PENDAHULUAN
G1 G3
T1 T2
G2 Load B
Load A
Pada contoh diagram segaris dari suatu sistem daya seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.1, dimana :
Diagram segaris ( Single Line Diagram ) ini dapat diuraikan sebagai berikut
:
Dua generator ditanahkan melalui reaktor, kedua generator ini dihubungkan
ke sebuah Rel (Bus) dan melalui sebuah transformator peningkat tegangan
terhubung ke suatu saluran transmisi.
Pada ujung saluran transmisi yang lain terdapat generator ketiga yang
ditanahkan melalui sebuah reactor, dihubungkan ke sebuah Rel (Bus)
melalui sebuah transformator daya. Masing-masing Rel dibebani dengan
sebuah beban.
Pada diagram segaris tersebut, juga tertera data-data beban, data-data
generator dan transformator, serta reaktansi-reaktansi pada komponen-
komponen rangkaian.
Dalam menghitung arus gangguan, resistansi pada umumnya diabaikan
sehingga tidak tercantum pada diagram segaris di atas, sedangkan dalam
melakukan studi aliran beban, resistansi harus diperhitungkan sehingga
harus dicantumkan dalam diagram segarisnya.
Reaktansi-reaktansi yang ada pada diagram segaris di atas dikenal sebagai
reaktansi subperalihan ( subtransient reaktances).
Studi-studi dalam mesin arus bolak-balik membuktikan bahwa arus yang
mengalir segera setelah timbulnya suatu gangguan tergantung kepada nilai
reaktansi dalam generator dan motor yang berbeda dengan nilai yang
digunakan dalam rangkaian setara (equivalent) generator dalam keadaan
tetap (steady state).
Perlu diketahui bahwa reaktansi dalam rangkaian setara suatu mesin
berputar adalah dalam hubungan seri dengan suatu G.G.L (e.m.f) yang
dibangkitkan.
E1 E2 E3
G1 G2 G3
Kemudian dari teori transformator juga diketahui bahwa reaktansi ini bila
dilihat dari sisi tegangan tinggi (yang sementara dianggap sebagai patokan)
maka cukup dikalikan dengan kwadrat dari perbandingan belitannya (lihat
gambar 2.4).
6,6 kV 66 kV
3,81 kV 38,1 kV
Gambar 2.4.a. Skema rangkaian tiga fasa pada gambar 2.1 yang
menunjukkan generator 1 dengan trafo T1
Jadi bila dilihat dari sisi tegangan tinggi transformatornya, besarnya
reaktansi G1 ini adalah :
38,1 2
𝑋𝑔1 = (3,81) 𝑥 0,655 Ω = 65,5 Ω
3,81 kV
66 kV
38,1 kV
3,81 kV 0,1452 Ω
Gambar 2.4.b. Skema rangkaian tiga fasa pada gambar 2.1 yang
menunjukkan generator G3 dengan trafo T2
66 kV 3,81 kV
38,1 kV 2,2 kV
0,1452 Ω
Gambar 2.4.c. Bagian rangkaian tiga fasa pada gambar 2.1 yang
menunjukkan generator G3 dengan setara Transformator
T3.
Dalam rangkaian setara 3 buah transformator 1 fasa yang dihubungkan Y –
Y seperti terlihat pada gambar 2.4.c. di atas, dimana perbandingan belitan
tiap fasanya adalah :
3,81 38,1
38,1 ∶ atau 𝑘𝑉
√3 2,2
38,1 2
𝑋𝑔3 = ( 2,2 ) 𝑥 0,1452 Ω = 43,56 Ω
T1 Transmisi T2
J 65,5 Ω J131 Ω J43,56 Ω
E1 E2 E3
108 𝑘𝑉
= 0,9 𝑝. 𝑢 𝑎𝑡𝑎𝑢 90 %
120 𝑘𝑉
Tegangan 120 kVadalah 1 p.u atau 100 %, maka untuk tegangan sebesar
126 kV bila dinyatakan dalam besaran per unit (p.u) atau persen dengan
berpatokan pada harga dasar tegangan 120 kV adalah :
126 𝑘𝑉
= 1,05 𝑝. 𝑢 𝑎𝑡𝑎𝑢 105 %
120 𝑘𝑉
Perbandingan ini jika dalam persen adalah 100 kali harga per unit (p.u).
