Anda di halaman 1dari 11

MODUL 2

RESPON ELEMEN TERHADAP ARUS BOLAK – BALIK


2.1. Resistansi dan Arus Bolak – Balik

Untuk sebuah rangkaian AC yang terdiri dari sebuah resistansi murni, tegangan dan arus
sesaat pada elemen tersebut diberikan oleh hukum Ohm: V = i.R

Gambar 2.1. (a) Rangkaian resistif (b) tegangan dan arus pada rangkaian resistif

Jika arus adalah i = im sin ⍵t, maka drop tegangan sesaat pada resistor adalah :

dengan tegangan maksimum dicapai bila sin ⍵t =1,maka

Dari persamaan ini terlihat bahwa tegangan dan arus pada sebuah resistor memiliki fasa
yang sama. Dan dari gambar terlihat bahwa, pada saat tegangan nol arus juga nol. Dan
sebaliknya, pada saat tegangan maksimum, arus juga maksimum. Atau dapat dinyatakan:

Tegangan dan arus adalah sefasa pada rangkaian resistif.

Dari harga efektif arus dan , maka :

Jika tegangan dan arus sefasa, maka daya sesaat berada pada bagian positif sepanjang
waktu. Sehingga daya rata – rata atau daya merupakan perkalian dari harga efektif tegangan dan
arus. Atau : P = V. i

Subsitusi harga tegangan pada persamaan daya, menghasilkan:


Contoh 2.1

Sebuah beban resistif dengan rating daya 1600 Watt membutuhkan tegangan 120 V AC.
Tentukan resistansi dan arus yang mengalir pada beban tersebut.

Solusi :

2.2 Kapasitansi dan Arus Bolak – Balik

Pada rangkaian AC dengan sebuah kapasitor seperti pada gambar 2.2, tegangan pada
kapasitor diberikan oleh persamaan:

V = Vm sin⍵t

Arus sesaat yang mengalir pada kapasitor diberikan oleh :

Subsitusi kedua persamaan menghasilkan:

Arus maksimum tercapai bila cos ⍵t = 1, yaitu pada ⍵t = 00, 3600, sehingga
Persamaan memberikan pengertian, bahwa arus yang mengalir pada sebuah
kapasitor, sebanding dengan slope (kemiringan) kurva tegangan. Pada kasus ini arus sebanding
dengan gelombang sinus. Dari gambar 2.2 terlihat, jika gelombang sinus dari tegangan melewati
titik nol, maka gelombang arus mencapai maksimum. Sebaliknya, jika tegangan mencapai nilai
maksimum, maka gelombang arus menjadi nol.

Besaran disebut sebagai reaktansi kapasitif dan merupakan ukuran dari perlawanan
terhadap arus bolak – balik. Reaktansi kapasitif memiliki satuan ohm dan disimbolkan sebagai:

Harga efektif untuk tegangan diberikan oleh :

Dari persamaan ini terlihat arus berbeda fasa (mendahului) dengan tegangan sebesar 90 0,
sehingga dapat disimpulkan :

Pada rangkaian kapasitif, arus mendahului tegangan sebesar 900.

Subskrip C yang diberikan pada persamaan di atas adalah untuk menunjukkan bahwa
harga efektif yang dimaksud adalah untuk rangkaian kapasitif.

Karena kapasitansi murni tidak dapat menyerap daya, maka perkalian tegangan dan arus
bukanlah daya. Disamping itu kapasitansi menyimpan dan melepaskan daya dengan pengisian
dan pengosongan muatan (charge dan discharge), sehingga daya ini disebut sebagai daya reaktif
dan sama dengan perkalian, Vcic . Daya reaktif disimbolkan dengan Q dan memiliki satuan Volt
– Ampere Reaktif (VAR). Maka :

Gambar 2.2 (a) rangkaian kapasitif (b)hubungan tegangan dan arus


Contoh 2.2

Jika dalam rangkaian pada gambar 2.2 C= 2 μF dan sumber tegangan mensuplai tegangan
dengan harga efektif 10 Volt pada frekuensi 1 kHz, maka carilah berapa besar arus yang
mengalir pada kapasitor dan berapa besar arus yang mengalir pada kapasitor dan berapa daya
reaktif kapasitor tersebut.

