(shering strain) dan sering disebut sebagao modulus rigidisitas atau modulus geser.
Disamping kosntanta Lames, beberapa kontanta lain yang banyak digunakan
adalah:
1. Modulus Young (E), pada dasarnya mengukur perbandingan stress dan strain
untuk model tension atau kompresi sederhana (1 dimensi)
2. Modulus Bulk (k), pada dasarnya adalah mengukur perbandingan stress dan
strain apabila elemen media dikenakan tekanan hidrostatis sederhana
3. Rasio Poissons ( ), pada dasarnya mengukur geometri perubahan bentuk.
Hubungan antara konstanta-konstanta sederhana tersebut dengan konstanta Lames
dinyatakan sederhana berikut:
(3 + 2 )
E= (3)
(+ )
(3 +2 )
k= (4)
3
= .(5)
3( + )
B. Tahapan Seismik
Metode seismik refleksi merupakan metode geofisika yang umumnya
dipakai untuk penyelidikan hidrokarbon. Biasanya metode seismik refleksi ini
dipadukan dengan metode geofisika lainnya, misalnya metode grafitasi, magnetik,
dan lain-lain. Namun metode seismik refleksi adalah yang paling mudah
memberikan informasi paling akurat terhadap gambaran atau model geologi bawah
permukaan dikarenakan data-data yang diperoleh labih akurat.
Pada umumnya metode seismik refleksi terbagi atas tiga tahapan utama,
yaitu:
1. Pengumpulan data seismik (akuisisi data seismik): semua kegiatan yang
berkaitan dengan pengumpulan data sejak survey pendahuluann dengan survey
detail.
2. Pengolahan data seismik (processing data seismik): kegiatan untuk mengolah
data rekaman di lapangan (raw data) dan diubah ke bentuk penampang seismik
migrasi.
3. Interpretasi data seismik: kegiatan yang dimulai dengan penelusuran horison,
pembacaan waktu, dan plotting pada penampang seismik yang hasilnya
disajikan atau dipetakan pada peta dasar yang berguna untuk mengetahui
struktur atau model geologi bawah permukaan.
2. Gelombang Permukaan
Gelombang permukaan merupakan gelombang yang kompleks dengan
frekuensi yang rendah dan amplitude besar, yang menjalar akibat adanya efek
free surface dimana terdapat perbedaan sifat elastic. Gelombang ini dapat
menjelaskan struktur mantel atas dua permukaan bumi (crust). Sifat dan gerak
partikel media pada permukaan ada yang mirip gelombang P atau gelombang
S. Didasarkan pada sifat gerakan partikel media elastic, terdapat dua tipe yaitu:
a. Gelombang Rayleigh
Gelombang Rayleigh merupakan gelombang permukaan yang gerakan
partikel medianya merupakan kombinasi gerakan partikel yang disebabkan
oleh gelombang P dan gelombang S. Orbit gerakan partikelnya merupakan
gerakan elliptic dengan sumbu mayor ellips tegak lurus dengan permukaan
dan arah penjalarannya (gambar 4). Kecepatan gelombang Rayleigh
dirumuskan sebagai:
0,5
V R =0,92(V s) (10)
V R > V Q V S
dinyakatakan sebagai (Gunawan, 1985)
Pada umumnya, energy lebih banyak ditransfer dalam bentuk
gelombang P, sehingga apada rekaman gempa atau survey seismik, yang
pertama kali dijumpai adalah gelombang P. Untuk medium yang sama,
gelombang P akan dijalarkan dengan kecepatan yang paling besar dari pada
tipe lainnya.
2. Hukum Snellius
Hukum Snelius pada dasarnya menjelaskan perubahan arah berkas
seismik apabila gelombang seismik menjalar melalui lapisan-lapisan bumi
dengan kuantitas kecepatan yang berbeda-beda (terdapat bidang batas antar
lapisan). Perubahan arah ini akan direalisasikan dalam bentuk gelombang yang
terpantul (gelombang refleksi) dan gelombang yang terbias (gelombang
refleksi)
Untuk lebih memperjelas pemahaman tentang hokum Snellius, dalam
gambar 7 ditunjukkan kasus pemantulan dan pembiasan gelombang SV ketika
melintas batas antara media 1 dan media 2. Dari gambar tersebut ditunjukkan
bahwa, ketika melintas bidang batas, gelombang SV akan terpantulkan sebagai
gelombang refleksi SV dan akan terbiaskan sebagai gelombang refleksi SV. Di
samping itu juga dibangkitkan gelombang refleksi P dan gelombang refleksi P.
