Agus Murnomo
A. PUSAT LISTRIK
si sekunder)
1. PROSES PEMBANGKITAN ENERGI LISTRIK
1 G PMT/CB
2 G saluran
3 G
PMS/DS
Trafo pemakaian
sendiri
4. SISTEM INTERKONEKSI
a. kontinuitas penyediaan
ke lima unsur ini
b. nilai tegangan
dapat direkam
sehingga dapat
c. nilai frekuensi
dibahas secara
kuantitatif antara
d. kedip tegangan
penyedia dan
konsuman energi
e. kandungan harmonis
listrik
B. INSTALASI LISTRIK DI PUSAT LISTRIK
1. INSTALASI LISTRIK GENERATOR SINKRON
tis.
Gambar a Gambar b
2. JENIS SAKLAR
PMT SF 6
3. MEKANISME PENGGERAK PMT
a. energi pegas
a. lampu penerangan
b. penyegar udara
puti:
a. tegangan
b. arus
c. daya aktif
d. daya reaktif
e. energi listrik
f. sudut fasa
g. frekuensi
. Diagram pengukuran pada generator dan saluran;
umumnya menggunakan:
d. Energi angin
e. Energi biomassa
. Energi batu bara:
1. Diperoleh melalui proses penambangan.
2. Mengandung campuran karbon, hydrogen, oksigen,
nitrogen dan berbagai kotoran lain seperti sulfur dan
sodium
3. Bila dipanaskan, sebagian karbon tetap padat dan se-
bagian lagi berubah menjadi gas dan keluar bersama-
sama unsur gas lainnya. Bagian gas ini mudah terbakar
menyala terus serta lebih berasap dari pada karbon pa-
dat yang membara
4. Batu bara yang dipanaskan, gas serta kotoran mengu-
ap dan sisa karbon padat disebut kokas. Kokas diguna-
kan untuk mencairkan bijih besi.
5. Batu bara dikatagorikan menjadi:
a. lignit (kadar karbon padat rendah)
b. batu bara muda
c. batu bara subbituminus
d. batu bara bituminous
e. antrasit (batu bara yang tingkatannya paling rendah
berwarna coklat, mengandung banyak abu dan lembab
serta kandungan karbon lebih tinggi)
6. Bahan organik yang tidak cukup terurai sampai berben
tuk karbon, belum dapat dikatakan batu bara namun di-
sebut gambut (peat)
7. Batu bara merupakan sumber energi yang tidak dapat
diperbaruhi
1. Energi nuklir
1. Pemanasan langsung
c. bebas pencemaran
. Energi angin
b. bebas pencemaran
c. dapat diperbarui
b. persediaan melimpah
c. pengolahannya mudah
Pusat Pembangkitan Energi Listrik Yang Mengubah Energi
Potensial Air Menjadi Energi Mekanik Oleh Turbin Dan Diubah
Lagi Menjadi Energi Listrik Oleh Generator
Dengan Memanfaatkan Kecepatan Aliran Air Atau
Ketinggiaan Jatuh Air
1. KOMPONEN PADA PLTA (Energi air terjun)
b. bendungan
c. penghalang sampah
g. saluran pelimpah
Keterangan:
2). PLTA dengan tinggi jatuh air sedang (> 20 m sampai 300 m)
3). PLTA dengan tinggi jatuh air tinggi (di atas 300 m)
335,70 m
Menurut beban yang dipikul
1). PLTA untuk memikul beban dasar (base load)
(PLTA yang lama seperti PLTA Jelok, PLTA Timo
PLTA Cikalong dll)
2). PLTA untuk memikul beban puncak (peak load)
Menurut tujuan pembangunannya
1). PLTA untuk tujuan tunggal (single purpose)
2). PLTA untuk tujuan serbaguna (multi purpose)
Menurut gedung pusat listriknya
1). PLTA dengan gedung di atas tanah (on ground)
2). PLTA dengan gedung di bawah tanah (under ground)
Menurut letak generator
3. TURBIN AIR
. Jenis turbin air
1). turbin Pelton ( turbin impuls)
2). turbin Francis
3). turbin Kaplan turbin reaksi
4). turbin propeler
. Turbin Reaksi: turbin yang umumnya bekerja atas dasar
aliran air
jatuh air.
