Anda di halaman 1dari 11

Bab 1

Pendahuluan

P
e rkembangan kebutuhan energi listrik senantiasa diikuti pembangunan pusat-pusat
tenaga listrik berkapasitas besar. Karena alasan ekonomi, kondisi geografis, potensi
alam yang dapat diolah menjadi tenaga listrik, dan masalah sosial; maka pusat pusat
tenaga listrik dibangun jauh dari pusat pemukiman masyarakat atau konsumen. Oleh
karena itu, untuk menyalurkan energi dari pusat pembangkit kepada konsumen
dibutuhkan saluran atau transmisi tegangan tinggi dan peralatan tegangan tinggi yang
mendukung pengadaan transmisi tegangan tinggi tersebut.
Berikut ini akan dijelaskan alasan penerapan tegangan tinggi pada suatu transmisi
tenaga listrik, peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk mendukung penerapan tegangan
tinggi tersebut, dan perbedaan peralatan tegangan tinggi dengan peralatan tegangan
rendah.

1.1 TEGANGAN TRANSMISI TENAGA LISTRIK


Diagram garis dari suatu sistem tenaga listrik sederhana diperlihatkan pada Gambar
1.1 di bawah ini.
Ketika suatu sistem tenaga listrik sedang beroperasi, pada transmisinya terjadi rugi-
rugi daya. Rugi-rugi daya pada transmisi ac tiga fasa adalah:

1.1

dengan 1 .P = Rugi-rugi daya transmisi ac tiga fasa (watt)


I = Arus pada kawat transmisi (A)
R = Resistansi kawat transmisi masing-masing fasa (ohm)

Distribusi
Pusat Gardu Induk Transmisi Gardu Induk Behan
Pembangkit

GAMBAR 1.1
Diagram garis sistem tenaga listrik sederhana
Bab 1 Pendahuluan 2

Dengan mengabaikan ams kapasitif pada transmisi, maka arus di sepanjang kawat
transmisi dapat dianggap sama dan besarnya adalah sama dengan ams pada ujung
penerima transmisi. Jika P sama dengan daya beban pada ujung penerima transmisi
(watt), v;. sama dengan tegangan fasa-ke-fasa ujung penerima transmisi (volt) dan cos
'P sama dengan faktor daya beban, maka ams pada kawat transmisi adalah:

I= p 1.2
--./3 vr cos 'P
Jika Persamaan 1.2 disubstitusikan ke dalam Persamaan 1.1, maka diperoleh:

1.3

Terlihat bahwa mgi-mgi transmisi berbanding lums dengan resistansi konduktor dan
berbanding terbalik dengan kuadrat tegangan transmisi, sehingga pengurangan mgi-mgi
yang diperoleh dari peninggian tegangan transmisi jauh lebih besar daripada pengurangan
mgi-mgi dari pengurangan resistansi konduktor. Maka, mgi-mgi transmisi dikurangi
dengan mempertinggi tegangan transmisi. Hal inilah yang membuat tegangan transmisi
sistem tenaga listrik semakin tinggi dan saat ini sudah ada yang mencapai 750 kV.

1.2 GARDU INDUK


Tegangan yang dibangkitkan generator terbatas dalam belasan kilovolt, sedangkan
transmisi membutuhkan tegangan dari puluhan sampai ratusan kilovolt, sehingga di
antara pembangkit dengan transmisi dibutuhkan trafo daya step up. Maka, semua
perlengkapan yang terpasang di sisi sekunder trafo ini hams mampu memikul tegangan
tinggi. Sebaliknya, tegangan transmisi dari puluhan sampai ratusan kilovolt, sedangkan
konsumen membutuhkan tegangan dari ratusan volt sampai puluhan kilovolt, sehingga di
antara transmisi dengan konsumen dibutuhkan trafo daya step down. Semua perlengkapan
yang terpasang di sisi primer trafo ini juga hams mampu memikul tegangan tinggi.
Trafo-trafo daya ini bersama dengan perlengkapan-perlengkapannya disebut gardu induk.
Posisi suatu gardu induk pada sistem tenaga listrik diperlihatkan pada Gambar 1.2.
Jenis gardu induk dilihat dari fungsinya dibagi atas: gardu induk pembangkit, gardu
induk beban dan gardu induk hubung. Sedangkan dilihat dari jenis trafo daya yang
terpasang, gardu induk dibagi atas gardu induk step up dan gardu induk step down.

