Anda di halaman 1dari 33

Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

PERCOBAAN I
STUDI ALIRAN DAYA SISTEM TRANSMISI

1.1 UNJUK KERJA DAN OPERASI SISTEM TENAGA.


A. Tujuan Percobaan.
1. Mendapatkan besar parameter jaringan transmisi berdasarkan jenis saluran dan
konfigurasi saluran transmisi,
2. Mengetahui variasi pembebanan terhadap rugi-rugi saluran dan profil tegangan,
3. Mengetahui prilaku sistem ditinjau dari pergeseran sudut fase tegangan untuk
bus-bus, besar dan arah aliran daya dari sistem akibat perubahan beban dan
perubahan daya pembangkit.

B. Dasar Teori
B.1 Sistem Transmisi
Sistem transmisi yaitu sistem penyaluran yang berfungsi untuk menyalurkan
tenaga listrik dengan tegangan operasi tegangan tinggi (TT), tegangan ekstra
tinggi, atau tegangan ultra tinggi. Saluran transmisi terhubung antara gardu
induk (Bay GI pembangkit atau GI beban) ke GI yang lain (Bay GI
pembangkit atau GI beban). (Andi,dkk. 2015 : 10)
Sistem transmisi tenaga listrik merupakan bagian penting dalam penyaluran
tenaga listrik dari pembangkit sampai ke saluran distribusi. Oleh sebab itu
keandalan sebuah sistem transmisi sangat perlu ditingkatkan. Salah satu
permasalahan pada sistem transmisi adalah stabilitas tegangan. Masalah
stabilitas tegangan ini akan berdampak pada kualitas daya pada sistem tenaga
listrik. (Syiska, dkk. 2016 : 80)

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Gambar 1.1 Komponen Utama Sistem Tenaga Listrik


B.2 Jenis Jenis Saluran Transmisi (Berdasarkan Jarak)
a. saluran transmisi jarak pendek (< 80 km)
b. saluran transmisi jarak menengah (80 s.d. 250 km)
c. saluran transmisi jarak panjang (> 250 km)
Sebenarnya klasifikasi di atas sangat relatif. Klasifikasi saluran transmisi harus
diasarkan atas besar kecilnya kapasitansi ke tanah. Jadi jika kapasitansi kecil, dengan
demikian arus bocor ke tanah kecil terhadap arus beban, maka dalam hal ini
kapasitansi ke tanah dapat diabaikan, dan dinamakan saluran transmisi jarak pendek.
Tetapi jika kapasitansi sudah mulai besar sehingga tidak dapat diabaikan, tetapi
belum begitu besar sekali sehingga masih dapat dianggap sebagai kapasitansi
terpusat (lumped capacitance) dinamakan saluran transmisi jarak menengah. Jika
kapasitansi ini besar sekalisehingga tidak mungkin lagi dianggap sebagai kapasitansi
terpusat, dan harus dianggap terbagi rata sepanjang saluran, maka dalam hal ini
dinamakan saluran transmsi jarak panjang.
Seperti disebutkan di atas bahwa klasifikasi saluran transmisi berdasarkan jarak
sangatlah relatif. Semakin tinggi tegangan operasi saluran transmisi maka
kemungkinan timbulnya korona sangat besar. Korona ini akan memperbesar
kapasitansi saluran, dengan demikian memperbesar arus bocor. Jadi ada kalanya
walaupun panjang saluran transmisi hanya 50 km tetapi jika tegangan kerjanya
sangat tinggi (Tegangan Ekstra Tinggi, EHV, apalagi Tegangan Ultra Tinggi, UHV)
maka kapasitansi saluran relatif besar sehingga tidak mungkin lagi diabaikan
walaupun panjang salurannya hanya 50 km. (Ramadoni, 2021 : 46-47)

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
B.3 Parameter perhitungan saluran transmisi
Adapun parameter-perameter pada saluran transmisi diantaranya adalah :
1. Induktansi
Ada 2 persamaan dasar yang dipakai untuk menjelaskan dan merumuskan induktansi
yaitu :
 Persamaan yang pertama menghubungan tegangan imbas dengan kecepatan
perubahan fluks yang meliputi suatu rangkaian. Tegangan imbas dapat
dinyatakan dengan persamaan :
d𝝿
dx ………………………………(1.1 )

 Persamaan kedua dapat dinyatakan dimana jika arus pada rangkaian berubah-
ubah maka medan magnet yang ditimbulkan juga akan berubah ubah dan
apabila medan magnet yang ditimbulkan memiliki permeilitas yang konstan
maka banyaknya fluks gandeng berbanding lurus dengan arus sehingga
tegangan imbasnya sebanding dengan kecepatan perubahan arus. Hal ini
dapat dinyatan dengan persaman berikut :

e=L ……………………….. (1.2 )

2. Kapasitansi
Kapasitansi saluran transmisi adalah akibat beda potensial antara penghantar
(konduktor), kapasitansi menyebabkan penghantar tersebut bermuatan seperti
yang terjadi pada plat kapaistor bila terjadi beda potensial diantaranya.
Kapasitansi antara penghantar adalah muatan per unit beda potensial.
Kapasitansi antara penghantar sejajar adalah suatu konstanta yang tergantung
pada ukuran dan jarak pemisah dan penghantar. Untuk saluran daya yang
panjangnya kurang dari 80 km (50 mil), pengaruh kapasitansinya kecil dan
biasanya dapat diabaikan. Untuk saluran-saluran yang lebih panjang dengan
tegangan yang lebih tinggi, kapasistansinya menjadi bertambah kering.
3. Resistansi
Resistansi penghantar saluran transmisi adalah penyebab terpenting dari rugi
daya (power loss) pada saluran transmisi. Jika tidak ada keterangan lain maka