1
2
1,165 n p
s 5
ppm
4
H
dengan:
s = kecepatan spesifik turbin (ppm atau rpm)
n = putaran turbin (ppm atau rpm)
p = daya turbin (kW)
H = tinggi jatuh air efektif (m)
. Gambar jenis turbin air
P = k x Q x H x t x g (kW)
dimana:
k = konstanta
konstanta dihitung berdasarkan pengertian, 1 daya kuda
= 75 kgm/detik dan 1 daya kuda = 0,736 kW, apabila P
dinyatakan dalam kW, tinggi jatuh air (m) dan debit air
(m3/det), maka
konstanta k = 9,813 dibulatkan 9,8
P = 9,8 x Q x H x t x g (kW)
6. KEUNGGULAN DAN KEKURANGAN PLTA
Keunggulan :
a. respon pembangkitnya cepat menyesuaikan kebutuhan
beban, sehingga cocok untuk kebutuhan kondisi beban
puncak dan saat terjadi gangguan di jaringan.
b. kapasitas daya keluaran relatif besar dibandingkan
pembangkit energi terbarukan lainnya
c. umumnya memiliki umur yang panjang, yaitu 50-100 th
d. bendungan yang digunakan sekaligus dapat digunakan
untuk irigasi atau sebagai cadangan air dan pariwisata.
e. bebas emisi karbon sehingga memberi kontribusi berhar
ga bagi lingkungan.
Kekurangan:
.Jika tunggi jatuh air, yaitu selisih antara tinggi air laut
dan tinggi air waduk pasang surut adalah H dan debit air
adalah Q, sedang luas waduk pada ketinggian h adalah
S(h) yaitu S sebagai fungsi H, maka jumlah energi
maksimum yang diperoleh per siklus adalah
Emaks = b . g . H2 . S dan daya yang dapat dibangkitkan
P=f.Q.H
dengan,
b = berat jenis air laut
g = gravitasi
H = tinggi pasang surut terbesar
S = luas waduk rata-rata antara pasang dan surut
f = faktor efisiensi
Bendungan Turbin
air Pantai
Laut Pasang
Arus air
(a)
Bendungan Pantai
Arus air
(b)
memperlihatkan diagram
Kondensor
Pom pa pelaksanaan konversi
Pom pa energi panas laut (KEPL)
Air
hangat
menjadi energi listrik
Pom pa
Air
Air hangat dengan suhu antara 25 sampai 300 C dipompa
menuju evaporator.
Salah satu zat bertitik didih rendah yang semula berbentuk
cair, karena menerima suhu air hangat akan mendidih ke –
mudian menguap dan akhirnya menjadi gas dengan teka –
nan 12 kg/cm2
Selanjutnya gas dengan tekanan ini masuk menuju turbin
gas dan memutar poros generator
Gas setelah meninggalkan turbin, masuk ke kondensor un-
tuk didinginkan dengan memanfaatkan air laut yang bersu-
hu 5 sampai 70 C.
Disini terjadi proses kondensat, sehingga gas kembali me-
njadi zar cair yang siap dipompa menuju evaporator.
Dengan demikian terjadi satu siklus dari medium dalam ke-
adaan cair menjadi gas dan kembali menjadi cair.
Contoh Soal;
Debit air penggerak turbin suatu PLTA adalah 14 m3/det.
tinggi jatuh air 125 m. Efisiensi turbin dan generator 0,95
Jika PLTA dengan beban penuh selama sehari (24 jam)
Hitung:
a. daya yang dibangkitkan generator
b. jumlah produksi energi yang dihasilkan (kWh-nya)
c. banyak pemakaian airnya
d. jumlah pemakaian air yang diperlukan memproduksi
1 MWh
Jawab:
Pusat Pembangkitan Energi Listrik Yang Mengubah Energi
Kinetik Uap Menjadi Energi Mekanik Oleh Turbin Dan Diubah
Lagi Menjadi Energi Listrik Oleh Generator
. Bahan bakar PLTU pada umumnya menggunakan minyak
(solar, residu) dan batubara.
4. TURBIN UAP
Turbin uap merupakan mesin penggerak, dimana energi
fluida kerja (energi kinetik uap) dipergunakan langsung
untuk memutar roda turbin.
Turbin uap dapat merupakan turbin impuls atau turbin
reaksi.
Turbin impuls: proses ekspansi (penurunan tekanan) flui-
da kerja hanya terjadi di dalam baris sudu-sudu tetapnya.
