar)
Kabel koaksial jenis ini dispesifikasi berdasarkan standar IEEE 802.3
10BASE5, dimana kabel ini mempunyai diameter rata-rata 12mm, kabel jenis
ini biasa disebut sebagai standard Ethernet atau thick Ethernet, atau hanya
disingkat ThickNet. Jenis kabel koaksial ini yaitu RG-6 yang dimana jika
digunakan dalam jaringan mempunyai spesifikasi dan aturan sebagai berikut :
a. Setiap ujung harus diterminasi dengan terminator 50 Ohm (dianjurkan
menggunakan terminator yang sudah dirakit, bukan menggunakan satu
buah resistor 50 Ohm 1 Watt, sebab resistor mempunyai disipasi
tegangan yang lumayan lebar).
b. Maksimum 3 segment denga peralatan terhubung (attached devices) atau
berupa populated segment.
c. Setiap kartu jaringan mempunyai pemancar tambahan (external
transceiver).
d. Setiap segment maksimum berisi 100 perangkat jaringan, termasuk
dalam hal ini repeaters.
e. Maksimum panjang kabel per segment adalah 1.640 feet (atau sekitar 500
meter).
f. Maksimum jarak antar segment adalah 4.920 feet (atau sekitar 1500
meter).
g. Setiap segment harus diberi ground.
h. Jarak maksimum antara tap atau percabangan dari kabel utama ke
perangkat (device) adalah 16 feet (sekitar 5 meter).
i. Jarak minimum antara tap adalah 8 feet (sekitar 2,5 meter).

2. Thin coaxial cable (mempunyai diameter lebih kecil)


Kabel koaksial jenis ini banyak dipergunakan di kalangan radio amatir,
terutama untuk transceiver yang tidak memerlukan output daya yang besar,
kabel koaksial ini untuk digunakan sebagai perangkat jaringan, kabel koaksial
jenis ini memenuhi standar IEEE 802.3 10BASE2, dimana diameter rata-rata
berkisar 5mm dan biasanya berwarna hitam atau warna gelap lainnya. Setiap
perangkat (device) dihubungkan dengan BNC T-connector. Kabel jenis ini juga
dikenal sebagai thin Ethernet atau ThinNet.
Kabel koaksial ini, misalnya jenis RG-58 A/U atau C/U, jika
diimplementasikan dengan TConnector dan terminator dalam sebuah jaringan,
harus mengikuti aturan sebagai berikut :
a. Setiap ujung kabel diberi terminator 50 Ohm.
b. Panjang maksimal kabel adalah 1.000 feet (185 meter) per segment.
c. Setiap segment maksimum terkoneksi sebanyak 30 perangkat jaringan
(devices).
d. Kartu jaringan cukup menggunakan transceiver yang onboard, tidak perlu
tambahan transceiver, kecuali untuk repeater.
e. Maksimum ada 3 segment terhubung satu sama lain (populated segment).
f. Setiap segment sebaiknya dilengkapi dengan satu ground.
g. Panjang minimum antar T-Connector adalah 1,5 feet (0.5 meter).

2.4.1 Fungsi kabel koaksial


Kabel koaksial bias digunakan untuk kabel antenna pada televisi. Selain itu,
kabel koaksial juga bisa dipakai untuk jaringan LAN. Kabel ini berfungsi untuk
menghubungkan satu perangkat keras komputer dengan perangkat lainnya
sehingga bisa mengalirkan data sebab kabel ini mempunyai kecepatan yang baik
sebagai transmisi data. Selain itu, kabel koaksial ini juga bisa membagi sinyal
broadband atau sinyal yang memiliki frekuensi tinggi.
2.4.2 Karakteristik kabel koaksial
Kabel koaksial memakai dua konduktor dengan pusat inti kawat padat yang
dikelilingi sekat dan dililit kembali dengan kawat berselaput konduktor. Berikut
adalah karakteristik kabel koaksial selengkapnya :
a. Kabel tembaga (centre core) : ada di tengah-tengah yang berguna untuk
media konduktor listrik.
b. Lapisan plastic (dielectric insulator) : berguna untuk memisahkan kabel
tembaga serta lapisan metal yang menyelubungi.
c. Lapisan metal (metallic shield) : berguna untuk melindungi dari gangguan
interferensi elektromagnetik dari sekeliling kabel.
d. Lapisan plastic (plastic jacket) : merupakan lapisan terluar yang berguna
untuk melindungi bagian luar kabel.
Selain 4 komponen yang sudah dijelaskan di atas, karakteristik kabel
koaksial ini juga bisa diklasifikasikan seperti berikut :
a. Biaya rata-rata per node terjangkau.
b. Kecepatan serta keluaran transmisi data 10 hingga 100 Mbps.
c. Media serta ukuran konektor medium yakni tidak terlalu kecil namun juga
tidak terlalu besar.
d. Panjang kabel maksimal adalah 500 meter.

