Anda di halaman 1dari 10

RELE JARAK SEBAGAI PROTEKSI

SALURAN TRANSMISI

DEPARTEMEN ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2008
RELE JARAK SEBAGAI PROTEKSI
SALURAN TRANSMISI

Sistem transmisi memegang peranan yang sangat penting dalam proses


penyaluran daya. Oleh karena itu pengaman pada saluran transmisi perlu
mendapat perhatian yang serius dalam perencanaannya. Sistem transmisi sendiri
merupakan sistem dinamis kompieks yang parameter‐parameter dan keadaan
sistemnya berubah secara terus menerus. Oleh karena itu strategi pengamanan
harus disesuaikan dengan perubahan dinamis tersebut dalam hal desain dan
seting peralatannya. Rele sebagai salah satu bagian penting dalam system
pengamanan saluran transmisi harus mempunyai kemampuan mendeteksi
adanya gangguan pada semua keadaan yang kemudian memisahkan bagian
sistem yang terganggu tersebut sehingga dapat meminimalkan kerusakan pada
bagian yang terganggu dan mencegah gangguan meluas ke saluran lain yang
tidak terganggu.
Rele jarak digunakan sebagai pengaman pada saluran transmisi karena
kemampuannya dalam menghilangkan gangguan (fault clearing) dengan cepat
dan penyetelannya yang relatif mudah. Pada prinsipnya rele jarak adalah
mengukur nilai arus dan nilai tegangan pada suatu titik tertentu dan kemudian
membandingkannya dengan suatu nilai seting tertentu untuk menentukan
apakah rele narus bekerja atau tidak. Supaya rele dapat berfungsi dengan baik
dalam kapasitasnya sebagai pengaman saluran transmisi maka perlu adanya
kordinasi antara satu rele dengan rele di terminal lawannya juga dengzn rels
pada seksiseksi berikutnya. Kordinasi rele jarak selama ini berdasarkan
parameter saluran transmisi dengan kompensasi perkiraan besarnya gangguan
yang dihitung secara off‐line. Tetapi dengan keadaan sistem yang berubah‐ubah
yang mengakibatkan parameter saluran transmisi juga berubah serta adanya
gangguan yang tidak bisa diperkirakan besarnya, maka seting rele yang ada bisa
menjadi tidak selektif. Oleh karena itu diperlukan kordinasi rele yang lebih baik
yang dapat menyesuaikan dengan keadaan sistem tersebut. Dengan cara ini
dimungkinkan untuk memperbaiki kinerja pengamanan.

Pengertian Saluran Transmisi


Sistem Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik
dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation
(gardu induk). Pemakaian sistem transmisi didasarkan atas besarnya daya yang
harus disalurkan dari pusat‐pusat pembangkit ke pusat beban dan jarak
penyaluran yang cukup jauh antara sistem pembangkit dengan pusat beban
tersebut. Sistem transmisi menyalurkan daya dengan tegangan tinggi yang
digunakan untuk mengurangi adanya rugi‐rugi akibat jatuh tegangan.
Sistem transmisi dapat dibedakan menjadi sistem transmisi tegangan
tinggi (high voliage, HV), sistem transmisi tegangan ekstra tinggi (extra high
voltage, EHV), dan sistem transmisi ultra tinggi (Ultra high voltage, UHV).
Besarnya tegangan nominal saluran transmisi tegangan tinggi ataupun ekstra
tinggi berbeda‐beda untuk setiap negara atau perusahaan listrik di Negara
tersebut, tergantung kepada kemajuan tekniknya masing‐masing. Di Indonesia
tegangan tinggi yang digunakan adalah 150 kV dan tegangan ekstra tinggi adalah
tegangan 500 kV yang terinterkoneksi antara Jawa dan Bali. Sistem interkoneksi
ekstra tinggi ini merupakan bagian terpenting dari penyaluran daya di Indonesia
sehingga kelangsungan dan keandalan sistem ini harus selalu dijaga.

Saluran trasmisi merupakan suatu slstem yang kompleks yang


mempunyai karakteristik yang berubah‐ubah secara dinamis sesuai keadaan
sistem itu sendlri. Adanya perubahan karakteristik ini dapat menimbulkan
masalah jika tidak segera dapat diantlsipasi. Dalam hubungannya dengan system
pengamanan suatu sistem transmisi, adanya perubahan tersebut harus
mendapat pertiatian yang besar mengingat saluran transmisi mmiliki arti yang
sangat penting dalam proses penyaluran daya. Masalah‐rnasalah yang timbul
pada saluran transmisi, diantaranya yang terutama adalah:

1. Pengaruh perubahan frekuensi sistem


Frekuensi dari suatu sistem daya berubah secara terus menerus dalarn suatu
nilai batas tertentu. Pada saat terjadi gangguan perubahan frekuensi dapat
merugikan baik terhadap peralatan ataupun sistem transmisi itu sendiri.
Pengaruh yang disebabkan oleh perubahan frekuensi ini terhadap saluran
transmisi adalah pengaruh pada reaktansi. Dengan perubahan frekuensi dari
ω1 ke ω1’ dengan kenaikan Δω1, reaktansi dari saluran akan berubah dari X
ke X' dengan kenaikan ΔX.
Perubahan reaktansi ini akan berpengaruh terhadap pengukuran impedansi
sehingga impedansi yang terukur karena adanya perubahan pada nilai
komponen reaktansinya akan berbeda dengan nilai sebenarnya.

