Anda di halaman 1dari 19

Pembangkit Tenaga Listrik

A. Pengertian
Pembangkit Tenaga Listrik adalah salah satu bagian dari sistem tenaga listrik,
pada Pembangkit Tenaga Listrik terdapat peralatan elektrikal, mekanikal, dan bangunan
kerja. Terdapat juga komponen-komponen utama pembangkitan yaitu generator, turbin
yang berfungsi untuk mengkonversi energi (potensi) mekanik menjadi energi (potensi)
listrik.

Pada gambar diatas diilustrasikan bahwa listrik yang dihasilkan dari pusat
pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, panas
bumi,

nuklir,

dll)

dikopel/digandeng

untuk

dengan

menggerakkan
generator.

dari

turbin
generator

yang
yang

porosnya
berputar

menghasilkan energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan disalurkan ke gardu


induk melalui jaringan transmisi, kemudian langsung di distribusikan ke
konsumen melalui jaringan distribusi.

B. Bagian-bagian Pembangkit Tenaga Listrik


A. Penggerak utama (prime mover)
- Mesin diesel
- Turbin (air, gas, uap)

- Beserta komponen dan perlengkapan lainnya (kondenser, boiler, dll)


B. Komponen listrik
- Generator dan perlengkapannya
- Transformator
- Peralatan proteksi
- Saluran kabel, busbar, dll
C. Komponen sipil
- Bendungan, pipa pesat, prasarana dan sarana penunjang (untuk PLTA)
- Prasarana dan sarana sipil (pondasi peralatan, jalan, cable dutch, dll)
- Gedung kontrol
D. komponen mekanis
- Peralatan bantu, peralatan pendingin, peralatan proteksi, dll

C. Jenis-jenis Pembangkit Tenaga Listrik

1. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


PLTMH ini adalah pembangkitan listrik yang memanfaatkan tenaga air, tetapi dalam
skala kecil, biasanya PLTMH ini dibangun untuk daerah-daerah terpencil yang susah
terjangkau oleh PLN.

Gb. PLTMH

2. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)


PLTA merupakan pusat pembangkitan listrik yang menggunakan energi potensial yang dihasilkan
oleh air, sehingga dapat memutarkan turbin air dan mengerakkan generator. Pola PLTA ini dapat
menggunakan sistem bendungan atau aliran sungai (run of river)

Gb. PLTA

3. Pembangkit Litrik Tenaga Uap (PLTU)


PLTU adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi
listrik. Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah Generator yang dihubungkan ke turbin
yang digerakkan oleh tenaga kinetik dari uap panas/kering. Pembangkit listrik tenaga uap
menggunakan berbagai macam bahan bakar terutama batu bara dan minyak bakar untuk start up awal.

Gb. PLTU

4. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)


PLTG adalah pembangkitan listrik yang mengkonversi energi kinetik dari gas untuk menghasilkan
putaran pada turbin gas sehingga menggerakkan generator dan kemudian menghasilkan energi listrik.

Gb. PLTG

5. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)


Pada dasarnya PLTGU adalah gabungan dari PLTG dan PLTU yang dikombinasikan, PLTGU sangat
efektif dikarenakan pemanfaatan energi yang sangat efisien, dengan menggunakan satu macam bahan
bakar dapat menggerakkan dua turbin, yaitu tubin gas dan turbin uap.

Gb. PLTGU

6. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)


PLTP merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan energi dari panas bumi, sehinnga dapat
memanaskan ketel uap, dan uap yang dihasilkan dugunakan untuk menggerakkan turbin.

Gb. PLTP

7. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)


PLTD adalah pembangkit listrik yang menggunakan tenaga mesin diesel sebagai penggerak untuk
memutarkan turbin.

Gb. PLTD

8. Pembangkit Litrik Tenaga Nuklir (PLTN)


PLTN adalah pembangkit listrik yang mengkonversi energi panas (thermal) menjadi energi mekanik
dimana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik.

Gb. PLTN

Demikian ulasan mengenai Pembangkit Tenaga Listrik yang di bahas oleh dunia elekto

Pada sistem tenaga listrik , terdapat beberapa komponen utama . Komponen tersebut terdiri atas
Pembangkitan tenaga listrik, Transmisi tenaga listrik, serta Distribusi tenaga Listrik.Tiap komponen tersebut
saling bergantung satu sama lain. Penjelasan tiap komponennya ada dibawah ini
Pembangkit tenaga listrik (Pembangkitan) :
Berfungsi membangkitkan energi listrik, dengan cara merubah potensi (energi) mekanik menjadi potensi
(energi) listrik.