2.5 Kabel koaksial 50 Ohm


Kabel koaksial 50 Ohm dikenal sebagai kabel coaxial baseband memiliki
impedansi karakteristik 50 Ohm.

2.5.1 Kabel koaksial RG-58

Gambar 2.7 Kabel Koaksial RG-58


(Sumber :

Kabel koaksial RG-58 dengan inti padat 50 Ohm. Kabel ini memiliki
kerugian daya yang kecil dan sangat berguna untuk aplikasi seperti instalasi
antenna seluler. Kabel coaxial RG-58 memiliki lapisan jaket paling luar berwarna
putih, hitam atau abu-abu.
RG-58/U adalah jenis kabel koaksial yang sering digunakan untuk sinyal
daya rendah dan koneksi RF. Kabel ini memiliki impedansi karakteristik baik 50
Ohm atau 52 Ohm. “RG” awalnya indicator satuan untuk kabel RF massal di
Joint Electronics, tipe penunjukan system militer AS. Ada beberapa versi yang
meliputi perbedaan bahan inti (padat atau dikepang kawat) dan perisai (cakupan
70% sampai 95%).
Diameter luar RG-58 adalah sekitar 0,2 inci (5mm). RG-58 menunjukkan
sekitar 25 pF/ft (82 pF/m) kapasitansi dan dapat mentolerir maksimum 300 V
potensial (1800 W). plain RG-58 kabel memiliki pusat konduktor padat. RG-
58A/U memiliki 7 atau 19 pusat untai konduktor fleksibel.
RG-58 dalam versi RG-58A/U atau RG-58C/U pernah banyak digunakan
dalam “tipis” Ethernet (10BASE2), dimana ia memberikan panjang segment
maksimum 185 meter. Namun, telah hamper sepenuhnya digantikan oleh twisted
pair seperti cat 5, cat 6 dan kabel yang sama dalam aplikasi jaringan data.
Kabel RG-58 dapat digunakan untuk frekuensi yang cukup tinggi. Pelemahan
sinyal tergantung pada frekuensi, misalnya dari 3.3 dB/100 feet pada 50 MHz ke
kaki 21.5 dB/100 pada 1 GHz.

2.5.1.1 Spesifikasi fisik kabel coaxial RG-58


Pusat konduktor padat tembaga terbuka, 1.02mm yang dilapisi dengan
bahan polyethylene berbusa. Penghantar luar yang berupa kawat serabut berupa
serabut aluminium. Keseluruhan serabut tembaga, dengan cakupan 95%. Lapisan
jaket terluar dari bahan polyethylene (PE), dengan diameter luar 4.95mm.

2.5.1.2 Spesifikasi teknik kabel coaxial RG-58


a. Bengkokan minimum dengan radius 12.7mm.
b. Berat 3 kg per 100 meter.
c. Suhu operasional -40o sampai dengan +85o C.

2.5.1.3 Spesifikasi listrik


a. Impedansi 50 Ohm
b. Nominal kapasitansi 79.7 pF/m.
c. Kecepatan perambatan 80%.

2.5.2 Kabel coaxial RG-58A/U

Gambar 2.8 Kabel Koaksial RG-58A/U


(Sumber :
Kabel coaxial RG-58A/U 50 Ohm cocok untuk aplikasi daya rendah dan
dalam rentang frekuensi yang lebih rendah.

2.5.2.1 Spesifikasi fisik kabel coaxial RG-58A/U


Inti konduktor berupa serabut tembaga dalam 19 untaian, masing-masing
0.18mm. bahan polyethylene dielektrik (PE) menjadi isolator dari inti konduktor.
Di lapisan berikutnya adalah kepang tembaga sebagai penghantar luar dan pada
lapisan paling luar berupa jaket PVC 4.95mm.