Solusi :

Nilai reaktansi kapasitif bervariasi sesuai dengan frekuensi. Jika frekuensi turun menuju
nol f = 0 yaitu arus DC maka reaktansi akan naik menuju batas | X c | = ∞, dan bila frekuensi naik
hingga batas f = ∞, maka reaktansi menjadi nol.

Variasi reaktansi ini dijelaskan pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Variasi reaktansi kapasitif terhadap frekuensi dengan kapasitansi tetap

2.3 Induktansi dan Arus Bolak – Balik

Rangkaian yang terdiri dari sebuah induktor murni dan sebuah sumber tegangan memiliki
sifat yang hampir sama dengan rangkain kapasitif. Misal, arus yang mengalir dalam sebuah
induktor adalah :

Maka, jika arus sinus berubah secara tetap, maka induktor secara konstan akan menghasilkan
emf lawan yang diberikan oleh persamaan:
Dari persamaan di atas terlihat tegangan pada induktor adalah sebanding dengan slope
(kemiringan) dari gelombang arus sinusoidal dan merupakan gelombang cosinus, seperti
diperlihatkan dalam gambar 2.4 berikut.

Gambar 2.4 (a) rangkaian induktif (b) grafik tegangan dan arus rangkaian induktif sehingga
dapat disimpulkan,

Dalam sebuah rangkaian induktif murni, tegangan mendahului arus sebesar 900.

Penurunan sederhana dari kesimpulan di atas dapat dilakukan dengan mensubsitusi persamaan
arus ke dalam persamaan tegangan sesaat:

Harga maksimum tegangan dicapai pada t = 0 sehingga

Kuantitas ⍵L disebut sebagai reaktansi kapasitif dan merupakan ukuran perlawanan


terhadap arus bolak – balik. Reaktansi induktif seperti reaktansi kapasitif, memiliki satuan Ohm
dengan notasi XL.

Harga efektif tegangan untuk rangkaian kapasitif diperoleh :

Subskrip L menunjukkan simbol tegangan dan arus untuk rangkaian induktif.


Contoh 2.3

Tegangan pada sebuah induktor 1 H adalah E = 10 sin 200t. Tulislah persamaan untuk
arus sesaat.

Solusi:
MODUL 3

PHASOR DAN ALJABAR PHASOR


3.1 Representasi Phasor Dari Arus Bolak – Balik

Dalam ilmu fisika, kita telah mempelajari besaran fisika sebagai besaran skalar dan
besaran vektor. Besaran skalar adalah besaran yang ditunjukkan oleh besar atau panjang dan
vektor ditunjukkan oleh besar dan arah.

Dalam mempelajari arus bolak – balik, kita akan menjumpai sinyal sinusoidal dengan
komponennya yaitu amplitudo, frekuensi dan sudut fasa. Jika kita kategorikan sinyal sinusoidal
sebagai besaran vektor, maka sifat vektor yaitu panjang dan arah ditunjukkan oleh amplitudo dan
sudut fasa dari gelombang sinusoidal. Walaupun amplitudo tetap dan sudut fasa menunjukkan
pergantian waktu, bukan pergantian tempat, tapi dengan beberapa modifikasi, model vektor
dapat digunakan.

Gambar 3.1. (a) garis vektor yang berotasi (b) proyeksi vertikalnya

Sebuah gelombang sinusoidal ditunjukkan pada gambar 3.1. Gelombang sinus ini dapat
diproyeksikan dalam sumbu x dan y, dimana sumbu x positif disebut sebagai sumbu referensi.
Sudut fasa sinyal dihitung berdasarkan sumbu referensi ini; dengan konvensi, sudut fasa positif
jika bergerak berlawanan arah dengan jarum jam, dan sudut fasa negatif jika searah dengan
jarum jam.

