Anda di halaman 1dari 64

25 SEPT:

UJIAN BAB 1

1
KIMIA KUANTUM
Latar Belakang
 Pendekatan kimia untuk mengerti tentang materi dan
transformasi kimianya harus dilihat dari pandangan
mikroskopik, yang dikaitkan dengan pengamatan
eksperimental sifat-sifat molekul penyusunnya
 Tetapi pandangan mikroskopik pada skala atom dan
molekul serta partikel-partikel penyusunnya tidak
mematuhi hukum-hukum mekanika yang berlaku pada
skala makroskopik Gunanya belajar ini, biar tau kapan suatu gas
tidak memenuhi hukum gas ideal PV=nRT
Contoh : pada skala makroskopik
Spektra garis molekul mengidentifikasikan, bahwa
molekul-molekul dapat ditemukan hanya pada tingkatan-
tingkatan energi yang terdefinisi dengan benar.
Berlainan dengan bola tenis yang energinya merupakan
variabel kontinyu. 2
Emission of Energy
(2 Possibilities)

or

Turunnya harus lewat


tahap per tahap

Continuous Energy Loss Quantized Energy Loss


Matahari: spectra yang kontinu, turun
ke bawah, bisa langsung hilang
Emission of Energy
Continuous Energy Loss Quantized Energy Loss
• Any and all energy values
possible on way down • Only certain, restricted,
• Implies electron can be quantized energy values
possible on way down
anywhere about nucleus
• Implies an electron is restricted
of atom to quantized energy levels

 Continuous emission  Line spectra


spectra
Flame Test

1. Electron absorbs
energy from the flame
goes to a higher energy Light Photon
state.

2. Electron goes back down to


lower energy state and releases
the energy it absorbed as light.
Emission Spectrum

Continuous Emission Spectrum

Line Emission Spectrum (Quantized Energy Loss)


 Pada skala atom dan molekul, perilaku obyek tidak
lagi sama seperti obyek makroskopik, misal perilaku
gerakan
Ada 2 macam gerakan yang berbeda, yaitu gerakan
gelombang dan gerakan partikel
-gelombang dikenali dengan fenomena interferensi dan
dikarakterisasikan oleh frekuensi dan panjang
gelombang
-partikel memiliki sifat-sifat massa, posisi dan
momentum dan mengikuti hukum gerakan Newton.
7
Wave Properties
Frequency (n) is the
number of waves that
pass through a
particular point in 1
second (Hz = 1 cycle/s
atau setara 𝒔−𝟏 )
All waves travel through
space at same rate; c

C= 3.00 X108 m/s


Wave Properties
• Higher frequency (n);
Lower wavelength
Higher Energy

  c
hc
E  h 

Kedua macam gerakan ini jelas berbeda. Argumen-
argumen yang sangat lama diperdebatkan adalah
mengenai cahaya, dimana ada 2 pendapat :
- cahaya memiliki suatu gerakan gelombang
mengikuti teori Huygens
- cahaya mengikuti teori Newton, yang menyatakan
cahaya sebagai korpuskular.
Argumentasi ini baru terselesaikan sesudah James
Young dapat membuktikan dengan mendemonstrasikan
interferensi sinar menggunakan percobaan dengan 2
celah kisi.
10
 Untuk mengatasi ketidakcocokan penerapan teori
klasik, maka dikembangkan teori mekanika kuantum
dan teori relativitas. Dasar-dasar mekanika kuantum
merupakan teori matematik, yang lebih mudah dipahami
oleh orang kimia, seperti persamaan yang diturunkan
oleh Schrödinger.

11
Mekanika klasik :
 diperkenalkan oleh Isaac Newton pada abad ke 17
 mempelajari pergerakan sistem makroskopik, dimana
dimensi ukuran jarak relatif sangat besar
dibandingkan dengan ukuran atom dan bahwa posisi
dan kecepatan sistem pada waktu t, yaitu x(t) dan v(t)
atau p(t) dapat ditentukan secara tepat. Perubahan
besaran-besaran fisik, seperti energi, momentum,
muatan listrik dst.nya bersifat kontinyu.