Sistem transmisi ( penyaluran) :


Proses menyalurkan energi listrik dari satu tempat ke tempat lain (dari pembangkit listrik ke gardu induk
atau dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya), dengan menggunakan penghantar yang direntangkan
antara tiang-tiang (tower) melalui isolator-isolator, dengan sistem tegangan tinggi.

Sistem distribusi (distribusi) :


Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke instalasi pemanfaatan (pelanggan).

Instalasi milik pelanggan (pemanfaatan) :


Pihak yang memanfaatkan energi listrik.
sekarang kita liat single line diagramnya

Listrik yang dibangkitkan dalam sistem tenaga harus sesuai dengan kebutuhan, sebab listrik tidak dapat
disimpan. Setelah dihasilkan listrik , lalu daya yang dihasilkan disalurkan ke pengguna melalui jaringan
transmisi dan distribusi, yang terdiri dari trafo, jalur transmisi dan peralatan kontrol. Seluruh stasiun daya
memiliki trafo pembangkit (GTs) yang meningkatkan tegangan menjadi tegangan ekstra tinggi (misal 150 KV,
500 KV) sebelum ditransmisikan. Mentransmisikan daya pada tegangan tinggi mempunyai keuntungan yaitu
dapat mengurangi kehilangan selama transmisi . Kemudian, pada sub-stasiun dipasang trafo penurun, yang
akan menurunkan tegangan untuk didistribusikan ke pengguna industri, perdagangan dan pemukiman melalui
jalur distribusi.

SISTEM DISTRIBUS
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan
tenaga listrik dari sumber daya listrik besar sampai ke konsumen.
Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:
1) pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat pelanggan / pengguna.
2) merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada
pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan
tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,150kV, 220kV atau 500kV
kemudian disalurkan melalui saluran transmisi.
Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi, dimana
dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I kwadrat R). Dengan daya yang
sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan
kecil pula.
Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada
gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh
saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil tegangan
untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt.
Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem
distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan.
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan setinggi mungkin, dengan menggunakan trafotrafo step-up. Nilai tegangan yang sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain:
berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan
nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang
tinggi ini diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-down. Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya,
maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban, terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan
berbeda-beda.
Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Gambar 1. Konfigurasi Sistem Tenaga Listrik.


Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta pembatasan-pembatasan seperti pada
Gambar diatas:
Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)
Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission) , bertegangan tinggi (HV,UHV,EHV)
Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau 20kV).
Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), Instalasi, bertegangan rendah.
Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa porsi materi Sistem Distribusi adalah
Daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat dikelasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari segi apa
klasifikasi itu dibuat. Dengan demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah:
a. SUTM, terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan peralatan perlengkapannya, serta
peralatan pengaman dan pemutus.
b. SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination dan lain-lain.
c. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat trafo, LV panel, pipa-pipa pelindung,
Arrester, kabel-kabel, transformer , peralatan grounding,dan lain-lain.
d. SUTR dan SKTR, terdiri dari: sama dengan perlengkapan/material pada SUTM dan SKTM. Yang membedakan
hanya dimensinya.
Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik
Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Menurut nilai tegangannya:

a. Saluran distribusi Primer, Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik Sekunder trafo substation
(Gardu Induk) dengan titik primer trafo distribusi. Saluran ini bertegangan menengah 20 kV. Jaringan listrik 70
kV atau 150 kV, jika langsung melayani pelanggan, bisa disebut jaringan distribusi.
b. Saluran Distribusi Sekunder, Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik
cabang menuju beban (Lihat Gambar 2-2)
2. Menurut bentuk tegangannya:
a. Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan searah.
b. Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistem tegangan bolak-balik.
3. Menurut jenis / tipe konduktornya:
a. Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan penyangga (tiang) dan perlengkapannya, dan
dibedakan atas:
- Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi pembungkus.
- Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi.
b. Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan kabel tanah (ground cable).
c. Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel laut (submarine cable)
4. Menurut susunan (konfigurasi) salurannya:
a. Saluran Konfigurasi horizontal, bila saluran fasa terhadap fasa yang lain/terhadap netral, atau saluran positip
terhadap negatip (pada sistem DC) membentuk garis horisontal.

b. Saluran Konfigurasi Vertikal, bila saluran-saluran tersebut membentuk garis vertikal .

c. Saluran konfigurasi Delta, bila kedudukan saluran satu sama lain membentuk suatu segitiga (delta).

