Anda di halaman 1dari 11

REPRESENTASI SISTEM TENAGA LISTRIK

1. Komponen Sistem Tenaga Listrik


Suatu sistem tenaga listrik merupakan interkoneksi 3 bagian utama, yaitu :

Sistem pembangkitan
-

Sistem penggerak mula (prime mover)

Mekanisme governor

Mesin serempak

Sistem penguat (exciter)

Sistem pengatur tegangan (voltage regulation)

Pengaruh reaksi jangkar dan fluks bocor merupakan reaktans sinkron.


Tahanan setiap fasa dari belitan jangkar yang terhubung seri dengan reaktans
dapat diabaikan.

Sistem penyaluran
-

Salura transmisi

Saluran distribusi

Trafo daya

Trafo distribusi

Peralatan pengaman

Konpensasi daya reaktif (Kapasitor, reaktor, dll)

Menurut panjangnya, saluran transmisi dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :


-

Saluran transmisi pendek (short line) yaitu yang panjangnya < 80 km (di
bawah 50 mil).

Saluran transmisi menengah (medium line) yaitu yang panjangnya antara


80 km 240 km (50 150 mil).

Saluran transmisi panjang (long line) yaitu yang panjangnya > 240 km (150
mil keatas).

Parameter-parameter saluran transmisi antara lain : tahanan (resistans),


reaktans, kapasitans dan konduktans yang tersebar di sepanjang saluran.
Untuk saluran pendek dan menengah, parameter-parameter direpresentasikan
secara terpusat (lumped) tidak sesebar secara merata sepanjang saluran.

Beban
Dalam penganalisaan tidak diberikan secara detail, tetapi digambarkan
sebagai suatu impedans tetap yang menyerap daya dari sistem tenaga listrik.
Untuk merepresentasikan suatu beban (P-jQ), harus diketahui variasi daya
aktif (P) dan daya reaktif (Q) terhadap variasi tegangannya. Pada suatu bus,
suatu beban mungkin terdiri dari :
-

Motor-motor induksi

: 50 70 %

Penerangan dan pemanasan

: 20 30 %

Motor-motor sinkron

: 5 10 %

Dalam menganalisa sistem tenaga listrik, ada 3 cara untuk merepresentasikan


beban :
a. Representasi beban dengan daya tetap
Dalam hal ini daya aktif maupun daya reaktif dianggap konstan. Ini
digunakan untuk untuk perhitungan aliran daya.
b. Representasi beban dengan arus tetap
Dalam hal ini arus dihitung sebagai:
I

P jQ
I
V*

dengan :
V=V
= tan-1 adalah sudut daya (power factor angle)
Besar arus dijaga konstan.
c. Representasi beban dengan impedans tetap
Daya yang diserap oleh beban dikonversikan kedalam bentuk impedans
seri atau paralel. Ini biasanya digunakan pada studi stabilitas sistem
tenaga listrik. Jika P dan Q beban diketahui dan tetap, impedans dihitung
dengan :
V
V2
Z
I P jQ
atau
Y

I P jQ

V
V2

Untu menganalisa permasalahan, komponen-komponen tersebut di atas


diberikan dalam bentuk rangkaian ekivalennya. Rangkaian ekivalen yang
digunakan adalah rangkaian ekivalen satu fasa. Dalam penggambarannya
dianggap bahwa sistem tiap fasa dalam keadaan seimbang pada kondisi operasi
normal.

2. Diagram Satu Garis


Diagram sistem tenaga listrik yang sederhana ini sering disebut diagram
satu garis (one line diagram). Dengan suatu garis tunggal dan lambang standar,
diagram inii menunjukkan saluran transmisi dan peralatan-peralatan yang
berhubungan dari suatu sistem tenaga listrik.
Beban A

Gambar 1. Contoh diagram satu garis suatu sistem tenaga listrik

3. Diagram Impedans dan diagram reaktans


Diagram impedans dan reaktans yang digambarkan kadang-kadang
disebut juga diagram urutan positif (positive sequence diagram) karena diagram
tersebut menunjukkan impedansi terhadap arus siembang dalam suatu sistem
tiga fasa yang simetris. Diagram ini adalah perubahan dari diagram satu garis.

Gambar 2. Contoh diagram impedansi dari gambar 1.

+
E1

+
E2

+
E3
Rel netral

Gambar 3. Contoh diagram reaktansi dari gambar 4.