12
 tidak dapat menerangkan berbagai hasil eksperimen
yang berkaitan dengan sistem yang berukuran atom,
seperti laju elektron tidak dapat diukur secara tepat
dan posisi elektron hanya dapat ditentukan dengan
probabilitas.

Mekanika kuantum :
 Mempelajari pergerakan sistem mikroskopik
Contoh : gerakan elektron dalam atom
Dasar mekanika kuantum adalah :

13
 perubahan besaran-besaran fisik, seperti energi,
momentum sudut, muatan listrik terkuantisasi
 aspek gelombang dari partikel yang bergerak
 posisi suatu sistem hanya dapat ditentukan
mengikuti pola probabilitas

Tujuan mempelajari mekanika kuantum adalah


untuk memahami :
* struktur atom dan molekul
* ikatan kimia
* spektroskopi atom dan molekul
14
Persamaan-persamaan fisika klasik
 Lintasan dalam hubungannya dengan energi :
Energi total sebuah partikel adalah jumlah energi
kinetik (EK) dan energi potensial (V), yang timbul dari
posisinya
E = EK + V = ½ m v2 + V
v = laju partikel pada waktu tertentu
Ek: ½ m.𝑣 2
m = massa
Bila berkenan dengan momentum linier :
p = m v , sehingga
p2
E V
2m 15
 Hukum Newton kedua (tentang gerakan)
Laju perubahan momentum sama dengan gaya F yang
bekerja pada partikel :

dp dx
 F karena pm maka
dt dt
Perubahan momentum/ perubahan waktu

Jadi bila gaya yang bekerja di setiap tempat dan di


segala waktu diketahui, maka lintasan partikel dapat
diketahui.
Contoh: akselerasi (berotasi) pada pesawat luar angkasa
16
 Gerakan rotasi
Gerakan rotasi bebas dijumpai pada gerakan molekul
dalam fase gas. Momentum sudut, J sebuah partikel
adalah :
J = I . w  (mr2) (v/r) = mvr, dimana m dan v
adalah besaran linier
w = kecepatan sudut, yaitu laju perubahan posisi
sudut
I = momen inersia, untuk partikel titik dengan
massa m yang bergerak pada lingkaran
dengan jari-jari r adalah : I = m r2
17
Untuk mempercepat rotasi perlu diberikan momen putar, T (torque)
dan persamaan Newtonnya adalah :
dJ
T
dt
Bila momen putar konstan selama waktu t, maka energi rotasi
sebuah benda yang awalnya diam bertambah sampai :

T t 2 2
E
2I
Catatan : momen putar dapat diberikan selama periode waktu
sesuai untuk mengeksitasi rotasi sampai energi tertentu.

18
 Osilator harmonis
Jenis gerakan dasar ketiga adalah gerakan osilator,
seperti vibrasi atom pada sebuah ikatan.

Osilator harmonis terdiri dari partikel-


partikel yang mengalami gaya
pemulihan yang sebanding dengan
pergeserannya :
F=-kx
k = konstanta gaya, makin kuat
pegasnya, maka nilai k makin besar.

19
Energi total osilator harmonis pada setiap saat adalah :

E = ½ k A2 artinya :
Energi partikel yang berosilasi dapat dinaikkan ke
sembarang nilai dengan impuls terkontrol yang sesuai
yang mendorongnya sampai amplitudo A

Frekuensi gerakan hanya bergantung pada struktur


osilator (seperti pada k dan m) dan tidak bergantung
pada energi
Amplitudo mengatur energi melalui : E = ½ k A2 dan
tidak bergantung pada frekuensi.
20
Dalil ekuipartisi
-Energi rata-rata kumpulan partikel dalam
kesetimbangan termal pada temperatur T adalah nilai
rata-rata dari setiap suku kuadrat di dalam ungkapan
untuk energi total ½ kT, dimana k adalah tetapan
Boltzmann = 1,381 x 10-23 JK-1.
p2
Untuk satu dimensi (sumbu x) : E 
2m
dimana momentum liniernya sepanjang sumbu x.
Untuk 3 dimensi (sumbu x, y, z) :

1 2 3
E (p x  p y  p z )  kT
2 2
2m 2

yaitu energi rata-rata sebuah partikel. 21


Types of heat energy transmission are conduction, convection
and radiation.
• Conduction adalah perpindahan energi panas dengan vibrasi
molekuler, bukan oleh Gerakan (perpindahan) material langsung.
Misalnya, jika Anda memegang salah satu ujung batang besi dan
ujung batang yang lain dibakar, Anda akan merasa panas beberapa
saat kemudian. Anda dapat mengatakan bahwa energi panas
mencapai tangan Anda dengan konduksi panas.