Hal ini merupakan karakteristik dari gelombang SV apabila melewati bidang
batas dengan kontras elastisitas.
V S1 V S2
Dengan , masing-masing adalah kecepatan gelombang S pada
V p1 V p2
media 1 dan media 2, sedangkan , masing-masing adalah
t0
ditunjukkan muka gelombang refraksi pada (garis putus-putus) dan pada
t 0+ t
saat (garis solid). Pada gambar tersebut ditunjukkan juga bahwa arah
4. Mode Conversion
Mode conversion atau konversi tipe gelombang seismik merupakan
proses dimana sebagian energy gelombang P dikonversikan menjadi energy
gelombang S, atau sebaliknya. Salah satu contoh mode conversion, ditunjukkan
pada gambar 7, peristiwa mode conversion secara jelas dapat dilihat pada
penjalaran gelombang P ketika melewati bidang batas.
Berdasarkan teori mekanika gelombang dan konsep deformasi,
gelombang S dapat dibedakan sifat polarisasi dan orbit gerakan partikel
medianya menjadi gelombang SV dan gelombang SH. Mode conversion hanya
terjadi utnuk pasangan gelombang P dan gelombang SV. Sedangkan pada
gelombang SH tidak terjadi mode conversion (Wahyu Triyoso, 1991).
Pembagian energy gleombang pada bidang batas merupakan fungsi dari sudut
dating gelombang pada bidang batas, karena persamaannya diberikan oleh
Bullen, 1963 (stay, 1977)
BAB II
PENJALARAN GELOMBANG BADAN DI DALAM BUMI
A. Tinjauan Umum
Energi mekanik yang dibangkitkan oleh gempa bumi, atau suatu ledakan yang
besar, akan ditransmisikan ke seluruh permukaan bagian bumi melalui penjalaran
gelombang seismik, baik gelombang-gelombang badan maupun gelombang-
gelombang perumukaan. Gelombang badan akan menjalar menembus bagian batas
bumi, sedangkan gelombang permukaan akan menjalar dipermukaan bumi. Karena
karakteristik gelombnag badan yang dapat menjalar menembus bagian dalam bumi,
maka tipe gelombang ini memegang peranan yang dominan dalam proses
pendugaan dan penentuan struktur bagian dalam bumi. Kita menamakan
gelombang-gelombang badan sebagai gelombang P dan gelombang S untuk
membedakan dengan gelombang permukaan.
Pada saat terjadi gempa bumi, gelombang-gelombang badan yang
terbangkitkan akan menjalar dari sumber gempa menembus bagian dalam bumi dan
kemudian diterima oleh stasiun perekam dipermukaan bumi. Ilustrasi penjalaran
gelombang badan di dalam bumi ditunjukkan pada gambar 9 Gambar ini
merupakan penampang lintang bumi yang diasumsikan beerbentuk lingkaran.
Gelombang yang dibangkitkan oleh sumber gempa di titik O akan diterima secara
berurutan oleh seismograf pada stasiun perekam di permukaan bumi yang
berkedudukan di titik A, B, C, D, dan E. Dari waktu tiba energy ditunjukkan oleh
garis terputus dalam gambar 9a. Muka gelombang yang dihasilkan berbentuk
lingkaran-lingkaran konsentris, sehingga lintasan berkas seismiknya merupakan
garis lurus. Hal ini menunjukkan media penjalarannya bersifat homogeny isotropi,
yang berarti kecepatan seismiknya adalah serba sama (uniform)
Dalam kenyataanya tidaklah demikian, dan biasanya akan dijumpai keadaan
seperti ditunjukkan pada gambar 9b. Berdasarkan indikasi lintasan berkas sinar
yang berbentuk kurva naik pada titik A, B, dan C, dapat ditafsirkan bahwa
kecepatan seismik akan menjalar semakin besar dengan bertambahnya kedalaman.
Pada titik D dan E terjadi pembelokan arah berkas seismik dan penurunan
kecepatan seismik. Berdasarkan fakta ini, dapat diinterpretasikan bahwa material
bumi sebagai media penjalaran gelombang-gelombang badan tidak homogeny
isotropis secara keseluruhan, akan tepai merupakan struktur pelapisan yang
tersusun atas material dengan kecepatan seismik yang tidak sama.