1. Shell
2. Water box
3. Back Washing Valve
a). shell: sebagai penutup exhaust turbin yang menuju
hotwell
b). water box: terdapat 2 bagian yang tepisah. Air pendi –
ngin masuk ke inlot nozzle dan keluar outlet nozzle
melalui tube-tube. Untuk penggunan air laut sebagai
pendingin, dipakai karet neoprene sebagai pelapis per
mukaan dalam water box.
c). back washing valve: katup untuk membersihkan tube
kondensor dengan harapkan kotoran yang tersangkut
di inlet kondensor dapat terbawa air laut keluar dari
tube kondensor
6. GENERATOR
Generator berfungsi mengkonversi energi mekanik dari tur-
bin menjadi energi listrik dengan cara mengkoplingkan po-
ros generator dengan poros turbin. Generator yang diguna-
kan sebagai sumber energi listrik adalah generator sinkron.
cerobong
pembersih
uap
Boiler Gas buang
Turbin uap
Generator
Batu bara
Gb. Skema pembakaran lapisan
mengambang atmosferik kapur
kondensor
Kisi-kisi
Air
abu
pompa
udara
. Sebagian pipa boiler dipanaskan di dalam lapisan mengam
bang dan sebagian lagi dipanaskan oleh gas buang (flue
gas) yang bersuhu mencapai 850 0C. Setelah memberi pe-
manasan, gas buang tersebut melewati alat pembersih be-
rupa pengendap elektrostatis (electrostatic precipitator)
yang berfungsi mengendapkan sisa abu yang masih ada.
. Sebelum gas buang dilepaskan melalui cerobong, biasa –
nya dikompres dan dimanfaatkan untuk memutar turbin
gas. Dengan demikian pusat listrik dapat memanfaatkan
tenaga uap dan tenaga gas dalam menghasilkan energi lis-
trik, sehingga diperoleh efisiensi tinggi.
. Prinsip pembakaran seperti ini memberi harapan untuk pe-
mbakaran batu bara yang berkualitas rendah dengan tan –
pa mencemari lingkungan
10. PEMBAKARAN LAPISAN MENGAMBANG BERTEKANAN
. Pembakaran lapisan mengambang yang dilakukan dengan
menekan atau mengkompres udara, akan diperoleh pening
katan panas pada boiler. Gas buang yang telah dibersih –
kan dapat dimanfaatkan untuk memutar turbin gas. Sehi –
ngga efisiensi disemua siklus dapat ditingkatkan.
. Dengan dimasukkannya udara yang bertekanan, maka se –
bagai konsekuensinya berpengaruh pada desain seluruh
peralatan terutama generator uap yang sekaligus merang-
kap sebagai generator gas.
. Gas buang yang setelah dibersihkan dipakai untuk turbin
gas, dan sebelum dilepas melalui cerobong dimanfaatkan
untuk memberikan pemanasan awal air yang keluar dari
kondensor sebelum masuk kembali ke dalam boiler.
. Prinsip pembakaran yang memanfaatkan gas buang untuk
memutar turbin gas diperlihatkan pada gambar berikut;
Gas buang
Gas cerobong
Turbin gas
Generator
pembersih
Generator
uap & gas uap
Turbin uap
Generator
Batu bara
kapur
Kisi-kisi
kondensor
abu
pompa Air
Udara
bertekanan
Gb. Skema pembakaran lapisan mengambang bertekanan
dengan kombinasi turbin uap dan turbin gas
11. PRINSIP KERJA PLTU
2. KOMPRESOR
3. RUANG BAKAR
4. TURBIN GAS
6. OPERASI PLTG
8. BAHAN BAKAR
a. Gas Alam
bahan bakar yang ideal dan tersedia dengan harga murah,
jenisnya; butane, propane
b. Kerosene (Parafin)
bahan bakar yang biasa untuk turbin gas udara
c. Minyak Gas (Minyak Destilasi)
bahan bakar ini memerlukan penyaringan yang baik
d. Minyak Diesel
bahan bakar dengan kadar sulphur rendah, lebih mahal da-
ri minyak gas tapi lebih murah dari kerosene.
e. Minyak Residu
bahan bakar yang paling murah, tetapi mempunyai berba –
gai kejelekan dari hasil titik lebur abu yang rendah.
Dari kelima bahan bakar tersebut, yang sering dipakai adalah
minyak solar atau minyak diesel jenis diesel kecepatan tinggi
(High Speed Diesel Oil) dan minyak diesel industri.