• Convection adalah perpindahan panas dengan gerakan sebenarnya.


Contohnya tungku udara panas, sistem pemanas air panas, dan
aliran darah dalam tubuh.
• Radiation adalah panas yang dipancarkan. Panas yang
sampai ke bumi dari matahari tidak dapat dipindahkan
baik secara konduksi maupun konveksi karena JARAK
RUANG antara bumi dan matahari tidak terdapat
material medium.
• Energi tersebut dibawa oleh gelombang elektromagnetik
yang tidak memerlukan medium untuk merambat. Jenis
perpindahan panas disebut radiasi termal
Kegagalan fisika klasik
• tidak dapat diterapkan untuk atom-atom individu dan
eksperimen yang teliti sebab transfer energi pada
kuantitas yang sangat kecil

 Radiasi benda hitam


• Bila benda padat dipanaskan pada suhu tinggi, maka
akan memancarkan radiasi elektromagnetik. Makin
tinggi temperatur pemanasan, radiasi yang
dipancarkan memiliki panjang gelombang yang lebih
pendek atau frekuensi yang makin besar
Benda hitam adalah obyek yang dapat memancarkan
dan mengabsorpsi semua frekuensi radiasi secara
seragam.
24
Quantum nature of radiation
Bukti pertama dari spektrum yang dipancarkan oleh benda hitam
Apa itu benda hitam?
a/ suatu benda yang menyerap semua radiasi datang,
yakni yang tidak terdapat refleksi (pemantulan)

A small hole cut into a cavity is the most


popular and realistic example.
None of the incident radiation escapes
What happens to this radiation?

Menyimpan/ memendam energi, menyerap


semua energi
• The radiation is absorbed in the walls of the cavity
• This causes a heating of the cavity walls
• Atoms in the walls of the cavity will vibrate at frequencies
characteristic of the temperature of the walls
• These atoms then re-radiate the energy at this new
characteristic frequency

Radiasi "termal" yang dipancarkan mencirikan


suhu kesetimbangan benda hitam
Bukan berarti kalau jalan 1 jam, 2 jam, paling perubahannya sedikit. Hal
ini karena tiap benda punya karakteristik sendiri.
Misal jalan dari ft ke rektorat sama ke fmipa, perubahan suhu paling
26
dikit, perubahan yg gabisa diukur dengan waktu
Black-body spectrum
2 ciri utama :
1) ketika temperatur dinaikkan, rapatan energi
bertambah pada daerah sinar tampak dan,
2) puncak energi bergeser ke panjang gelombang
yang lebih pendek.
1
Hukum Pergeseran Wien : T max  c2
dimana c2 = 1,44 cm K 5
2) Rapatan energi total (luas di bawah kurva) sebanding
dengan T4

• Hukum Stefan : U = a T4

• Hubungannya dengan eksitan, M, yaitu daya yang


dipancarkan per satuan luas : M = s T4

dimana s adalah tetapan Stefan-Boltzmann = 5,67 x


10-8 Wm-2K-4

29
• Lord Rayleigh mempelajari radiasi benda hitam dari
sudut pandang klasik, yaitu medan elektromagnetik
sebagai kumpulan osilator harmonis. Satu osilator
diperlukan untuk setiap frekuensi sinar, n, dimana

c

n
Hukum Rayleigh-Jeans : dU = r d
8kT
r
4

= energi per satuan volum per satuan panjang


gelombang
30
Catatan :