5. Menurut Susunan Rangkaiannya


Dari uraian diatas telah disinggung bahwa sistem distribusi di bedakan menjadi dua yaitu sistem distribusi primer
dan sistem distribusi sekunder.
a. Jaringan Sistem Distribusi Primer,
Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk distribusi ke pusat-pusat
beban. Sistem ini dapat menggunakan saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat
keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang
daerah yang akan di suplai tenaga listrik sampai ke pusat beban.
Terdapat bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi primer, yaitu:
- Jaringan Distribusi Radial, dengan model: Radial tipe pohon, Radial dengan tie dan switch pemisah, Radial
dengan pusat beban dan Radial dengan pembagian phase area.
- Jaringan distribusi ring (loop), dengan model: Bentuk open loop dan bentuk Close loop.
- Jaringan distribusi Jaring-jaring (NET)
- Jaringan distribusi spindle
- Saluran Radial Interkoneksi
b. Jaringan Sistem Distribusi Sekunder,

Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke beban-beban
yang ada di konsumen. Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan ialah
sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi maupun konduktor tanpa isolasi. Sistem ini
biasanya disebut sistem tegangan rendah yang langsung akan dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga
listrik dengan melalui peralatan-peralatan sbb:
- Papan pembagi pada trafo distribusi,
- Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder).
- Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai)
- Alat Pembatas dan pengukur daya (kWh meter) serta fuse atau pengaman pada pelanggan.

gambar 2. Komponen Sistem Distribusi


Tegangan Sistem Distribusi Sekunder
Ada bermacam-macam sistem tegangan distribusi sekunder menurut standar; (1) EEI : Edison Electric Institut,
(2) NEMA (National Electrical Manufactures Association). Pada dasarnya tidak berbeda dengan sistem
distribusi DC, faktor utama yang perlu diperhatikan adalah besar tegangan yang diterima pada titik beban
mendekati nilai nominal, sehingga peralatan/beban dapat dioperasikan secara optimal. Ditinjau dari cara
pengawatannya, saluran distribusi AC dibedakan atas beberapa macam tipe dan cara pengawatan, ini bergantung
pula pada jumlah fasanya, yaitu:

1. Sistem satu fasa dua kawat 120 Volt


2. Sistem satu fasa tiga kawat 120/240 Volt
3. Sistem tiga fasa empat kawat 120/208 Volt
4. Sistem tiga fasa empat kawat 120/240 Volt
5. Sistem tiga fasa tiga kawat 240 Volt
6. Sistem tiga fasa tiga kawat 480 Volt
7. Sistem tiga fasa empat kawat 240/416 Volt
8. Sistem tiga fasa empat kawat 265/460 Volt
9. Sistem tiga fasa empat kawat 220/380 Volt
Di Indonesia dalam hal ini PT. PLN menggunakan sistem tegangan 220/380 Volt. Sedang pemakai listrik yang
tidak menggunakan tenaga listrik dari PT. PLN, menggunakan salah satu sistem diatas sesuai dengan standar yang
ada. Pemakai listrik yang dimaksud umumnya mereka bergantung kepada negara pemberi pinjaman atau dalam
rangka kerja sama, dimana semua peralatan listrik mulai dari pembangkit (generator set) hingga peralatan kerja
(motor-motor listrik) di suplai dari negara pemberi pinjaman/kerja sama tersebut. Sebagai anggota, IEC
(International Electrotechnical Comission), Indonesia telah mulai menyesuaikan sistem tegangan menjadi

