Anda di halaman 1dari 3

Efek fotolistrik merupakan keluarnya elektron dari suatu permukaan (biasanya logam)

ketika dikenai, dan menyerap, radiasi elektromagnetik (seperti cahaya tampak dan radiasi ultra
dengan spektrum warna ungu) yang berada di atas frekuensi ambang tergantung pada jenis
permukaan (Sarojo, 2011).
Efek fotolistrik membutuhkan foton dengan energi dari beberapa electronvolts sampai
lebih dari 1 MeV unsur yang nomor atomnya cukup tinggi. Studi efek fotolistrik menimbulkan
diperolehnya pemahaman lanjut mengenai sifat kuantum cahaya, elektron dan mempengaruhi
pembentukan konsep Dualitas gelombang-partikel. Fenomena di mana cahaya mempengaruhi
gerakan muatan listrik termasuk efek fotokonduktif atau photoresistivity, efek photovoltage , dan
efek foto elektrokimia (Giancoli, 1991).
Adapun sifat-sifat dari cahaya, menurut teori modern, cahaya merupakan bagian dari
spektrum gelombang elektromagnetik dan juga merupakan sebuah partikel yang memiliki paket
energi yang disebut dengan foton. Dimana cahaya menganut dualisme gelombang-partikel, yaitu
cahaya dapat berupa gelombang dan juga dapat berupa partikel. Efek fotolistrik dapat
menjelaskan mengenai dualisme ini. Albert Einstein merupakan salah satu orang yang
menjelaskan mengenai efek ini dan meraih Nobel Prize In Physics pada tahun 1921
(Priyambodo, 2010).
E = hv = KEmax + W0
di mana KEmax merupakan energi kinetik maksimum dari fotoelektron yang dipancarkan. Di
mana energi kinetiknya sebesar
KEmax = hν – W0
Jika plat kolektor bermuatan negatif terhadap potensial penghenti (stopping potential)
sehingga elektron dari emitor tidak mencapai kolektor dan arus fotolistrik sebesar nol, energi
kinetik elektron tertinggi akan sebanding dengan nilai energi eV di mana e merupakan muatan
dari elektron dan V potensial penghenti (stopping potential). Energi dari sebuah foton
didefinisikan dengan persamaan Planck dinotasikan sebagai h ditemukan oleh Max Planck yang
besarnya adalah 6.625 × 10-34 Js, dan v adalah nilai frekuensi dari foton (Beiser, 1991).
eV = hν – W0
hv W 0
𝑉= +
e e
Teori Einstein memprediksikan bahwa frekuensi dari cahaya datang bervariasi, dan
potensial penghenti (stopping potential), V, yang diplot sebagai fungsi frekuensi menghasilkan
kemiringan garis h/e (lihat Gambar 1).

Cahaya merupakan suatu paket energi (foton), dimaksudkan bahwa cahaya yang terdapat di alam
memiliki energi yang besarnya terkuantitas dan merupakan kelipatan dari bilangan bulat.
Terdapat konsep yang dikemukakan Einstein sebagai latar belakang terjadinya efek
fotolistrik yaitu satu elektron menyerap satu kuantum energi. Satu kuantum energi yang diserap
elektron digunakan untuk lepas dari logam dan untuk bergerak ke plat logam yang lain. Hal ini
dapat dituliskan sebagai Energi cahaya = Energi ambang + Energi kinetik maksimum electron,
atau

E=W 0 + E km
hf =h f 0 + E km
E km=hf – h f 0

Prinsip kerja dari efek fotolistrik adalah dimana cahaya menumbuk lapisan logam tertentu,
kemudian elektron yang berada di plat akan terhempas keluar. Elektron akan terhempas hanya
jika energi dari cahaya lebih besar dari fungsi kerja pada plat logam. Diketahui bahwa
banyaknya elektron yang terlepas dari permukaan logam (katoda) sebanding dengan intensitas
cahaya yang menyinari permukaan logam tersebut (Gautreau,2006).
Pada percobaan efek fotolistrik, ada batas frekuensi cahaya terendah yang menyebabkan
elektron di katoda melepaskan diri dari atom. Frekuensi ambang merupakan frekuensi terendah
cahaya yang digunakan agar terjadi adanya peristiwa fotolistrik. Frekuensi ini berbeda pada
masing-masing logam dan merupakan karakteristik dari logam tersebut. Sehingga frekuensi
cahaya berkaitan erat dengan energi foton, energi terkecil yang digunakan untuk menghasilkan
arus elektron.
Karakteristik efek fotolistrik, yaitu sebagai berikut :
Hanya cahaya yang sesuai yang memiliki frekuensi yang lebih besar dari frekuensi tertentu
saja yang memungkinkan lepasnya elektron dari plat logam atau menyebabkan terjadi efek
fotolistrik (yang ditandai dengan terdeteksinya arus listrik pada kawat).
Penambahan intensitas cahaya sebanding dengan pertambahan jumlah elektron yang terlepas dari
plat logam (yang ditandai dengan arus listrik yang bertambah besar). Namun intensitas cahaya
tidak mempengaruhi efek fotolistrik untuk nilai frekuensi dibawah nilai frekuensi ambang.
Dimana tidak ada selang waktu elektron terbeba s dari permukaan logam setelah logam disinari
cahaya.

Anda mungkin juga menyukai