Rumus R-J cukup berhasil pada  besar dan frekuensi


rendah. Osilasi dengan  sangat kecil (frekuensi sangat
besar), yaitu sinar ultra ungu, sinar x, sinar g oleh
persamaan R-J diramalkan tereksitasi sangat kuat,
bahkan pada T kamar. Hal ini tidak masuk akal dan
disebut sebagai malapetaka ultra ungu

31
32
Distribusi Planck
• Max Planck mempelajari radiasi benda hitan dari sudut
pandang termodinamika
• Energi setiap osilator elektromagnetik tidak dapat
diubah-ubah semaunya, melainkan ada pembatasan
energi pada nilai-nilai yang berlainan, yang disebut
kuantisasi energi.
• Energi yang diijinkan dari sebuah osilator yang
frekuensinya n adalah : E = n h n
dengan h = konstanta Planck = 6,626.10-34 JHz-1
33
• Karena osilator dengan frekuensi n hanya dapat
memiliki energi 0, hn, 2 hn, …, maka seberkas sinar
dengan frekuensi n dapat dianggap terdiri dari 0, 1, 2,
… partikel yang disebut foton yang mempunyai energi
hn.
• Efek kuantisasi adalah untuk menghilangkan kontribusi
dari osilator frekuensi tinggi, karena osilator-osilator ini
tidak dapat dieksitasikan dengan energi yang ada.
• Rapatan energi pada rentang  sampai +d
dinyatakan dengan distribusi Planck : dU = r d
dengan
34
sesuai dengan kurva eksperimental pada gambar :
35
Distribusi Planck menyerupai hukum Rayleigh-Jeans,
kecuali
Untuk  pendek, dimana hc/kT besar dan ehc/kT   ,
karena itu
r  0 saat   0 dan n  

Untuk  besar : hc/kT << 1, sehingga ehc/kT -1 = hc/kT


Dalam hal ini rumus Planck tereduksi menjadi hukum
R-J, yaitu

8kT
r saat  dann  0
4

36
• Distribusi Planck juga menerangkan hukum Stefan dan
hukum Wien :
Hukum Stefan diperoleh dengan mengintegrasikan
rapatan energi dari  = 0 sampai  = 
Hukum Wien diperoleh dengan mencari  dimana
dU/d = 0 pada temperatur tinggi yang terjadi pada :

hc sehingga hc
 max T  c 2   1,439cmK
5k k

37
• Teori radiasi benda hitam digunakan secara teratur di
bidang astronomi, yaitu untuk mengestimasikan
temperatur permukaan benda-benda di langit,
termasuk matahari

Gambar spektrum elektromagnetik dari matahari


38
diukur pada atmosfer diatas permukaan bumi
Kapasitas kalor
Adalah cara-cara atom/molekul menyimpan energi.

• Menurut fisika klasik, energi vibrasi rata-rata setiap


atom yang berosilasi dalam satu dimensi adalah kT,
sehingga untuk n atom bebas yang bervibrasi didalam
tiga dimensi, maka energi vibrasi total adalah 3NkT.
Kontribusi energi dalam satuan molar adalah
Um = 3 NA kT = 3 RT
Kapasitas kalor pada volum tetap adalah (tidak
tergantung pada T)
 U m 
Cv     3R
 T v
39
Hasil ini dikenal sebagai hukum Dulong dan Petit.
Kapasitas kalor molar pada volum tetap dari intan
sebagai fungsi dari temperature.
Teori fisika klasik tidak dapat memprediksi bentuk
kurva ini dan memprediksi bahwa Cv adalah sama
40
dengan 25 J K-1 mol-1 pada semua temperatur
• Einstein mengamati adanya penyimpangan yang berarti,
yaitu pada temperatur rendah semua logam mempunyai
kapasitas kalor yang lebih kecil dari 3R dan mendekati nol
pada saat T  0
Asumsi Einstein adalah :
setiap atom bervibrasi di sekitar posisi kesetimbanganya
dengan frekuensi n

Energi sebarang osilator adalah nhn (n adalah bilangan


bulat). Energi vibrasi molar logam adalah :

3N A hn
U m  hn / kT
e 1 41
Rumus Einstein untuk kapasitas kalor adalah :

