Disusun Oleh:
EKA ETIANA
18.01.014.014
……………………………………………………….3
Dimana :
Vs = tegangan pada pangkal pengiriman
Vr = tegangan pada ujung penerimaan
Untuk menghitung jatuh tegangan, diperhitungkan reaktansinya, maupun
faktor dayanya yang tidak sama dengan satu, maka berikut ini akan
diuraikan cara perhitunganya. Dalam penyederhanaan perhitungan,
diasumsikan beban–bebannya merupakan beban fasa tiga yang seimbang
dan faktor dayanya (Cos φ) antara 0,6 s/d 0,85. tegangan dapat dihitung
berdasarkan rumus pendekatan hubungan sebagai berikut :
(∆V ) = I ( R . cos φ + X . sin φ ) L………………………………..4
Dimana :
I = Arus beban ( Ampere )
R = Tahanan rangkaian ( Ohm )
X = Reaktansi rangkaian ( Ohm )
A. Hilang Daya
Hilang daya atau rugi daya utama pada saluran transmisi adalah
hilang daya resistan pada penghantar. Disamping itu ada hilang daya
korona dan hilang daya karena kebocoran isolator terutama pada
saluran tegangan tinggi. Pada saluran bawah tanah ada hilang daya
elektrik dan hilang daya pada saluran kabel
(sheath).( ث ب ث ب ثب یبیبیبیبیبیبیبet al. 2009)
a. Hilang Daya Resistan
Hilang daya resistan untuk saluran tiga fasa tiga kawat
untuk saluran transmisi yang pendek dinyatakan oleh persamaan :
P1 = 3I2Rl
Pada saluran panjang dimana arus pemuat diperhitungkan
P1 = 3Rl (I2- I.Icsin ϕ r+)
b. Hilang Korona
Bila garis tengah (diameter) kawat kecil dibandingkan dengan
tegangan transmisi, maka terjadilah gejala tegangan tinggi yang
disebut korona. Biasanya gejala korona baru terjadi bila tegangan
mencapai 77 KV atau lebih. Ada beberapa perhitungan-
perhitungan teoritis dan empiris mengenai hilang korona tetapi
teorinya belum diketahui dengan pasti.
c. Hilang Kebocoran Pada Isolator
Isolator mempunyai hilang daya dielektrik dan hilang daya
kebocoran (leakage) pada permukaannya. Resistan isolator dari
permukaan isolator yang bersih besar sekali. Nilainya menjadi
sangat berkurang menjadi beberapa ohm saja, bila permukaannya
menjadi kotor (polluted) karena isolator tersebut terpasang
didaerahdaerah industri atau tepi laut. Bila tegangan tinggi
diterapkan pada isolator ini, lapisan permukaannya yang lembab
menguap dan menimbulkan busur api setempat yang kemudian
bertambah besar sehingga menimbulkan lompatan api.
B. Daya Guna Transmisi Daya guna (efficiency)
saluran transmisi adalah perbandingan antara daya yang diterima
dan daya yang disalurkan.
a. Konduktor Berkas (Bundled Conductors)
Pada tegangan ekstra tinggi yaitu tegangan diatas 230 kV,
korona dengan akibatnya yaitu berupa rugi daya dan terutama
timbulnya interferensi dengan saluran komunikasi akan menjadi
sangat berlebihan jika rangkaiannya hanya mempunyai sebuah
komunikasi dan hanya mempunyai sebuah penghantar per fasa.
Dengan menggunakan dua penghantar atau lebih perfasa yang
disusun berdekatan dibandingkan dengan jarak pemisah antara
fasa-fasanya, maka gradien tegangan tinggi pada penghantar dalam
daerah EHV dapat banyak dikurangi. Saluran semacam ini
dikatakan sebagai tersusun dari penghantar berkas (bundled
conductors). Berkas ini dapat terdiri dari dua, tiga atau empat
penghantar. Berkas tiga penghantar biasanya menempatkan
penghantar-panghantarnya pada sudut-sudut suatu segi tiga sama
sisi dan berkas empat penghantar menempatkan
penghantarpanghantarnya pada sudut-sudut suatu bujur sangkar.
Arus tidak akan terbagi rata dengan tepat antara
panghantar-penghantar dalam berkas jika tidak dilakukan
transposisi penghantarpenghantar dalam berkas tetapi
perbedaannya tidak begitu penting dalam praktek, metode GMD
sudah cukup teliti untuk perhitunganperhitungan. Keuntungan lain
yang sama pentingnya yang diperoleh dari pemberkasan ialah
penurunan reaktan. Peningkatan jumlah penghantar dalam suatu
berkas mengurangi efek korona dan mengurangi efek reaktan.
Pengurangan reaktan disebabkan oleh kenaikan GMR berkas yang
bersangkutan. Perhitungan GMR sudah tentu tepat sama dengan
perhitungan untuk penghantar berupa lilitan. Masing-masing
penghantar pada berkas dua penghantar misalnya dapat
diperlakukan sebagai sebuah serat atau lilitan suatu penghantar dua
lilitan.
b. Induktan Sendiri Dari Konduktor Berkas
Misalkan jumlah konduktor per fasa adalah n, dan
dimisalkan bahwa tiap konduktor dilalui arus yang sama iA/n
karena konduktorkonduktor itu dianggap ditransposisikan
sempurna. reaktan induktip dari konduktor berkas yang terdiri dari
n sub-konduktor 6.2 Rektansi Induktip Saluran Tiga Fasa Dengan
Konduktor Berkas Yang Ditransposisikan Bila kawat berkas terdiri
dari n subkonduktor dengan dAB, dBC dan dac merupakan jarak-
jarak dari titik pusat kawat-kawat berkas fasa A, B dan C, maka.
