Nim : 1824042039
Kelas : PTE 02
1. Gambarkan dan jelaskan komponen utama sistem tenaga listrik serta fungsinya masing-masing.
Jawab:
Sistem tenaga listrik adalah suatu sistem yang menjelaskan suatu proses listrik dari
pembangkitan hingga menuju beban yang saling berhubungan untuk melayani kebutuhan tenaga
listrik bagi pelanggan sesuai kebutuhan. Sehingga didalam sistem tenaga listrik terdiri dari 3
komponen utama yaitu Pembangkit, Transmisi dan Distribusi & beban. Skema dari sistem tenaga
listrik dapat ditunjukkan pada Gambar tsb.
Pada Gambar diatas merupakan contoh skema karena jika ditinjau dari level tegangan pada sisi
transmisi tidak harus 150 kV, bisa 70 kV, 275 kV hingga 500 kV untuk di Indonesia. Pada Gambar
dapat dijelaskan bahwa sistem tenaga listrik diawali dengan pembangkitan, transmisi, distribusi
hingga menuju beban. Fungi dari 3 hal tersebut sebagai berikut.
a) Pembangkit
Pembangkit merupakan suatu proses konversi energi lain menjadi energi listrik. Pada dasarnya
listrik dibangkitkan oleh Generator yang digerakkan oleh beberapa jenis energi penggerak salah
satunya adalah air, batu bara, panas bumi, angin dan lain sebagainya. Pada sistem pembangkitan,
level tegangan disesuaikan dengan spesifikasi generator pembangkit yang digunakan, biasanya
berkisar antara 11 s/d 24 kV. Untuk pembangkit yang berkapasitas lebih besar biasanya
menggunakan level tegangan yang lebih tinggi. Tenaga listrik yang dihasilkan di pembangkit,
tegangannya akan dinaikkan oleh trafo step-up untuk dikirimkan ke sistem interkoneksi transmisi.
b) Transmisi
Transmisi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berupa sejumlah konduktor yang
dipasang membentang sepanjang jarak antara pusat pembangkit sampai pusat beban. Seacara ringkas
fungsi dari transmisi adalah menyalurkan tenaga listrik. Pada transmisi diperlukan efisiensi yang
tinggi agar daya yang disalurkan tidak banyak hilang maka dipilih level tegangan yang lebih tinggi
untuk disalurkan dikarenakan untuk mengurangi rugi-rugi daya dan turun tegangan kecil pada saat
penyaluran. Pada umunya, level tegangan pada transmisi ≥ 70 kV.
c) Distribusi.
Setelah proses penyaluran, maka tegangan kembali diturunkan di Gardu Induk sesuai
kebutuhan untuk didistribusikan ke beban. Sehingga jaringan distribusi dalam operasinya tidak bisa
dipisahkan dari GI sisi distribusi yang berada di ujung transmisi yang berfungsi mengatur level
tegangan transmisi sesuai dengan level tegangan distribusi untuk disalurkan ke beban. Beban adalah
peralatan listrik di lokasi konsumen yang memanfaatkan energi listrik dari sistem tersebut. Beban
dari konsumen terbagi atas beberapa klasifikasi tegangan mulai konsumen tegangan rendah (KTR),
konsumen tegangan menengah (KTM) dan konsumen tegangan tinggi (KTT). Proses dimulai dari
tegangan keluaran dari GI sisi distribusi sebesar 20 kV yang kemudian menuju beban konsumen 20
kV atau diturunkan oleh trafo pada tiang distribusi untuk konsumen 380V/220V. Namun untuk
KTT, tegangan dari transmisi langsung disalurkan melalui bay penghantar pada Gardu Induk apabila
tegangan sudah sesuai dengan beban KTT.
1). Tiang baja, tiang beton bertulang dan tiang kayu, umumnya digunakan untuk saluran-
saluran transmisi dengan tegangan kerja yang relatif rendah (dibawah 70 kV).
10kv / 60kv / 132kv / 230kv / 380kv / 400 kvelectric tiang / menara baja galvanis /
power transmisi tiang baja.
2). Menara baja, digunakan untuk saluran transmisi yang tegangan kerjanya tinggi (SUTT)
dan tegangan ekstra tinggi (SUTET).
Gambar : 1 Menara baja ( SUTET )
b) ISOLATOR.
Jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau gelas.
menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator diklasifikasikan menjadi:
isolator jenis pasak dan isolator jenis pos-saluran digunakan pada saluran transmisi dengan
tegangan kerja relatif rendah (kurang dari 22-33 kV), sedangkan isolator gantung dapat
digandeng menjadi rentengan/rangkaian isolator yang jumlahnya dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat aluminium, digunakan campuran aluminum
(aluminium alloy). Untuk saluran-saluran transmisi tegangan tinggi, dimana jarak antara
menara/tiang berjauhan, mencapai ratusan meter, maka dibutuhkan kuat tarik yang lebih
tinggi, untuk itu digunakan kawat penghantar ACSR.