Gardu Induk
Pembangkit
Pusat 1+-- - - - - - - - - --+ (D c.+1- - - - ► Beban
Pembangkit Transmisi
11/150 kV 150kV

Interkonektor
150kV
Gardu Induk
Pembangkit 275/150 kV Transmisi 150/20 kV
Pusat 150kV
Pembangkit :U Distribusi
Transmisi
11/275 kV Gardu
150kV
Hubung

GAMBAR 1.2
Diagram garis sistem tenaga listrik interkoneksi
GAMBAR 1.3
Gardu induk pasangan luar

Gardu induk dapat juga dibagi berdasarkan penempatan instalasi peralatannya,


yaitu gardu induk pasangan dalam dan gardu induk pasangan luar. Gardu induk
pasangan luar diperlihatkan pada Gambar 1.3. Di sini, semua peralatan gardu dipasang di
ruang terbuka. Pada gardu induk pasangan dalam, sebagian peralatan dipasang pada
ruangan tertutup seperti diperlihatkan pada Gambar 1.4.

GAMBAR 1.4
Gardu induk pasangan dalam
CT

+
LT DS cBCT TD CB {

0
DS DS
--···--6--/
~ lLA'---<r.... Kabel
L....J DS
cc - S CB

PT

GAMBAR 1.5
Diagram garis suatu gardu induk

1.3 KOMPONEN GARDU INDUK


Susunan peralatan dalam suatu gardu induk diperlihatkan pada Gambar 1,5_
Adapun peralatan tegangan tinggi yang terdapat pada suatu gardu induk adalah:

• pembagi tegangan kapasitor (CC)


• trafo tegangan (PT) • pemutus daya (CB)
• filter frekuensi tinggi (LT) • pelindung tegangan lebih (LA)
• sakelar pembumian (ES) • trafo daya (TD)
• sakelar pemisah (DS) • konduktor
• trafo arus (CT) • isolator

Jika sistem tenaga listrik membutuhkan perbaikan faktor daya, pada gardu induk
dipasang kapasitor tegangan tinggi. Dalam buku ini akan diuraikan tentang prinsip kerja
dan karakteristik dari semua peralatan tegangan tinggi tersebut, kecuali filter frekuensi
tinggi, karena peralatan ini merupakan perangkat komunikasi radio yang lebih layak
dibicarakan dalam teknik telekomunikasi radio.
Peralatan bertegangan rendah seperti daftar di atas, bukan barang baru dalam
teknik kelistrikan. Trafo arus, kapasitor, trafo, pelindung tegangan lebih, pemutus dan
sakelar dijumpai juga pada instalasi 220/380 volt. Jika sekarang dilakukan pembahasan
secara khusus mengenai peralatan yang sama tetapi bertegangan tinggi, itu disebabkan
adanya perbedaan pada konstruksinya. Ada lima hal utama yang membedakan peralatan
tegangan tinggi dari peralatan tegangan rendah, yaitu sistem isolasinya, ukuran komponen
peralatan yang menghantarkan arus, sistem pendinginan, penyambungan konduktor dan
pelindung tegangan lebih. Berikut ini akan dijelaskan perbedaan konstruksi peralatan
tegangan tinggi dengan peralatan tegangan rendah.

1.4 SISTEM ISOLASI PERALATAN TEGANGAN TINGGI


Tekanan medan elektrik yang terdapat pada isolasi suatu peralatan listrik berbanding
lurus dengan tegangan kerja (V) peralatan tersebut dan berbanding terbalik dengan jarak
susunan elektroda (s) yang terbentuk dalam peralatan tersebut:
V
£;:::;
s 1.4

