Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Sistem Proteksi Listrik

Perbedaan Tegangan Transmisi, Jatuh Tegangan dan Hilang

Daya serta Daya Guna Transmisi

UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA

Disusun Oleh:

EKA ETIANA
18.01.014.014

FAKULTAS REKAYASA SISTEM


PROGRAM STUDI TEKNIK LEEKTRO
SUMBAWA
NOVEMBER 2021
1. Tegangan Transmisi

Fungsi utama suatu saluran transmisi adalah untuk menyalurkan


energi listrik dari pusat pembangkit ke pusat-pusat beban. Untuk
mengurangi rugi-rugi daya di sepanjang saluran transmisi, maka
dipakailah tegangan tinggi. Pemakaian tegangan tinggi ini selain
mengurangi rugi-rugi daya, juga menghasilkan medan listrik yang tinggi di
sekitar kawat penghantar. Saluran transmisi merupakan media yang
digunakan untuk mentransmisikan tenaga listrik dari pusat pembangkit
tenaga listrik, sistem transmisi hingga pusat beban (konsumen). Tenaga
listrik ditransmisikan oleh suatu bahan konduktor yang disebut dengan
saluran transmisi listrik.Penyaluran tenaga listrik pada transmisi
menggunakan arus bolak-balik (AC) ataupun juga dengan arus searah
(DC). Pengunaan arus bolak-balik yaitu dengan sistem tigafasa. Saluran
transmisi dengan menggunakan sistem arus bolak-balik tiga-fasa
merupakan sistem yang banyak digunakan, mengingat kelebihannya
sebagai berikut :
A. Mudah pembangkitannya.
B. Mudah merubah tegangannya.
C. Dapat menghasilkan medan magnet putar.
D. Dengan sistem tiga fasa, daya yang disalurkan lebih besar dan nilai
sesaatnya konstan.
Jaringan transmisi didasarkan pada rangkaian listrik yang
mempunyai besaranbesaran yang didistribusikan. Besaran-besaran tersebut
adalah resistansi, induktansi dan kapasitansi. Besaran-besaran tersebut
adalah seragam didistribusikan sepanjang jumlah panjang jaringan dan
tidak mungkin dipusatkan pada satu titik. Jaringan sebuah transmisi ini
tergantung pada sejumlah besaran-besaran tersebut. Oleh karena itu
pengaruh dari besaran-besaran transmisi sangat penting untuk dipelajari.
Besaran-besaran ini selalu ditunjukkan sebagai resistansi, induktansi dan
kapasitansi per kilometer.(Jaringan and Tenaga 2013)
A. Reistansi (Tahanan) Sebuah Transmisi
Setiap penghantar listrik bersifat melawan arus yang mengalir pada
penghantar tersebut. Ini disebut resistance (tahanan). Besar kecilnya
nilai tahanan penghantar tergantung dari panjang (l) dan luas
penampang (A), seperti ditunjukkan oleh persamaan: A R 1   dimana
harga resistivity (∫) atau specific resistance tidak hanya tergantung
pada bahan conductor tetapi juga pada temperaturnya. Jika ∫1 dan ∫2
adalah harga resistivity pada perbedaan temperatur t1 dan t2, maka : ∫2
= ∫1 [1 +  (t2 – t1)] dimana  adalah koefisien temperatur tahanan
dari bahan. Harga koefisien temperatur dari tahanan tidak konstan,
tetapi tergantung pada temperatur mula-mula. Koefisien temperatur
tahanan pada temperatur t1 diberikan oleh persamaan: 0 1 0 1 1  t 
   dimana  0 adalah koefisien temperatur tahanan pada 0 oC. Pada
jaringan satu phasa itu jaringan dc 2 kawat, tahanan diambil dua
kalinya. Sedangkan pada sistem jaringan 3 phasa, tahanan per phasa
adalah tahanan tiap penghantar.
B. Induktansi Sebuah Jaringan Transmisi
Suatu penghantar yang dilalui oleh arus listrik dikelilingi oleh garis
gaya magnetik consentris. Dalam hal ini pada sistem ac, medan magnet
yang timbul disekeliling penghantar tidak konstan, tetapi berubah-ubah
dan melingkupi penghantar yang sama seperti dengan penghantar yang