Misalnya bila dasar tegangan dan dasar arus telah ditentukan, maka dasar
untuk kVA dan dasar untuk impedansi dapat dihitung. Dasar impedansi ini
adalah impedansi yang akan memberikan drop tegangan yang sama
dengan tegangan dasar bila dialiri arus sebesar harga dasar arus.
Sedangkan dasar kVA adalah perkalian antara base tegangan (kV) dengan
dasar arus (Amper).
Pada umumnya yang dipakai adalah base kVA dan base tegangan (kV)
untuk dipilih sebagi referensi dalam penetapan base-base (dasar-dasar)
lainnya.
Untuk system satu fasa atau 3 fasa, bila arus dianggap arus fasa (arus line)
dan tegangan dianggap tegangan line to netral dan kVA dianggap kVA per
fasanya, maka didapat besaran-besaran per unit sebagai berikut :
𝑘𝑉𝐴,1∅
1. 𝐵𝑎𝑠𝑒 𝑎𝑟𝑢𝑠 (𝐴) = 𝐵𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑘𝑉
𝐿−𝑁 )
Contoh :
Dasar kVA 3 fasa = 30000 kVA
Dasar kVL-L = 120 kV
30000 𝑘𝑉𝐴
𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑘𝑉𝐴 1∅ = = 10000 𝑘𝑉𝐴
3
120
𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑘𝑉𝐿−𝑁 = = 69,2 𝑘𝑉
√3
Untuk tegangan fasa ke fasa yang sebenarnya 108 kV, maka tegangan
fasa ke netral adalah :
108
= 62,3 𝑘𝑉
√3
108 62,3
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 = = = 0,9 𝑝. 𝑢
120 69,2
Untuk daya 3 fasa keseluruhan sebesar 18000 kW, maka daya per fasa
adalah = 6000 kW, dan
18000 6000
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 = = 0,6 𝑝. 𝑢
30000 10000
Untuk harga MW dan MVA dapat disubstitusikan seperti kW atau kVA di
atas.
Impedansi dasar dan arus dasar dapat dihitung langsung dari harga kV
dasar dank VA dasar.
Bila kita anggap kVA dasar adalah untuk kVA total 3 fasa dan kVA dasar
untuk kV fasa ke fasa, maka diperoleh :
𝑘𝑉𝐴 3∅ 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
8. 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 (𝑏𝑎𝑠𝑒 𝑎𝑟𝑢𝑠) = 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟
√3 𝑥 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟,𝑘𝑉𝐿−𝐿
2
𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟,𝑘𝑉𝐿−𝐿
( ⁄ ) 𝑥 1000
√3
9. 𝐼𝑚𝑝𝑒𝑑𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 = 𝑘𝑉𝐴 3∅ 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟⁄
3
(𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟,𝑘𝑉𝐿−𝐿 )2 𝑥 1000
10. 𝐼𝑚𝑝𝑒𝑑𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑘𝑉𝐴 3∅ 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
(𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟,𝑘𝑉𝐿−𝐿 )2
11. 𝐼𝑚𝑝𝑒𝑑𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 = 𝑀𝑉𝐴 3∅ 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
Untuk contoh pada diagram segaris seperti yang ditunjukkan pada gambar
2.1, yang mana nilai-nilai reaktansinya dinyatakan dalam Ohm, bila nilai-
nilai reaktansi tersebut dirubah menjadi per unit adalah sebagai berikut :
Dengan memilih MVA dasar = 30 MVA
kV dasar = 66 kV
Maka :
(𝑘𝑉𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟)2
𝐼𝑚𝑝𝑒𝑑𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 =
𝑀𝑉𝐴 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
(66 𝑘𝑉)2
= = 145,2 𝑂ℎ𝑚
30 𝑀𝑉𝐴
𝑗131 Ω
𝑋𝑔2 = = 𝑗0,9 𝑝. 𝑢
145,2 Ω
𝑗14,52 Ω
𝑋𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜 1 = = 𝑗0,1 𝑝. 𝑢
145,2 Ω
𝑗17,4 Ω
𝑋𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 = = 𝑗0,12 𝑝. 𝑢
145,2 Ω
𝑗14,52 Ω
𝑋𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜 2 = = 𝑗0,1 𝑝. 𝑢
145,2 Ω
𝑗43,56Ω
𝑋𝑔3 = = 𝑗0,3 𝑝. 𝑢
145,2 Ω
E1 E2 E3
Untuk mengubah dari impedansi per unit dengan suatu dasar yang telah diberikan
ke impedansi per unit dengan dasar yang baru, berlaku persamaan berikut :
′
𝑘𝑉 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 2 𝑘𝑉𝐴′ 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
𝑍 𝑝. 𝑢 = 𝑍𝑝. 𝑢 [ ′ ] 𝑥[ ]
𝑘𝑉 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑘𝑉𝐴 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
Dimana : tanda aksen ( ‘ ) menyatakan besaran-besaran dasar yang baru.