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
resistansi yang dimaksud adalah resisitansi efektif. Resistansi efektif dari suatu
penghantar adalah (Recca, 2016 : 11 – 13)

………………………………..(1.3)

B.4 Kawat Penghantar Dan Kawat Tanah


1. Kawat Penghantar
Jenis-jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi
adalah tembaga dengan konduktivitas 100% (Cu 100%), tembaga dengan
konduktivitas 97,5 %( Cu 97,5%), dan aluminium dengan konduktivitas 61% (Al
61%). Kawat penghantar aluminium terdiri dari berbagai jenis dengan lembang
sebagai berikut:
 AAC = All Aluminium Conductor, yaitu kawat penghantar yang seluruhnya
terbuat dari aluminium.
 AAAC = All Aluminium Alloy Conducor, yaitu kawat penghantar yang
seluruhnya terbuat dari campuran aluminium.
 ACSR = Aluminium Conductor Steel Reinforced, yaitu kawat penghantar
aluminium berinti kawat baja.
 ACAR = Aluminium Conductor Alloy Reinforced, yaitu kawat penghantar
aluminium yang diperkuat dengan campuran logam.

Kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan


dengan kawat penghantar aluminium karena konduktivitas dan kuat tariknya
lebih tinggi. Akan tetapi kelemahannya ialah untuk besar hambatan yang sama,
tembaga lebih berat dari aluminium dan juga lebih mahal. Oleh karena itu kawat
penghantar aluminium telah menggantikan kawat tembaga. Untuk memperbesar
kuat tarik kawat aluminium digunakan cmpuran aluminium (aluminium alloy).
Untuk saluran-saluran transmisi tegangan tinggi, dimana jarak antar menara
sangat jauh, maka dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi. Untuk itu digunakan
kawat penghantar ACSR.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
2. Kawat Tanah
Kawat tanah atau ground wires disebut juga kawat pelindung (shield wires).
Kawat tanah berfungsi untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau kawat fase
terhadap sambaran petir. Dengan demikian kawat tanah dipasang di atas kawat
fase. Bahan untuk kawat tanah umumnya dipakai baja (steel wires) yang lebih
murah, tetapi sering juga digunakan kawat ACSR. (Ramadoni,2021 : 19-20)
B.4 Jenis Jenis Bus Pada Sistem Tenaga Listrik
1. Bus Referensi (swing atau slack bus)
Bus ini berfungsi untuk mensuplai kekurangan daya aktif (P) dan daya reaktif
(Q) dalam sistem. Parameter atau besaran yang di tentukan adalah tegangan
(V) dan sudut fasa (δ). Setiap sistem tenaga listrik hanya terdapat 1 bus
referensi, yaitu bus yang didalamnya terdapat pembangkit atau generator
yang memiliki kapasitas terbesar di antara pembangkit yang lain didalam
sistem.
2. Bus Generator (voltage control bus)
Bus ini merupakan bus yang tegangannya dapat dikontrol melalui pengaturan
daya reaktif agar tegangannnya tetap. Parameter atau besaran yang diketahui
adalah daya aktif (P) dan tegangan (V). Bus ini dinamakan PV bus
3. Bus Beban (load bus)
Bus Beban (Load bus) Bus ini adalah bus yang terhubung dengan beban
sistem. Parameter atau besaran yang ditentukan adalah daya aktif (P) dan
daya reaktif (Q), maka bus ini di sebut juga PQ bus.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
C. Alat dan Bahan.
Perangkat keras berupa seperangkat komputer dengan spesifikasi minimum
Pentium IV, memori 1 Ghz, HDD 250 MB. Perangakat lunak berupa paket program
Power World Simulator, program MATLAB dan program Microsoft Excel untuk
membantu dalam proses analisa dan pembuatan grafik untuk data hasil percobaan.

D. Prosedur Percobaan.
1. Buatlah rangkian sistem seperti Gambar 1.2. dengan data saluran pada Tabel 1.1.,
2. Langkah-langkah untuk membuat rangkaian Gambar 1.1. adalah sebagai berikut:

a. Buatlah bus dengan mengklik ikon pada insert toolbar,


b. Isilah data-data bus pada ”display information” dan ”bus information” dari
information dialog seperti no. bus, nama bus, orientasi bus (kanan, kiri, atas
atau bawah), tegangan nominal, tegangan perunit, sudut tegangan sesuai data
dan system slack bus,

c. Buatlah generator dengan mengklik ikon pada insert toolbar,


d. Isilah data-data generator pada ”display information” dan ”MW and Voltage
Control” dari information dialog seperti no. bus, nama bus, orientasi bus
(kanan, kiri, atas atau bawah) dan MW/Mvar output sesuai data,

e. Buatlah bus beban dengan mengklik ikon pada insert toolbar,


f. Isilah data-data bus beban pada ”load information” dari information dialog
seperti no. bus, nama bus, orientasi bus (kanan, kiri, atas atau bawah), MW
value dan Mvar value sesuai data,

g. Buatlah saluran transmisi dengan mengklik ikon pada insert toolbar,


h. Isilah data-data saluran transmisi pada ”parameter” dari line information
dialog dengan mengklik kanan mouse, seperti series resistance (R) dan series
reactance (X) sesuai data.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Gambar 1.2. Contoh Sistem Transmisi.