220/380 Volt saja, karena IEC sejak tahun 1967 sudah tidak mencantumkan lagi tegangan 127 Volt. (IEC Standard
Voltage pada Publikasi nomor 38 tahun 1967 halaman 7 seri 1 tabel 1).
Diagram rangkaian sisi sekunder trafo distribusi terdiri dari:
1. Sistem distribusi satu fasa dengan dua kawat, Tipe ini merupakan bentuk dasar yang paling sederhana, biasanya
digunakan untuk melayani penyalur daya berkapasitas kecil dengan jarak pendek, yaitu daerah perumahan dan
pedesaan.
2. Sistem distribusi satu fasa dengan tiga kawat, Pada tipe ini, prinsipnya sama dengan sistem distribusi DC dengan
tiga kawat, yang dalam hal ini terdapat dua alternatif besar tegangan. Sebagai saluran netral disini dihubungkan
pada tengah belitan (center-tap) sisi sekunder trafo, dan diketanahkan, untuk tujuan pengamanan personil. Tipe ini
untuk melayani penyalur daya berkapasitas kecil dengan jarak pendek, yaitu daerah perumahan dan pedesaan.
3. Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/240 Volt, Tipe ini untuk melayani penyalur daya berkapasitas
sedang dengan jarak pendek, yaitu daerah perumahan pedesaan dan perdagangan ringan, dimana terdapat dengan
beban 3 fasa.
4. Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/208 Volt.
5. Sistem distribusi tiga fasa dengan tiga kawat, Tipe ini banyak dikembangkan secara ekstensif. Dalam hal ini
rangkaian tiga fasa sisi sekunder trafo dapat diperoleh dalam bentuk rangkaian delta (segitiga) ataupun rangkaian
wye (star/bintang). Diperoleh dua alternatif besar tegangan, yang dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan adanya
pembagian seimbang antara ketiga fasanya. Untuk rangkaian delta tegangannya bervariasi yaitu 240 Volt, dan 480
Volt. Tipe ini dipakai untuk melayani beban-beban industri atau perdagangan.
6. Sistem distribusi tiga fasa dengan empat kawat, Pada tipe ini, sisi sekunder (output) trafo distribusi terhubung
star,dimana saluran netral diambil dari titik bintangnya. Seperti halnya padasistem tiga fasa yang lain, di sini perlu
diperhatikan keseimbangan beban antara ketiga fasanya, dan disini terdapat dua alternatif besar tegangan.

Perlengkapan Gardu Induk


Gardu induk merupakan suatu sistem Instalasi listrik yang terdiri dari beberapa perlengkapan
peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik dari jaringan transmisi ke jaringan distribusi perimer.
Perlengkapan peralatan listrik tersebut antara lain:

1. Busbar atau Rel


Merupakan titik pertemuan/hubungan antara trafo-trafo tenaga, Saluran Udara TT, Saluran Kabel TT
dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik/daya listrik. Ada
beberapa jenis konfigurasi busbar yang digunakan saat ini, antara lain:
- Sistem cincin atau ring, semua rel/busbar yang ada tersambung satu sama lain dan membentuk
seperti ring/cicin.

gambar 1. Sistem Cincin atau ring


- Busbar Tunggal atau Single busbar, semua perlengkapan peralatan listrik dihubungkan hanya
pada satu / single busbar pada umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk diujung atau
akhir dari suatu transmisi.

Gambar 2. Sistem busbar tunggal atau single busbar


- Busbar Ganda atau double busbar, Adalah gardu induk yang mempunyai dua / double busbar .
Sistem ini sangat umum, hamper semua gardu induk menggunakan sistem ini karena sangat efektif
untuk mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan.

Gambar 3. Sistem Busbar Ganda atau double Busbar.

- Busbar satu setengah atau one half busbar, gardu induk dengan konfigurasi seperti ini
mempunyai dua busbar juga sama seperti pada busbar ganda, tapi konfigurasi busbar seperti ini
dipakai pada Gardu induk Pembangkitan dan gardu induk yang sangat besar, karena sangat efektif
dalam segi operasional dan dapat mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan
sistem. Sistem ini menggunakan 3 buah PMT didalam satu diagonal yang terpasang secara seri.

Gambar 4. Sistem Busbar satu setengah atau one half busbar.

2. Ligthning Arrester
biasa disebut dengan Arrester dan berfungsi sebagai pengaman instalasi (peralatan listrik pada
instalasi Gardu Induk) dari gangguan tegangan lebih akibat sambaran petir (ligthning Surge)
maupun oleh surja hubung ( Switching Surge ).