lain. Oleh karena sebuah jaringan transmisi udara satu phasa terdiri
dari dua buah penghantar yang sejajar dengan jarak d meter antara satu
dengan yang lain ( d lebih besar dibanding dengan jari-jari penghantar
r). Tiap-tiap konduktor, jika dilalui arus listrik, dengan sendirinya akan
timbul medan magnit yang mana garis-garis gaya seolah-olah
berbentuk lingkaran konsisten yang berpusat pada pusat penghantar
dan merambat tegak lurus pada sepanjang 27 konduktor, beberapa
garis gaya seolah-olah di dalam konduktor dan yang lain di luar.
Misalkan jari-jari penghantar r meter dan dilalui arus 1 amper. Kita
anggap distribusi arus pada konduktor seragam, intensitas medan pada
titik dengan jarak x meter dari pusat konduktor, seperti ditunjukkan
oleh persamaan: 2 2 r I H x x   dengan menganggap x < r Karena
kerapatan flux; Bx = o  Hx, dimana: o = 4 x 10-7 dan r adalah
permaebilitas relative dari udara dan untuk bahan bukan magnetik  =
1, maka: I r x Bx 2 0 2   Sekarang kita pikirkan fluxi luar. Di sini
yang akan kita pikirkan hanya flux yang merambat antara dua buah
konduktor, karena lapang flux yang tertinggal tidak dalam pengaruh
bentuk loop oleh dua buah konduktor. Kuat medan yang dihasilkan,
satu konduktor sendiri pada jarak x dari pusat konduktor (x > r), dapat
ditunjukkan oleh persamaan: x I Hx 2  Dari persamaan di atas
ternyata bahwa induktansi dari jaringan tergantung pada Jarak antara
konduktor, semakin besar jaraknya semakin besar induktansinya. Jari-
jari konduktor, semakin besar jari-jari konduktor semakin kecil
induktansinya. Panjang jaringan semakin panjang jaringan transmisi
semakin besar induktansinya.
C. Kapasitansi Sebuah Jaringan Transmisi
Dua buah konduktor yang dipisahkan oleh suatu medium adalah
sebuah kapasitor. Dalam hal ini jaringan transmisi udaralah merupakan
dua buah plate kapasitor yang dipisahkan oleh udara dengan yang lain.
Kapasitansi ini didistribusikan sepanjang jaringan dan dipandang
sebagai bentuk kondensator yang diserikan yang tersambung antar
konduktor. Bilamana suatu perbedaan tegangan dihubungkan pada
jaringan, dengan demikian pada jaringan transmisi akan ada arus
leading yang mengalir walaupun jaringan transmisi belum dibebani,
arus ini sering disebut Charging Current (IC). 28 Besarnya charging
current tergantung pada besarnya tegangan transmisi, kapasitansi
jaringan dan frekuensi a.c supplay, seperti ditunjukkan oleh
persamaan: Ic = 2  f C V Jika kapasitansi jaringan transmisi udara
tinggi, arus pengisian (Current Charging) yang mengalir pada jaringan
itu besar, yang mana arus pengisian kini akan mengkompensasi
komponen reaktif dari arus beban karena itu jumlah arus yang
mengalir pada jaringan dapat diperkecil. Pengecilan jumlah arus yang
mengalir pada jaringan dapat menyebabkan : Memperkecil kerugian-
kerugian pada jaringan dan demikian pula dapat menambah effesiensi
transmisi. Memperkecil rugi tegangan atau memperbaiki regulasi
tegangan. Keuntungan yang lain dari sebuah jaringan transmisi yang
mempunyai kapasitansi yang tinggi adalah menambah kapasitas beban
dan memperbaiki faktor daya. Sebuah jaringan transmisi udara 1 phase
dengan 2 buah konduktor yang paralel masing-masing mempunyai
jari-jari r meter dan ditempatkan di udara dengan jarak d meter
(dianggap d lebih panjang dibandingkan r). Jika konduktor A
mempunyai sebuah muatan + Q farad per meter maka konduktor B
akan mempunyai sebuah muatan –Q farad per meter.(Astuti, Arso, and
Wigati 2015)
2. Jatuh Tegangan