Tabel 1.1. Data Saluran Sistem Transmsisi.
Bus to Bus R (pu) X (pu)
1-2 0,05 0,08
1-3 0,02 0,05
2-3 0,06 0,09

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
E. Hasil Pengamatan.
Tabel 1.2. Daya aktif dari pembangkit diubah-ubah.
P Slack Bus Bus Beban
(MW V V
MW MVar deg MW MVar deg
) (PU) (PU)
50 1,081 42,511 10000 0,0 50 30 0,9809 -0,258
70 -18,157 54,688 10000 0,0 50 30 0,9802 -0
90 -37,090 67,227 10000 0,0 50 30 0,9802 0,256

Tabel 1.3. Daya aktif dari beban diubah-ubah.


Slack Bus Bus pembangkit
P V V
(MW) MW MVar (PU deg MW MVar (PU deg
) )
50 1.081 42.511 1 0 50 -10.597 1 1.265
50 1.13
60 11.181 41.078 1 0 -8.977 1
1
50 0.99
70 21.324 39.732 1 0 -7.315 1
6

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Tabel 1.4. Daya reaktif dari beban diubah-ubah.


Slack Bus Bus pembangkit
Q V V
(Mvar) MW MVar (PU Deg MW MVar (PU Deg
) )
50 1.259 55.738 1 0 50 -3.253 1 1.228
60 1.484 62.398 1 0 50 6.468 1 1.208
70 1.695 69.108 1 0 50 4.222 1 1.188

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F. Analisa Hasil Pengamatan.


Analisa Rangkaian

Gambar 1.3 Contoh Sistem Transmisi

1. Saat daya aktif bus pembangkit diubah-ubah


Dari rangkaian diatas dapat dianalisa bahwa saat daya aktif pada bus
pembangkit diatur semakin besar maka daya aktif pada bus slack semakin
kecil,hal ini dikarenakan bus slack yang digunakan untuk pengatur daya
menuju bus beban yang berasal dari bus pembangkit.Sehingga daya aktif pada
bus beban akan lebih kecil dari bus pembangkit, sedangkan pada daya reaktif
di bus slack akan semakin meningkat, hal ini dikarenakan bus beban yang
diatur besarkecilnya daya aktif dan reaktif pada bus pembangkit dan bus
slack.
2. Saat daya aktif dari bus beban diubah-ubah
Dari daya aktif pada nilai bus beban yang diatur akan semakin
meningkat karena disebabkan nilai daya aktif pada bus slack semakin
meningkat juga bus slack yang mengatur daya sehingga bus slack digunakan
sebagai pemberi daya yang kurang diterima oleh bus beban dari bus
pembangkit, akan tetapi nilai dari daya aktif pada bus pembangkit bernilai
konstan, hal ini terjadi karena bus slack yang semakin kecil dan daya reaktif
pada bus pembangkit akan bernilai semakin besar, yang disebabkan oleh
beban yang diatur besar kecilnya daya aktif dan reaktif pada bus pembangkit
dan bus slack.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

3. Saat daya reaktif dari bus beban diubah-ubah


Dari daya reaktif pada bus beban diatur semakin meningkat sehingga
pada daya aktif dibus slack akan semakin besar sedangkan daya aktif pada
bus pembangkit bernilai konstan. Hal ini terjadi karena daya reaktif pada bus
slack dan bus pembangkit semakin meningkat,sehingga hal tersebut
disebabkan terjadinya bus beban untuk mengatur besar kecilnya daya aktif
dan reaktif pada bus pembangkit dan bus slack.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Tabel 1.5 Daya aktif dari beban diubah-ubah.


Slack Bus Bus pembangkit
P V V
(MW) MW MVar (PU deg MW MVar (PU deg
) )
50 1.081 42.511 1 0 50 -10.597 1 1.265
50 1.13
60 11.181 41.078 1 0 -8.977 1
1
50 0.99
70 21.324 39.732 1 0 -7.315 1
6

Berdasarkan tabel diatas dapat dianalisa bahwa nilai daya aktif pada bus beban
diatur semakin meningkat dan daya aktif pada bus pembangkit diatur dengan nilai yang
konstan sehingga didapatkan nilai daya aktif pada bus slack semakin meningkat hal ini
dikarenakan bus slack atau bus referensi akan menyuplai daya aktif yang diberikan oleh
bus pembangkit ke bus beban.
Untuk nilai daya reaktif pada bus pembangkit nilai daya reaktif diatur semakin
meningkat dan didapatkan nilai daya reaktif pada bus slack semakin meurun hal ini
dikarenakan bus slack merupakan bus referensi yang akan menyerap daya reaktif.
Magnitude Tegangan (PU) yang diperoleh pada bus slack dan bus beban pembangkit
bernilai konstan 1, sehingga pada bus slack merupakan bus refrensi sehingga sudut
fasanya bernilai 0, dan pada bus pembangkit sudut fasanya bernilai semakin menurun.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Tabel 1.6 Daya aktif dari pembangkit diubah-ubah