Gambar 9. Suatu diagram yang menunjukkan bagaimana struktur kecepatan
bagian dalam bumi dinyatakan oleh berkas seismik (Summer, 1970)
Gambar 10. Seismograf dari gempa bumi berskala 5,9 SR yang berada di pantai
barat sumatera pada tanggal 21 Agustus 1967. Direkam di Chartes
Towers, Quesnsland (Stasiun CTA) pada jarak 6100 km,
=59.00 (Stacey, 1977)
actual atau jarak anguler. Jarak ini merupakan jarak yang dinyatakan dalam sudut
, yaitu sudut yang dibentuk oleh jari-jari bumi dikedua titik tersebut.
Realsisasi jarak anguler antara dua titik permukaan atanah sesuaid dengan garis
terpendek yang menghubungkan titik tersebut dengan lekukan bumi yang
mengikutinya.
Kurva waktu tempuh yang pertama, dirancang oleh Wiechert dan Zoopritz
pada tahun 1907. Kurva ini dapat digunakan untuk menentukan episenter dan
keakuratan yang dapat dietrima. Perbaikan kurva tempuh dilakukan oleh Jeffreys
(1931) dengan menggunakan metode least square. Dengan metode ini perbedaan
waktu tiba gelombang P dan gelombang S dari hasil pengamatan dan perhitungan
dapat diminimalkan. Kemudian pada tahun 1939, Jefreys dan Guternberg mencari
distribusi kecepatan dengan memakai inversi Herglotz-Wiechert dari data waktu
tempuh gelombang. Tahun 1940 Jeffreys dan Bullen mengumpulkan data-data
gempa dan kemudian menghasilkan tabel waktu tempuh Jeffreys-Bullen. Dari tabel
ini kemudian dibuat kurva waktu tempuh Jeffrey-Bullen (gambar 11)
3. Metode Bola
Metode ini menggunakan data interval waktu tiba gelombang P dan gelombang
S, dengan dikonversikan ke jarak sebagai jari-jari bola dengan pusatnya di tiap-
tiap stasiun. Titik potong dari bola-bola tersebut yang ditafsirkan sebagai
hiposenter. Metode ini mengganggap bahwa bumi masih homogeny, sehingga
mengganggap semua gelombang yang dating adalah gelombang langsung.
4. Metode Tripartit
Metode ini menggunakan tiga stasiun pencatat, dengan data interval waktu tiba
gelombang P dan gelombang S. Metode ini akan mengalami kesulitan jika
ternyata yang dating adalah gelombang refraksi dan disimpan medium bumi dan
dianggap homogen
5. Metode Geiger
Metode ini menggunkan data waktu tiba gelombang P atau gelombang S yang
pertama, dan disini media bumi tidak lagi harus diandaikan homogeny, tatapi
diandaikan terdiri dari pelapisan horizontal, sehingga metode ini
memperhitungkan akan adanya gelombang langsung maupun gelombang
refraksi.
v1 v2 v3 P1 , P2, P3,
tersusun atas tiga lapisan selubung adalah , , dan .
merupakan bagian dari berkas seismik yang melintas struktur pelapisan dengan
lapisan.
Dengan menerapkan hokum Snellius pada bidang batas A dan B, dari gambar
tersebut diperoleh:
sini 1 sin f 1 sin i2 sin f 2
= dan = (13)
v1 v2 v2 v3
Dan dua bangun segitiga pada gambar tersebut (garis terputus) dapat
Secara umum, untuk sejumlah bidang batas lapisan dengan kecepatan semakin
besar kea rah radial berlaku:
r sin i
=kosntan= p ..(15)
v
dengan r adalah jari-jari suatu titik pada berkas seismik, I adalah sudut antara
berkas seismik dan jari-jari pada titik tersebut dan p disebut sebagai parameter
berkas. Parameter ini merupakan parameter berkas seismik yang berharga
konstan sepanjang geometri lintasannya. Setiap anggota berkas seismik
mempunyai harga parameter p yang berbeda dengan anggotaberkas yang lain.