3. Transformator instrument atau Transformator ukur


Untuk proses pengukuran digardu induk diperlukan tranformator instrumen. Tranformator instrument
ini dibagi atas dua kelompok yaitu:
- Transformator Tegangan, adalah trafo satu fasa yang menurunkan tegangan tinggi menjadi
tegangan rendah yang dapat diukur dengan Voltmeter yang berguna untuk indikator, relai dan alat
sinkronisasi.
- Transformator arus, digunakan untuk pengukuran arus yang besarnya ratusan amper lebih yang
mengalir pada jaringan tegangan tinggi. Jika arus yang mengalir pada tegangan rendah dan

besarnya dibawah 5 amper, maka pengukuran dapat dilakukan secara langsung sedangkan untuk
arus yang mengalir besar, maka harus dilakukan pengukuran secara tidak langsung dengan
menggunakan trafo arus (sebutan untuk trafo pengukuran arus yang besar). Disamping itu trafo arus
berfungsi juga untuk pengukuran daya dan energi, pengukuran jarak jauh dan rele proteksi.
- Transformator Bantu (Auxilliary Transformator), trafo yang digunakan untuk membantu
beroperasinya secara keseluruhan gardu induk tersebut. Dan merupakan pasokan utama untuk alatalat bantu seperti motor-motor listrik 3 fasa yang digunakan pada motor pompa sirkulasi minyak
trafo beserta motor motor kipas pendingin. Yang paling penting adalah sebagai pemasok utama
sumber tenaga cadangan seperti sumber DC, dimana sumber DC ini merupakan sumber utama jika
terjadi gangguan dan sebagai pasokan tenaga untuk proteksi sehingga proteksi tetap bekerja
walaupun tidak ada pasokan arus AC.
Transformator bantu sering disebut sebagai trafo pemakaian sendiri sebab selain fungsi utama
diatas, juga digunakan untuk penerangan, sumber untuk sistim sirkulasi pada ruang baterai, sumber
pengggerak mesin pendingin (Air Conditioner) karena beberapa proteksi yang menggunakan
elektronika/digital diperlukan temperatur ruangan dengan temperatur antara 20C -28C.
Untuk mengopimalkan pembagian sumber tenaga dari transformator bantu adalah pembagian
beban yang masing-masing mempunyai proteksi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Juga
diperlukan pembagi sumber DC untuk kesetiap fungsi dan bay yang menggunakan sumber DC
sebagai penggerak utamanya. Untuk itu disetiap gardu induk tersedia panel distribusi AC dan DC.

4. Sakelar Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DS)


Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi lain yang
bertegangan. PMS ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian yang tidak berbeban.
Mengenai Sakelar pemisah akan dibahas pada postingan selanjutnya.

5. Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB)


Berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan rangkaian pada saat berbeban (pada kondisi
arus beban normal atau pada saat terjadi arus gangguan). Pada waktu menghubungkan atau
memutus beban, akan terjadi tegangan recovery yaitu suatu fenomena tegangan lebih dan busur
api, oleh karena itu sakelar pemutus dilengkapi dengan media peredam busur api tersebut, seperti
media udara dan gas SF6. Mengenai PMT atau CB ini sudah dibahas pada artikel sebelumnya
di sini dan sini.

6. Sakelar Pentanahan

Sakelar ini untuk menghubungkan kawat konduktor dengan tanah / bumi yang berfungsi untuk
menghilangkan/mentanahkan tegangan induksi pada konduktor pada saat akan dilakukan
perawatan atau pengisolasian suatu sistem. Sakelar Pentanahan ini dibuka dan ditutup hanya
apabila sistem dalam keadaan tidak bertegangan (PMS dan PMT sudah membuka)