P Slack Bus Bus Beban
(MW) MW MVar PU deg MW MVar PU deg
50 1,081 42,511 1 0,0 50 30 0,9809 -0,258
70 -18,157 54,688 1 0,0 50 30 0,9802 -0
90 -37,090 67,227 1 0,0 50 30 0,9802 0,256

Pada tabel 1.6 di atas dapat dilihat bahwa daya aktif pada bus pembangkit di ubah
ubah semakin meningkat yaitu, 50,70, dan 90. Saat daya aktif pada bus pembangkit
diatur 50 MW maka daya aktif pada slack bus didapatkan 1,081 MW hal ini karena daya
aktif pada bus beban diatur bernilai konstan atau tetap yaitu sebesar 50 MW dan
memiliki rugi daya pada saat menuju ke beban sehingga bus slack membantu untuk
menyuplai untuk menghindari rugi daya yang menuju ke bus beban. Sedangkan, daya
reaktif yang didapatkan pada sluck bus 42,511 Mvar dan pada bus beban bernilai konstan
yaitu 30 Mvar. Untuk nilai tegangan per unit yang didapatkan pada slack bus bernilai 1
dan pada bus beban bernilai 0.9809 dan untuk nilai sudut yang didapatkan pada bus
beban -0,258 dan slack bus bernilai 0, ini karena bus slack merupakan bus referensi yang
dimana berfungsi menanggung kekurangan daya pembangkitan setelah solusi aliran daya
diperoleh.
Pada tabel di atas juga saat daya aktif pada bus pembangkit diatur 70 MW maka daya
aktif pada bus slack yang -18,157 MW dan pada bus beban diatur konstan yaitu 50 MW
sama seperti percobaan sebelumnya, hal ini disebabkan karena bus beban di atur
menerima daya aktif 50 MW namun yang di bangkitkan oleh bus pembangkit lebih besar
sehingga bus slack sebagai pengatur daya yang masuk ke bus beban menyerap daya yang
berlebih yang di bangkitkan bus pembangkit sehingga nilai daya aktif pada bus slack
berpolaritas negatif. Sedangkan, daya reaktif yang didapatkan pada sluck bus 54,688
Mvar atau semakin meningkat dan pada bus beban bernilai konstan yaitu 30 Mvar.
Untuk nilai tegangan per unit yang didapatkan pada slack bus bernilai 1 dan pada bus

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
beban bernilai 0.9802 dan untuk nilai sudut yang didapatkan pada bus beban -0 dan slack
bus bernilai 0, karena bus slack merupakan bus referensi.
Pada saat daya aktif pada bus pembangkit diatur 90 MW maka daya aktif pada bus
slack yang -37,090 MW dan pada bus beban diatur konstan yaitu 50 MW, hal ini
disebabkan karena bus beban di atur menerima daya aktif 50 MW namun yang di
bangkitkan oleh bus pembangkit lebih besar sehingga bus slack sebagai pengatur daya
yang masuk ke bus beban menyerap daya yang berlebih yang di bangkitkan bus
pembangkit sehingga nilai daya aktif pada bus slack berpolaritas negatif. Sedangkan,
daya reaktif yang didapatkan pada sluck bus 67,227 Mvar atau semakin meningkat dan
pada bus beban bernilai konstan yaitu 30 Mvar. Untuk nilai tegangan per unit yang
didapatkan pada slack bus bernilai 1 dan pada bus beban bernilai 0.9802 atau semakin
menurun dan untuk nilai sudut yang didapatkan pada bus beban - 0,256 dan slack bus
bernilai 0, karena bus slack merupakan bus referensi.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Gambar 1. Grafik Perubahan Daya Aktif Beban terhadap MW Bus Slack dan
Bus Pembangkit.
Berdasarkan gambar 1.8 dapat dianalisa bahwa saat daya aktif beban diatur
semakin meningkat, maka daya aktif yang dihasilkan di bus slack akan semakin
meningkat pula hal ini dikarenakan bus slack menyuplai kekurangan daya, sedangkan
daya aktif pada bus pembangkit bernilai konstan yaitu 50 MW karena diatur sebagai
nilai awal.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Gambar 1.9 Grafik Perubahan Daya Aktif Beban terhadap MVAr Bus Slack
dan Bus Pembangkit.
Berdasarkan gambar 1. 9 dapat dianalisa bahwa pada saat daya aktif pada bus
beban diatur dengan nilai yang semakin meningkat didapatkan nilai reaktif pada bus
slack dan bus pembangkit yang semakin menurun. Hal tersebut dikarenakan daya
reaktif yang disupplai oleh bus slack semakin menurun juga.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Gambar 1.10 Grafik Perubahan Daya Aktif Beban terhadap PU Bus Slack dan Bus
Pembangkit.
Berdasarkan gambar 1.10 dapat dianalisa bahwa saat daya aktif beban diatur
semakin besar, maka akan diperoleh magnitude tegangan (PU) pada bus slack dan
bus pembangkit akan bernilai konstan yaitu 1 hal ini dikarenakan bus slack
merupakan bus referensi. Sedangkan pada bus pembangkit akan mengalir arus yang
menyebabkan terjadinya perubahan tegangan yang mengakibatkan nilai PU pada bus
pembangkit konstan juga