Karena peralatan tegangan tinggi bekerja pada tegangan yang tinggi, maka isolasinya
memikul tekanan medan elektrik yang tinggi sehingga konstruksinya harus dirancang
agar mampu memikul tekanan medan elektrik tersebut. Tujuan ini dapat dicapai dengan
memperbesar dimensi bahan isolasi dan mengendalikan tekanan medan elektrik. Maka
suatu peralatan tegangan tinggi dapat ditandai dari dimensi sistem isolasi yang lebih
besar dan adanya usaha pengendalian tekanan medan elektrik pada peralatan itu.
Untuk melihat pengaruh tegangan terhadap konstruksi isolasi suatu peralatan listrik,
pada Gambar 1.6 di bawah ini diberikan contoh perbedaan konstruksi dua isolator
pendukung yang terbuat dari bahan porselen dengan tegangan kerja masing-masing 35
kV dan 110 kV. Terlihat bahwa volume isolator pendukung 110 kV hampir 3,8 kali
volume isolator 35 kV. Dengan perkataan lain, kenaikan tegangan kerja isolator dari
35 kV menjadi 110 kV membuat volume isolator naik menjadi 3,8 kali volume awal.
Contoh di atas menunjukkan bahwa volume bahan isolasi akan bertambah dengan
bertambahnya tegangan kerja. Hal inilah yang membuat harga suatu peralatan tegangan
tinggi didominasi oleh harga bahan isolasinya. Maka perlu ada upaya untuk mengurangi
pemakaian bahan isolasi pada peralatan tegangan tinggi, yaitu dengan mengendalikan
tekanan medan elektrik yang terjadi pada peralatan tersebut. Berikut ini akan diberikan
dua cara pengendalian tekanan medan elektrik y l}g dijumpai dalam praktik sehari-hari.
Cara pertama adalah dengan menata bagian-bagian peralatan yang membentuk
susunan elektroda sedemikian rupa sehingga tekanan medan elektrik pada sistem isolasi
menjadi berkurang. Pada Gambar 1.7 di halaman 6 diperlihatkan perbedaan tekanan
medan elektrik pada dua peralatan yang tegangan kerjanya sama, tetapi susunan
elektrodanya berbeda. Jika dalam ha! ini volume bahaILisolasi yang digunakan adalah
sama, maka bahan isolasi peralatan dengan susunan elektroda (a) dapat dipilih karena
sistem isolasi peralatan dengan susunan elektroda (a) memikul tekanan medan elektrik
yang lebih lebih rendah daripada tekanan medan elektrik yang dipikul peralatan dengan
susunan elektroda (h). Jika kekuatan dielektrik kedua peralataf1 adalah sama yaitu sama
dengan £ 2 maks peralatan (h), maka menurut Persamaan 1.2, jarak elektroda (s) pada
peralatan (a) dapat dikurangi sehingga volume isolasi p ralatan (a) lebih kecil dari
volume isolasi peralatan (h).
Cara lain untuk menghemat pemakaian bah n isolasi adalah dengan menambahkan
elektroda perata tegangan pada peralatan untuk meratakan distribusi tegangan pada
sistem isolasi peralatan tersebut. Ada tiga jenis elektroda perata, yaitu elektroda perata
internal, elektroda perata ekstemal dan elektroda perata intermediasi. Pada Gambar

270mm

180mm
1234 mm

35 kV llOkV

GAMBAR 1.6
Isolator pendukung 35 kV dan 110 kV
-s

X X

Susunan (a) Susunan (b)

GAMBAR 1.7
Pengaruh bentuk elektroda terhadap tekanan medan elektrik

1.8 diperlihatkan pemasangan elektroda perata internal pada trafo uji tegangan tinggi
dan elektroda perata eksternal pada isolator pendukung. Elektroda perata intermediasi
digunakan antara lain pada isolasi bushing trafo seperti diperlihatkan pada Gambar 1.9.
Bushing adalah isolator yang digunakan untuk mengisolir badan suatu peralatan
dengan konduktor terminal tegangan tinggi yang menerobos badan peralatan tersebut.
Seandainya elektroda perata tidak ada, maka distribusi tegangan pada tiap bagian isolasi
adalah seperti pada Gambar 1.9a, dalam hal ini terlihat tekanan medan elektrik tidak
merata pada bahan isolasi. Dengan adanya elektroda perata, maka distribusi tegangan
pada setiap bagian isolasi semakin merata seperti diperlihatkan pada Gambar l.9b.

Elektroda -
tegangan -f-L.-'r---r---r---r--r-r
tinggi

Elektroda
internal

Mantel isolasi

(a) Trafo uji tegangan tinggi (b) Isolator pendukung

GAMBAR 1.8
Pemasangan elektroda internal dan elektroda eksternal
100% 100%

Elektroda perata

(a) Tanpa elektroda perata (b) Dengan elektroda perata

GAMBAR 1.9
Bushing tanpa elektroda perata dan dengan elektroda perata

1.5 KONDUKTOR PERALATAN TEGANGAN TINGGI


Untuk kapasitas penyaluran arus yang sama dengan peralatan tegangan rendah, komponen
yang menghantarkan arus pada peralatan tegangan tinggi berukuran lebih besar. Untuk
memahami hal ini diambil contoh kabel tegangan tinggi. Suatu kabel tegangan tinggi
dibungkus dengan bahan isolasi yang tebal. Jika kabel mengalirkan arus ([), dan R adalah
resistansi inti kabel, maka pada setiap konduktor akan timbul rugi-rugi daya sebesar:

6.P = PR 1.5

Rugi-rugi daya tersebut berubah menjadi panas yang menaikkan temperatur


konduktor dan isolasi kabel. Bahan isolasi adalah penghantar panas yang buruk,
sehingga penyebaran panas dari inti kabel ke media sekitar berkurang dan hal ini akan
menyebabkan kenaikan temperatur kerja konduktor. Untuk mengatasinya, rugi-rugi
daya harus dikurangi dengan memperkecil resistansi inti. Hal ini dilakukan dengan
memperbesar ukuran penampang inti kabel. Sebagai contoh, tembaga tanpa isolasi,
ukuran penampang 10 mm2 dapat mengalirkan arus 110 ampere. Jika dibungkus
dengan isolasi PVC setebal 1 mm, maka daya hantar arus turun menjadi 64 ampere.
Seandainya daya hantar arus kabel diinginkan tetap 110 ampere dan dibungkus dengan
isolasi PVC setebal 1 mm, maka luas penampang konduktor kabel harus diperbesar
menjadi 25 mm2.