2.5.2.2 Spesifikasi teknik


a. Minimum bengkokan pada radius 12.7mm dengan berat 3kg per 100
meter.
b. Suhu operasional -40o C sampai +85oC

2.5.2.3 Spesifikasi listrik


a. Impedansi 50 Ohm
b. Nominal kapasitansi 93.5 pF/m.
c. Kecepatan perambatan 66%.

2.5.3 Kabel Koaksial RG174A/U Telfon Insulated Miniatur 50 Ohm

Gambar 2.9 Kabel Koaksial RG174A/U Teflon Insulated Miniatur 50 Ohm


(Sumber :

Kabel koaksial RG174A/U adalah 50 Ohm berguna untuk frekuensi hingga


1GHz. Penggunaan secara khusus untuk sambungan elektronik dan peralatan
telekomunikasi atau alat ukur instrument.

2.5.3.1 Data fisik


a. Inti konduktor : tembaga berlapis 7 untai baja, 0.48mm
b. Dielektrik : Polyethlene (PE), 1.48mm
c. Anyaman : berlapis tembaga
d. Jacket : Black PVC, diameter luar 2.80mm

2.5.3.2 Spesifikasi teknik


a. Minimum band radius 15.0 mm
b. 1.2 kg berat per 100 meter
c. Suhu operasional -40oC sampai +85oC

2.5.3.3 Spesifikasi teknik


a. Impedansi 50 Ohm
b. Nominal kapasitansi 100,7 pF/m
c. Kecepatan penjalaran 66%
2.6 Antena
Antena adalah komponen yang dirancang untuk mentransmisikan atau
menerima gelombang elektromagnetik. Energi listrik dari antena Pemancar
kemudian diubah menjadi gelombang elektromagnetik oleh antena Gelombang ini
lalu dipancarkan di luar ruangan. Untuk penerima akhir Gelombang
elektromagnetik diubah menjadi energi listrik Dengan antena. Antena adalah
batang konduktor yang membawa listrik.
Listrik yang menimbulkan induksi magnet dan medan magnet yang kuat.
Oleh karena itu, secara umum antena dapat diartikan sebagai perangkat listrik.
Dapat mengubah sinyal listrik menjadi gelombang elektromagnetik Kemudian
mengirimkannya ke ruang kosong atau sebaliknya, kemudian mengubah
gelombang elektromagnetik dari luar angkasa menjadi sinyal Listrik.
Panjang antena untuk radiasi efektif tergantung pada frekuensi Sinyal
transmisi. Antena pendek untuk frekensi tinggi dan antena panjang untuk
frekuensi rendah. Antena memiliki 3 fungsi pokok, yaitu :
1. Antena bertindak sebagai konverter. Ini harus menjadi konverter. Antena
mengubah bentuk sinyal listrik ke Sinyal elektromagnetik.

Gambar2.10 Antena Sebagai Konverter


(Sumber : M.Hajar Wardana:2006)

2. Antena berfungsi sebagai radiator. Radiatornya adalah Antena


memancarkan (memancarkan) gelombang elektromagnetik Ke udara
sekitar. Jika tidak (antena menerima atau 6 Menangkap energi radiasi
elektromagnetik dari udara bebas), Dalam hal ini, fungsi ini disebut
reradiator.
Gambar 2.11 Antena Sebagai Radiator/Re-diator
(Sumber : M.Hajar Wardana:2006)
3. Antena bertindak sebagai matching impedance. Ini disebut matching
impedance karena antena selalu melakukan ini. Sesuaikan impedansi sistem.
Sistem yang dimaksud adalah saluran Transmisi dan udara bebas. Antena
cocok dengan impedansi karakteristik saluran Dengan resistensi pembuatan
gelombang udara.

Gambar 2.12 Antena Sebagai Matching Impedance


(Sumber : M.Hajar Wardana:2006)

2.6.1 Antena Directional


Antena Directional adalah antena yang dapat digunakan sebagai pemancar
dan juga sebagai penerima, tapi hanya memiliki polarisasi ke arah tertentu atau
satu arah saja.