Z p.u = impedansi p.u pada dasar yang lama
Z’p.u = impedansi p.u pada dasar yang baru
kV dasar = tegangan dasar yang lama
kV’ dasar = tegangan dasar yang baru
kVA dasar = kVA dasar yang lama
kVA’ dasar = kVA dasar yang baru
Contoh :
Suatu generator dengan reaktansi X” = 0,2 p.u berdasarkan teraan (rating)
generator pada papan namanya dengan besaran tegangan 13,2 kV; 30000 kVA.
Bila generator ini dihubungkan ke suatu system yang mana dasar (base) dalam
perhitungan telah dipilih pada system ini adalah 13,8 kV dan 50000 kVA.
Tentukan X” generator tersebut pada dasar yang baru.
Penyelesaian :
𝑘𝑉 2 𝑘𝑉𝐴′
𝑍 ′ 𝑝. 𝑢 = 𝑍𝑝. 𝑢 [ ] 𝑥[ ]
𝑘𝑉 ′ 𝑘𝑉𝐴
13,2 2 50000
= 0,2 ( ) 𝑥
13,8 30000
= 𝑗 0,306
1.5. Pemilihan Dasar Untuk Besaran Per Unit
Pemilihan harga-harga dasar kVA dan kV dimaksudkan untuk mengurangi
pekerjaan yang diperlukan dalam perhitungan. Sehingga dengan memilih
dasar yang tepat, maka hanya sedikit besaran-besaran p.u yang telah
diketahui yang perlu dirubah ke suatu dasar yang baru dan hal ini akan
banyak menghemat waktu dalam perhitungan.
Bila resistansi dan reaktansi suatu peralatan diberikan oleh pabrik dalam
persen atau per unit, dasar yang dipakai adalah kVA dan kV teraan(rating)
alat itu.
Karena motor-motor biasanya ditera dalam istilah daya kuda (HP) dan
tegangan, maka kVA teraan hanya dapat diperoleh bila efisiensi dan faktor
daya tidak diketahui.
Hubungan daya kuda (HP) dengan kVA berikut ini diturunkan berdasarkan
nilai rata-rata untuk jenis motor tertentu.
Motor-motor induksi :
kVA = daya kuda (HP)
Motor-motor serempak :
Dengan factor daya 1
kVA = 0,85 x HP
Dengan factor daya 0,8
kVA = 1,10 x HP
Contoh :
110
1. Sebuah transformator 1 fasa mempunyai teraan (440) 𝑉𝑜𝑙𝑡, 2,5 kVA.
Reaktansi bocor yang diukur menurut sisi tegangan rendah adalah 0,06
Ω.
Tentukan reaktansi bocor transformator ini dalam p.u
Penyelesaian :
(0,110)2 𝑥 1000
X dasar tegangan rendah = = 4,84 Ω
2,5
0,06
𝑋 𝑝. 𝑢 = = 0,0124 𝑝. 𝑢
4,84
Bila reaktansi bocor itu diukur menurut sisi tegangan tinggi, harganya
menjadi :
440 2
𝑋 = 0,06 ( ) = 0,96 Ω
110
(0,440)2 𝑥 1000
X dasar sisi tegangan tinggi = = 77,5 Ω
2,5
0,96
𝑋 𝑝. 𝑢 = = 0,0124 𝑝. 𝑢
77,5
2. Tiga bagian suatu sistem tenaga listrik fasa tunggal ditunjukkan sebagai
A, B dan C, serta dihubungkan antara yang satu dengan yang lain
melalui transformator.