1.6 SISTEM PENDINGINAN PERALATAN TEGANGAN TINGGI


Pada sub-bab 1.5 di atas telah dijelaskan bahwa bahan isolasi menghambat penyebaran
panas dari komponen peralatan yang menjadi sumber panas, sehingga kapasitas daya
hantar arus peralatan berkurang. Untuk meningkatkan kapasitas daya hantar arus peralatan,
r
8 Peralatan Tegangan Tinggi

Pipa baja

Pelindung -­
kedap minyak Radiator

GAMBAR 1.10
GAMBAR 1.11
Kabel minyak bertekanan
Trafo dengan radiator

maka peralatan dilengkapi dengan peralatan pendingin. Misalnya, inti kabel dibuat
berbentuk pipa (hollow conductor) dan pada bagian dalan pipa dialirkan air pendingin
atau dengan memasukkan kabel ke dalam suatu pipa yang dialiri air pendingin, seperti
diperlihatkan pada Gambar 1.10. Pada trafo daya, minyak isolasinya dibuat bersirkulasi
melalui radiator, seperti diperlihatkan pada Gambar 1.11.

1.7 PENYAMBUNG TEGANGAN TINGGI


Pada peralatan tegangan rendah, penyambungan suatu konduktor dengan konduktor lain,
atau konduktor dengan terminal dapat dilaksanakan dengan solder atau dengan memintal
konduktor satu dengan konduktor yang lain, kemudian persambungan dibungkus dengan
pita isolasi. Untuk peralatan tegangan tinggi, hal sepe1ti ini tidak dapat dipraktikkan.
Penyambungan harus dilakukan dengan suatu peralatan yang disebut penyambung
tegangan tinggi, yaitu suatu peralatan yang dirancang khusus untuk penyambungan
antar konduktor pada peralatan tegangan tinggi. Pada Gambar 1.12 diperlihatkan contoh
penyambung tegangan tinggi yang digunakan pada suatu kabel.

Ujung kabel .,..

(a)Kabel satu fasa (/,) Kabel tiga fasa

GAMBAR 1.12
Penyambung kabel tegangan tinggi
Bab 1 Pendahuluan 9

1.8 ALAT PELINDUNG PERALATAN TEGANGAN TINGGI


Ada empat tingkat tegangan yang mungkin dipikul suatu peralatan yang tersambung
pada sistem tenaga listrik, yaitu: tegangan kerja kontinu, tegangan lebih pada frekuensi
daya, tegangan lebih impuls hubung-buka dan tegangan lebih impuls petir. Tegangan
lebih pada frekuensi daya terjadi jika terjadi hubung singkat jaringan satu fasa ke
tanah, karena pada keadaan ini terjadi kenaikan tegangan pada kedua fasa yang tidak
terganggu. Tegangan lebih impuls hubung-buka terjadi pada saat pemutusan dan
penutupan rangkaian transmisi (switching operation). Sambaran petir pada transmisi
akan menimbulkan tegangan lebih impuls petir pada sistem tenaga listrik. Semakin
tinggi menara transmisi, maka semakin mudah transmisi disambar petir. Sementara,
semakin tinggi tegangan transmisi suatu sistem tenaga listrik ditinggikan, maka semakin
tinggi juga menara transmisi harus dibangun untuk menjamin keselamatan makhluk
hidup di sekitar transmisi.
Keberadaan tegangan lebih di atas mengharuskan peralatan memiliki bahan isolasi
yang mampu memikul semua tingkat tegangan tinggi tersebut. Hal ini menyebabkan
biaya pengadaan bahan isolasi semakin tinggi, sehingga harga suatu peralatan tegangan
tinggi lebih ditentukan oleh biaya pengadaan isolasi. Untuk kapasitas yang sama,
harga suatu peralatan tegangan tinggi jauh lebih mahal dari peralatan tegangan rendah.
Oleh karena itu peralatan sistem perlu diperlengkapi dengan peralatan proteksi untuk
menghindarkan kerusakan isolasi peralatan akibat adanya tegangan lebih impuls hubung
buka dan impuls petir. Penambahan peralatan proteksi ini menambah biaya investasi
dan perawatan sistem tenaga listrik. Pada Gambar 1.13 diperlihatkan suatu trafo daya
yang dilengkapi dengan alat proteksi arester.

GAMBAR 1.13
Trafo daya dengan alat proteksi arester
Bab 1 Pendahuluan 1

Anda mungkin juga menyukai