9. KELEBIHAN PLTG DARI PEMBANGKIT LAIN
Keterangan:
TU: Turbin Uap
Kd: Kondensor
Kt : Katup
G : Generator
P : Pompa
Pada PLTP, jika fluida panas bumi yang keluar dari sumur
berupa uap kering, maka dapat dialirkan langsung ke tur -
bin, dan turbin akan mengubahnya menjadi energi gerak
yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi
listrik.
Namun jika fluida panas bumi yang keluar dari sumur ada-
lah uap basah yang mengandung sejumlah air, maka harus
dilakukan proses pemisahan dengan melewatkan fluida ke
separator. Uap kering yang telah dihasilkan dari separator
inilah yang kemudian dialirkan ke turbin.
Untuk menjaga kelangsungan hidup turbin, umumnya uap
masih dibersihkan dulu sebelum dimasukan ke turbin
Banyak sistem pembangkitan listrik dari fluida panas bumi
yang telah diterapkan di lapangan, diantaranya:
1. Siklus uap kering 2. Siklus uap hasil pemisahan
3. Siklus penguapan tunggal 4. Siklus biner dll
Fluida panas bumi yang keluar, sering didapatkan berupa
air panas dengan suhu tidak seberapa tinggi dan menga -
ndung banyak mineral yang dapat menyumbat dinding pi -
pa. Untuk mencegahnya digunakan sistem biner.
Komponen Utama
1. Steam Receiving Header 6. Generator
2. Vent Structure 7. Trafo Utama
3. Separator 8. Switch Yard
4. Demister 9. Kondensor
5. Turbin 10. Main Cooling Water Pump
11, Cooling Tower
Gb cooling tower
Gb. Trasformator utama PLTP Kamojang
Gb. Separator PLTP Kamojang
Gb. Rotor turbin uap PLTP Kamojang
Gb. Main cooling water pump PLTP Kamojang
Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun
pembangkit listrik termal di mana panas yang dihasilkan
diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir
reaktor nuklir adalah tempat atau perangkat yang diguna -
kan untuk membuat, mengatur, dan menjaga kesinambung
an reaksi nuklir berantai pada laju yang tetap
reaksi nuklir adalah sebuah proses di mana dua partikel
nuklir bertubrukan, untuk memproduksi hasil yang
berbeda dari produk awal
Reaktor nuklir digunakan untuk banyak tujuan. Saat ini,
reaktor nuklir paling banyak digunakan untuk membangkit
kan listrik. Awalnya, reaktor nuklir digunakan untuk mem -
produksi plutonium sebagai bahan senjata nuklir
Keuntungan PLTN Dibanding Pembangkit Termal Lainnya:
1.Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama ope –
rasi normal)
2. Tidak mencemari udara karena tidak menghasilkan gas
berbahaya seperti karbon monoksida (CO), sulfur dioksi-
da, mercury, nitrogen oksida, asap fotokimia, CO2
3. Sedikit menghasilkan limbah padat (selama operasi nor-
mal)
4. Biaya bahan bakar rendah (sedikit bahan bakar diperlu -
kan), dan ketersedian bahan bakar yang melimpah
5. Mampu menghasilkan daya listrik lebih stabil dari pem –
bangkit listrik lainnya
Kekurangan PLTN
1. Risiko kecelakaan nuklir
2. Limbah nuklir: limbah radioaktif tingkat tinggi yang diha-
silkan dapat bertahan hingga ribuan tahun
Tipe PLTN:
1. PLTN tipe reaktor air tekan (Pressurized Water Reactor),
2. PLTN tipe reaktor air tekan rusia (VVER)
3. PLTN tipe reaktor air didih (Boiling Water Reactor)
4. PLTN tipe reaktor air berat pipa tekan
5. PLTN tipe reaktor air berat pembangkit uap (Steam Gene
rating Heavy Water Reactor)
6. PLTN tipe reaktor pendingin gas (Gas Cooled Reactor)
7. PLTN tipe reaktor gas maju (Advanced Gas Reactor)
8. PlTN tipe reaktor gas suhu tinggi (High Temperatur Gas
Reactor)
9. PLTN tipe reaktor moderator grafit pendingin air didih
10.PLTN tipe reaktor pembiak cepat (Fast Breeder Reactor)
Perbedaan PLTN & PLTU
Terletak pada penghasil uapnya, yang satu berupa ketel
uap (PLTU) dan yang satunya berupa reaktor nuklir (PLTN)
Pada PLTU: dalam boiler, minyak atau batu bara dibakar
untuk menghasilkan uap dengan suhu dan tekanan tinggi,
kemudian uap ini disalurkan ke turbin untuk memutar gene
rator sinkron.