Dengan menentukan parameter ini akan diperoleh harga r/v pada titik penetrasi
4. Hubungan p, , dan T
Ditinjau satu rumpun berkas dengan parameter p dan geometri
lintasannya membentuk sudut di titik O. T adalah waktu tempuh sepanjang
lintasan berkas ini gambar 16
Gambar 16. Konstruksi geometri dua buah rumpun berkas teleseismik yang
berdekatan. Konstruksi ini digunakan untuk menurunkan persamaan
yang menghubungkan p, , dan T (Stacey, 1977)
Misalkan rumpun berkas yang berdekatan mempunyai waktu tempuh
vo ro
Dengan adalah kecepatan seismik dipermukaan dan adalah jari-jari
gardien pada kurva waktu tempuh (kurva T- , pada jarak anguler dari
sumber. Jadi p merupakan fungsi jarak anguler yang ditempuh oleh berkas
seismik tersebut.
5. Permasalahan Invers
Suatu permasalahan untuk menentukan kecepatan v sebagai fungsi r
yang didasarkan pada pengamatan p sebagai fungsi , dalam hal ini dikatakan
sebagao permasalahan invers. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, harus
dicari bentuk lain hubungan p, , dan T.
Berdasarkan hubungan yang dugunakan untuk menyelesaikan masalah
ini adalah persamaan jarak anguler dalam bentuk integral. Persamaan ini
diperoleh berdasarkan gambar 17 yang ditulis sebagai berikut:
r
0
= p r 1 (2 p 2)0,5 dr (18)
2 mid
karena itu dari persamaan 14 dapat ditentukan juga kecepatan v sebagai fungsi
r, seperti yang diharapkan. Proses ini dikenal sebagai inversi Herglotz dan
Wiechert (Garland, 1979).
Solusi persamaan 18 diberikan oleh Jeffeys bekerjasama dengan G.
Rasch, dengan menggunakan penyederhanaan yang dibuat oleh E. Wiechert, L.
Geiger. Bentuk solusi persamaan ini dapat ditulis sebagai berikut:
r
p
( )
1
0 1
( )
cosh 1 d = ln r 0 . (19)
1
Gambar 17. Konstruksi geometri geometri berkas seismik yang digunakan untuk
menurunkan persamaan Herglotz-Wiechert (Stacey, 1977)
1
yang diberikan. Dalam persamaan , merupakan kemiringan kurva waktu
1
tempuh pada . Dengan menentukan harga-harga p pada titik-titik tengah
dan mengevaluasi
cosh1= ( p )
1
maka suku sebelah kiri dapat diintegrasikan
1 r1
secara numeris untuk setiap harga yang diketahui. Selanjutnya harga
r1
, yaitu jari-jari pada titik tengah ini, yang diberikan oleh v 1= dapat dapat
1
1
ditentukan juga. Dengan mengevalusi persamaan ini untuk yang semakin
v1
banyak, akan diperoleh harga yang bervariasi pula, sehingga dapat dibuat
1
semakin berkurang terhadap dan p lebih besar dari , sedemikian hingga
Gambar 18. Efek triplikasi akibat anomaly kecepatan yang tinggi (a) lintasan berkas
seismik, (b) karakteristik kurva tempuh yang dihasilkan (Stacey, 1977)
Gambar 19. Efek derah bayangan akibat anomaly pelapisan dengan kecepatan
rendah (a) lintasan berkas seismik, (b) karakteristik kurva waktu yang
dihasilkan (Stacey, 1977)
BAB III
STRUKTUR BAGIAN DALAM BUMI BERDASARKAN BUKTI-BUKTI
SEIMOLOGI
Gambar 21. Lintasan berkas seismik dan muka gelombang yang terjadi untuk
penjalaran gelombang P di dalam bumi (Stacey, 1977)
Gambar 22. Diskontunuitas Mohorovicic memisahkan bagian kerak bumi dan selubung
bumi. Ditunjukkan pula beberapa bagian bumi dengan densitas rata-rata
material penyusunnya (Summer, 1970)
1. Kerak Bumi
Kerak bumi atau crust merupakan lapisan paling atas dari susunan bumi dan sangat tipis
dibanding dengan lapisan lainnya. Lapisan kerak bumi mempunyai ketebalan
bervariasi antara 25 40 km di daratan dan bisa mencapai 70 km di bawah
pegunungan, sedang di bawah samudra ketebalannya lebih tipis dan bisa
mencapai 5 km. Lapisan ini dibagi lagi menjadi dua bagian yang dipisahkan oleh
lapisan diskontinuitas Conrad, berturut-turut dari permukaan adalah lapisan yang
mewakili batuan granit dan di bawahnya yang mewakili batuan basal. Di bawah
samudra lapisan granit umumnya tidak ditemui. Kerak bumi berbentuk materi padat,
terdiri dari sedimen, batuan beku, dan metamorfis dengan unsur utama oksigen dan
silikon. Densitas rata-rata 3,9 gr/cm3 , merupakan 0,3 % dari massa bumi dan 0,5 % dari
volume bumi secara keseluruhan.