Kawat penghantar aluminium, terdiri dari berbagai jenis, dengan lambang sebagai berikut:
a. AAC (All-Aluminium Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari
aluminium.
b. AAAC (All-Aluminium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya
terbuat dari campuran aluminium.
d) KAWAT TANAH.
Sedangkan Kawat Tanah atau Earth wire (kawat petir / kawat tanah) adalah media untuk
melindungi kawat fasa dari sambaran petir. Kawat ini dipasang di atas kawat fasa dengan
sudut perlindungan yang sekecil mungkin, karena dianggap petir menyambar dari atas
kawat.
a. Bahan konduktor Bahan konduktor yang dipergunakan untuk saluran energi listrik perlu
memiliki sifat sifat sebagai berikut :
1) konduktivitas tinggi.
2) kekuatan tarik mekanikal tinggi
3) titik berat
4) biaya rendah
5) tidak mudah patah
Konduktor jenis Tembaga (BC : Bare copper) merupakan penghantar yang baik karena
memiliki konduktivitas tinggi dan kekuatan mekanikalnya cukup baik. Namun karena
harganya mahal maka konduktor jenis tembaga rawan pencurian. Aluminium harganya lebih
rendah dan lebih ringan namun konduktivitas dan kekuatan mekanikalnya lebih rendah
dibanding tembaga.
Konduktor Bare Copper
3. Jelaskan jenis-jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi.
Jawab:
Berdasarkan kapasitas yang disalukan, saluran transmisi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
5. Kemajuan suatu negara dapat diukur dari tingkat komsumsi energy listriknya. Analisis apakah
pernyataan tersebut dapat diterima. Buktikan deangan data-data tentang komsumsi energi listrik
berbagai negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Data-data dapat diperoleh dari
berbagai sumber misalnya jurnal ilmiah, media online, majalah ataupun internet.
Jawab:
Konsumsi listrik yang besar selama ini dianggap sebagai pemborosan. Namun data yang
ada memperlihatkan, semakin besar konsumsi listrik sebuah negara, maka semakin maju
ekonominya.
“Indikator kemajuan ekonomi suatu negara diukur dari konsumsi energi per kapita. Dengan
mengoptimalkan listrik yang tersedia, melalui pemanfaatan untuk produktivitas dan
pemerataan listrik ke seluruh wilayah, ekonomi Indonesia akan semakin meningkat,”
de menyebutkan, data PLN tahun 2016 menunjukkan, konsumsi listrik per kapita Indonesia
saat itu mencapai 956 kWh per kapita. Sementara negara-negara maju, konsumsi listrik per
kapitanya lebih tinggi berkali-kali lipat dari Indonesia. Sebut saja Amerika Serikat yang
mencapai 12.820 kWh per kapita, Korea Selatan 10.620, Jepang, 7.970, dan Inggris 5.030
kWh per kapita.
Bahkan dibandingkan negeri tetangga pun konsumsi listrik Indonesia tertinggal cukup jauh.
Seperti Singapura yang mencapai 9.040 kWh per kapita dan Malaysia 4.660 kWh.
Sementara Thailand 2.870 dan bahkan Vietnam, konsumsi listrik per kapitanya nyaris dua
kali lipat dari Indonesia, yakni di angka 1.620 kWh per kapita.
Meski demikian, tingkat konsumsi listrik Indonesia terus menunjukkan kemajuan yang
signifikan setiap tahunnya. Tahun 2016, konsumsi listrik Indonesia mencapai 956 kWh per
kapita. Sementara di tahun 2018 lalu konsumsi listrik di Indonesia sudah menembus 1.064
kWh per kapita.
Kemajuan peningkatan konsumsi listrik itu sendiri menjadi cermin kinerja maksimal PLN
dalam menerangi Nusantara. Kinerja PLN pun secara tak langsung tercermin dalam data
yang dirilis hasil survei Ease of Doing Business yang digelar World Bank.
Menyitir survei tersebut, kemudahan akses mendapatkan listrik di Indonesia atau Getting
Electricity Indonesia sekarang jauh semakin mudah dibandingkan 5 tahun silam. Dalam
indikator Getting Electricity, pada 2014 Indonesia berada di urutan 101, sementara di tahun
2019, peringkat Indonesia melesat nyaris tiga kali lipat menjadi urutan 33.
Dengan demikian terjadi kenaikan pasokan listrik dari pembangkit-pembangkit yang telah
dibangun dan telah memasuki masa operasional (COD/Commercial Operation Date). Hal
tersebut menjadikan peringkat Getting Electricity Indonesia saat ini meningkat pesat
dibandingkan 5 tahun silam, dari peringkat 101 ke peringkat 33 dari 190 negara yang
disurvei oleh World Bank,” jelas Made.
Realisasi penjualan listrik PLN tahun 2018 mencapai 232 TwH, atau bertumbuh 5,15 persen
dari penjualan di tahun 2017. Sementara pertumbuhan pelanggan sepanjang tahun 2018
mencapai 5,65 persen dari tahun 2017 yang mencapai 68 juta pelanggan menjadi 71,9 juta
pelanggan.