4. Kuantitas Per Unit
Definisi nilai per unit untuk suatu kuantitas adalah perbandingan kuantitas
tersebut terhadap nilai dasarnya yang dinyatakan dalam desimal. Perbandingan
(ratio) dalam persentase adalah 100 kali nilai per unit. Metode per unit memiliki
kelebihan dibandingkan dengan nilai langsung atau dengan persentase. Kalau
dengan nilai langsung nilai yang harus digunakan dalam perhitungan sangat
besar, tetapi kalau dengan perunit nilainya yang digunakan relatif kecil. Kalau
dinyatakan

dengan

persentase

masih

harus dibagi

dengan

100 untuk

mendapatkan hasil dalam persentase, tetapi kalau dalam per unit hasilnyanya
tetap per unit dan bisa dipakai terus dalam perhitungan dan hasil akhir.
Besaran per unit didefinisikan sebagai berikut :

Besaran yang sebenarnya


Besaran dasar dengan dimensi yang sama
Rumus-rumus di bawah ini memberikan hubungan utuk berbagai besaran :

Arus dasar Ib

daya dasar kVA b


tegangan dasar kVb

Arus dasar Ib

daya dasar kVA b 3


3 tegangan dasar kVb

Impedans dasar Zb

(Untuk 1 Phasa)

(1)

(Untuk 3 Phasa)

(2)

tegangan dasar Vb
arus dasar Ib

(3)

Substitusikan pers (1) ke (3), diperoleh :

Impedans dasar Z b

Impedans dasar Z b

tegangan

dasar kVb
daya dasar kVA b

tegangan

dasar kVb
daya dasar kVA b 3

(Untuk 1 Phasa)

(4)

(Untuk 3 Phasa)

(5)

Setelah besaran-besaran dasar telah ditentukan, maka besaran-besaran


itu dinormalisasikan terhadap besaran dasar. Dengan demikian impedans per unit
dari rangkaian didefinisikan :

Z pu

Impedans sebenarnya Z (Ohm) Z in


Impedans dasar Z b (Ohm) = Z b

(6)

Substitusi pers (6) ke (7), diperoleh

Z pu Z in

daya dasar kVA


(tegangan dasar) 2

(Untuk 1 Phasa)

(7)

Z pu Z in

daya dasar kVA 3


(tegangan dasar kV) 2

(Untuk 3 Phasa)

(8)

Merubah Dasar Satuan ke Dasar yang lain.


Pada pers (8) dan (9) besaran per unit berbandig lurus dengan daya dasar
kVA dan berbanding terbalik dengan tegangan dasar kV kwadrat. Untuk
mengubah suatu dasar ke dasar yang lain dari besaran pu adalah :

Z pu(baru) Z pu(given)

daya dasar kVA (baru)


daya dasar kVA (given)

tegangan dasar kV(given)

tegangan dasar(baru)

(9)
Perubahan nilai dasar ini diperlukan karena semua impedans peralatan
dalam besaran pu harus mempunyai nilai dasar yang sama, sedangkan impedans
peralatan dalam pu (persen) yang diberikan adalah rating dari masing-masing
peralatan itu dan bukan nilai untuk perhitungan.
Contoh soal :
Sebuah generator tiga fasa 20 kV, 300 MVA mempunyai reaktans sub-peralihan
sebesar 20%. Generator itu mencatu beberapa motor serempak melalui saluran
transmisii sepanjang 64 km (40 mil) dengan tranformator pada kedua ujungnya,
seperti diperlihatkan pada diagram satu garis pada gambar 4. Seluruh motor
memiliki rating 13,2 kV, dilukiskan sebagai dua buah motor ekivalen M 1 dan M2.
Netral dari M1 ditanahkan melalaui reaktans. M2 tidak ditanahkan. Masukan
nominal untuk M1 = 200 MVA dan M2 = 100 MVA. Kedua motor itu memiliki X =
20%. Trafo T1 3 fasa memiliki rating 350 MVA, 230/20kV dengan reaktans bocor
10%. T2 terdiri dari 3 buah trafo 1 fasa dengan rating 100 MVA, 127/13,2 kV
dengan reaktans bocor 10%. Reaktans seri saluran transmisi 0,5 Ohm/km. Pilih
rating generator sebagai dasar pada rangkaian generator.