2.6.2 Antena Omnidirectional


Antena Omnidirectional adalah antena yang digunakan sebagai pemancar
dan memiliki polarisasi ke segala arah atau 360 derajat. Keuntungan dari antena
jenis ini adalah dapat melayani jumlah pengguna yang lebih banyak dan biasanya
digunakan untuk posisi pengguna yang melebar. Kesulitannya adalah pada
pengalokasian frekuensi untuk setiap sel agar tidak terjadi interferensi. Antena
jenis ini biasanya digunakan untuk posisi pelanggan yang melebar.
Direktivitas antena omnidirectional berada dalam arah vertikal. Bentuk pola
radiasi antena omnidirectional digambarkan seperti bentuk kue donat doughnut
dengan pusat berimpit. Kebanyakan antena ini mempunyai polarisasi vertikal,
meskipun tersedia polarisasi horizontal. Antena omnidirectional dalam
pengukuran sering digunakan sebagai pembanding terhadap antena yang lebih
kompleks. Contoh antena omnidirectional antara lain antena dipole, antena brown,
antena coaxial, antena super-turnstile, antena groundplane, antena collinear,
antena slotwave guide dan lain- lain.

Gambar 2.13 Antena Omnidirectional


(Sumber : Faris Hidayat:2016)

2.7 Matching Impedance


Dalam matching impedansi anatara antenna dengan saluran transmisi untuk
frekuensi VHF maupun UHF dikenal 3 cara, yaitu Delta Match, Gamma Match,
dan Folded Dipole
Gambar 2.14 Cara Matching Impedance
(Sumber :
1. Delta Match
Mungkin matching impedansi yang pertama kali dibuat adalah dengan
tapping pada kawat terbuka dengan panjang kawat sepanjang setengah
gelombang. Kemudian dikembangkan pengumpan antenna kawat setengah
gelombang di feed point di tengah antara ujung antenna dan membentuk simbol
delta. Hal ini seperti terlihat pada gambar 3.1A dan 3.1B.
Dalam metode delta match ini kita tidak perlu mengetahui besaran
impedansinya, yang terpenting dengan mengatur besaran delta match dengan
melebarkan atau mengecilkan bentuk delta pada feed point dan mendapatkan
penunjukan SWR yang rendah.
2. Gamma Match
Gamma match dapat dilihat pada gambar 3.1C. titik tengah dari kawat atau
elemen antenna setengah panjang gelombang merupakan titik yang netral. Pada
titik inilah kabel luar serabut yang ada pada kabel koaksial disambungkan ke
elemen antenna, yang mana akan juga tersambung dengan boom antenna baik
terbuat dari bahan metal maupun bukan konduktor. Sementara inner (kawat
tengah) kabel koaksial dihubungkan ke elemen matching point. Hal ini seolah-
olah membentuk kapasitor C1.
Kapasitor C1 seolah merupakan kapasitor variable, yang mana dapat diatur
nilai kapasitansinya menyesuaikan kebutuhan. Untuk bekerja di frekuensi 50
Mhz maka membutuhkan nilai kapasitansi sekitar 100 pF, dan 35 pF sampai
dengan 50 pF jika bekerja di frekuensi 144 Mhz.
Untuk menghubungkan bagian gamma match dengan elemen driven
dibutuhkan sebuah sliding clamp. Dengan demikian untuk mengatur nilai
kapasitansi cukup menggeser-geser kedudukan sliding clamp sampai
didapatkan penunjukan SWR yang rendah.
3. Folded Dipole
Impedansi di titik tengah dari feed point dipole setengah gelombang bernilai
sekitar 72 Ohm. Jika konduktor tunggal dengan ukuran sembarang dilipat
untuk membuat folded dipole setengah gelombang seperti terlihat pada gambar
3.1D, maka impedansinya akan meningkat 4 kali lipat menjadi 300 Ohm.
Dengan demikian langsung dapat di umpan dengan kabel line yang
berimpedansi sekitar 300 Ohm tanpa menggunakan penyesuai impedansi
(balun).
Apabila diumpan dengan kabel berimpedansi 70 Ohm sampai 75 Ohm maka
diperlukan penyesuaian impedansi dengan perbandingan 4:1. Impedansi lebih
tinggi bisa disiasati dengan menambahkan satu kaat tambahan seperti terlihat
pada gambar 3.1E.

