Anda di halaman 1dari 24

TUGAS RESUME

GELOMBANG DAN OPTIK


“GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK (II)”

OLEH

NAMA : KURNIA SINAGA


NIM : 19033034
PRODI : PENDIDIKAN FISIKA
DOSEN : Dr. Hamdi, M.Si

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
A. MOMENTUM DAN TEKANAN RADIASI
1. Momentum Linear
Gelombang elektromagnetik memancarkan energi berarti memindahkan momentum
linear. Itu terjadi karena, menurut Einstein, terdapat kesetaraan antara massa dengan energi.
Ditinjau gelombang elektromagnetik terpolarisir dalam arah y di bidang yz, dan gelombang
elektromagnetik itu merambat ke sepanjang sumbu x. Andaikan gelombang itu menumbuk
sebuah muatan listrik q, maka momentum linear (px) gelombang pada arah sumbu x berubah
terhadap waktu t (gambar 1) :
𝑑𝑝𝑥
= 𝑞[𝑣𝑥𝐵]𝑥 = 𝑞[𝑣𝑦𝐵𝑧 − 𝑣𝑧𝐵𝑦] = 𝑞𝑣𝑦𝐵𝑧 ….( )
𝑑𝑡
𝐸𝑦
Dimana𝐵𝑧 = dan
, selanjutnya persamaan di atas menjadi :
𝑐
𝑑𝑝𝑥
= 𝑞 𝑣𝑦𝐸𝑦…..(2)
𝑑𝑡 𝑐

Gambar 1. Sebuah muatan listrik yang ditumbuk gelombang elektromagnetik


̅→ melakukan kerja (dw) muatan listrik q yang bergerak pada
Adapun medan listrik 𝐸
kecepatan 𝑣→, sehingga laju kerjanya sebesar :
𝑑w = 𝑞𝐸̅→. 𝑣→ = 𝑞𝐸 𝑦𝑣 𝑦….(3)
𝑑𝑡

2
Persamaan (2) dan (3) memberikan kaitan antara laju perubahan momentum linear (ke
sumbu x) dengan laju kerja oleh medan listrik, yaitu:
𝑑𝑝𝑥 1 𝑑w
= ….(4)
𝑑𝑡 𝑐 𝑑𝑡
Persamaan (4) bermakna bahwa q menyerap momentum linear sebesar :
𝑑𝑝𝑥 = 1 𝑑w….(5)
𝑐

Yang berarti pula tenaga gelombang elektromagnetik (U) yang diserahkan kepada q
besarnya :
U = pxc….(6)
Persamaan (6) merupakan hubungan umum antara energi gelombang elektromagnetik
dengan momentum linear pada gelombang linear pada gelombang datar, yang berlaku pula
bentuk gelombang yang lain. Setiap aliran energy terdapat perpindahan momentum linear,
sehingga dipenuhi kaitan :
𝑑𝑝𝑥 1 𝑑𝑈 1 𝐸𝐵𝐴…..(7)
= =
𝑑𝑡 𝑐 𝑑𝑡 𝜇0

Dikenal laju aliran momentum linear rerata, sebagai :

d̅ p̅ x = 1 E20A….(8)
2µ0c2
Jika momentum linear gelombang elektromagnetik itu diserap oleh benda, berarti benda
itu mendapatkan gaya (Fx), dan gaya itu senilai dengan laju perubahan momentum linear pada
benda. Dinyatakan bahwa 𝐹𝑥 = 𝑑𝑝𝑥 = 1 𝐸𝐵𝐴, yang biasa ditulis juga dalam bentuk :
𝑑𝑡 𝜇0 𝑐

𝐹𝑥 = 1 𝑆𝐴….(9)
𝑐

Dikenal pula besaran gaya persatuan luas (= tekanan, berlambang P) dari muka
gelombang pada vektor Poynting S sebagai :
P = Fx = S…..(10)
A c

Jika hal itu terjadi pada cahaya, maka persamaan (10) disebut tekanan radiasi cahaya atau
tekanan cahaya, dan berlaku hanya jika semua cahaya diserap benda. Jika cahaya yang diserap
hanya sebagian dan yang lain dipantulkan maka tekanan radiasinya lebih besar. Benda
(sebagai penyerap cahaya) juga memberikan momentum linear kepada cahaya untuk dapat
terpantul.Jika semua cahaya terpantul oleh benda (benda berperan sebagai pemantul murni),
maka gayanya menjadi 2 kali lebih besar dibanding bila diserap semua.

3
2. Tekanan Radiasi
Gelombang elektromagnetik merambat membawa energi sekaligus membawa
momentum. Metode sederhana untuk mengetahui momentum gelombang elektromagnetik
adalah menggunakan hubungan rumus kesetaraan massa dan energi Albert Einstein sebagai
berikut :
E = mc2
Dengan demikian persamaan tersebut dapat diubah menjadi :
E
mc =
c
Dimana massa dikali dengan kecepatan adalah sama dengan momentum, sehingga :
E
P=
c
dengan satuan kg m/s.
Bila kedua ruas berlangsung tiap satuan waktu dan tiap satuan luas permukaan maka
dimensi momentum akan berubah menjadi dimensi tekanan, dan energi akan berubah menjadi
instensitas energi gelombang elektromagnetik, sehingga dapat ditulis sebagai berikut :
𝑃 𝐸/𝐴. 𝑡
=
𝐴. 𝑡 𝑐

Jadi, diperoleh persamaan tekanan radiasi adalah :