7. Kompensator
Kompensator didalam sistem Penyaluran tenaga Listrik disebut pula alat pengubah fasa yang
dipakai untuk mengatur jatuh tegangan pada saluran transmisi atau transformator, dengan mengatur
daya reaktif atau dapat pula dipakai untuk menurunkan rugi daya dengan memperbaiki faktor daya.
Alat tersebut ada yang berputar dan ada yang stationer, yang berputar adalah kondensator sinkron
dan kondensator asinkron, sedangkan yang stationer adalah kondensator statis atau kapasitor shunt
dan reaktor shunt.
7. Peralatan SCADA dan Telekomunikasi
Data yang diterima SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) interface dari berbagai
masukan (sensor, alat ukur, relay, dan lain lain) baik berupa data digital dan data analog dan dirubah
dalam bentuk data frekwensi tinggi (50 kHz sampai dengan 500 kHz) yang kemudian ditransmisikan
bersama tenaga listrik tegangan tinggi. Data frekwensi tinggi yang dikirimkan tidak bersifat kontinyu
tetapi secara paket per satuan waktu. Dengan kata lain berfungsi sebagai sarana komunikasi suara
dan komunikasi data serta tele proteksi dengan memanfaatkan penghantarnya dan bukan tegangan
yang terdapat pada penghantar tersebut. Oleh sebab itu bila penghantar tak bertegangan maka
Power Line Carrier (PLC) akan tetap berfungsi asalkan penghantar tersebut tidak terputus. Dengan
demikian diperlukan peralatan yang berfungsi memasukkan dan mengeluarkan sinyal informasi dari
energi listrik di ujung-ujung penghantar. Materi ini akan dibahas lebih lanjut pada artikel selanjutnya.

8. Rele Proteksi dan Papan Alarm (Announciator)


Rele proteksi yaitu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan suatu peralatan listrik
saat terjadi gangguan, menghindari atau mengurangi terjadinya kerusakan peralatan akibat
gangguan dan membatasi daerah yang terganggu sekecil mungkin. Kesemua manfaat tersebut
akan memberikan pelayanan penyaluran tenaga listrik dengan mutu dan keandalan yang tinggi.
Sedangkan papan alarm atau announciator adalah sederetan nama-nama jenis gangguan yang
dilengkapi dengan lampu dan suara sirine pada saat terjadi gangguan, sehingga memudahkan
petugas untuk mengetahui rele proteksi yang bekerja dan jenis gangguan yang terjadi.

Penangkal petir

Sebuah penangkal petir


Penangkal petir adalah rangkaian jalur yang difungsikan sebagai jalan bagi petir menuju ke
permukaan bumi, tanpa merusak benda-benda yang dilewatinya.
Ada 3 bagian utama pada penangkal petir:
1. Batang penangkal petir
2. Kabel konduktor
3. Tempat pembumian

Batang penangkal petir


Batang penangkal petir berupa batang tembaga yang ujungnya runcing. Dibuat runcing karena
muatan listrik mempunyai sifat mudah berkumpul dan lepas pada ujung logam yang runcing.
Dengan demikian dapat memperlancar proses tarik menarik dengan muatan listrik yang ada di
awan. Batang runcing ini dipasang pada bagian puncak suatu bangunan.

Kabel konduktor
Kabel konduktor terbuat dari jalinan kawat tembaga. Diameter jalinan kabel konduktor sekitar 1
cm hingga 2 cm . Kabel konduktor berfungsi meneruskan aliran muatan listrik dari batang
muatan listrik ke tanah. Kabel konduktor tersebut dipasang pada dinding di bagian luar
bangunan.

Tempat pembumian
Tempat pembumian (grounding) berfungsi mengalirkan muatan listrik dari kabel konduktor ke
batang pembumian (ground rod) yang tertanam di tanah. Batang pembumian terbuat dari bahan
tembaga berlapis baja, dengan diameter 1,5 cm dan panjang sekitar 1,8 - 3 m .

Cara kerja
Saat muatan listrik negatif di bagian bawah awan sudah tercukupi, maka muatan listrik positif di
tanah akan segera tertarik. Muatan listrik kemudian segera merambat naik melalui kabel
konduktor , menuju ke ujung batang penangkal petir. Ketika muatan listrik negatif berada cukup
dekat di atas atap, daya tarik menarik antara kedua muatan semakin kuat, muatan positif di
ujung-ujung penangkal petir tertarik ke arah muatan negatif. Pertemuan kedua muatan
menghasilkan aliran listrik. Aliran listrik itu akan mengalir ke dalam tanah, melalui kabel
konduktor, dengan demikian sambaran petir tidak mengenai bangunan. Tetapi sambaran petir
dapat merambat ke dalam bangunan melalui kawat jaringan listrik dan bahayanya dapat merusak
alat-alat elektronik di bangunan yang terhubung ke jaringan listrik itu, selain itu juga dapat
menyebabkan kebakaran atau ledakan. Untuk mencegah kerusakan akibat jaringan listrik
tersambar petir, biasanya di dalam bangunan dipasangi alat yang disebut penstabil arus listrik
(surge arrestor).

Anda mungkin juga menyukai