Pada PLTN: dalam reaktor, reaksi fisi berantai dipertahan -
kan kontinuitasnya dalam bahan bakar sehingga terjadi pa-
nas. Panas ini kemudian ditransfer ke pendingin reaktor,
kemudian secara langsung atau tak langsung digunakan
untuk menghasilkan uap
Untuk menghasilkan uap langsung; dilakukan dengan mem
buat pendingin reaktor (biasanya air biasa, H2O) mendidih
dan menghasilkan uap
Untuk menghasilkan uap tak langsung, pendingin reaktor
(disebut pendingin primer) yang menerima panas dari ba -
han bakar disalurkan melalui pipa ke perangkat penghasil
uap
Pendingin primer ini kemudian memberikan panas (mene -
mbus media dinding pipa) ke pendingin sekunder (air biasa)
yang berada di luar pipa perangkat penghasil uap untuk ke-
mudian panas tersebut mendidihkan pendingin sekunder
dan menghasilkan uap
Perbedaan cara kerja diperlihatkan pada gambar
3. Reaktor Grafit
a. Reaktor Pendingin Gas (Gas Cooled Reactor)
Grafit sebagai bahan moderator sudah digunakan oleh il -
muwan Enrico Fermi sejak reaktor nuklir pertama. Grafit
terkenal murah dan dapat diperoleh dalam jumlah besar.
Plutonium (Pu-239) yang digunakan pada bom atom yang
dijatuhkan pada saat Perang Dunia II dibuat di reaktor gra-
fit. Reaktor ini menggunakan bahan bakar logam uranium
alam, moderator grafit pendingin gas karbondioksida.
Bahan kelongsong terbuat dari paduan magnesium
(Magnox), oleh karena itu reaktor ini disebut sebagai reak -
tor Magnox. Reaktor Magnox mempunyai pembangkitan
daya listrik cukup besar dan efisiensi ekonomi yang baik.
b. Reaktor Pendingin Gas Maju (Advanced Gas-cooled
Reactor)
Di Inggris fokus pengembangan teknologi PLTN bergeser
ke reaktor berbahan bakar uranium dengan pengayaan ren
dah, yang memiliki kerapatan daya dan efisiensi termal
yang tinggi.
C. Reaktor Pendingin Gas Suhu Tinggi (High Temperatur Gas
cooled Reactor)
Reaktor ini menggunakan gas helium sebagai pendingin.
Karakteristik reaktor ini adalah konstruksi teras didomina-
si bahan moderator grafit, suhu operasi dapat ditingkatkan
dan efisiensi pembangkitan listrik dapat mencapai > 40 %.
Terdapat 3 bentuk bahan bakar dari reaktor ini, yaitu:
(a) Bentuk batang seperti reaktor air ringan
(b) Bentuk blok, di mana di dalam lubang blok grafit yang ber-
bentuk segi enam dimasukkan batang bahan bakar.
(c) Bentuk bola (peble bed), di mana butir bahan bakar bersa-
lut didistribusikan dalam bola grafit .
Jadi besarnya arus, daya listrik dan tegangan suatu sel sur
ya ditentukan oleh volume sel surya dan intensitas sinar
matahari. Di dalam praktik agar tidak menggunakan ruang-
an yang cukup besar, maka untuk mendapatkan intensitas
matahari yang cukup besar digunakan alat pengumpul si –
nar matahari dalam bentuk parabola berputar, setengah se-
linder, kerucut, cermin Fresnel, dll
P = b.g.T.H2/64.
dengan P = daya
b = berat jenis air laut
g = gravitasi
T = periode
H = tinggi ombak rata-rata
Menurut pengamatan Hulls, di sekitar pantai Selandia Baru
ombak setinggi 1 m (H) dan periode 9 detik (T jarak waktu
antara dua ombak) mempunyai daya sebesar 4,3 kW per
meter panjang ombak.
m = A.v.q (kg/det)
dengan A = penampang (m2)
v = kecepatan (m/det)
q = kepadatan udara (kg/m3)
Dengan demikian energi yang dihasilkan per satuan waktu
adalah:
E = 0,5.q.A.v3 joule
E per satuan waktu = P
Jadi P = 0,5.q.A.v3 watt
dengan P = daya (watt)
q = kepadatan udara (kg/m3)
A = penampang (m2)
v = kecepatan (m/det)
Sebagai pendekatan digunakan rumus;
P = k. A . V3
dengan P = daya (kW)
k = suatu konstanta (1,37. 10–5)
A = luas sudu kipas (m2)
v = kecepatan angin (km/jam)
Konstanta k tercermin dari faktor geseran, efisien sistem,
juga tergantung kecepatan angin, dan konstanta A
tergantung bentuk sudu kipas.