Transformator-transformator itu mempunyai teraan sebagai berikut :
A – B, 10000 kVA, 13,8 – 138 kV, reaktansi 10 %.
B – C, 10000 kVA, 69 – 138 kV, reaktansi 8 %.
Bila untuk rangkaian B dipilih sebagai dasar 10000 kVA, 138 kV,
tentukan impedansi per unit beban resistif 300 Ω dalam rangkaian C
menurut rangkaian-rangkaian C, B, dan A.
Gambarlah diagram impedansi dengan mengabaikan arus magnetisasi,
resistansi-resistansi transformator dan impedansi saluran.
Penyelesaian :
1 - 10 2-1
A B C 300 Ω
A-B B-C
10 MVA 10 MVA
13,8 / 138 kV 69 / 138 kV
X = 0,1 p.u X = 0,08 p.u
13,8
Tegangan dasar untuk rangkaian A = 𝑥 138 𝑘𝑉
138
= 138 𝑘𝑉
69
Tegangan dasar untuk rangkaian C = 138 𝑥 138 𝑘𝑉
= 69 𝑘𝑉
(𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑘𝑉𝐿−𝑁 )2
Impedansi dasar rangkaian C = 𝑥 1000
𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑘𝑉𝐴 1∅
692 𝑥 1000
= = 476 Ω
10000
300
Impedansi pada rangkaian C dalam p.u = 476 = 0,63 𝑝. 𝑢
138 2
= 300 𝑥 ( 69 ) = 1200 Ω
1200 Ω
Impedansi p.u beban menurut B = = 0,63 𝑝. 𝑢
1904Ω
(13,8)2
Impedansi dasar rangkaian A = 𝑥 1000 = 19,04 Ω
10000
138 2 13,8 2
= 300 𝑥 ( ) 𝑥 ( ) = 12 Ω
69 138
12 Ω
Impedansi p.u beban menurut A = = 0,63 𝑝. 𝑢
19Ω
j 0,1 j 0,08
0,63 + j 0
Pemilihan dasar yang tepat membuat nilai per unit (p.u) resistansi dan
reakatansibocor untuk suatu transformator sama, baik untuk sisi tegangan rendah
maupun untuk sisi tegangan tinggi tanpa memandang hubungan tiga fasanya ( Y –
Y; Δ – Δ; atau Δ – Y).
Sebagai contoh tinjau suatu transformator 3 fasa dengan teraan 10000 kVA, 138
Y – 13,8 Δ) kV dengan suatu reaktansi bocor 10 % dan tentukan suatau dasar
10000 kVA, 13,8 kV pada sisi tegangan tinggi.
Resistansi dan reaktansi bocor suatu transformator diukur baik untuk kumparan
tegangan tinggi maupun untuk kumparan tegangan rendah bersama-sama dengan
mengukur impedansi pada salah satu sisi bila sisi ynag lain dihubung singkat.
R dan X yang diukur adalah jumlah nilai-nilai tegangan tinggi dan tegangan
rendah menurut sisi transformator dimana pengukuran dilakukan. Karena dalam
pengukuran dengan dasar saluran ke netral pada salah satu fasa pada sisi Y atau
Y setara untuk sisi Δ.
Bila reaktansi bocor diberikan sebesar 10 %, reaktansi terukur pada masing-
masing fasa ke netral pada sisi tegangan tinggi adalah :
(138 𝑘𝑉)2
0,1 = 190,4 Ω
10 𝑀𝑉𝐴
1 2
190,4 (5,77) = 5,72 Ω
Tegangan dasar pada sisi transformator ini adalah : 13,8 kV dan reaktansi per
5,72 10 𝑀𝑉𝐴
unitnya adalah : Ω 𝑥 (13,8 𝑘𝑉)2 = 0,1 𝑝. 𝑢
3
Harga 0,1 p.u di atas sama seperti nilai per unit pada sisi Y.
