Anda di halaman 1dari 6

Resistansi Penghantar dan Perhitungan Susut Daya

Posted on 21/12/2012 by Modal Holong

Resistansi Penghantar

Makin panjang jaringan, harga resistansinya akan semakin besar, sehingga jatuh tegangan yang
terjadi juga semakin besar. Maka besarnya resistansi pada jaringan listrik dapat dicari dengan
rumus persamaan berikut:

…………………………………………………………….1

Dimana:

R : Resistansi (Ω),

l : Panjang kawat penghantar (m),

A : Luas penampang kawat (m2),

ρ : Tahanan jenis (Ωm).

Tahanan penghantar mempunyai suhu maksimum yang telah distandarkan oleh pabrik pembuatnya
(maksimum 30°C untuk Indonesia), perubahan suhu sebesar 1°C dapat menaikkan tahanan
penghantar. Perubahan tahanan nilai tahanan ini disebut koefisien temperatur dari tahanan yang
diberi simbol α, nilai α dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Perubahan nilai tahanan terhadap
suhu, dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

Rt2 = Rt1[1 + αtl(t2 –t1)] ………………………………………2

Dimana:

Rt2 = Tahanan pada temperatur t2 dalam (Ω)

Rtl = Tahanan pada temperatur ti dalam (Ω)

αtl = Koefisien temperatur dari tahanan pada temperatur t1 dalam °C


…….3

…….4

…….5

…….6

Dimana T0 = Temperatur pada penghantar aluminium ( 0C )

………7

Dimana:

Rt2 = resistan pada suhu t2 ( Ω / km)

Rt1 = resistan pada suhu t1 ( Ω / km)

t1 = suhu normal penghantar ( °C )

t2 = suhu yang ditentukan ( °C )

Table Nilai T0 dan α untuk bahan konduktor standar


Sumber : Hutauruk T.S., 1985, “Transmisi Daya Listrik” penerbit Erlangga. Jakarta. Hal 7-8

Perhitungan Susut Daya

Susut daya (Rugi Daya) pada jaringan merupakan hilangnya daya tahanan pada penghantar.
Susut daya dapat disebabkan karena rugi pada tahanan itu sendiri dan rugi karena kebocoran
(leakage loss). Susut Daya dinyatakan oleh persamaan:

∆P= I2. R. L ……………………..8

Dimana :

∆P = Susut Daya

I = Arus Beban (A)

R = Tahanan kawat per fasa (Ω/km)

L = Panjang Jaringan (km)


Tegangan Jatuh (Drop Tegangan)
Posted on 21/12/2012 by Modal Holong

Jatuh tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu penghantar. Jatuh tegangan
pada saluran tenaga listrik secara umum berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban serta
berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar. Besarnya jatuh tegangan dinyatakan baik
dalam persen atau dalam besaran Volt. Besarnya batas atas dan bawah ditentukan oleh
kebijaksanaan perusahaan kelistrikan. Perhitungan jatuh tegangan praktis pada batas-batas tertentu
dengan hanya menghitung besarnya tahanan masih dapat dipertimbangkan, namun pada sistem
jaringan khususnya pada sistem tegangan menengah masalah indukstansi dan kapasitansinya
diperhitungkan karena nilainya cukup berarti (PT.PLN (Persero),2010: hal 20).

Tegangan jatuh secara umum adalah tegangan yang digunakan pada beban. Tegangan jatuh
ditimbulkan oleh arus yang mengalir melalui tahanan kawat. Tegangan jatuh V pada penghantar
semakin besar jika arus I di dalam penghantar semakin besar dan jika tahanan penghantar Rℓ
semakin besar pula. Tegangan jatuh merupakan penanggung jawab terjadinya kerugian pada
penghantar karena dapat menurunkan tegangan pada beban. Akibatnya hingga berada di bawah
tegangan nominal yang dibutuhkan. Atas dasar hal tersebut maka tegangan jatuh yang diijinkan
untuk instalasi arus kuat hingga 1.000 V yang ditetapkan dalam persen dari tegangan kerjanya
(Daryanto,2010: hal 18 & 42).

Toleransi tegangan pelayanan yang diijinkan

Sesuai dengan standar tengangan yang ditentukan oleh PLN (SPLN), perancangan jaringan dibuat
agar jatuh tegangan di ujung diterima 10%. Tegangan jatuh pada jaringan disebabkan adanya
rugi tegangan akibat hambatan listrik (R) dan reaktansi (X). Jatuh tegangan phasor Vd pada suatu
penghantar yang mempunyai impedansi (Z) dan membawa arus (I) dapat dijabarkan dengan rumus
:

Vd=I.Z………………………………………………………………….1

Dalam pembahasan ini yang dimaksudkan dengan jatuh tegangan (∆V) adalah selisih antara
tegangan kirim (Vk) dengan tegangan terima (VT), maka jatuh tegangan dapat didefinisikan adalah
:

∆V = ( Vk ) – (VT )………………………………………………..2
Karena adanya resistansi pada penghantar maka tegangan yang diterima konsumen (Vr) akan lebih
kecil dari tegangan kirim (Vs), sehingga tegangan jatuh (Vdrop) merupakan selisih antara tegangan
pada pangkal pengiriman (sending end) dan tegangan pada ujung penerimaan (receiving end)
tenaga listrik. Tegangan jatuh relatip dinamakan regulasi tegangan VR (voltage regulation) dan
dinyatakan oleh rumus :

……………………………………………………….3

Dimana :

Vs = tegangan pada pangkal pengiriman

Vr = tegangan pada ujung penerimaan

Untuk menghitung jatuh tegangan, diperhitungkan reaktansinya, maupun faktor dayanya yang
tidak sama dengan satu, maka berikut ini akan diuraikan cara perhitunganya. Dalam
penyederhanaan perhitungan, diasumsikan beban–bebannya merupakan beban fasa tiga yang
seimbang dan faktor dayanya (Cos φ) antara 0,6 s/d 0,85. tegangan dapat dihitung berdasarkan
rumus pendekatan hubungan sebagai berikut :

(∆V ) = I ( R . cos φ + X . sin φ ) L………………………………..4

Dimana :

I = Arus beban ( Ampere )

R = Tahanan rangkaian ( Ohm )

X = Reaktansi rangkaian ( Ohm )

Penyebab Terjadinya Tegangan Jatuh


Posted on 21/12/2012 by Modal Holong

Besar kecilnya jatuh tegangan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Tahanan saluran
2. Arus saluran
3. Faktor daya (Cos φ)
4. Panjang saluran
Akibat adanya impedansi saluran dan beban maka antara tegangan sumber (Vs) dan tegangan
penerima (Vp) ada perbedaan. Dimana tegangan penerima akan selalu lebih kecil dari tegangan
sumber (Vs>Vp). Selisih tegangan tersebut disebut jatuh tegangan (V). Secara umum jatuh
tegangan adalah V=Vs-Vp.

1. Besar beban pada suatu titik (tiang ) tidak sama pada fasa yang satu dengan fasa yang lainnya,
walaupun dilihat dari gardu, beban tiap fasanya mungkin sama besar diantaranya disebabkan oleh
prilaku beban konsumen yang tidak teratur.
2. Beban dilihat dari gardu tidak sama untuk masing – masing fasa, sudah pasti beban ditiap tiang
tidak sama.
3. Pembagian atau penempatan beban di masing- masing fasa tidak sama.

Anda mungkin juga menyukai