Pada temperatur tinggi kT >> hn, sehingga


ehn/kT = 1 + hn/kT + … dan Cv = 3R sesuai dengan hasil
klasik
Pada temperatur rendah, ehn/kT   dan menyiratkan
Cv  0

42
Pada temperatur rendah hanya beberapa osilator yang
memiliki cukup energi untuk memulai osilasi,
sedangkan pada temperatur tinggi tersedia cukup
energi untuk mengaktifkan semua osilator, sehingga
semua 3N osilator berkontribusi, maka Cv = 3R

43
Ketidakcocokan ini disebabkan oleh asumsi Einstein,
bahwa semua atom berosilasi dengan frekuensi yang
sama, sedangkan sebenarnya berosilasi dengan suatu
rentang frekuensi, yang oleh rumus Debey diambil rata-
ratanya.

44
 Spektrum atom dan molekul
Bukti langsung yang paling kuat untuk kuantisasi energi
berasal dari pengamatan frekuensi radiasi yang
diabsorpsi dan dipancarkan oleh atom dan molekul
sebagai spektrum atom dan molekul.
Jika energi atom berkurang sebesar DE, maka energi ini
dibawa sebagai foton dengan frekuensi n = DE/h dan
sebuah garis muncul di dalam spektrum.

45
Johann Balmer menemukan hubungan yang linier
antara frekuensi garis-garis spektra terhadap 1/n2 :
14  4 
n = 3, 4, 5, …
n  8,220.10 1  2 Hz
 n 
1  1 1  1
n   109680 2  2 cm
 2 n 

46
47
cm-1 (n = 1, 2, 3, …..)

R  R   1 1 
n spect   2    2   R  2  2  cm-1
n'  n"   n" n' 

n” = 1  spektrum Lyman
n” = 2  spektrum Balmer
n” = 3  spektrum Paschen
n” = 4  spektrum Bracket
n” = 5  spektrum Pfund

Bila n’ = ∞ , maka diperoleh energi ionisasi

48
Principal Energy
Energy of
Level, n electron
in n;
X 10-19J

1 -21.8

2 -5.45

3 -2.42

4 -1.36

5 -0.687
 Efek fotolistrik

• Energi elektron juga terkuantisasi

• Hal ini dibuktikan bila logam dikenai radiasi ultra ungu


sehingga elektron terlepas dari logam. Bila frekuensi
radiasi melebihi nilai ambang untuk logam tersebut,
maka energi kinetik elektron yang dilepaskan
berbanding linier dengan frekuensi radiasi yang
digunakan, tetapi tidak bergantung pada intensitasnya

( = fungsi kerja logam, yaitu energi yang diperlukan


untuk melepaskan sebuah elektron)
50
51
• Frekuensi radiasi minimum yang dibutuhkan untuk
mengatasi fungsi kerja logam disebut frekuensi ambang
(threshold frequency) n0 dimana:

sehingga:

dimana Vs disebut stopping potential: - e Vs = ½ m v2

52
 Efek Compton
Jika sinar X dihamburkan dari elektron, maka panjang
gelombang sedikit bertambah, bergantung pada sudut
datang sinar dan tidak tergantung pada panjang
gelombang radiasi :

D = C (1 - cos q)
dengan C = 2,43 pm, yaitu
panjang gelombang Compton
dari elektron.

53
Jika foton mempunyai momentum, maka hamburannya
dapat dianggap sebagai tumbukan antara partikel
dengan momentum h/ dan partikel lain dengan massa
me, sehingga pergeseran gelombang menjadi :

h
C  diperoleh C = 2,426 pm
m e .c

54
Sebuah fenomena yang disebut hamburan Compton, pertama kali
diamati pada tahun 1924 oleh Compton, memberikan konfirmasi
tambahan langsung dari sifat kuantum radiasi elektromagnetik.

Ketika sinar-X mengenai materi, sebagian radiasi dihamburkan, sama


seperti cahaya tampak yang diarahkan ke permukaan kasar
mengalami refleksi difusi (berdifusi).