Bila sisi tegangan rendah dihubungkan secara Y, teraan yang baru adalah :
Maka dasar tegangan untuk sisi tegangan rendah adalah 23,9 kV dan sekarang
nilai reaktansi saluran ke netral dalam Ohm adalah 5,72 yang bila dinyatakan
dalam per unit
adalah :
10 𝑀𝑉𝐴
5,72 Ω = 0,1 𝑝. 𝑢
(23,9 𝑘𝑉)2
dan nilai 0,1 p.u di atas juga sama seperti nilai per unit pada sisi Y.
Contoh Soal
Suatu generator tiga fasa 30000 kVA; 13,8 kV mempunyai suatu reaktansi
subperalihan sebesar 15 %. Generator ini mensuplai dua motor melalui suatu
saluran transmisi yang mempunyai transformator pada kedua ujungnya, seperti
ditunjukkan pada gambar diagram segaris di bawah ini.
p
T1 T2
k l m n
Penyelesaian
Transformator T2, terdiri dari 3 buah transformator 1 fasa yang dihubungkan 3
fasa.
Teraan tiga fasa transformator T2 = 3 x 10000 kVA
= 30000 kVA
Perbandingan tegangan antar salurannya :
= (12,5 − √3 𝑥 67)𝑘𝑉
= (12,5 − 116)𝑘𝑉
Dasar dalam rangkaian generator = 30000 kVA; 13,8 kV, untuk seluruh bagian
system kVA dasar adalah 30000 kVA dengan dasar tegangan adalah :
Dalam saluran transmisi :
115
13,8 𝑘𝑉 𝑥 = 120,2 ≈ 120 𝑘𝑉
13,2
Dalam rangkaian motor :
12,5
120 𝑘𝑉 𝑥 = 12,93 𝑘𝑉 ≈ 12,9 𝑘𝑉
116
Reaktansi-reaktansi transformator setelah dirubah ke dalam yang sesuai adalah :
Transformator T1 :
30000 𝑘𝑉𝐴 13,2 𝑘𝑉 2
𝑋 = 0,1 ( ) = 0,0784 𝑝. 𝑢
35000 𝑘𝑉𝐴 13,8 𝑘𝑉
Transformator T2 :
30000 𝑘𝑉𝐴 12,5 𝑘𝑉 2
𝑋 = 0,1 ( ) = 0,0940 𝑝. 𝑢
30000 𝑘𝑉𝐴 12,9 𝑘𝑉
Impedansi dasar saluran transmisi adalah :
(120 𝑘𝑉)2 𝑥 1000
= = 480 Ω
30000 𝑘𝑉𝐴
Impedansi saluran transmisi dalam per unit (p.u)
80 Ω
= = 0,167 𝑝. 𝑢
480 Ω
Reaktansi motor 1 (Xm1) :
30000 𝑘𝑉𝐴 12,5 𝑘𝑉 2
𝑋𝑚1 = 0,2 ( ) = 0,282 𝑝. 𝑢
20000 𝑘𝑉𝐴 12,9 𝑘𝑉
Reaktansi motor 2 (Xm2) :
30000 𝑘𝑉𝐴 12,5 𝑘𝑉 2
𝑋𝑚2 = 0,2 ( ) = 0,563 𝑝. 𝑢
10000 𝑘𝑉𝐴 12,9 𝑘𝑉
Dan diagram reaktansi yang diinginkan adalah seperti gambar berikut ini
k j 0,0784 j 0,167
l m j 0,094 n
p r
Eg Em1 Em2
p s
t t
Contoh Soal :
Teraan tiga fasa suatu transformator tiga kumparan adalah :
Primer dihubungkan secara Y ; 66 kV, 15 MVA.