2. Pengaruh dari ayunan daya pada sistem


Ayunan daya terjadi pada sistem paralel pembangkitan (generator) akibat
hilangnya sinkronisasi salah satu generator sehingga sebagian generator
menjadi motor dan sebagian berbeban lebih dan ini terjadi bergantian atau
berayun. Adanya ayunan daya ini dapat menyebabkan kestabilan sistem
terganggu. Ayunan daya ini harus segera diatasi dengan melepaskan
generator yang terganggu. Pada saluran transrnisi adanya ayunan daya ini
tidak boleh rnembuat kontinuitas pelayanan terganggu, tetapi perubahan arus
yang terjadi pada saat ayunan daya bisa masuk dalam jangkauan sistem
pengamanan sehingga memutuskan aliran arus pada saluran transmisi. Suatu
sistem proteksi harus dapat membedakan adanya ayunan dayainidengan
adanyagangguan.
3. Pengaruh gangguan pada sistem transmisi
Saluran transmisi mempunyai resiko paling besai bila mengalami gangguan,
karena ini akan berarti terputusnya kontinuitas penyaluran beban.
Terputusnya penyaluran listrik dari pusat pembangkitan ke behm tentu sangat
rnerugikan bagi pelanggan terutama industri, karena berarti terganggunya
kegiatan operasi di industri tersebut. Gangguan periyediaan listrik tidak
dikehendaki oleh siapapun, tetapi ada kalanya gangguan tersebut tidak bisa
dihindari. Oleh karena itu dipeilukan usaha untuk mengurangi akibat adanya
gangguan tersebut atau memisahkan bagian yang terganggu dari sistem.
Gangguan pada saluran transmisi merupakan 50% dari seluruh gangguan yang
terjadi pada sistem tenaga listrik. Diantara gangguan tersebut gangguan yang
terbesar frekuensi terjadinya adalah gangguan hubung singkat satu fasa ke
tanah, kaitu sekitar 85% dari totai gangguan pada transmisi saluran udara.
Suatu sistim proteksi harus dapat mendeteksi semua gangguan apakah itu
gangguan antar fasa atau gangguan satu fasa ke tanah. Karena sifat‐sifat
gangguan tersebut berbeda maka untuk mendapatkan pengukuran yang betul
adalah dengan mengukur impedansi yang berbeda‐beda untuk setiap
gangguan.

Sistem Proteksi
Proteksi sistem tenaga listrik adalah pengisolasian kondisi abnormal pada
sistem TL untuk meminimalkan pemadaman dan kerusakan yang lebih lanjut.
Dalam merancang sistem proteksi, dikenal beberapa falsafah proteksi, yaitu:
1. Ekonomi : Peralatan proteksi mempunyai nilai ekonomis.
2. Selektif : Dapat mendeteksi dan mengisolasi adanya gangguan.
3. Ketergantungan : Proteksi hanya bekerja jika terjadi gangguan.
4. Sensitif : Mampu mengenali gangguan, sesuai setting yang
ditentukan, walau gangguannya kecil sekalipun.
5. Cepat : Mampu bekerja dalam waktu yang sesingkat mungkin.
6. Stabil : Proteksi tidak mempengaruhi kondisi yang normal
7. Keamanan : Memastikan proteksi tidak bekerja jika tidak terjadi
gangguan

Tujuan proteksi

 Mengurangi kerugian produksi


 Menempatkan dan memisahkan peralatan dari gangguan
 Mengetahui jenis dari gangguan
 Melindungi keseluruhan dari sistem (primer sampai sini)
 Mengurangi kerusakan dan memperbaiki harga
 Mengurangi waktu produksi
 Mencegah panas dan medan magnetic yang berlebih perlatan dari
akibat dari kegagalan yang terjadi.
 Melindungi dari jatuh tegangan untuk mempertahankan
kestabilan
 Untuk melindungi keselamatan dari pegawai yang bekerja

Rele Jarak
 Berfungsi membaca impedansi.
 Dilakukan dengan cara mengukur arus dan tegangan pada suatu zona
apakah sesuai atau tidak dengan batas settingnya.