S
p=
c
Dalam hal ini, S adalah vektor poynting yaitu intensitas gelombang elektromagnetik.
Persamaan tersebut berlaku untuk tekanan radiasi gelombang elektromagnetik yang
diserap oleh suatu permukaan. Sedangkan mengingat momentum adalah besaran vektor maka
untuk tekanan radiasi gelombang elektromagnetik yang dipantulkan oleh suatu permukaan
adalah sebesar :
2. S
p=
C

4
B. PEMANTULAN DAN PEMBIASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
1. Pemantulan Gelombang Elektromagmetik

Cahaya yang jatuh pada bidang batas dua bahan mengalami pemantulan dengan sudut
pantul yang persis sama dengan sudut datang. Kedua sudut ini diukur dari arah tegak
lurus bidang batas medium (atau disebut garis normal).
Dalam hal pemantulan cahaya, terdapat beberapa fenomena yang menarik untuk kita
perhatikan.
• Bila bahan kedua tidak dapat ditembus oleh cahaya, maka cahaya hanya mengalami
pemantulan.
• Bila bahan kedua dapat ditembus oleh cahaya, maka cahaya mengalami pemantulan dan
pembiasan.
• Bila bahan kedua memiliki indeks bias lebih kecil daripada bahan pertama dan cahaya
datang dengan sudut lebih besar daripada sudut kritis, maka cahaya dipantulkan
seluruhnya.
Sifat pemantulan cahaya, yaitu sudut datang sama dengan sudut pantul memunculkan
fenomena pemantulan yang berbeda antara permukaan batas yang rata dan tidak rata.
• Bila berkas cahaya sejajar jatuh pada bidang batas yang rata, maka berkas cahaya yang
dipantulkan juga sejajar. Pemantulan seperti ini disebut pemantulan teratur.
Bila berkas cahaya sejajar jatuh pada bidang batas yang tidak sejajar (tidak teratur), maka
berkas cahaya pantul memiliki arah yang tidak teratur pula. Pemantulan seperti ini
disebut pemantulan bias (difus).

5
2. Pembiasan Elektromagnetik

Pembiasan Gelombang atau refraksi adalah peristiawa pembelokan arah perambatan


suatu gelombang. Hal ini dapat terjadi jika gelombang tersebut melewati bidang batas dua
medium yang memiliki indeks bias yang berbeda. Indeks bias menyatakan kerapatan suatu
medium. Misalnya cahaya merambat dari udara ke airsehingga arah perambatannya akan
mengalami pembelokan.
Seberkas cahaya yang jatuh pada permukaan batas dua medium 1 dan medium
2. Sebagian lagi di pantulkan oleh permukaan dan sebagian lagi dibelokan
(dibiaskan/direfraksikan) masuk ke dalam medium 2.Berkas gelombang datng di gambarkan
dengan garis lurus, sinar datang sejajar dengan arah perambatan.

3. Pemantulan Dan Pembiasan Gelombang Elektromagnetik Terpolarisasi-p Pada


Bidang Batas Kanan Bahan Antiferomagnetik FeF2 Di Dalam Konfigurasi Faraday
Optika adalah cabang fisika yang menggambarkan perilaku atau sifat-sifat cahaya dan
interaksi cahaya dengan materi.Selain itu optika adalah ilmu tentang cahaya, atau lebih luas
lagi tentang spektrum gelombang elektromagnetik Gelombang elektromagnetik adalah
gelombang yang terdiri dari gelombang magnet dan listrik yang merambat tegak lurus
terhadap amplitudo kedua gelombang tersebut [2]. Jika suatu gelombang elektromagnet
mengenai bahan listrik, maka gelombang listriknya akan berpengaruh lebih besar dalam
menginduksi bahan tersebut, sehingga energi gelombang listriknya akan berkurang dari
semula karena telah mengalami suatu proses induksi di dalam bahan, demikian pula halnya

6
jika gelombang elektromagnet mengenai bahan magnet maka gelombang magnetnya akan
berpengaruh lebih besar dari pada gelombang listriknya.
Perkembangan ilmu optika memberikan banyak kemajuan terhadap ilmu pengetahuan
dan teknologi. Perkembangan ilmu optika banyak dilakukan dalam hal penelitian optika
linier maupun non linier orde dua pada bahan listrik dan dalam tinjauan medan listriknya,
namun penelitian serupa belum begitu lengkap dilakukan pada material magnetik dan dalam
tinjauan medan magnetiknya. Salah satu penelitian yang telah dilakukan pada bahan magnet
adalah karakteristik gelombang elektromagnetik terpolarisasi-p di bidang batas kiri bahan
antiferomagnet F eF2 dalam Konfigurasi Faraday.Perhitungan reflektansi dan transmitansi
gelombang elektromagnet harmonik kedua terpolarisasi-s pada bahan antiferomagnet F eF2
dalam Konfigurasi Faraday.Analisis teoretis pemantulan dan pembiasan gelombang
elektromagnet harmonik kedua terpolarisasi-p pada bahan magnet F eF2 dalam Konfigurasi
Voigt.Permasalahan yang diselesaikan dalam penelitian ini yaitu membandingkan hasil dari
penelitian yang telah dilakukan oleh, dengan pemantulan dan pembiasan gelombang
elektromagnetik terpolarisasi-p melalui bidang batas kanan (Gambar 1).