2.7.1 Teknik Penyesuaian Impedansi (Matching Impedance Technique)


Tujuan utama dari penyesuaian impedansi adalah untuk menyesuaikan
impedansi satu ke impedansi lain agar terjadi suatu konektifitas antar media,
media yang dimaksud adalah suatu rangkaian yang dapat berupa sebuah sumber,
saluran transmisi dan beban ataupun penerima.
Apabila kedua media tersebut impedansinya tidak sama, maka akan terdapat
daya yang dipantulkan yang dapat mengurangi daya yang dikirimkan,
mengakibatkan daya yang akan sampai pada penerima menjadi sangat kecil dan
kemungkinan tidak terdeteksi oleh penerima. Oleh sebab itu untuk mengeliminasi
refleksi akibat perbedaan impedansi beban dengan impedansi gelombang, teknik
yang digunakan adalah teknik penyamaan/penyesuaian impedansi (impedance
matching techniques) dengan prinsip kerja menyisipkan sebuah rangkaian
matching di antara beban dan saluran transmisi yang akan di pasangkan

2.8 Metode Saluran Trafo ¼ λ


Metode saluran trafo ¼ λ adalah salah satu metode penyesuaian impedansi
dimana sebagai penyesuaian impedansi digunakan saluran dengan panjang ¼ λ
dengan menentukan harga impedansi karakteristik sedemikian rupa sehingga
dicapai penyasuaian impedansi dari dua media yang dihubungkan. Pada Gambar
2.7 dapat dilihat contoh dari saluran ¼ λ dengan impedansi karakteristik Zo yang
digunakan sebagai penyesuaian impedansi yang menghubungkan impedansi
sumber ke beban.

Gambar 2.15 Penyesuaian Impedansi Menggunakan Saluran 1/4 λ.


(Sumber :

Karena untuk mendapatkan saluran dengan impedansi karakteristik


kompleks dengan harga tertentu sangat sulit, maka penyesuaian impedansi
saluran ¼ λ ini akan lebih baik jika digunakan untuk menyesuaikan dua media
yang mempunyai impedansi resistif murni, karena yang dibutuhkan adalah saluran
dengan panjang ¼ λ dan dengan impedansi karakteristik murni atau berarti bahwa
saluran yang diperlukan adalah saluran tanpa rugi-rugi. Perlu diingat bahwa agar
didapat saluran tanpa rugi-rugi, maka frekuensi kerja yang digunakan harus
relative cukup tinggi. Biasanya saluran ¼ λ ini digunakan untuk penyesuaian
impedansi antara dua saluran transmisi tanpa rugi-rugi yang berbeda impedansi
karakteristik.

2.9 Saluran ¼ Panjang Gelombang Sebagai Matching Impedance


Saluran dengan panjang ¼ panjang gelombang berfungsi sebagai
“transformer” untuk menyepadankan beban Zr ke impedansi sumber (masukan) Zs.

Gambar 2.16 Saluran ¼ Panjang Gelombang


(Sumber :

Saluran dengan panjang ¼ λ juga berfungsi sebagai Inverter Impedansi,


artinya dapat mentransformasikan impedansi yang rendah menjadi tinggi atau
sebaliknya, dari impedansi yang tinggi ditransformasikan ke impedansi rendah.
Dalam penerapan saluran ¼ λ dipakai untuk penyepadaman saluran transmisi ke
antena (resistif). Jadi impedansi antena RA yang ingin disambungkan dengan suatu
saluran yang mempunyai karakteristik Ro( ≠RA ), harus dihubungkan dengan
saluran yang panjang ¼ λ dan impedansinya ( Ro RA )1/2 .

2.10 Proses matching dengan beban tidak riil/ kompleks


Gambar 2.17 Proses Matching dengan beban tidak riil/kompleks
(Sumber :

Pada beban impedansi tidak riil, beban akan dijadikan riil dengan
menambahkan suatu saluran transmisi dan diputakan sampai impedansi beban itu
ke posisi tegangan maksimum (pada sumbu riil positif), atau ke posisi tegangan
minimum (pada sumbu riil negatif).

2.11 Metode Rangkaian LC


Selain menggunakan saluran transmisi, metode penyesuaian impedansi
dapat pula dilakukan dengan menggunakan rangkaian yang terdiri dari komponen
L dan C dalam konfigurasi L dan dipasang seri dengan kedua media yang akan
disesuaikan impedansinya. Bila impedansi kedua media tersebut adalah resistansi
murni, maka penyesuaian dilakukan dengan memakai komponen reaktansi murni
sehingga tidak timbul kerugian daya dalam rangkaian penyesuaian impedansi
tersebut.
Tetapi bila impedansi kedua media tidak resistansi murni, maka
penyesuaian impedansi akan mengandung komponen resistansi pula sehingga
akan timbul kerugian daya didalam rangkaian matching impedansi tersebut. Oleh
karena itu bila impedansi media tersebut tidak resistansi murni, komponen
reaktansi dalam media tersebut harus dieliminir dengan cara memasang komponen
reaktansi. Sehingga harga reaktansi media tersebut sama dengan nol.
Gambar 2.18 Penyesuaian Impedansi dengan Rangkaian LC.
(Sumber :