Jatuh tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang pada


suatu penghantar. Jatuh tegangan pada saluran tenaga listrik secara umum
berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban serta berbanding
terbalik dengan luas penampang penghantar. Besarnya jatuh tegangan
dinyatakan baik dalam persen atau dalam besaran Volt. Besarnya batas
atas dan bawah ditentukan oleh kebijaksanaan perusahaan kelistrikan.
Perhitungan jatuh tegangan praktis pada batas-batas tertentu dengan hanya
menghitung besarnya tahanan masih dapat dipertimbangkan, namun pada
sistem jaringan khususnya pada sistem tegangan menengah masalah
indukstansi dan kapasitansinya diperhitungkan karena nilainya cukup
berarti.
Tegangan jatuh secara umum adalah tegangan yang digunakan
pada beban. Tegangan jatuh ditimbulkan oleh arus yang mengalir melalui
tahanan kawat. Tegangan jatuh V pada penghantar semakin besar jika arus
I di dalam penghantar semakin besar dan jika tahanan penghantar Rℓ
semakin besar pula. Tegangan jatuh merupakan penanggung jawab
terjadinya kerugian pada penghantar karena dapat menurunkan tegangan
pada beban. Akibatnya hingga berada di bawah tegangan nominal yang
dibutuhkan. Atas dasar hal tersebut maka tegangan jatuh yang diijinkan
untuk instalasi arus kuat hingga 1.000 V yang ditetapkan dalam persen
dari tegangan kerjanya.

Toleransi tegangan pelayanan yang diijinkan Sesuai dengan


standar tengangan yang ditentukan oleh PLN (SPLN), perancangan
jaringan dibuat agar jatuh tegangan di ujung diterima 10%. Tegangan
jatuh pada jaringan disebabkan adanya rugi tegangan akibat hambatan
listrik (R) dan reaktansi (X). Jatuh tegangan phasor Vd pada suatu
penghantar yang mempunyai impedansi (Z) dan membawa arus (I) dapat
dijabarkan dengan rumus :
Vd=I.Z………………………………………………………………….1
Dalam pembahasan ini yang dimaksudkan dengan jatuh tegangan
(∆V) adalah selisih antara tegangan kirim (Vk) dengan tegangan terima
(VT), maka jatuh tegangan dapat didefinisikan adalah :
∆V = ( Vk ) – (VT )………………………………………………..2
Karena adanya resistansi pada penghantar maka tegangan yang
diterima konsumen (Vr) akan lebih kecil dari tegangan kirim (Vs),
sehingga tegangan jatuh (Vdrop) merupakan selisih antara tegangan pada
pangkal pengiriman (sending end) dan tegangan pada ujung penerimaan
(receiving end) tenaga listrik. Tegangan jatuh relatip dinamakan regulasi
tegangan VR (voltage regulation) dan dinyatakan oleh rumus :

……………………………………………………….3
Dimana :
Vs = tegangan pada pangkal pengiriman
Vr = tegangan pada ujung penerimaan
Untuk menghitung jatuh tegangan, diperhitungkan reaktansinya, maupun
faktor dayanya yang tidak sama dengan satu, maka berikut ini akan
diuraikan cara perhitunganya. Dalam penyederhanaan perhitungan,
diasumsikan beban–bebannya merupakan beban fasa tiga yang seimbang
dan faktor dayanya (Cos φ) antara 0,6 s/d 0,85. tegangan dapat dihitung
berdasarkan rumus pendekatan hubungan sebagai berikut :
(∆V ) = I ( R . cos φ + X . sin φ ) L………………………………..4
Dimana :
I = Arus beban ( Ampere )
R = Tahanan rangkaian ( Ohm )
X = Reaktansi rangkaian ( Ohm )