Gambar 1.Pemantulan dan pembiasan gelombang elektromagnetik yang datangnya


terpolarisasi-p dengan gelombang datang melalui bidang batas kanan.
Telah dilakukan penelitian teoretis mengenai pemantulan dan pembiasan gelombang
elektromagnetik terpolarisasi-p pada bidang batas kanan bahan antiferomagnetik F eF2 pada
Konfigurasi Faraday (konfigurasi dengan medan magnet luar (H0) yang konstan dan
homogen dipasang sejajar terhadap bidang datang). Penelitian ini dilakukan untuk
membandingkan reflektansi dan transmitansi antara sisi kiri yang telah diperoleh dari
penelitian sebelumnya dengan yang dilakukan dalam penelitian ini. Dari penelitian teoretis

7
ini diperoleh hasil bahwa reflektansi dan transmitansi di sisi kanan bahan bersifat resiprok
yang berarti tidak terjadi perubahan nilai ketika terjadi perubahan tanda (arah) medan
magnet dari luar (H0) maupun sudut datang (φ). Pada penelitian teoretis ini, reflektansi dan
transmitansi gelombang elektromagnetik pada bidang batas kanan dan kiri bahan memiliki
nilai dan sifat yang sama, kecuali pada reflektansi Rps saat frekuensi resonansi (52, 45 cm−1
) yaitu sebesar 3 × 10−5 (pada sisi kanan) dan 2 × 10−5 (pada sisi kiri).
Jika sebuah gelombang elektromagnetik ditembakkan dari sebuah medium ke medium
lain maka gelombang elektromagnetik akan merambat dari medium satu ke medium dua.
Untuk menghitung vektor-vektor amplitudo gelombang listrik dan gelombang magnet di
dalam masing-masing medium, digunakan persamaan-persamaan Maxwell untuk medium
tanpa rapat muatan dan tanpa rapat arus listrik dengan tetapan permetivitas (ε). Untuk
menghitung koefisien pemantulan dan pembiasannya, digunakan syarat batas untuk kuat
medan antar medium di bidang batas, sebagaimana diberikan oleh Persamaan

Kemudian reflektansi dan transmitansinya dihitung menggunakan Persamaan

Dari hasil analisis peristiwa pemantulan dan pembiasan di bagian sisi kanan bahan
bersifat resiprok yang berarti tidak terjadi perubahan nilai ketika perubahan tanda medan
magnet dari luar (H~ 0) maupun perubahan sudut datang (φ) selain itu, memiliki nilai dan

8
sifat yang sama kecuali, pada reflektansi Rps saat frekuensi resonansi material (52, 45 cm−1
).

4. Hukum Snellius
Bunyi Hukum Snellius
“Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak dalam satu bidang datar.
Perbandingan proyeksi antara sinar datang dan sinar bias yang sama panjangnya pada
bidang batas antara dua zat bening selalu merupakan bilangan tetap. Perbandingan tetap
ini disebut indeks bias antara kedua zat itu.” – Snellius
Tinjau untuk Kasus Transver Elektrik (TE)

Dari gambar tersebut diperoleh persamaan untuk gelombang medan magnet


Persamaan 1
B1 (r,t) = B01 cos (k1 r – ωt) = B01ei(k1∙𝑟−𝜔𝑡)
B2 (r,t) = B02 cos (k2 r – ωt) = B02ei(k2∙𝑟−𝜔𝑡)
B3 (r,t) = B03 cos (k3 r – ωt) = B03ei(k3∙𝑟−𝜔𝑡)
dengan
k1 = k1[ i sin (α1) – j cos (α1)]Persamaan 2
k2 = k2[ i sin (α2) + j cos (α2)]
k3 = k3[ i sin (α3) – j cos (α3)]
Substitusi persamaan 1 ke persamaan 2:
Persamaan 3

9
B1 (r , t) = B01ei[k1 (𝑥𝑠i𝑛 𝛼1)−(𝑦 cos 𝛼1 )− 𝜔𝑡]
B2 (r , t) = B02ei[k2 (𝑥𝑠i𝑛 𝛼2)−(𝑦 cos 𝛼2 )− 𝜔𝑡]
B3 (r , t) = B03ei[k3 (𝑥𝑠i𝑛 𝛼3)−(𝑦 cos 𝛼3 )− 𝜔𝑡]
Syarat batas di y = 0 ; maka
B1x – B2x = B3x
B1 cos α1– B2cos α2= B3cos α3
Dan persamaan 3 menjadi
B01𝑐o𝑠 𝛼1. ei(k1 (𝑥𝑠i𝑛 𝛼1)- B02𝑐o𝑠 𝛼2. ei(k2 (𝑥𝑠i𝑛 𝛼2)= B03𝑐o𝑠 3. ei(k3 (𝑥𝑠i𝑛 𝛼3)
Persamaan
B01𝑐o𝑠 𝛼1. ei(k1 (𝑥𝑠i𝑛 𝛼1)- B02𝑐o𝑠 𝛼2. ei(k2 (𝑥𝑠i𝑛 𝛼2)= B03𝑐o𝑠 3. ei(k3 (𝑥𝑠i𝑛 𝛼3)
dapat dipandang sebagai Aeax + Bebx = Cecx dengan menggunakan deret
eksponensial:
2𝑥2 2𝑥2 2𝑥2
A[1+ax+𝑎 + …. ] + B[1+bx+𝑏 + …. ] + C[1+cx+𝑐 + …. ]
2! 2! 2!

dengan mengabaikan suku ke tiga, diperoleh : A + B =C


Aax + Bbx = Ccx
Aax + Bbx = (A + B) cx
Dalam bentuk matriks :
𝑎𝑥 𝑐𝑥
[𝐴 𝐵] [ ] = [𝐴 𝐵] [ ]
𝑏𝑥 𝑐𝑥
diperoleh a = b = c maka k1 sin α1 = k2 sin α2
Karena gelombang datang dan gelombang pantul berada dalam medium yang sama yaitu
medium 1 maka : k1 = k2
sehingga α1 = α2
Dari a = c maka
k1 sin α1 = k3 sin α3
k=𝜔,n=𝑐,v=𝑐
𝑣 𝑣 𝑛
k= 𝜔 = 𝜔𝑛 k ≈ n
𝑐
𝑛
𝑐

maka k1 dan k3 sebanding dengan n1 dan n3 sehingga


n1 sin α1 = n2 sin α3
(Persamaan Snellius)