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Gambar 1.11 Grafik Perubahan Daya Aktif Beban terhadap Deg Bus Slack dan
Bus Pembangkit.
Berdasarkan gambar 1.11 dapat dianalisa bahwa pada saat daya aktif bus beban
diatur semakin meningkat dan sudut bus slack konstan, maka didapatkan nilai sudut
bus pembangkit semakin menurun. Hal tersebut dikarenakan bus slack merupakan
bus refrensi

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Tabel 1.3. Daya aktif dari beban diubah-ubah.
Q Slack Bus Bus pembangkit
(Mvar) MW MVar PU deg MW MVar PU deg
50 1,259 55,738 1 0 50 -3,253 1 1,228
60 1,484 62,398 1 0 50 6,468 1 1,208
70 1,695 69,108 1 0 50 4,222 1 1,188

Dari tabel di atas dapat di analisa bahwa daya reaktif pada bus beban diatur
50 Mvar sehingga didapatkan daya aktif slack bus sebesar 1,259 MW sedangkan bus
pembangkit sebesar 50 MW atau diatur konstan, karena bus slack merupakan bus
referensi maka tegangan daya aktif tetap 1 atau konstan. Untuk daya reaktif pada bus
slack didapatkan sebesar 55,738 Mvar dan bus pembangkit sebesar - 3,253 Mvar,
dimana bus beban yang mengatur besar kecilnya daya aktif dan reaktif pada bus
pembangkit dan bus slack. Dan untuk tegangan perunit pada bus slack dan bus
pembangkit yang bernilai konstan yaitu 1. Hal ini terjadi karena bus slack merupakan
bus yang berfungsi sebagai bus refrensi dan untuk bus pembangkit akan mengalir
arus yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan nilai tegangan sehingga tegangan
pada bus pembangkit akan tetap. Untuk nilai sudut pada bus slack konstan bernilai 0
dan untuk sudut pada bus pembangkit bernilai 1.228.Hal ini terjadi karena bus slack
yang merupakan bus referensi.
Sedangkan untuk tabel kedua di atas dapat dianalisa bahwa daya reaktif pada
bus beban diatur 60 Mvar sehingga didapatkan daya aktif slack bus sebesar 1.484
MW atau semakin meningkat sedangkan bus pembangkit sebesar 50 MW atau diatur
konstan, sehingga bus slack yang digunakan sebagai pengatur daya menuju ke bus
beban yang digunakan sebagai penambah daya aktif yang kurang dari bus
pembangkit menuju ke bus beban. Untuk daya reaktif pada bus slack didapatkan
sebesar 62,398 Mvar atau semakin meningkat dan bus pembangkit sebesar 6,648
Mvar atau fluktuatif, dimana bus beban yang mengatur besar kecil daya aktif dan
reaktif pada bus pembangkit dan bus slack. Dan untuk tegangan perunit pada bus
slack dan bus pembangkit yang bernilai konstan yaitu 1. Hal ini terjadi karena bus
slack merupakan bus yang berfungsi sebagai bus refrensi dan untuk bus pembangkit
akan mengalir kan arus yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan nilai tegangan
maka tegangan pada bus pembangkit akan tetap. Untuk nilai sudut pada bus slack

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
konstan bernilai 0 dan untuk sudut pada bus pembangkit bernilai 1,208 atau semakin
menurun. Hal ini disebabkan oleh bus slack yang merupakan bus referensi. Dan
untuk tabel diatas dapat dianalisa bahwa daya reaktif pada bus beban diatur 70 MW
sehingga didapatkan daya aktif slack bus sebesar 1,695 MW atau semakin meningkat
sedangkan bus pembangkit sebesar 50 MW atau yang diatur konstan, sehingga bus
slack yang digunakan sebagai pengatur daya menuju bus beban digunakan sebagai
penambah daya aktif yang kurang pada bus pembangkit menuju ke bus beban.
Sedangkan untuk daya reaktif pada bus slack dihasilkan sebesar 69,108 Mvar atau
semakin meningkat dan bus pembangkit sebesar 4,222 Mvar atau semakin
meningkat, dimana bus beban yang mengatur besar kecilnya daya aktif dan reaktif
pada bus pembangkit dan bus slack. Dan untuk tegangan perunit pada bus slack dan
bus pembangkit yang bernilai konstan atau tetap yaitu 1. Hal ini terjadi karena bus
slack merupakan bus yang berfungsi sebagai bus refrensi dan untuk bus pembangkit
akan mengalirkan arus yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan nilai tegangan
sehingga tegangan pada bus pembangkit akan tetap. Dan nilai sudut pada bus slack
bernilai konstan yaitu 0 dan untuk sudut pada bus pembangkit bernilai 1,188 atau
semakin menurun.Hal ini slack merupakan bus referensi

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Gambar 1. Grafik Perubahan Daya Reaktif Beban terhadap Daya

Berdasarkan grafik di atas dapat di analisa bahwa daya reaktif pada bus beban
yang diatur semakin meningkat maka didapatkan daya aktif pada bus pembangkit
bernilai konstan,hal ini disebabkan karena nilai daya aktif pada bus pembangkit telah
diatur dengan nilai yang telah ditentukan. Dan untuk daya aktif pada bus slack
didapatkan semakin meningkat, bus slack digunakan sebagai bus referensi.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Gambar 1. Grafik Perubahan Daya Reaktif Beban terhadap daya Reaktif