Ohm/km dengan GMD = 3 AC BCAB D DD meter GMR = n n
dddr 1 13121 ... ' meter
C. Rugi-rugi Daya
Rugi daya atau susut daya listrik merupakan daya yang hilang
dalam penyaluran daya listrik dari sumber daya listrik utama ke suatu
beban. Rugi daya atau susut daya listrik merupakan daya yang hilang
dalam penyaluran daya listrik dari sumber daya listrik utama ke suatu
beban, Dalam proses transmisi dan distribusi tenaga listrik seringkali
dialami rugi-rugi daya yang cukup besar yang diakibatkan oleh rugi-
rugi pada saluran dan juga rugi-rugi pada trafo yang digunakan. Kedua
jenis rugi-rugi daya tersebut memberikan pengaruh yang besar
terhadap kualitas daya dan tegangan yang dikirimkan ke sisi pelanggan
(Irfan Reynaldi 2013)
a. Rugi-Rugi Saluran
Pemilihan jenis kabel yang akan digunakan pada jaringan
distribusi merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam
perencanaan dari suatu sistem tenaga listrik. Jenis kabel dengan
nilai resistansi yang kecil akan dapat memperkecil rugi-rugi daya.
Panjang dari suatu penghantar tergantung dari jarak distribusi ke
pelanggan. Sehingga nilai tersebut tidak dapat diubah secara bebas.
Sedangkan resistivitas bahan tergantung dari bahan penghantar
yang digunakan. Parameter ini dapat diubah-ubah tergantung dari
pemilihan bahan penghantar yang digunakan. Selain itu parameter
lain yang dapat diubah adalah luas penampang penghantar yang
digunakan, 15 dimana semakin besar luas penampang penghantar
yang digunakan akan mengurangi resistansi saluran. Akan tetapi
dalam pengubahan luas penampang harus memperhatikan faktor
efisiensinya.
b. Rugi-Rugi Transformator
Dalam unjuk kerjanya, trafo memiliki rugi-rugi yang harus
diperhatikan. Rugi-rugi tersebut (Sugianto,dkk 2014) adalah
sebagai berikut: Rugi-rugi Tembaga (I2R) Rugi-rugi tembaga
merupakan rugi-rugi yang diakibatkan oleh adanya tahanan resistif
yang dimiliki oleh tembaga yang digunakan pada bagian lilitan
trafo, baik pada bagian primer maupun sekunder trafo.
- Eddy Curent (arus eddy) Rugi-rugi arus eddy merupakan rugi-
rugi panas yang terjadi pada bagian inti trafo. Perubahan fluks
menyebabkan induksi tegangan pada bagian inti besi trafo
dengan cara yang sama seperti kawat yang mengelilinginya.
Tegangann tersebut menyebabkan arus berputar pada bagian
inti trafo. Arus eddy akan mengalir pada bagian inti trafo yang
bersifat resistif. Arus eddy akan mendisipasikan energi
kedalam inti besi trafo yang kemudian akan menimbulkan
panas.
- Rugi-rugi Hysterisis Rugi-rugi histerisis merupakan rugi-rugi
yang berhubungan dengan 16 pengaturan daerah magnetik pada
bagian inti trafo. Dalam pengaturan daerah magnetik tersebut
dibutuhkan energi. Akibatnya akan menimbulkan rugi-rugi
terhadap daya yang melalui trafo. Rugi-rugi tersebut
menimbulkan panas pada bagian inti trafo.
- Fluks bocor Fluks bocor merupakan fluks yang terdapat pada
bagian primer maupun sekunder trafo yang lepas dari bagian
inti dan kemudian begerak melalui salah satu lilitan trafo. Fluks
lepas tersebut akan menimbulkan self-inductance pada lilitan
primer dan sekunder trafo.
DAFTAR ISI
Astuti, Sinta Indi, Septo Pawelas Arso, and Putri Asmita Wigati. 2015. “済無No
Title No Title No Title.” Analisis Standar Pelayanan Minimal Pada Instalasi
Rawat Jalan Di RSUD Kota Semarang 3:103–11.
Irfan Reynaldi. 2013. “Studi Analisa Perhitungan Kuat Medan Listrik Dibawah
Saluran Transmisi 150 KV Sibolga-Tarutung.” Journal of Chemical
Information and Modeling 53(9):1689–99.
Jaringan, Teknik, and Transmisi Tenaga. 2013. “LISTRIK.”
ث ب ث ب ثب ب ی ب ی ب ی ب ی ب ی ب ی بی, Teodoro Herrera Marcano, Anabela Cachada,
Teresa Rocha-santos, Armando C. Duarte, and Nualchavee Roongtanakiat.
2009. “No Titleب ی ب یب.” )ث ق ث ق ثق ث ق(ق ق ثق ث ثثثثثث:ث ق ث ق ث ق ثق.
doi: 10.1038/132817a0.