Untuk sudu kipas tertentu, besaran-besaran k dan A dapat
dianggap konstan hanya dalam suatu jarak capai angin ter-
batas.
Rumus yang dikembangkan oleh Golding, berbentuk;
P = k.F.A.E.v3
dengan P = daya (kW)
k = konstanta = 1,37.10 –5
F = suatu faktor = 0,5926 (merupakan bagian dari
angin yang secara maksimal dimanfaatkan
dengan sebuah kipas dari tenaga angin)
A = penampang arus angin (m2)
E = efisiensi rotor dan peralatan lain
v = kecepatan angin (km/jam)
Gambar berikut adalah kincir (kipas) yang mempunyai tiga
sudu dengan gaya a, t dan s yang bekerja pada sudu tsb.
Gaya aksial “a”
mempunyai arah
sama dengan
arah angin
Gaya sentrifugal
“S” , bila bentuk
kincir simetrik ga
ya tsb saling me-
niadakan atau
resultantenya nol
Gaya tangensial
“t” yang
menghasilkan
momen, merupa
kan gaya
Gb. Gaya yang bekerja pada sudu kincir angin produktif
Untuk bentuk kincir angin seperti gambar, besar gaya da-
pat dihitung menurut rumus empiris:
a = 0,00142 v2.R2 kg
R.P
S = 367 kg
v1.v
2
W.v2 .v
t= 0,00219 kgm
R1
Gas mulia seperti neon, argon atau helium yang diberi par-
tikel-partikel logam dipakai sebagai bahan untuk bekerja.
Gas dipanaskan misal dengan membakar batu bara, karena
panasnya mencapai 15000 C, gas mengembang, memasuki
kanal dengan kecepatan tinggi serta melewati medan mag-
net, sambil membangkitkan energi listrik
Setelah meninggalkan kanal, gas dikondensasikan dan me-
njadi dingin kemudian dipompa kembali ke ruang
pemansan untuk mengulangi proses yang sama.
Keuntungan siklus tertutup adalah suhu kerja dapat dapat
lebih rendah
1. Sistem Interkoneksi dan sistem terisolir.
Sistem interkoneksi adalah sistem tenaga listrik yang terdiri atas beberapa
pusat listrik dan gardu induk (GI) yang dihubungkan satu sama lain melalui
saluran transmisi dan melayani beban yang ada pada seluruh GI.
PLTU PLTGU
Subsistem Subsistem
Distribusi Distribusi
150 kV
Subsistem Subsistem
G.I
Distribusi PLTG G.I Distribusi
Sistem terisolir adalah sistem yang hanya mempunyai sebuah pusat listrik saja
dan tidak ada interkoneksi antar pusat listrik. Sistem yang terisolir misalnya pusat
listrik di industri pengolah kayu yang berada ditengah hutan atau pada
pengeboran minyak lepas pantai (ditengah laurt).
2. Faktor-faktor dalam pembangkitan
a. Faktor beban
Faktor beban adalah perbandingan antara besarnya beban rata-rata untuk suatu
selang waktu (misal 1 hari atau 1 bulan) terhadap beban puncak tertinggi dalam
kurun waktu yang sama. Sedangkan beban rata-rata untuk kurun waktu adalah
jumlah produksi kWh dalam kurun waktu tersebut dibagi jumlah jam dari kurun
waktu tersebut. Faktor beban dapat dinyatakan oleh persamaan:
Faktor kapasitas tahunan (pada PLTU) hanya dapat mencapai 60-80% karena
adanya masa pemeliharaan dan gangguan atau kerusakan yang dialami. Sedang
pada (PLTA), faktor kapasitas tahunannya sekitar 30-50%. Ini berkaitan dengan
ketersediannya air.