Bus Slack dan Bus Pembangkit

Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa daya reaktif pada bus beban
semakin meningkat sehingga didapatkan daya reaktif pada bus slack dan bus
pembangkit semakin meningkat.Hal ini disebabkan bus pembangkit berfungsi
sebagai penyuplai kebutuhan daya reaktif yang dibutuhkan oleh bus beban sehingga
daya reaktif yang diterima oleh bus slack semakin besar

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Gambar 1. Grafik Perubahan Daya Reaktif Beban terhadap Sudut

Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa daya reaktif pada bus beban
semakin meningkat sehingga didapatkan nilai sudut pada bus slack konstan bernilai 0
sedangkan untuk sudut pada bus pembangkit semakin kecil. Hal ini dikarekan bus
slack yang merupakan bus referensi.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
2.1. UNJUK KERJA METODA ALIRAN DAYA.
A. Tujuan Percobaan.
1. Mengetahui perbandingan unjuk kerja metoda-metoda aliran daya seperti Gauss
Siedel, Newton Raphson, Fast Decouple,
2. Mendapatkan perbandingan unjuk kerja dari tiap metode ditinjau dari iterasi dan
waktu konvergensi untuk berbagai variasi pembebanan, konfigurasi jaringan dan
variasi pembangkitan,
3. Mendapatkan perbandingan unjuk kerja dari tiap metoda ditinjau dari iterasi dan
waktu konvergensi untuk sistem dengan jumlah bus yang semakin besar /banyak.

B. Teori Dasar.
B.1 Pengertian Aliran Daya
Aliran daya adalah suatu perhitungan atau operasi hitung arus, daya aktif,
tegangan, dan daya reaktif dalam penyaluran sistem tenaga listrik di mana
dilakukan saat keadaan normal atau berjalan. Dilakukannya analisis mengenai
aliran daya diharapkan mampu menyelesaikan dan mengatasi permasalahan yang
ada pada sistem jaringan tenaga listrik. Permasalahan tersebut memiliki beberapa
faktor dan penyebab terjadinya yang tentu mempunyai cara penanganan yang
berbeda.
Analisis aliran daya digunakan dan diperlukan untuk melihat keadaan
pengoperasian sistem tenaga listrik sudah dalam keadaan baik dan optimal atau
belum, melalui operasi hitung aliran daya pada system tenaga listrik. Tujuan
utama penelitian dan simulasi ini adalah untuk menganalisa aliran daya agar
dapat menentukan sudut tegangan, magnitudo tegangan, aliran daya reaktif dan
aktif pada saluran, serta rugi daya yang berada pada system transmisi. Hasil
penelitian dan simulasi aliran daya dapat dijadikan referensi untuk
merencanakan dan mengoperasikan sistem, penjadwalan yang hemat biaya
pembangkitan, dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk menganalisis
stabilitas transien serta studi kontingensi.
Dalam penyelesaian/studi aliran daya juga sangat dibutuhkan identitas
setiap bus yang ada dalam sistem, apakah bus tersebut sebagai sumber daya,
beban atau sebagai referensi bagi bus-bus lainnya yang akan menentukan

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
besaran variabel apa yang harus ditetapkan pada bus tersebut. Sehingga dalam
studi aliran daya dikenal ada tiga bus yaitu:
1. Bus Refrensi
bus yang dapat mempertahankan magnitude dan sudut tegangan, sehingga
berapapun kebutuhan daya pada sistem baik daya aktif dan reaktif bus ini
harus bisa memenuhinya disamping itu bus slack ini juga harus bisa
menanggulangi rugi-rugi daya pada saluran. Bus referensi umumnya disebut
bus bus yang dapat mempertahankan magnitude dan sudut tegangan, sehingga
berapapun kebutuhan daya pada sistem baik daya aktif dan reaktif bus ini
harus bisa memenuhinya disamping itu bus slack ini juga harus bisa
menanggulangi rugi-rugi daya pada saluran. Bus referensi umumnya disebut
bus V dan
2. Bus Kontrol
bus yang dapat memberikan daya aktif dengan besaran tertentu dan
mempertahankan magnitude tegangan sebesar set point yang diberikan
dengan konsekuensi bus ini harus dapat membangkitkan daya reaktif tertentu.
3. bus yang yang menyerap daya aktif dan reaktif. Umumnya bus beban disebut
bus PQ. Berdasarkan pembagian bus tersebut penyelesaian masalah studi
aliran daya membutuhkan penyelesaian pesamaan aliran daya dengan jumlah
tergantung pada jumlah bus dan jenis busnya pada sistem.
B.2 Metode-metode Aliran Daya
B.2.1 Metode Newton Rhapson
Perhitungan aliran daya diselesaikan dengan cara iterasi. Ada beberapa
metode yang digunakan dalam perhitungan aliran daya yakni antara lain
metode Gauss-Seidel, fast decouple, dan Newton-Raphson.
Metode Newton-Raphson sering digunakan dalam perhitungan aliran daya
karena dengan metode ini, iterasi yang dilakukan relatif lebih cepat
konvergen saat diaplikasikan pada program komputer.
Daya semu pada sistem tenaga listrik dirumuskan sebagai :
Si  Pi  jQi  IV ii * i = 1,2,3,....,n ................................................. (1.4)
dengan :
Si = daya semu pada bus i (VA)