10
Berdasarkan Hukum Snellius tentang Pembiasan yaitu :
a. Sinar yang dipantulkan dan dibiaskan terletak pada satu bidang yang dibentuk
oleh sinar datang dan garis normal dinding batas dititik datang.
b. Untuk pemantulan berlaku : sudut datang = sudut pantul.
c. Sinar yang datang dari medium dengan indeks bias kecil ke indeks bias yang lebih
besar dibiaskan mendekati garis normal dan sebaliknya.
d. Untuk pembiasan berlaku : perbandingan sinus sudut datng dengan sinus sudut
bias berharga konstan.
Berdasarkan Hukum Snellius tentang Pemantulan yaitu :
a. Sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar.
b. Sudut datang sama dengan sudut pantul. Secara matematis, persamaan sudut
datang dan sudut pantul dituliskan dalam bentuk rumus berikut.

θi = θr

c. Sinar datang tegak lurus cermin akan dipantulkan kembali.

5. Persamaan Fresnell
Setelah memahami tentang hukum Snellius, selanjutnya akan ditunjukkan perbandingan
Amplitudo gelombang pantul dan gelombang bias terhadap amplitude gelombang datang
yang disebut dengan persamaan Fresnell.
Persamaan Fresnel merupakan deduksi matematis oleh Augustin Jean Fresnel hasil
pengamatan perilaku gelombang cahaya ketika merambat selang medium yang memiliki
indeks bias yang berlainan. Persamaan Fresnel berlangsung hanya pada indeks bias yang
bermutu real, yaitu pada medium yang tidak menyerap gelombang cahaya. Indeks bias dapat

11
memiliki nilai imajiner dan bermutu kompleks, seperti pada medium logam atau
semikonduktor yang menyerap gelombang cahaya. Persamaan ini juga berlangsung hanya
pada medium yang bersifat non magnetik dengan asumsi tidak terjadi interferensi.

Tinjau untuk Kasus Transver Elektrik (TE)

Berdasarkan gambar diatas apabila digunakan syarat batas di y=0 Maka akan diperoleh
hubungan :
Untuk medan listrik
B1x-B2x = B3x
Persamaan 1
(B1 – B2 )cos 𝛼 = B3 cos 𝜃
Untuk medan listrik
E1 + E2 = E3
B = kE ; E = 𝜔 ; B ; v 𝜔 ; n = 𝑐
𝜔 k k 𝑣

Dari hubungan
Maka E1 + E2 = E3
v1 (B1 + B2) = v2 B3 v ~ 1/n
1 ( B1+ B2 ) = 1 B3 ……persamaan 2.1
𝑛1 𝑛2

B3 = 𝑛2 (B 1 + B 3 ) ......... persaman 2.2


𝑛1

Persamaan 2.2 disubstitusikan ke pesamaan 1 Sehingga diperoleh :


(B1 – B2 ) cos 𝛼 = 𝑛2 (B1 + B2) cos 𝜃 - B2 ( cos 𝛼 + 𝑛2 cos 𝜃) = B1 (𝑛2 ) cos 𝜃 - cos 𝛼
𝑛1 𝑛1 𝑛1

12
𝑛2
𝐵2 cos 𝜃−cos 𝛼
Maka, RTE= - = 𝑛1 𝑛2
𝐵1 cos 𝛼+ 𝑛1 cos 𝜃

𝑛2
𝑐o𝑠 𝛼− 𝑐o𝑠 𝜃
𝐵2 𝑛1 cos 𝛼− 𝑛2 cos 𝜃
RTE= -𝐵1 = 𝑛1
𝑛2 rTE =
cos 𝛼+ cos 𝜃 𝑛1 cos 𝛼+𝑛2 cos 𝜃
𝑛1

Dari persamaan 2.1 kita peroleh


1( B1 + B2 ) = 1 B3
𝑛 𝑛2

B2 = 𝑛2 B 3– B 1…… persamaan 3
𝑛1

Persamaan 3 disubstitusi ke persamaan 1

Apabila sudut bias90° , maka


Dari hukum Snellius diperoleh hubungan
n1 sin𝛼1 = n2 sin 𝛼3
n1 sin𝛼1 = n2 sin 90°
𝑛2maka n1> n2
sin𝛼1 = 𝑛1

Sudut kritis, Sudut datang yang menghasilkan sudut bias 90°


Bila sudut datang lebih besar dari sudut kritis, maka terjadi pemantulan total.
Apabilaα + 0 = 90°
dari hukum Snellius diperoleh hubungan:
n1 sin𝛼1 = n2 sin 𝜃
n1 sin𝛼1 = n2 sin (90° − 𝛼)
sin𝛼 = 𝑛2cos 𝛼
𝑛1

tan (𝛼) = 𝑛2
𝑛1

Sudut Brewster, sudut yang menghasilkan α + 0 = 90°

C. JALUR TRANSMISI
1. Kabel Koaksial
Banyak saluran transmisi dibuat dalam bentuk kabel koaksial. Misalnya silinder dari
bahan dielektrik seperti polietilen yang memiliki satu konduktor di sepanjang sumbunya yang
lain mengelilingi permukaan luarnya. Konfiurasi ini memiliki induktasi per satuan panjang