Sekunder dihubungkan secara Y ; 13,2 kV ; 10 MVA
Tertier dihubungkan secara ; 2,3 kV ; 5 MVA
Dengan mengabaikan resistensi, impedansi-impedansi bocornya adalah :
Zps = 7% dengan dasar 15 MVA, 66 kV
Zpt = 9% dengan dasar 15 MVA, 66 kV
Zst = 8% dengan dasar 10 MVA, 13,2 kV
Tentukan impedansi-impedansi per unit rangkaian setara yang dihubungkan
secara bintang dengan suatu dasar sebesar 15 MVA, 66 kV pada rangkaian
primer
Penyelesaian :
Dengan dasar 15 MVA, 66 kV pada rangkaian primer, maka dasar-dasar
yang tepat untuk impedansi-impedansi pada rangkaian setara adalah :
15 MVA; 66 kV untuk besaran-besaran primer
15 MVA; 13,2 kV untuk besaran-besaran sekunder
15 MVA; 2,3 kV untuk besaran-besaran tertier
Zps dan Zpt telah diukur menurut rangkaian primer dan telah dinyatakan
dalam dasar yang tepat untuk rangkaian setara :
Sedangkan yang perlu dirubah adalah untuk kVA dasar Zst, yaitu :
15 𝑀𝑉𝐴
𝑍𝑠𝑡 = 8% 𝑥 = 12%
10 𝑀𝑉𝐴
Dalam p.u pada dasar yang telah ditentukan :
1 1
𝑍𝑝 = (𝑍𝑝𝑠 + 𝑍𝑝𝑡 − 𝑍𝑠𝑡) = (𝑗0,07 + 𝑗0,09 − 𝑗0,12
2 2
= 𝑗0,02 𝑝. 𝑢
1 1
𝑍𝑝 = (𝑍𝑝𝑠 + 𝑍𝑠𝑡 − 𝑍𝑝𝑡) = (𝑗0,07 + 𝑗0,12 − 𝑗0,09
2 2
= 𝑗0,05 𝑝. 𝑢
1 1
𝑍𝑝 = (𝑍𝑝𝑡 + 𝑍𝑠𝑡 − 𝑍𝑝𝑠) = (𝑗0,09 + 𝑗0,12 − 𝑗0,07
2 2
= 𝑗0,07 𝑝. 𝑢
Contoh Soal
Suatu sumber tegangan konstan (ril tak terhingga) mencatu suatu beban
resistif murni sebesar 5 MW; 2,3 kV dan sebuah motor serempak 7,5 MVA,
13,2 kV yang mempunyai suatu reaktansi subperalihan X” = 20%. Sumber itu
dihubungkan ke kumparan primer transformator tiga kumparan dengan
impedansi-Impedansi : Zp = j0,02 p.u ; Zs = j0,05 p.u ; Zt = j0,07 p.u.
Motor dan beban resistif tersebut dihubungkan ke sekunder dan tertier
transformator tersebut. Hitung impedansi-impedansinya dalam p.u dan
gambar diagram impedansinya.
Penyelesaian
Sumber tegangan konstan dapat diwakili dengan suatu generator yang tidak
mempunyai impedansi dalam. Resistensi beban adalah 1,0 p.u menurut
dasar 5 MVA; 2,3 kV dalam rangkaian tertier.
Bila dinyatakan dalam dasar 15 MVA; 2,3 kV, maka resistensi beban adalah :
15
𝑅 = 1,0 𝑥 = 3,0 𝑝. 𝑢
5
Reaktansi motor
15
(𝑋") = 0,2 𝑥 = 0,4 𝑝. 𝑢
7,5
j 0,05
j 0,02
j 0,4
j 0,07
3,0
E Em
Bila kV dasar sama dengan kV nominal, maka 𝑋𝑡ℎ dalam p.u menjadi :
𝑀𝑉𝐴 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
𝑋𝑡ℎ = p. u
𝑀𝑉𝐴 ℎ𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑠𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡
𝐼 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
𝑋𝑡ℎ = p. u
𝐼𝑆𝐶
Bab III
Gangguan Tiga Fasa Simetri Pada Mesin Serempak
Bila terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik, maka besarnya arus
gangguan akan tergantung kepada tegangan induksi (e.m.f) mesin-mesin
pada jaringan, impedansi-impedansi mesin dan impedansi dalam jaringan itu
di antara mesin dengan titik gangguan tersebut.