Motor 1

Gambar 4. Diagram segaris untuk contoh di atas


Ditanya :
1. Gambar diagram impedans, diagram reaktans
2. Jika M1 masukannya 120 MW dan M2 60 MW pada tegangan 13,2 kV, dan
kedua motor bekerja dengan faktor daya 1, cari tegangan pada terminal
generator.
Penyelesaian :
Untuk soal 1
Rating tiga fasa transformator T2 adalah : 3 100 = 300 kVA
Perbandingan tegangan antar salurannya adalah :

3 127 / 13,2 220 / 13,2 kV


Suatu dasar dari 300 MVA, 20 kV pada rangkaian generator memerlukan dasar
300 MVA di semua bagian sistem dan dasar-dasar tegangan sebagai berikut :
Pada saluran transmisi : 230 kV (karena T1 memiliki rating 230/20 kV)

230
Pada rangkaian motor :

13,2
13,8 kV
220

Dasar-dasar ini diperlihatkan pada saluran transmisi pada diagram satu garis.
Reaktans transformator yang diubah ke dasar yang semestinya adalah :

T1 : X 0,1

300
0,0857
350

pu

13,2
T2 : X 0,1

13,8

0,0915
pu

230 2
300

Impedans dasar saluran transmisi adalah :

Reaktans saluran :

176,3

0,5 64
0,1815
176,3
pu
2

Reaktans motor M1 :

300 13,2
0,2

200 13,8

Reaktans motor M2 :

300 13,2
0,2

100
13
,
8

j0,0857

0,2745
pu

0,5490
pu
j0,1815

j0,0915

j0,2
j0,2745
+

+
Em1

Eg

Untuk soal 2
Kedua motor menyerap 180 MW, atau

180
0,6
300

pu

Karena itu dengan V dan I pada motor dalam pu

j0,5490
+
Em2

V I = 0,6 pu

V
Dan karena

13,2
0,956500
13,8

pu

0,6
0,627300
0,9565

pu

Pada Generator :
V = 0,9565 + 0,6273 (j0,0915 + j0,1815 + j0,0857)
= 0,9826 13,20 pu
Tegangan terminal generator adalah :
0,9826 20 = 19,65 kV.

Contoh lain :
Dari diagram segaris pada gambar 1, tentukan impedans (reaktans) dalam
besaran per unit (pu)
Di mana diketahui rating Peralatan :
-

G1 = 15.000 kVA ; 6,6 kV ; x = 0,65 Ohm

G2 = 10.000 kVA ; 6,6 kV ; x = 1,30 Ohm

G3 = 30.000 kVA ; 3,81 kV ; x = 0,1452 Ohm

T1 dan T2 masing Trafo 3 phasa yang terdiri dari 3 buah trafo 1 phasa
10.000 kVA ; 3,81 kVline-N 38,1 kVline-N ; Reaktans (X) = 14,52 Ohm

Reaktans transmisi (T) X = 17,4 Ohm

Penyelesaian :
1. Menghitung reaktans dalam pu
a. Memilih daya dasar (kVAb), dimana kVAb ini berlaku untuk semua bagian
sistem, biasanya dipilih rating peralatan yang terbesar. Daya dasar terbesar
berada pada G3 = 30.000 kVA, terpilih sebagai daya dasar.
b. Memilih tegangan dasar pada salah satu bagian dari sistem yang dipisahkan
oleh transformator, kemudian menentukan tegangan dasar pada bagian lain
sesuai dengan perbandingan tegangan antara saluran (line to netral)
transformatornya, sebaiknya untuk memudahkan mengingat tegangan dasar

ini ditulis pada tiap bagian rangkaian diagram segaris. Dalam hal ini dipilih
tegangan dasar pada bagian transmisi : 66 kV
2. Menentukan dasar pada G1, G2, dan G3 :
Tegangan

dasar

G1

dan

G2

6,6
6,6
tegangan dasar
66 kV 6,6 kV
66
66
Tegangan dasar pada G3 =

3,81 kV
3,81
tegangan dasar
66 3,81 kV
66 kV
66

3. Menghitung reaktans (pu) pada dasar yang dipilih :

X in( )
a. G1

0,65

daya dasar kVA


(tegangan dasar kV) 2103

30.000 kVA
0,477 pu
6,6 kV 2103
1,3

b. G2 : X = =

30.000 kVA
0,895 pu
6,6 kV 2103

0,1452
c. G3 : X = =

30.000 kVA
0,30 pu
3,81 kV 2103

14,52
d. T1 dan T2 : X =

30.000 kVA
0,10 pu
2
3
66 kV 10

17,4
e. Transmisi T : X =

30.000 kVA
0,119 pu
66 kV 2103
j0,1

j0,119

j0,1

j0,3
j0,447

j0,895

Em1

Em2

Eg

Anda mungkin juga menyukai