Jika pada suatu saat sinyal memiliki magnitude A dan sudut fasa θ, maka dapat kita
nyatakan, bahwa gelombang sinus ini merupakan proyeksi dari sebuah vektor yang berotasi.
Vektor rotasi ini menunjukkan variasi waktu dari besaran sinus, yang dikenal sebagai phasor.
Dan plot dua dimensi dari phasor ini seperti pada gambar a disebut sebagai diagram phasor.

Phasor pada gambar 3.1 a terhenti di suatu posisi dengan sudut θ. Dari gambar b terlihat,
bahwa posisi ini merupakan sudut fasa awal dari besaran sinus. Secara umum, sudut fasa phasor
tidak menunjukkan sudut fasa awal, tetapi dalam banyak kasus, diagram phasor digambarkan
dengan satu phasor berada pada sumbu referensi, tanpa sudut fasa awal gelombang tersebut.
Phasor yang terletak pada sumbu referensi inilah yang disebut dengan phasor referensi.

Gambar 3.2. (a) hubungan tegangan dan arus untuk sebuah resistansi

(b) diagram phasornya

Dua gelombang sinusoidal dengan frekuensi yang sama diplot terhadap waktu, perbedaan
fasa yang terjadi antara dua gelombang tersebut akan tetap sama sepanjang waktu.

Dari pembahasan terdahulu, telah dijelaskan bahwa tegangan sinus yang diberikan pada
sebuah resistor, akan menghasilkan arus yang sefasa dengan tegangannya.

Sebaliknya, untuk sebuah kapasitansi arus mendahului tegangan sebesar 90 0. Dan untuk
sebuah induktansi , tegangan mendahului arus sebesar 900. Ini dapat dilihat pada gambar 3.3.

Gambar 3.3 (a) hubungan tegangan dan arus untuk sebuah kapasitansi

(b) diagram phasornya

Dari gambar 3.3 dan 3.4 terlihat, bahwa phasor arus digambarkan pada sumbu referensi.
Inilah yang disebut sebagai phasor referensi. Pemilihan phasor referensi tergantung pada
konfigurasi rangkaian. Untuk rangkaian seri, biasanya digunakan arus sebagai phasor referensi
dan untuk rangkaian paralel biasanya digunakan tegangan sebagai phasor referensinya.
Gambar 3.4.(a) hubungan tegangan dan arus untuk sebuah induktansi

(b) diagram phasornya

Contoh 3.1.

Tulislah kuantitas phasor dari tegangan pada saat t = 0.

Solusi :

3.2 Bentuk Polar dan Rectangular dari Phasor

Kuantitas phasor pada gambar 3.1 yang terletak pada bidang koordinat dinyatakan
dengan magnitude dan sudut fasa terhadap sumbu referensi. Bentuk yang demikian ini disebut
sebagai bentuk polar. Magnitude dan fasa dari kuantitas phasor juga dikenal sebagai modulus
dan argumen.

Gambar 3.5 Proyeksi phasor dalam bidang horizontal dan vertikal

Phasor yang terletak pada bidang koordinat juga dapat ditentukan dengan
memproyeksikan bentuk polar ke sumbu horizontal dan vertikal. Bentuk ini dikenal sebagai
bentuk rectangular . Sebagai contoh, jika sebuah phasor A memiliki komponen horizontal b dan
vertikal c, maka dari rumus Phytagoras terlihat relasi:
dan

Dari gambar 3.5 terlihat bahwa:

Kuantitas phasor dalam bentuk rectangular ditunjukkan oleh komponen horizontal dan
vertikalnya, yaitu :

Dimana

Dari kedua bentuk phasor tersebut, kita dapat relasi untuk konversi kedua bentuk phasor,
yaitu :

Dan,

Contoh 3.2.

Konversikan phasor A = 5+j6 seperti pada gambar 3.6 ke dalam bentuk polar.
Solusi :

Gambar 3.6 Diagram phasor untuk soal Contoh 3.2

Anda mungkin juga menyukai