c. Faktor utilisasi (penggunaan)
Faktor utilisasi sesungguhnya serupa dengan faktor kapasitas, namun disini
menyangkut daya. Faktor utilisasi sebuah alat didefinisikan sebagai:
Beban dinyatakabn dalam ampere atau Mega Watt (MW) tergantung alat yang
diukur faktor utilisasinya. Untuk saluran, umumnya dinyatakan dalam amper, tetapi
untuk unit pembangkit dalam MW. Faktor utilisasi perlu diamati dari keperluan
pemanfaatan alat dan untuk mencegah pembebanan lebih suatu alat.
d. Forced outage rate
Forced outage rate adalahsebuah faktor yang menggambarkan sering tidaknya
sebuah unit pembangkit mengalami gangguan. Forced outage rate (FOR)
didefinisikan sebagai:
FOR tahunan unit PLTA sekitar 0,0p1. Sedangkan untuk unit pembangkit termis
sekitar 0,5-0,10. Makin handal sebuah unit pembangkit (jarang mengalami
gangguan), makin kecil nilai FOR-nya. Semakin tidak handal sebuah unit
pembangkit, makin besar nilai FOR-nya. Besarnya nilai FOR atau turunnya
keandalan unit pembangkit umumnya disebabkan kurang baiknya pemeliharaan.
3. Keandalan pembangkit
Telah disebutkan bahwa FOR adalah suatu faktor yang menggambarkan
kendalan unit pembangkit. Dalam sistem interkoneksi (banyak unit pembangkit),
dengan beban yang harus dilanyani merupakan gambaran keandalannya.
Angka yang menggambarkan nilai probabilitas unit-unit pembangkit yang
beroperasi tidak mampu melayani beban disebut LOLP (loss of load propbability).
Gambar 2 secara kualitatif besarnya LOLP untuk suatu sistem, yaitu:
LOLP = p x t
dengan:
p menggambarkan probabilitas sistem dapat menyediakan daya sebesar b
t menggambarkan lamanya garis tersedianya daya sebesar b memotong kurva
lama beban dari sistem
Beban (MW)
Tersedia daya b
Probabilitasnya = p
0
365 Lamanya (hari)
Gambar 2. Penggambaran LOLP = p x t ( hari per tahun) pada kurva lama beban
Penentuan besarnya nilai LOLP suatu sistem harus mempertimbangkan
besarnya penyediaan tenaga listrik atau dengan kata lain berapa besar kerugian
yang dialami konsumen apabila terjadi interupsi (gangguan) penyediaan tenaga
listrik.
4. Prosedur pemindahan beban
Dalam hal ini diambil contoh prosedur memindahkan transformator (trafo)
pemakaian sendiri dalam pusat listrik seperti digambarkan pada gambar 3.
1
Rel PMT kopel
2
PMS PMS
1 2
Gambar 3. Prtosedur memindahkan trafo dari rel
1 ke rel 2
PMT
Trafo P.S
Trafo pemakaian
sendiri
Trafo pemakaian sendiri semula ada di rel 1 akan dipindahkan ke rel 2. Ada dua
macam keadaan, yitu
1. Tegangan rel 1 dan rel 2 mempunyai
•. tegangan sama besar
•. fasa sama
•. Frekuensi sama
dalam keadaan yang demikian, maka prosedur pemindahannya adalah
a. masukkan PMT kopel
b. masukkan PMS 2
c. Buka PMS 1
d. buka PMT kopel
2. Tegangan rei 1 dan rel 2 mempunyai
•. nilai sama
•. fasanya tidak sama (dari sumber yang berbeda)
•. frekuensinya sama
dalam keadaan ini PMT kopel tidak boleh dimasukkan, sehingga prosedur
pemindahan adalah sbb:
a. buka PMT trafo P.S
b. buka PMS 1
c. Masukkan PMS 2
d. masukkan PMT trafo P.S
Pada keadaan no. 2 proses pemindahan trafo P.S memerlukan pemadaman yang
tidak bisa dihindarkan. Keadaan 2 ini bisa terjadi misalnya rel 1 maupun rel 2
adalah rel 20 kV tetapi diisi oleh trafo 150 kV/20 kV yang berbeda kelompok
vektornya. Sekarang banyak dipakai PMT bersama PMS dalam bentuk kubikel.
Sistem kubikel PMS sebenarnya berupa stop kontak yang apabila PMT dalam
keadaan terbuka, PMT bisa ditarik keluar sehingga PMS yang berupa stop kontak
ini akan dengan sendirinya terbuka.