13
𝜇
𝐿 = 𝑙o𝑔 𝑟1 𝐻
e
0 2𝜋 𝑟2
Dimana 𝑟1 dan 𝑟2 masing-masing adalah jari-jari konduktor dalam dan luar dan 𝜇 adalah
permeabilitas megnet dielektrik (H/m). Kapasitansinya per satuan panjang
2𝜋s
𝐶0 = 𝐹
𝑙o𝑔e 𝑟1⁄𝑟2
Dimana s adalah permivitas dielektrik (F/m) sehingga 𝑣2 = 1⁄𝐿0𝐶0 = 1⁄𝜇s.
Kecepatan gelombang tegangan dan kuat arus disepanjang kabel ini sepenuhnya
ditentukan oleh sifa-sifat media dielektrik.
Kecepatan gelombang ini akan diberikan oleh 𝑣2 = 1⁄𝜇s. Dalam ruang bebas parameter
ini memiliki nilai
𝜇0 = 4𝜋 × 10−7 𝐻⁄𝑚
s0 = (36𝜋 × 109)−1 𝐹⁄𝑚
Dan 𝑣2 menjadi 𝑐2 = (1⁄𝜇s)−1 dimana c adalah kecepatan cahaya, sama dengan
3 × 108 𝑚⁄𝑠.
Rasio tegangan terhadap arus dalam gelombang yang merambat di sepanjang kabel
adalah
𝑉 𝐿0
=𝑍 =√
0
𝐼 𝐶0

𝐿0 1 𝜇
𝑍 = √ = √ 𝑙o𝑔 𝑟2 1 1 𝑙o𝑔 𝑟2 𝜇0
e = √
0 𝐶0 2 s 𝑟1 2 √s𝑟 e 𝑟1 s0

Dimana,
𝜇0
√ = 376,6 Ω
s0

Biasanya, rasio 𝑟2⁄𝑟1 bervariasi antara 2 dan 102 dan untuk kabel laboratorium yang
menggunakan polythene 𝑍0 ≈ 50 − 75 Ω dengan kecepatan sinyal ≈ 𝑐⁄3 dimana c adalah
kecepatan cahaya.
Kabel koaksial dapat dibuat pada tingkat yang sangat tinggi dan waktu sinyal listrik
untuk menempuh panjang tertentu dapat dihitung secara akurat karena kecepatannya

14
diketahui, kabel ini dapat digunakan sebagai garis tunda untuk memisahkan kedatangan
sinyal yang diberikan tiik dengan interval waktu yang sangat kecil.

2. Pandu Gelombang
Pandu gelombang adalah sebuah medium yang digunakan untuk memandu gelombang,
seperti gelombang elektromagnetik atau gelombang suara. Pandu gelombang yang digunakan
berbeda-beda disesuaikan dengan jenis gelombang yang akan dipandu. Pandu gelombang
yang asli dan yang paling umum digunakan adalah pipa berongga yang terbuat dari logam
yang kondusif yang digunkan untuk membawa gelombang radio berfrekuensi tinggi
khususnya gelombang mikro (microwaves).
Pandu gelombang memiliki bentuk geometri yang berbeda-beda yang dapat menahan
energi dalam satu dimensi seperti pandu gelombang yang berbentuk lempang (slab
waveguide) atau dalam dua dimensi seperti dalam fiber atau channel waveguide. Selain itu,
pandu gelombang yang berbeda digunakan untuk memandu cahaya (frekuensi tinggi) dan
tidak memandu gelombang micro yang memiliki frekuensi yang lebih rendah dibandingkan
dengan cahaya tampak. Sebuah aturan yang harus diingat adalah lebar dari pandu gelombang
harus memiliki orde yang sama dengan besar dari panjang gelombang yang akan dipandu.
Terdapat beberapa struktur dialami yang bertindak sebagai pandu gelombang, Contohnya
sebuah lapisan di lautan yang dapat memandu suara paus dalam jarak yang sangat jauh.
Cara kerja pandu gelombang
Gelombang-
gelombangdalamruangterbukadipropagasikankesemuaarahsepertigelombangsperis(bola).Den
gancaraini,merekaakankehilanganenerginyasebandingdengan kuadrat jaraknya. OLeh karena
itu pada jarak R dari sumber besar energinya adalahenergi sumber dibagi dengan R2.Pandu
gelombang menahan gelombang untuk dipropagasikandalam satu dimensi sehingga dalam
kondisi ideal gelombang tidak akan kehilangan energinyaselama dipropagasikan.
Selubung konduktor kosong yang ujung-ujungnya dibatasi oleh permukaan disebut
rongga (cavity).Sedangkan bila ujung-ujungya tidak dibatasi oleh permukaan disebut dengan
pandu gelombang.

15
Diasumsikan bahwa pandu gelomban benar-benar konduktor sempurna. Sehingga, bahan
material tersebut berlaku E=0 dan B=0.
Misalkan gelombang elektromagnetik merambat dengan bentuk fungsi berikut:
𝐸(𝑥, 𝑦, 𝑧, 𝑡) = 𝐸0(𝑦, 𝑧)e−i(k𝑥−𝜔𝑡)
𝐵(𝑥, 𝑦, 𝑧, 𝑡) = 𝐵0(𝑦, 𝑧)e−i(k𝑥−𝜔𝑡) ........................... 1
Persamaan ini disubstitusikan ke dalam persamaan Maxwell 3 dan 4, maka akan
diperoleh :
6𝐸z 6𝐸
− 𝑦 = i𝜔𝐵 .................. 2.1
6Z 6Z 𝑥

6𝐸𝑥
− i𝑘𝐸𝑧 = i𝜔𝐵𝑦 .............. 2.2
6Z
6𝐸𝑥
6y
− i𝑘𝐸𝑦 = −i𝜔𝐵𝑧 ........... 2.3

𝐸𝑥 ................2.4
6𝐵z 6𝐵𝑦 i𝜔
− =−
6y 6z 𝑐2
6𝐵𝑥
− i𝑘𝐵𝑧 = − i𝜔 𝐸𝑥............. 2.5
6Z 𝑐2
6𝐵𝑥
− i𝑘𝐵𝑦 = i𝜔 𝐸𝑥 ................ 2.6
6y 𝑐2