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Pi = daya aktif pada bus i (Watt)
Qi = daya reaktif pada bus i (Var) Vi = tegangan pada bus i
Ii = arus pada bus i
Jika diubah menjadi bentuk kompleks konjuget, maka persamaannya
menjadi :
Pi - jQi = Vi* Ii ................................................................................... (1.5)
Dalam melakukan iterasi pada perhitungan aliran daya, tegangan
pada bus berayun (swing bus) diabaikan. Karena besar tegangan dan sudut
fasenya ditetapkan secara spesifik sebagai referensi. Pada load bus, besar
daya aktif dan reaktif harus diketahui terlebih dahulu sedangkan pada bus
pengatur tegangan terlebih dahulu diketahui besar magnitudo tegangan
busnya dan besar daya yang tetap dikeluarkan oleh generatornya.
Persamaan di atas bersifat linear dan dapat diselesaikan dengan
menggunakan matriks Jacobian. Matriks Jacobian adalah turunan parsial
dari persamaan daya aktif dan reaktif di atas terhadap sudut  dan
magnitudo tegangan V.
B.1. Metode Gauss Siedel
Metode Gauss-Seidel digunakan untuk menyelesaikan sistem
persamaan linear (SPL) berukuran besar dan proporsi koefisien nolnya
besar, seperti sistem-sistem yang banyak ditemukan dalam sistem
persamaan diferensial. Metode iterasi Gauss-Seidel dikembangkan dari
gagasan metode iterasi pada solusi persamaan tak linier.
Teknik iterasi jarang digunakan untuk menyelesaikan SPL berukuran
kecil karena metode-metode langsung seperti metode eliminasi Gauss lebih
efisien daripada metode iteratif. Akan tetapi, untuk SPL berukuran besar
dengan persentase elemen nol pada matriks koefisien besar, teknik iterasi
lebih efisien daripada metode langsung dalam hal penggunaan memori
komputer maupun waktu komputasi. Dengan metode iterasi Gauss-Seidel
sesatan pembulatan dapat diperkecil karena dapat meneruskan iterasi
sampai solusinya seteliti mungkin sesuai dengan batas sesatan yang
diperbolehkan.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
B.2. Metode Fast Decouple
Dalam pengoperasian sistem tenaga listrik terdapat karakteristik
yang unik yaitu adanya hubungan yang terdapat diantara daya nyata -
sudut fasa tegangan bus dan antara daya reaktif - besar tegangan bus. Yang
berarti bahwa jika ada perubahan yang tidak signifikan pada besar
tegangan bus, itu tidak akan menyebabkan perubahan yang besar bagi daya
nyata, dan untuk perubahan yang tidak signifikan pada sudut fasa
tegangan, tidak akan menyebabkan perubahan yang besar pada daya
reaktif. Hal ini terlihat dari keterkaitan P dan δ serta antara Q dan V
melalui pendekatan yang dilakukan.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
C. Alat dan Bahan.
Perangkat keras berupa seperangkat komputer dengan spesifikasi minimum
Pentium IV, memori 1 Ghz, HDD 250 MB. Perangakat lunak berupa program
MATPOWER untuk analisa aliran daya dengan berbagai metoda, program
MATLAB dan program Microsoft Excel untuk membantu dalam proses analisa dan
pembuatan grafik untuk data hasil percobaan.

D. Prosedur Percobaan.
Langkah-langkah studi aliran daya menggunakan program MATPOWER
adalah sebagai berikut:
1. Persiapkan program MATPOWER yang sudah siap di jalankan pada MATLAB,
2. Buka file ”case 14.m”,
3. File ”case14.m” adalah file dari sistem tenaga listrik yang tediri dari 14 bus, 5
pembangkit, dengan bus 1 sebagai bus slack,
4. Tentukan metoda aliran daya yang akan digunakan dengan mengganti option
yang ada pada file ”mpoption.m”,
5. Untuk memilih metoda aliran daya yang digunakan melalui option pada file
”mpoption.m”, adalah dengan mengetikkan ”help mpoption” pada command
window MATLAB,
6. Sebagai contoh untuk studi aliran daya diselesaikan dengan menggunakan
metoda Newton Raphson:
7. >> mp=mpoption('pf.alg','NR');
runpf('case14',mp,'hasilcase14.m');
8. Hasil aliran daya dapat dilihat pada layar monitor dan tersimpan pada file
“hasil_case14.m”.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
E. Hasil Pengamatan.
Tabel 1.5. File ”case14.m” untuk Beban Pada Bus 8 Diubah-ubah.
Beban Konvergensi (detik) Jumlah Iterasi
bus 8 NR FDXB GS NR FDXB GS
20% 0,10 0,11 0,07 3 221
50% 0 0,01 0,06 3 P=8 Q=7 237
70% 0,01 0,01 0,07 4 P=8 Q=7 244
100% 0,01 0,01 0,07 4 P=9 Q=8 253
Tabel 1.6. File ”case14.m” untuk Jumlah Saluran dikurangi.
Jumlah Konvergensi (detik) Jumlah Iterasi
saluran NR FDXB GS NR FDXB GS
P = 11
2 -3 0,01 0,01 0,1 4
Q = 10
P=8
4–9 0,01 0,01 0,11 3
Q=8
P=9
10 - 11 0,01 0,01 0,08 3
Q=8
Tabel 1.7. Perbandingan Untuk Sistem Transmisi Yang Berbeda.
Konvergensi (detik) Jumlah Iterasi
Jumlah
FDXB
case NR FDXB GS NR GS
P Q
Case 9 0.57 0.63 0.09 4 6 6 210
Case 14 0.01 0.01 0.04 3 8 8 237
Case 30 0.01 0.01 0.15 3 8 7 670
Case 39 0.01 0.01 0.03 1 4 3 66
Case 57 0.01 0.01 0.22 3 7 7 518
Case 118 0.01 0.01 3.39 3 8 7 1000

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Tabel 1.5. File ”case14.m” untuk Beban Pada Bus 8 Diubah-ubah.