3. Hilang Daya dan Daya Guna Transmisi

A. Hilang Daya
Hilang daya atau rugi daya utama pada saluran transmisi adalah
hilang daya resistan pada penghantar. Disamping itu ada hilang daya
korona dan hilang daya karena kebocoran isolator terutama pada
saluran tegangan tinggi. Pada saluran bawah tanah ada hilang daya
elektrik dan hilang daya pada saluran kabel
(sheath).(‫ ث ب ث ب ثب یبیبیبیبیبیبیب‬et al. 2009)
a. Hilang Daya Resistan
Hilang daya resistan untuk saluran tiga fasa tiga kawat
untuk saluran transmisi yang pendek dinyatakan oleh persamaan :
P1 = 3I2Rl
Pada saluran panjang dimana arus pemuat diperhitungkan
P1 = 3Rl (I2- I.Icsin ϕ r+)
b. Hilang Korona
Bila garis tengah (diameter) kawat kecil dibandingkan dengan
tegangan transmisi, maka terjadilah gejala tegangan tinggi yang
disebut korona. Biasanya gejala korona baru terjadi bila tegangan
mencapai 77 KV atau lebih. Ada beberapa perhitungan-
perhitungan teoritis dan empiris mengenai hilang korona tetapi
teorinya belum diketahui dengan pasti.
c. Hilang Kebocoran Pada Isolator
Isolator mempunyai hilang daya dielektrik dan hilang daya
kebocoran (leakage) pada permukaannya. Resistan isolator dari
permukaan isolator yang bersih besar sekali. Nilainya menjadi
sangat berkurang menjadi beberapa ohm saja, bila permukaannya
menjadi kotor (polluted) karena isolator tersebut terpasang
didaerahdaerah industri atau tepi laut. Bila tegangan tinggi
diterapkan pada isolator ini, lapisan permukaannya yang lembab
menguap dan menimbulkan busur api setempat yang kemudian
bertambah besar sehingga menimbulkan lompatan api.
B. Daya Guna Transmisi Daya guna (efficiency)
saluran transmisi adalah perbandingan antara daya yang diterima
dan daya yang disalurkan.
a. Konduktor Berkas (Bundled Conductors)
Pada tegangan ekstra tinggi yaitu tegangan diatas 230 kV,
korona dengan akibatnya yaitu berupa rugi daya dan terutama
timbulnya interferensi dengan saluran komunikasi akan menjadi
sangat berlebihan jika rangkaiannya hanya mempunyai sebuah
komunikasi dan hanya mempunyai sebuah penghantar per fasa.
Dengan menggunakan dua penghantar atau lebih perfasa yang
disusun berdekatan dibandingkan dengan jarak pemisah antara
fasa-fasanya, maka gradien tegangan tinggi pada penghantar dalam
daerah EHV dapat banyak dikurangi. Saluran semacam ini
dikatakan sebagai tersusun dari penghantar berkas (bundled
conductors). Berkas ini dapat terdiri dari dua, tiga atau empat
penghantar. Berkas tiga penghantar biasanya menempatkan
penghantar-panghantarnya pada sudut-sudut suatu segi tiga sama
sisi dan berkas empat penghantar menempatkan
penghantarpanghantarnya pada sudut-sudut suatu bujur sangkar.
Arus tidak akan terbagi rata dengan tepat antara
panghantar-penghantar dalam berkas jika tidak dilakukan
transposisi penghantarpenghantar dalam berkas tetapi
perbedaannya tidak begitu penting dalam praktek, metode GMD
sudah cukup teliti untuk perhitunganperhitungan. Keuntungan lain
yang sama pentingnya yang diperoleh dari pemberkasan ialah
penurunan reaktan. Peningkatan jumlah penghantar dalam suatu
berkas mengurangi efek korona dan mengurangi efek reaktan.
Pengurangan reaktan disebabkan oleh kenaikan GMR berkas yang
bersangkutan. Perhitungan GMR sudah tentu tepat sama dengan
perhitungan untuk penghantar berupa lilitan. Masing-masing
penghantar pada berkas dua penghantar misalnya dapat
diperlakukan sebagai sebuah serat atau lilitan suatu penghantar dua
lilitan.
b. Induktan Sendiri Dari Konduktor Berkas
Misalkan jumlah konduktor per fasa adalah n, dan
dimisalkan bahwa tiap konduktor dilalui arus yang sama iA/n
karena konduktorkonduktor itu dianggap ditransposisikan
sempurna. reaktan induktip dari konduktor berkas yang terdiri dari
n sub-konduktor 6.2 Rektansi Induktip Saluran Tiga Fasa Dengan
Konduktor Berkas Yang Ditransposisikan Bila kawat berkas terdiri
dari n subkonduktor dengan dAB, dBC dan dac merupakan jarak-