Dari persamaan diatas akan menghasilkan solusi untuk 𝐸𝑦, 𝐸𝑧, 𝐵𝑦, 𝑑𝑎𝑛 𝐵𝑧 sebagai berikut
𝐸𝑦 = i (𝑘 6𝐸𝑥 + 𝜔 6𝐵𝑥) ...................... 3.1
(𝜔⁄𝑐2)−k2 6y 6z

𝐸𝑧 = i (𝑘 6𝐸𝑥 − 𝜔 6𝐵𝑥) ...................... 3.2


(𝜔⁄𝑐2)−k2 6z 6y

𝐵𝑦 = i (𝑘 6𝐵𝑥 − 𝜔 6𝐸𝑥) .................... 3.3


(𝜔⁄𝑐2)−k2 6y 𝑐2 6z

𝐵𝑧 = i (𝑘 6𝐵𝑥 + 𝜔 6E) ..................... 3.4


(𝜔⁄𝑐2)−k2 6z 𝑐2 6y

Dari persamaan 3 tampak bahwa bila komponen longitudinal 𝐸𝑥 dan 𝐵𝑥 diketahui,


maka komponen lainnya dapat diketahui

16
Dengan mensubstitusikan persamaan 3 ke dalam persamaan Maxwell, kita akan
peroleh persamaan Differensial dari komponen longitudinal sebagai berikut:
62 62 𝜔 2 2 ......................4.1
[ +
6y2 2 + ( )
− 𝑘 ] 𝐸𝑥 = 0
6z 𝑐
62 62 𝜔 2 2 ......................4.2
[ +
6y2 6z2
+ ( 𝑐 ) − 𝑘 ] 𝐵𝑥 = 0
Dengan menggunakan syarat batas pada permukaan konduktor sempurna yaitu :
𝑛^ . 𝐵 = 0 𝑛^ × 𝐵 = 0 ............5
Dengan 𝑛^ adalah vektor satuan normal pada konduktor, maka akan kita peroleh
𝐸𝑥 = 0di permukaan ............................. 6.1
6𝐵𝑥
= 0di permukaan ............................................. 6.2
6n

Bila 𝐸𝑥 = 0, disebut gelombang TE (Transverse Elektrik)


Bila 𝐵𝑥 = 0, disebut gelombang TM (Transverse Magnetik)
Dan 𝐸𝑥 = 0dan 𝐵𝑥 = 0, disebut gelombang TEM (Transverse Electric Magnetik)
Pada pandu gelombang yang terselubung, kasus TEM tidak pernah terjadi hal ini dapat
ditunjukkan sebagai berikut:
Bila 𝐸𝑥 = 0, maka menurut hukum gauss haruslah berlaku
6𝐸𝑦
+ 6𝐸z = 0................................ 7
6y 6z

Dan bila 𝐵𝑥 = 0, maka menurut hukum Faraday berlaku


6𝐸𝑥 6𝐸𝑦
+ = 0 ................................8
6y 6z

Karena E=0 di permukaan logam, maka potensial listrik V = konstan pada permukaan
logam. Menurut hukum Gauss atau persamaan Laplace untuk V, berlaku V = konstan di
dalam rongga. Ini berarti E=0 di dalam rongga. Dari persamaan
∂B
− = ∇×𝐸
∂t
Berarti B tidak bergantung waktu, dengan demikian tidak ada gelombang di dalam
rongga.
a. Pandu Gelombang dengan Penampang Segi Empat

17
Gambar 2. Pandu Gelombang segiempat

Persamaan differensial dari komponen longitudinal


62 62 𝜔 2 2 ........................................1
[ +
6y2 + (𝑐 ) − 𝑘 ] 𝐵 𝑥 = 0
6z2

Dan syarat batas 𝑛^ . 𝐵 = 0 𝑑𝑎𝑛 𝑛^ × 𝐵 = 0 , maka dengan pemisalan : 𝐵𝑥 (𝑦, 𝑧) =


𝑌(𝑦)𝑍(𝑧) substitusikan ke persamaan 1, maka
2 ∂2 𝜔2
[ ∂ 2 + 2 + ( ) − 𝑘2 ] 𝑌(𝑦)𝑍(𝑧) = 0
∂y ∂z 𝑐
62𝑌 62Z 𝜔 2 dibagi YZ
𝑍 + 2
6y2 6z2
+ (( ) − 𝑘 ) 𝑌𝑍 = 0
𝑐
1 62𝑌 1 62Z 𝜔 2
+ 2
𝑌 6y2 [(𝑐 ) − 𝑘 ] = 0 ..........................................2
Z 6z2

2
2
Sehingga −𝑘 𝑌 − 𝑘 𝑍 ( ) − 𝑘2 = 0 dengan
𝜔
𝑐
1 62𝑌
= −𝑘2 𝑦 ...............3
𝑌 6y2

1 62Z
= −𝑘2 𝑧 .................4
Z 6z2

Solusi dari persamaan 3


𝑌 = 𝐴 𝑠i𝑛(𝑘𝑦𝑦) + 𝐵 𝑐o𝑠(𝑘𝑦𝑦)
Syarat batas 𝑑𝑌 = 0 di y=0 dan di y=a
𝑑𝑦

𝑑𝑌
= 𝑘 𝑦 𝐴 𝑐o𝑠(𝑘 𝑦
𝑦) − 𝑘 𝑦𝐵 𝑠i𝑛(𝑘 𝑦)
𝑦 𝑦
𝑑𝑦

18
0 = 𝑘𝑦𝐴 , maka A=0
0 = 𝑘𝑦𝐵 sin(𝑘𝑦𝑎)
Maka,
𝑘𝑦𝑎 = 𝑚𝜋dengan m=0,1,2,....
Atau 𝑘𝑦 = 𝑚𝜋
𝑎
2
Untuk solusi 16 Z= −𝑘2 𝑧 yaitu
Z 6z2