Beban Konvergensi (detik) Jumlah Iterasi
bus 8 NR FDXB GS NR FDXB GS
20% 0,1 0,11 0,07 3 P =7 Q = 6 221
50% 0 0,01 0,06 3 P=8Q=7 237
70% 0,02 0,01 0,07 4 P=8Q=7 244
100% 0,01 0,01 0,07 4 P=9Q=8 253

Berdasarkan tabel di atas dapat di analisa bahwa beban pada bus 8 di atur semakin
meningkat dari yaitu, 20%, 50%, 70%, dan 100%. Dimana beban ini digunakan untuk
membandingkan ketiga metode yaitu Newton Rhapson (NR), Fast Decouple (FDxb), dan
Gauss Siedel (GS). Dapat dilihat didapatkan pada metode GS membutuhkan waktu yang
cenderung lama konvergensi dibandingkan dengan dua metode lainnya, ini disebabkan
metode GS membutuhkan waktu iterasi yang lebih lama di bandingkan metode Newton
Rhapson (NR) dan Fast Decouple (FD XB).

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Tabel 1.6. File ”case14.m” untuk Jumlah Saluran dikurangi.
Jumlah Konvergensi (detik) Jumlah Iterasi
saluran NR FDXB GS NR FDXB GS
2-3 0,01 0,01 0,1 4 P = 11 Q = 10 273
4-9 0,01 0,01 0,11 3 P=8Q=8 255
10 - 11 0,01 0,01 0,08 3 P=9Q=6 223

Dari tabel diatas dapat dianalisa bahwa ketika jumlah saluran semakin di kurangi
maka dapat dibandingkan dari ketiga metode yaitu Newton Rhapson (NR), Fast
Decouple (FDxb), dan Gauss Siedel (GS). Didapatkan bahwa pada metode Gauss Siedel
(GS) lebih banyak membutuhkan waktu dalam konvergensi dibandingkan dengan
metode lainnya, hal ini terjadi karena metode GS lebih banyak membutuhkan iterasi
daripada pada metode Newton Rhapson (NR) dan Fast Decouple (FDxb). Sedangkan
iterasi yang didapatkan pada metode Gauss Siedel semakin menurun dengan jumlah
saluran yang semakin kecil.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Tabel 1.7. Perbandingan Untuk Sistem Transmisi Yang Berbeda.
Jumlah Konvergensi (detik) Jumlah Iterasi
case NR FDXB GS NR FDXB GS
Case 9 0,57 0,63 0,09 4 P=6Q=6 210
Case 14 0,01 0,01 0,04 3 P=8Q=8 237
Case 30 0,01 0,01 0,15 3 P=8Q=7 670
Case 39 0,01 0,01 0,03 1 P=4Q=3 66
Case 57 0,01 0,01 0,22 3 P=7Q=7 518
Case 118 0,01 0,01 3,39 3 P=8Q=7 1000

Berdasarkan tabel diatas dapat dianalisa bahwa apabila jumlah saluran semakin
banyak maka dapat dibandingkan ketiga metode yaitu Newton Rhapson (NR), Fast
Decouple (FDXB), dan Gauss siedel (GS), didapatkan bahwa pada metode Gauss siedel
(GS) membutuhkan waktu cenderung terlama untuk mendapatkan konvergensi
dibandingkan dengan metode Newton Rhapson (NR) dan Fast Decouple (FD XB). Hal ini
dikarenakan metode Gauss siedel (GS) membutuhkan iterasi yang lebih banyak
dibandingkan dengan metode Newton Rhapson (NR) dan Fast Decouple (FD XB) untuk
mencapai konvergensi.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

G. Kesimpulan

1. Metode Newton Rhapson(NR) rata-rata membutuhkan waktu dan jumlah


iterasi yang lebih sedikit untuk mencapai konvergen dibandingkan metode
Fast Decouple (FDxb) dan Gauss Seidel(GS) baik itu pada percobaan dengan
beban, jumlah saluran berubah-ubah, maupun pada percobaan pada system
transmisi yang berbeda-beda.
2. Dari setiap percobaan yang dilakukan, yakni pada percobaan dengan beban,
jumlah saluran berubah-ubah, maupun pada percobaan pada sistem transmisi
yang berbeda-beda. Waktu dan jumlah iterasi yang dibutuhkan untuk
mencapai konvergen paling lama didapatkan ketika menggunakan metode
Gauss Seidel (GS).
3. Jumlah iterasi untuk mencapai konvergen dengan metode Gauss Seidel (GS)
jauh lebih banyak dan bahkan sampai ratusan kali lipat jika dibandingkan
dengan metode Fast Decouple (FDxb) dan Newton Rhapson (NR), hal ini
menyebabkan waktu yang dibutuhkan metode Gauss Seidel (GS) untuk
mencapai konvergen lebih lama dibandingkan metode lainnya.

Praktikum Analisis Sistem Tenaga Listrik 2023/F1B020092

Anda mungkin juga menyukai