Arus yang mengalir dalam suatu mesin serempak segera setelah terjadinya
gangguan, yang mengalir beberapa putaran (cyele) kemudian dan yang
bertahan (sustained) atau keadaan tetap, nilai arus gangguannya berbeda
cukup banyak karena pengaruh arus jangkar pada flux yang membangkitkan
tegangan dalam mesin itu.
Arus berubah relative lambat dari awalnya ke nilai keadaan tetapnya.
𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
|𝑍|
𝑆𝑖𝑛(𝑡 + − ) adalah merupakan nilai arus keadaan tetap dalam
Tergantung kepada nilai sesaat tegangan pada waktu rangkaian itu ditutup
dan faktor daya rangkaian.
Pada saat tegangan diterapkan, komponen-komponen arus searah dan
keadaan tetapnya selalu mempunyai besar yang sama tetapi berlawanan
tanda untuk menyatakan arus yang bernilai nol yang ada.
Pada gambar dibawah ini diperlihatkan bentuk gelombang dari dua keadaan
nilai tegangan sesaat yang diterapkan pada waktu rangkaian RL ditutup.
Dalam perhitungan arus hubung singkat pada suatu system tenaga dapat
didefinisikan dari Gbr. 2.3. Arus-arus dan reaktansi-reaktansi didefinisikan
oleh persamaan-persamaan berikut, yang berlaku untuk suatu generator
yang bekerja tanpa beban sebelum suatu gangguan tiga fasa terjadi pada
kutub-kutubnya.
0𝑎 |𝐸𝑔|
|𝐼| = =
√2 𝑋𝑑
0𝑏 |𝐸𝑔|
|𝐼 ′ | = =
√2 𝑋′𝑑
0𝑐 |𝐸𝑔|
|𝐼 ′′ | = = ′′
√2 𝑋 𝑑
G1
T
G2
Penyelesaian
Pilih sebagai dasar pada rangkaian tegangan tinggi 69 kV ; 75000 kVA.
Maka tegangan dasar untuk sisi tegangan rendah adalah : 13,8 kV
Generator 1 :
75000
𝑋"𝑑 = 0,25 = 0,375 𝑝. 𝑢
50000
66
𝐸𝑔1 = = 0,957 𝑝. 𝑢
69
Transformator :
X = 0,L p.u
Generator 2 :
75000
𝑋"𝑑 = 0,25 = 0,75 𝑝. 𝑢
25000
66
𝐸𝑔2 = = 0,957 𝑝. 𝑢
69
Diagram reaktansinya adalah sebagai berikut :
Eg1
j 0,375
- +
j 0,1
Eg2
- + j 0,75
ril netral
0,957
= = −𝑗2,735 𝑝. 𝑢
𝑗0,25 + 𝑗0,1
Tegangan pada sisi delta transformator adalah :
(-j2,735)(j0,1) = 0,2735 p.u
Jadi arus subperalihan dari generator 1 dan 2
0,957 − 0,274
𝐼1′′ = = −𝑗1,821 𝑝. 𝑢
𝑗0,375
0,957 − 0,274
𝐼2′′ = = −𝑗0,911 𝑝. 𝑢
𝑗0,75
Zext P
IL
Xs
Vf ZL
Vt
Eg
Zext P
+
IL
X”d
S Vf ZL
Vt
E”g
-
(a) (b)
Gbr. 3.4. Rangkaian setara untuk suatu generator yang mencatu suatu
beban tiga fasa seimbang. Pengenaan suatu hubung singkat tiga
fasa di titik P ditirukan dengan menutup sakelar S
(a). Rangakaian setara generator dengan suatu beban
(b). Rangakaian untuk perhitungan arus subtransient (I”)
j 0,10 P
IL
j 0,20
j 0,20
Vt Vf
E”g E”m
netral
j 0,10 P
I”g I”m
j 0,20
j 0,20
Vt I”f
E”g E”m
netral
Untuk motor :
Vt = Vf = 0,97 00 p.u
E”m = Vt - jIL (X”d)
= 0,97 + j0 – j0,2 (0,69 + j0,52
= 0,97 – j0,139 + 0,104
= 1,074 – j0,138 p.u
𝐸"𝑚 1,074 − 𝑗0,138
𝐼′ 𝑚 = =
𝑋"𝑑 𝑗0,2
= - 0,69 – j5,37 p.u
= (-0,69 – j5,37) x 1312
= - 905 – j7050 Amper
Dalam gangguan
I”f = I”g + I”m = 0,69 – j2,71 – 0,69 – j5,37
= - j 8,08 p.u
= - j 8,08 x 1312 = -j10600 Amper
= 10600 -900 Amper
Motor
A P
Gen.