𝑍 = 𝐴 𝑠i𝑛(𝑘𝑧𝑍) + 𝐵 𝑐o𝑠(𝑘𝑧𝑍)

Syarat batas 𝑑Z = 0 di Z=0, z=b


𝑑𝑧

𝑑Z = 𝑘𝑧𝐴 𝑐o𝑠(𝑘𝑧𝑧) − 𝑘𝑧𝐵 𝑠i𝑛(𝑘𝑧𝑧)


Maka 𝑑𝑧

untuk𝑑Z = 𝑘 𝑧𝐴 𝑐o𝑠(𝑘 𝑧𝑧)


𝑑𝑧

dimana0 = 𝑘𝑧𝐴 dan 𝑐o𝑠𝑘𝑧𝑍 ≠ 0


𝑠i𝑛(𝑘𝑧𝑧) = 0maka :𝑘𝑧𝑍 = 𝑛𝜋 dengan n=0,1,2,...
𝑘𝑧𝑏 = 𝑛𝜋untuk z=b
𝑛𝜋
𝑘𝑧 =
𝑏
Maka untuk:
𝑌 = 𝐴 𝑠i𝑛(𝑘𝑦𝑦) + 𝐵 𝑐o𝑠(𝑘𝑦𝑦)
𝑚𝜋
𝑌 = 0 + 𝐵 𝑐o𝑠 ( ) 𝑦
𝑎
𝑚𝜋𝑦
𝑌 = 𝐵 𝑐o𝑠 ( )
𝑎
Dan untuk
𝑍 = 𝐴 𝑠i𝑛(𝑘𝑧𝑍) + 𝐵 𝑐o𝑠(𝑘𝑧𝑍)
𝑛𝜋
𝑍 = 0 + 𝐵 cos ( ) 𝑧
𝑏
𝑛𝜋𝑧
𝑍 = 𝐵 cos ( )
𝑏

Sehingga

19
𝑚𝜋𝑦 𝑛𝜋𝑧
𝐵 (𝑦, 𝑧) = 𝐵 𝑐o𝑠 ( ) + 𝐵 cos ( )
𝑥 𝑎 𝑏
Untuk mendapatkan bilangan gelombang k, maka dari persamaan yang sudah didapat:
2
𝑛𝜋
−𝑘𝑦2 − 𝑘𝑧2 + ( ) − 𝑘2 = 0dengan𝑘𝑦 =
𝜔 𝑚𝜋 dan 𝑘 𝑧 =
𝑐 𝑎 𝑏

Maka:
𝑚𝜋 2 𝑛𝜋 2
− ( ) − ( ) + (𝜔 ) − 𝑘2 = 0
2

𝑎 𝑏 𝑐
𝑚𝜋 2 𝑛𝜋 2
2 𝜔 −(
2
) − ( )
𝑘 =( )
𝑐 𝑎 𝑏

𝜔 2 𝑚𝜋 2 𝑛𝜋 2

𝑘 = ( ) −( ) −( )
𝑐 𝑎 𝑏
1
𝑘 = √𝜔2 − 𝜔2
𝑚𝑚
𝑐

𝜔2 𝑚 2 𝑛 2
= 𝜋𝑐 √ ( ) − ( )
𝑚𝑚
𝑎 𝑏
Untuk mengetahui kecepatan grup maka dapat diperoleh dari persamaan:
𝑑𝜔
𝑣g =
𝑑𝑘
Dari persamaan: 𝑘 = 𝑐1 √𝜔2 − 𝜔2𝑚𝑚
1
𝑑𝑘 𝑑 [ √𝜔2 − 𝜔2 ]
= 𝑚𝑚
𝑑𝜔 𝑑𝜔 𝑐
𝑑𝑘 1 𝑑 (𝜔2 − 𝜔2 )1/2
= 𝑚𝑚
𝑑𝜔 𝑐 𝑑𝜔
𝑑𝑘 1 1 2
= (𝜔 − 𝜔2 )−1/22𝜔
𝑚𝑚
𝑑𝜔 𝑐 2
𝑑𝑘 𝜔 2
= (𝜔 − 𝜔2 −1
𝑚𝑚
) /2
𝑑𝜔 𝑐
𝑑𝑘 𝜔
=
𝑑𝜔 𝑐√𝜔2 − 𝜔2𝑚𝑚

𝑑𝜔 𝑐√𝜔2 − 𝜔2𝑚𝑚
=
𝑑𝑘 𝜔
𝑐√𝜔2 − 𝜔2𝑚𝑚
𝑣g =
𝜔

20
𝜔2 𝜔2𝑚𝑚
𝑣g = √ −
𝜔2 𝜔2

𝜔𝑚𝑚 2
𝑣g = √ 1 − ( )
𝜔

b. Pandu Gelombang Jalur Transmisi Koaksial

Gambar3.PanduGelombangJalurTransmisiKoaksial
Gambar diatas memperlihatkan pandu gelombang berupa jalur transmisi koaksial
(coaxialtrasmitionline),terdiridarikawatpanjangyangdiselimutikonduktorsilinder.Kaw
atpanjangitu terletak pada sumbu silinder.
Dari persamaan Maxwell diperoleh :
∂𝐵𝑥
− i𝑘𝐵 i𝜔
= 𝐸
∂y 𝑦 𝑐2 𝑥
∂𝐵𝑥
− i𝑘𝐵 i𝜔
𝑧 = 𝐸
∂z 𝑐2 𝑦
Untuk medan listrik:
6𝐸𝑦 6𝐸𝑦
+ 6𝐸z = 0dan6𝐸𝑥 − =0
6y 6z 6y 6z