2.12 Matlab
Dalam perancangan laporan akhir ini bahasa komputer yang akan digunakan
untuk membuat program penyesuaian impedansi adalah Matlab. Matlab
adalah platform pemrograman yang menggunakan bahasa berbasis matriks
sehingga umumnya digunakan untuk menganalisis data, membuat algoritma, serta
menciptakan pemodelan dan aplikasi.
Pertama dirilis di tahun 1970 oleh MathWorks, Matlab adalah salah satu
platform yang paling banyak digunakan untuk mengolah angka dan bahasa
pemrograman. Ada banyak sekali hal yang kamu bisa lakukan dengan Matlab,
khususnya yang terkait dengan ilmu di bidang teknik, matematika, dan sains.

2.13 Konektor Frekuensi HF dan VHF


Tipe konektor : HF dan VHF
Nama lain : PL-259 SO-239
Frekuensi kerja sampai 300 Mhz atau kurang.
Gambar 2.19 Konektor VHF Female
(Sumber : Nurhadi Budi Santoso:2013)

Gambar 2.20 Konektor VHF Male


(Sumber : Nurhadi Budi Santoso:2013)

Konektor jenis HF dan VHF dibuat pada awal 1930-an , saat teknologi
HF/VHF cukup baru. Dahulu VHF yang dalam banyak eksperimen radio amatir,
sebagian besar dengan alasan teknik mulai bereksperimen dan bekerja di daerah
perbatasan VHF sekitar 1926. Segera setelah itu mulai berkembang ke radio FM
dan televisi maka mulai dipakai dan dinamakan kelompok konektor VHF.
Produsen konektor VHF dan pengguna semua menyatakan bahwa korektor
jenis ini pada umumnya memiliki impedans karakteristik tidak konstan dan cocok
untuk digunakan hingga 200 atau 300 Mhz saja, tergantung pada kualitas
produksi. Mereka juga menyatakan bahwa konektor HF/VHF dapat digunakan
hingga 500 Mhz dengan kinerja yan berkurang. Konektor VHF sebelumnya
memang sebenarnya sama sekali tidak cocok untuk digunakan di atas 300 Mhz.
Mungkin pengecualian untuk ini akan terjadi bila system murah dan kasar
diperlukan di mana kerugian dan sinyal yang baik untuk radio kebisingan adalah
sedikit perhatian. Namun, bahkan untuk frekuensi serendah 144 Mhz, jika
kerugian yang rendah dan sinyal yang baik untuk rasio kebisingan sangat
diinginkan, penggunaan jenis VHF konektor tidak dianjurkan.
Konektor VHF masih memiliki tempat dalam banyak aplikasi di mana
konektor RF yang kuat tapi ekonomis diperlukan, tetapi untuk aplikasi serius
penggunaannya harus dibatasi dibawah 100 Mhz. Tipe N jauh lebih unggul dalam
kinerja, dan juga harus dicatat konektor jenis BNC mirip dalam kinerja dengan
jenis N, tetapi memiliki kelemahan.

2.13.1 Konektor SMA


SMA 3,5 mm atau APC – 3.5 , WSMA , 2.92 mm.

Gambar 2.21 Konektor SMA


(Sumber : Nurhadi Budi Santoso:2013)

Konektor SMA adalah jenis umum dan murah, tetapi kurangnya presisi
mempengaruhi daya tahan dan kinerja, dapat menyebabkan keausan meningkat
ketika di sambungkan dengan lainnya (presisi) konektor. SMA konektor hanya
dinilai untuk jumlah yang sangat terbatas dari siklus koneksi dan harus diperiksa
sebelum setiap penggunaan. Sebuah konektor SMA standar dirancang untuk
interkoneksi menjadi 12,4 GHz. Untungnya, SMA yang baik adalah dapat
digunakan untuk 18 GHz disebagian besar kabel, dan jika dibangun dengan baik
dengan kerugian yang lebih besar dan kembali kerugian yang lebih rendah untuk
24 GHz.
Sebagian besar konektor SMA memiliki koefisien refleksi tinggi dari
konektor lain yang tersedia untuk digunakan sampai 24 GHz karena kesulitan
untuk jagkar dukungan dielektrik.

Anda mungkin juga menyukai