Hasil pengamatan: beberapa radiasi yang dihamburkan memiliki


frekuensi yang lebih kecil dan panjang gelombang yang lebih
panjang daripada radiasi yang datang, dan

bahwa perubahan panjang gelombang tergantung pada sudut


yang dilalui radiasi tersebut.
2 
   
h
1  cos    2 sin  
h
mc mc 2
, p
where m is the electron mass.
, p
In figure 8.4, the electron is φ
initially at rest with incident ·
photon of wavelength  and
momentum p; scattered photon
with longer wavelength  and ·
P
momentum p and recoiling
(electron with Fig. 8.4 Schematic diagram of
Compton scattering.
momentum P. The direction of the scattered photon makes an angle φ
with that of the incident photon, and the angle between p and p is also φ.
h
c   0.00243nm called Compton wavelength.
mc
The mass and momentum of photon
According to relativity, the particles with zero static mass
are possibly existent. From the relativistic equation of
energy-momentum,

E  p c m c
2 2 2 2 4
0

when m0 = 0, E = pc = mc2 = hν
E hn
∴ the mass of photon is m p  2  2
c c
and the momentum of photon should be
E hn h
p  
c c 
De Broglie Wave
In the previous sections we traced the development of
the quantum character of electromagnetic waves. Now
we will turn to the consequences of the discovery that
particles of classical physics also possess a wave
nature. The first person to propose this idea was the
French scientist Louis De Broglie.
De Broglie’s result came from the study of relativity. He
noted that the formula for the photon momentum can
also be written in terms of wavelength

hn hn h
P  mpc  2 c  
c c 
(9.5.1)
If the relationship is true for massive particles as well as for
photons, the view of matter and light would be much more
unified.
In certain circumstances each could behave as a wave,
and in other instances each could behave as a particles.
De Broglie’s point was the assumption that momentum-
wavelength relation is true for both photons and massive
particles.
So De Broglie wave equations are
h h h
P   E  hn
 p mv
Where P is the momentum of particles, λis the wavelength
of particles. At first sight, to claim that a particle such as an
electron has a wavelength seems somewhat absurd. The
classical concept
The classical concept of an electron is a point particle of
definite mass and charge, but De Broglie argued that the
wavelength of the wave associated with an electron might
be so small that it had not been previously noticed. If we
wish to prove that an electron has a wave nature, we must
perform an experiment in which electrons behave as waves.

60
 Difraksi elektron
Efek fotolistrik dan efek Compton menunjukkan bahwa
cahaya mempunyai sifat partikel. Hal ini dibuktikan dari
pengamatan difraksi elektron oleh sebuah kristal :
Penghamburan elektron dari
kristal Ni memperlihatkan
variasi intensitas, yaitu
dimana gelombang berinter-
ferensi secara konstruktif dan
destruktif dengan arah yang
berbeda-beda.
61
Eksperimen Davisson-Germer menunjukkan dengan
jelas bahwa partikel-partikel mempunyai sifat seperti
gelombang, demikian juga bahwa gelombang
mempunyai sifat partikel (konsep fisika modern).
Louis de Broglie berpendapat bahwa setiap partikel,
tidak hanya foton, yang berjalan dengan momentum p
harus mempunyai panjang gelombang yang
dinyatakan dengan hubungan de Broglie :

h

p
62
 Asas ketidakpastian
-Asas ketidakpastian Heisenberg adalah salah satu
dari hasil terpenting mekanika kuantum:
Kita tidak mungkin menentukan secara simultan,
dengan ketepatan mutlak, terhadap momentum dan
posisi sebuah partikel
Hubungan ketidakpastian posisi-momentum
dinyatakan sebagai:
Dp Dx ≥ ½ h/2 (Atkins)
Dp Dx ≥ h/2 (McQuarrie))
dimana Dp adalah ketidakpastian momentum linier dan
Dx adalah ketidakpastian posisi

63
limit of the uncertainty product as:
h  h
Dp x  p  sin q    p
 Dx Dx θ

Consider other order Δx Δpx


diffractions, we have:

Dx  Dpx  h
But precise derivation is
h
Dx  Dp x 
4

Anda mungkin juga menyukai