jarak dari titik pusat kawat-kawat berkas fasa A, B dan C, maka.
Ohm/km dengan GMD = 3 AC BCAB D DD meter GMR = n n
dddr 1 13121 ... ' meter
C. Rugi-rugi Daya
Rugi daya atau susut daya listrik merupakan daya yang hilang
dalam penyaluran daya listrik dari sumber daya listrik utama ke suatu
beban. Rugi daya atau susut daya listrik merupakan daya yang hilang
dalam penyaluran daya listrik dari sumber daya listrik utama ke suatu
beban, Dalam proses transmisi dan distribusi tenaga listrik seringkali
dialami rugi-rugi daya yang cukup besar yang diakibatkan oleh rugi-
rugi pada saluran dan juga rugi-rugi pada trafo yang digunakan. Kedua
jenis rugi-rugi daya tersebut memberikan pengaruh yang besar
terhadap kualitas daya dan tegangan yang dikirimkan ke sisi pelanggan
(Irfan Reynaldi 2013)
a. Rugi-Rugi Saluran
Pemilihan jenis kabel yang akan digunakan pada jaringan
distribusi merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam
perencanaan dari suatu sistem tenaga listrik. Jenis kabel dengan
nilai resistansi yang kecil akan dapat memperkecil rugi-rugi daya.
Panjang dari suatu penghantar tergantung dari jarak distribusi ke
pelanggan. Sehingga nilai tersebut tidak dapat diubah secara bebas.
Sedangkan resistivitas bahan tergantung dari bahan penghantar
yang digunakan. Parameter ini dapat diubah-ubah tergantung dari
pemilihan bahan penghantar yang digunakan. Selain itu parameter
lain yang dapat diubah adalah luas penampang penghantar yang
digunakan, 15 dimana semakin besar luas penampang penghantar
yang digunakan akan mengurangi resistansi saluran. Akan tetapi
dalam pengubahan luas penampang harus memperhatikan faktor
efisiensinya.
b. Rugi-Rugi Transformator
Dalam unjuk kerjanya, trafo memiliki rugi-rugi yang harus
diperhatikan. Rugi-rugi tersebut (Sugianto,dkk 2014) adalah
sebagai berikut:  Rugi-rugi Tembaga (I2R) Rugi-rugi tembaga
merupakan rugi-rugi yang diakibatkan oleh adanya tahanan resistif
yang dimiliki oleh tembaga yang digunakan pada bagian lilitan
trafo, baik pada bagian primer maupun sekunder trafo.
- Eddy Curent (arus eddy) Rugi-rugi arus eddy merupakan rugi-
rugi panas yang terjadi pada bagian inti trafo. Perubahan fluks
menyebabkan induksi tegangan pada bagian inti besi trafo
dengan cara yang sama seperti kawat yang mengelilinginya.
Tegangann tersebut menyebabkan arus berputar pada bagian
inti trafo. Arus eddy akan mengalir pada bagian inti trafo yang
bersifat resistif. Arus eddy akan mendisipasikan energi
kedalam inti besi trafo yang kemudian akan menimbulkan
panas.
- Rugi-rugi Hysterisis Rugi-rugi histerisis merupakan rugi-rugi
yang berhubungan dengan 16 pengaturan daerah magnetik pada
bagian inti trafo. Dalam pengaturan daerah magnetik tersebut
dibutuhkan energi. Akibatnya akan menimbulkan rugi-rugi
terhadap daya yang melalui trafo. Rugi-rugi tersebut
menimbulkan panas pada bagian inti trafo.
- Fluks bocor Fluks bocor merupakan fluks yang terdapat pada
bagian primer maupun sekunder trafo yang lepas dari bagian
inti dan kemudian begerak melalui salah satu lilitan trafo. Fluks
lepas tersebut akan menimbulkan self-inductance pada lilitan
primer dan sekunder trafo.
DAFTAR ISI
Astuti, Sinta Indi, Septo Pawelas Arso, and Putri Asmita Wigati. 2015. “済無No
Title No Title No Title.” Analisis Standar Pelayanan Minimal Pada Instalasi
Rawat Jalan Di RSUD Kota Semarang 3:103–11.
Irfan Reynaldi. 2013. “Studi Analisa Perhitungan Kuat Medan Listrik Dibawah
Saluran Transmisi 150 KV Sibolga-Tarutung.” Journal of Chemical
Information and Modeling 53(9):1689–99.
Jaringan, Teknik, and Transmisi Tenaga. 2013. “LISTRIK.”
‫ث ب ث ب ثب ب ی ب ی ب ی ب ی ب ی ب ی بی‬, Teodoro Herrera Marcano, Anabela Cachada,
Teresa Rocha-santos, Armando C. Duarte, and Nualchavee Roongtanakiat.
2009. “No Title‫ب ی ب یب‬.” ‫)ث ق ث ق ثق ث ق(ق ق ثق ث ثثثثثث‬:‫ث ق ث ق ث ق ثق‬.
doi: 10.1038/132817a0.

Anda mungkin juga menyukai