Untuk medan magnet


6𝐵𝑦 6𝐵𝑦
+ 6𝐵z = 0dan6𝐵𝑥 − =0
6y 6z 6y 6z

Maka:
𝑐𝐵𝑧 = 𝐸𝑦dan𝑐𝐵𝑦 = −𝐸𝑧
Solusi dengan menggunakan koordinat silinder:

𝐸 =𝐸 1 𝑟dan
0 0𝑟

21
Diasumsikan dalam pandu gelombang benar-benar konduktor sempurna, berlaku E=0
dan B=0
Sehingga fungsi gelombangnya :
𝐸(𝑥, 𝑦, 𝑧, 𝑡) = 𝐸0(𝑦, 𝑧)ei(k𝑥−𝜔𝑡)
𝐵(𝑥, 𝑦, 𝑧, 𝑡) = 𝐵0(𝑦, 𝑧)ei(k𝑥−𝜔𝑡)
Untuk persamaan :
𝐸(𝑥, 𝑦, 𝑧, 𝑡) = 𝐸0(𝑦, 𝑧)ei(k𝑥−𝜔𝑡)
= 𝐸0 𝑐o𝑠(𝑘𝑥 − 𝜔𝑡) + ı 𝐸0 𝑐o𝑠(𝑘𝑥 − 𝜔𝑡)
Substitusikan 𝐸0 = 𝐸 01 𝑟
𝑟

Diperoleh :
𝐸0
𝐸= 𝑐o𝑠(𝑘𝑥 − 𝜔𝑡)𝑟
𝑟
Untuk persamaan
𝐵(𝑥, 𝑦, 𝑧, 𝑡) = 𝐵0(𝑦, 𝑧)ei(k𝑥−𝜔𝑡)
= 𝐵0 𝑐o𝑠(𝑘𝑥 − 𝜔𝑡) + ı 𝐵0 𝑐o𝑠(𝑘𝑥 − 𝜔𝑡)

Yang diambil bagian realnya, maka dengan mensubstitusikan


Diperoleh :

22
D. SOAL DAN PEMBAHASAN

Soal di buku H. J. Pain ( Hal. 233)


Satu meter persegi permukaan bumi diterangi oleh matahari di jadian normal oleh energy
flux 1,35 kW. Tunjukkan bahwa amplitude medan listrik di permukaan bumi adalah 1010
Vm-1 dan bahwa medan magnet yang berhubungan dalam gelombang memiliki hubungan 2,7
Am-1. Medan listrik engerti kepadatan 1/2εE2 mempunyai dimensi tekanan.Hitung radiasi
tekanan sinar matahari di atas bumi.
Penyelesaian
Amplitudo dari medan listrik pada permukaan bumi adalah

𝐸𝑚𝑎𝑥 = √ 2 𝑆̅1/2 √ 2 𝑆 1
−12 1̅ /2 ≈ 27,45𝑆̅2[𝑉𝑚−1]
=
𝑐so 3𝑥108 𝑥4𝜋𝑥10

𝐸o = 27,45𝑆̅1/2 = 27,45𝑥√1350 ≈ 1010[𝑉𝑚−1]


Dan amplitude dari medan magnet yang berhubungan dalam gelombang adalah :

so 2 1/2 1
𝐻𝑚𝑎𝑥 = √ 𝐸 =
√ 𝑆̅ ≈ 7,3𝑥10−2 𝑆̅2[𝐴𝑚−1]
𝑐𝜇o 𝑚𝑎𝑥 𝑐𝜇o

𝐻o = 7,3𝑥10−2𝑥√1350 ≈ 2,7[𝐴𝑚−1]
Tekanan radiasi dari sinar matahari di bumi sama dengan jumlah kepadatan energy medan
listrik dan kepadatan energy medan magnet, yaitu :
𝑃 = so𝐸o + 𝜇o 𝐻o = s 𝐸2 = 8,8𝑥10−12𝑥10102 = 8,98𝑥10−6[𝑃𝑎]
2 2
o o
2 2

23
DAFTAR PUSTAKA

Devis R. 2008.Karakteristik Gelombang Elektromagnetik Terpolarisasi-S pada Pemantulan


Sempurna dalam Bahan Magnet FeF2 menggunakan Konfigurasi Faraday [Skripsi].
Universitas Lampung.
Elektromagnetik pada Bahan Magnetik Non Linear Orde Dua [Thesis]. Universitas Gadjah Mada
Hendrajaya,lilikdkk.1983.Teori-teoriPenyelesaianListrikMaknit.Surabaya:SinarWijaya.
Pain, H. J. (2021).THE PHYSICS OF VIBRATIONS AND WAVES Sixth Edition.
Roniyus MS, Muslim, Abraha K. Perhitungan Reflektansi dan Transmitansi Gelombang
Elektromagnet Harmonik Kedua Terpolarisasi-s Pada Bahan Antiferomagnet FeF2 Dalam
Konfigurasi Faraday.J Sains Mater Indones. 2003;5(1):73–77.
Sarojo GA. Gelombang dan Optika.Jakarta: Salemba Teknika; 2011.
Sarojo,Ganijantiaby.2011.GelombangdanOptik.Jakarta:SalembaTeknik.

24

Anda mungkin juga menyukai