Oleh:
2021
Materi 1: EFEK FOTOLISTRIK (JESICA SEPTIANA)
Ketika munculnya gagasan kuantisasi energi cahaya yang digagas Planck, Einstein secara
cepat mengaplikasikannya gagasan kuantisasi cahaya dalam peristiwa efek fotolistrik. Efek
fotolistrik itu sendiri menjelaskan prilaku cahaya yang dianggap sebagai pertikel ketika
bertumbukan dengan elektron-elektron dalam logam. Suatu sketsa peristiwa efek fotolistrik dapat
dilihat seperti pada gambar di bawah ini.
Ketika suatu cahaya mengenai permukaan logam, partikel cahaya yang disebut foton
mempunyai energi yang bersesuaian dengan frekuensinya akan memberikan seluruh energinya
pada elektron yang ditumbuknya. Satu foton hanya berinteraksi dengan satu elektron. Itu artinya
jika energi satu foton yang diberikan cukup untuk mengeluarkan satu elektron, satu elektron akan
keluar dari permukaan logam. Secara matematis hubungan energi tersebut dapat dituliskan:
E foton=Eambang + E K elektron
hf =h f 0 + eV
Dari persamaan di atas h menunjukkan konstanta Planck, f merupakan frekuensi cahaya yang
menyinari, fo merupakan frekuensi ambang logam yang disinari, e menunjukkan muatan
elektron, dan V menunjukkan potensial henti elektron. Potensial henti merupakan tegangan yang
diperlukaan agar elektron yang keluar dari permukaan logam terhenti geraknya. Grafik hubungan
energi elektron dengan frekuensi cahaya dapat digambarkan pada gambar di bawah ini.
Keterangan:
f = frekuensi foton
E = Energi foton
Grafik (a) menjelaskan bagaimana frekuensi cahaya yang menyinari logam mempengaruhi
energi kinetik elektron. Ketika energi cahaya lebih besar dari energi ambang, pengubahan
frekuensi cahaya menjadi lebih tinggi tentunya akan meingkatkan kelajuan elektron yang keluar
dari permukaan logam karena energi kinetiknya bertambah. Grafik (a) juga menjelaskan Grafik
memotong sumbu frekuensi (f) pada frekuensi ambang ( f0 ). Jika grafik tersebut
diekstrapolasikan (garis putus-putus gradien) ke sumbu energi kinetik maksimum (EK maks),
diperoleh energi ambang W. Gradien dari grafik tersebut tidak lain adalah konstanta
Planck (h). Grafik ini juga menunjukkan bahwa efek fotolistrik terjadi untuk f ≥ f0 .
Pada saat frekuensi foton (f) melebihi frekuensi ambang (f0), maka elektron akan lepas.
Syarat elektron lepas yang pertama adalah frekuensi foton (f) harus lebih besar dari frekuensi
ambang (f0). Maka (f > f0).
Gradien ini kita tulis m=tan θ=kosntanta planck
Maka,
EKmaks
h=tan θ
depan
tanθ artinya depan per samping, maka
samping
E k maks
h= , maka kalau kita kalikan silang
f −f 0
h ( f −f 0 )=E k maks
E k maks=hf −h f 0
Dari gambar di atas, kita bisa tahu bahwa isi dari cahaya tampak adalah gelombang
elektromagnetik yang dapat terlihat oleh mata kita seperti merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan
ungu. Cahaya yang memiliki Panjang gelombang terbesar adalah merah dengan Panjang
gelombang 620 nm hingga 750 nm. Sedangkan cahaya yang memiliki panjang gelombang
terkecil adalah ungu, 380 nm hingga 450 nm.
1. Dispersi Cahaya
2. Interferensi Cahaya
d . sinθ=m . λ
Perhatikan gambar diatas, jika sudut nya sangat kecil ( ) sehingga nilai sin θ
sebesar y/l, maka persamaannya menjadi:
y 1
d
l (
= m− . λ
2 )
Jadi isi dari cahaya tampak adalah ada warna merah, jingga, kuning, hijau, biru,
dan ungu. Dan sudut terbentuk karena superposisi gelombangnya memiliki sudut
interferensi.
Gelombang ransversal merupakan gelombang yang arah rambatnya tegak lurus dengan
arah rambatnya. Gelombang transversal berbentuk bukit dan lembah. Contoh penampakan
gelombang transversal dalam kehidupan sehari-hari adalah gelombang pada air yang beriak,
gelombang ombak di laut, dan gelombang pada tali yang dimainkan. Berikut bagian-bagian
gelombang transversal.
Gambar di atas adalah sebuah gelombang transversal dengan jumlah gelombangnya satu (1).
B-X = D-Y
Satu gelombang pada gelombang transversal adalah satu bukit dan satu lembah.
Perlu di ingat-ingat, kalau satu bukit artinya setengah gelombang demikian juga kalau satu
lembah artinya setengah gelombang.
Pembahasan