Rele jarak (distance relay) merupakan proteksi yang paling utama pada
saluran transmisi. Rele jarak menggunakan pengukuiran tegangan dan arus
untuk mendapatkan impedansi saluran yang harus diamankan. Jika impedansi
yang terukur di dalam batas settingnya, maka rele akan bekerja. Di sebut rele
jarak, karena impedansi pada saluran besarnya akan sebanding dengan panjang
saluran. Oleh karena itu, rele jarak tidak tergantung oleh besarnya arus gangguan
yang terjadi, tetapi tergantung pada jarak gangguan yang terjadi terhadap rele
proteksi. Impedansi yang diukur dapat berupa Z, R saja ataupun X saja,
tergantung jenis rele yang dipakai.
Macam‐macam rele jarak, yang digunakan untuk proteksi saluran
transmisi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel Jenis Rele jarak Untuk Proteksi Saluran Transmisi
Jenis Rele Rumus Diagram
Reaktansi T = K2 VI sin  + K2 I2 X

( = 90)

Resistansi T = K2 VI cos  + K2 I2 X

( = 0)

Offset mho T = K1 V2 + K2 VI cos ( ‐ ) + K2 I2 X


R

Impedansi T = K1V2 + K2I2 (K2 = 0) X


(K2 = 0)

R
Mho T = K1 V2 + K2 VI cos ( ‐ ) X


R

Konduktansi T = K1 V2 + K2 VI cos  X

( = 0)

Suseptansi T = K1 V2 + K2 VI sin  X

( = 90)

Setting Rele Jarak

Setting rele jarak berdasarkan pada derah atau zone dari saluran
transmisi yang akan diproteksi. Zone ini menggambarkan seberapa panjang
saluran yang diproteksi oleh pengaman jarak. Secara umum, zone pada proteksi
rele jarak terdiri dari tiga zone, yaitu:
a. Zone I : mengamankan saluran yang diproteksi (protected line)
Settingnya adalah 80 persen impedansi saluran yang diproteksi.
b. Zone II : mengamankan saluran yang diproteksi (protected line) dan
saluran sebelahnya (adjacent line)
Settingnya adalah 120 persen impedansi saluran yang diproteksi.
c. Zone III : mengamankan saluran sebelahnya (adjacent line)
Settingnya adalah saluran yang diproteksi ditambah 120 persen saluran
sebelahnya (adjacent line)
Pengaruh Infeed
Pengaruh infeed adalah pengaruh penambahan atau pengurangan arus
menuju ke titik gangguan terhadap arus yang melewati rele. Hal ini akan
menyebabkan pendeteksian lokasi gangguan menjadi salah. Hal‐hal yang
menyebabkan terjadinya pengaruh infeed adalah:

a. Pembangkit pada ujung saluran yang diamankan.


Seperti terlihat pada gambar dibawah ini, maka jika terjadi gangguan di titik
F, impedansi dilihat dari rele A adalah :
Z rA = VA/I1 = (I1ZAB + IF ZBF)/ I1
= ZAB + (IF/I1) ZBF
= ZAB + [ (I1 + I2)/I1] ZBF
= ZAB + (1 + I2/I1) ZBF
Sehingga rele di A akan merasakan gangguan semakin jauh, tidak sesuai
dengan yang sebenarnya. Hal ini mempengaruhi setting zone 2 dan zone 3.
Dengan adanya infeed ini, maka jangkauan rele menjadi lebih pendek.
I1 B IF
F

A
I2 C

Pengaruh Infeed Akibat Adanya Unit Pembangkit di Ujung


Saluran Yang Diproteksi

b. Perubahan saluran transmisi


Perubahan konfigurasi saluran akan mempengaruhi impedansi yang terbaca
oleh rele jarak. Sebagai contoh kasus adalah seperti berikut ini (seperti
gambar di bawah ini):
 Saluran tunggal ke ganda
Impedansi dilihat dari rele A, dengan gangguan di titik F adalah:
ZrA = (I ZAB + I1 ZBF)/I
= ZAB + I1/I ZBF
= ZAB + [(2l – x) / 2l ] ZBF
Gangguan di dekat bus B, x = 0, maka k = 1
Gangguan di bus C, x = l, maka k = ½
Sehingga gangguan disalah satu transmisi antara B‐C, impedansi yang
dilihat oleh rele A selalu lebih kecil dari sesungguhnya. Akibatnya
jangkauan rele lebih panjang.

 Saluran ganda ke tunggal


Impedansi saluran jika dilihat dari rele A, untuk gangguan di titik F adalah:
ZrA = (I1 ZAB + IF ZBF)/I1
= ZAB + IF/I1 ZBF
= ZAB + [(I1/I2)/I1] ZBF
Jika I1= I2, maka ZrA = ZAB + 2ZBF
Sehingga gangguan setelah bus B, impedansi dilihat dari rele A akan selalu
lebih besar. Akibatnya rele mempunyai jangkauan yang lebih pendek.

C
I B I1 I1
F

A x
I2

(a)

B
A I2
IF C
F

I1

( b)

Pengaruh Infeed Akibat perubahan Saluran

Anda mungkin juga menyukai