Penyelesaian
Untuk suatu dasar pada rangkaian generator sebesar 25000 kVA ; 13,8 kV ;
dasar untuk motor adalah 25000 kVA ; 6,9 kV
Reaktansi subperalihan untuk setiap motor adalah :
25000
𝑋"𝑑 = 0,2 = 1,0 𝑝. 𝑢
5000
j 0,1
j 0,1
j 0,15 j 0,1
j 0,1
P j 0,1
= 𝑗0,25 𝑝. 𝑢
𝑗0,25 𝑥 𝑗0,25
𝑍𝑡ℎ = = 𝑗0,125 𝑝. 𝑢
𝑗, 025 + 𝑗0,25
𝑉𝑓 1,0
𝑍"𝑓 = = = 𝑗8,0 𝑝. 𝑢
𝑍𝑡ℎ 𝑗0,125
Arus dasar dalam rangkaian 6,9 kV adalah :
𝑘𝑉𝐴 3ø 25000
= = 2090 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟
√3. 𝑘𝑉𝐿−𝐿 √3. 6,9
𝐼"𝑓 = −𝑗8 𝑥 2090 = −𝑗16720 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟
= 16720 − 900 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟
b). Pemutus (PMT) A dilalui oleh arus gangguan sumbangan dari generator
dan tiga dari ke emapt motornya.
Generator menyumbangkan arus sebesar
0,25
−𝑗8,0 𝑥 = −𝑗4,0 𝑝. 𝑢
0,50
Masing-masing motor menyumbang 25% arus gangguan yang tersisa, yaitu
= -j1,0 p.u
Melalui PMT A :
I” = -j4,0 + 3(-j1,0) = -j7,0 p.u
= -j7,0 x 2090 = 14630 -900 Amper
c). untuk menghitung arus yang melalui pemutus (PMT) A yang harus
diputus, gantikan reaktansi subperalihan motor sebesar j1,0 dengan
reaktansi peralihan sebesar j1,5, maka :
0,375 𝑥 0,25
𝑍𝑡ℎ = 𝑗 = 𝑗0,15 𝑝. 𝑢
0,375 + 0,25
Generator menyumbang arus gangguan sebesar :
1,0 0,375
𝑥 = 𝑗4,0 𝑝. 𝑢
𝑗0,15 0,625
72,5
= 60
1,21
Arus hubung singkat teraannya pada 60 kV adalah :
19000 x 1,21 = 22990, atau 20000 Amper
Pada tegangan-tegangan yang lebih rendah arus hubung singkat ini tidak
dapat dilampaui.
Pada 69 kV arus hubung singkat teraannya adalah :
72,5
𝑥 19000 = 19963,77 ≈ 20000 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟
69
Pemutus-pemutus dengan kelas 115 kV dan yang lebih tinggi mempunyai K
sebesar 1,0
Suatu prosedur untuk menghitung arus hubung singkat simetri yang telah
disederhanakan, mengabaikan semua resistensi, semua beban statis dan
semua arus penggangguan, disebut dengan metoda
𝐸
𝑋
Reaktansi subperalihan digunakan untuk generator dalam metoda (E/X), dan
untuk motor-motor serempak reaktansi yang dianjurkan adalah : X”d. motor x
1,5 ; yang mendekati nilai reaktansi peralihan motor.
Untuk suatu sistem yang besar secara umum untuk mencari besar arus
hubung singkat tiga fasa simetri adalah :
𝐸 100
𝐼𝑠𝑐 = = 𝑥 𝐼𝑛
√3 𝑥 𝑋1 % 𝑋1
Dimana : Isc = arus hubung singkat tiga fasa
E = tegangan sistem maksimum (kV)
Im = arus nominal (Amper)