Antara kerak dan mantel terdapat lapisan diskontinuitas yang disebut lapisan
Mohorovicic dan sering disebut dengan lapisan M atau Moho saja. Kecepatan
gelombang longitudinal atau gelombang kompresi pada lapisan ini berkisar antara 6,5
km/detik sampai 8 km/detik.
2. Mantel Bumi
Lapisan mantel bumi membujur ke dalam mulai dari lapisan moho sampai lapisan inti
bumi pada kedalaman sekitar 2900 km. Mantel sebagian besar dipertimbangkan sebagai
lapisan padat. Lapisan ini dapat dibagi dua bagian masing-masing mantel atas dan
mantel bawah. Mantel atas membujur sampai kedalaman 1000 km dibawah permukaan.
Kecepatan gelombang kompresi pada lapisan kulit bumi semakin kebawah semakin
besar mulai dari sekitar
8 km/detik di bawah lapisan moho sampai sekitar 13,7 km/detik di perbatasan inti-
mantel. Pada lapisan mantel atas terdapat beberapa lapisan diskontinuitas dimana
kecepatan gelombang tiba-tiba turun. Pada kedalaman antara 100 km sampai 250 km
dibawah permukaan bumi terdapat lapisan kecepatan rendah (LVL). Lapisan LVL
diperkirakan berupa materi mencair yang panas, dengan rigiditas rendah serta kecepatan
gelombang seismik bisa turun sekitar 6 % jika dibanding dengan kecepatan pada lapisan
moho. Mantel bawah kecepatan gelombang seismiknya secara gradual naik sesuai
dengan kedalaman. Pada lapisan mantel tidak terdapat lapisan diskontinuitas yang
berfungsi sebagai pembias dan pemantul gelombang seismik.
Diskontinuitas dalam bumi disebabkan oleh perubahan susunan kimia dari material
dalam bumi atau oleh perubahan fase dari material tersebut ( padat ke tak padat, tak
padat ke padat atau dua fase padat yang berbeda ).
Densitas dari mantel bumi antara 3,9 5,1 gr/cm 3, terdiri dari oksigen, magnesium,
silikat dan sedikit ferum. Mantel merupakan 68,4 % dari massa bumi dan 83,3 % dari
volume bumi.
3. Inti Bumi
Inti bumi adalah lapisan yang paling dalam dari bumi. Lapisan ini diperkirakan
mempunyai jari-jari 3500 km dan terdiri dari dua bagian masing-masing inti luar (outer
core) dan inti dalam (inner core). Lapisan inti luar membujur sampai kedalaman sekitar
5100 km dibawah permukaan bumi dan diperkirakan berupa fluida, karena dari catatan
seismogram gelombang shear tidak teridentifikasi. Kecepatan gelombang kompresi
pada lapisan inti luar naik sesuai kedalaman antara 8 10 km/detik, sedang pada lapisan
inti dalam kecepatanya juga naik antara 10 13,7 km/detik.
Pada inti dalam gelombang shear dapat teridentifikasi kembali sehingga diperkirakan
tersusun dari material padat. Materi inti luar terdiri dari besi dan nikel dalam bentuk cair
/ fluida sedangkan inti dalam dengan materi yang sama dalam bentuk padat.
Inti luar yang berupa medium tak padat dengan densitas 10,5 gr/cm 3 merupakan 15,4 %
dari volume bumi dan 29,2 % dari massa bumi. Materi yang tak padat ini diapit oleh
dua materi padat ( mantel dan inti dalam ) membentuk sand wich dan bergerak terus
akibat efek rotasi dan revolusi bumi. Hal ini terutama yang menjadi sumber medan
magnet bumi.
Inti dalam merupakan bagian kecil dibanding mantel dan inti luar, yaitu 0,8 % dari
volume bumi dan 2,1 % dari massa bumi tetapi mempunyai densitas paling besar yaitu
rata-rata 14,53 gr/cm3. Gambar (2.1) dan (2.2) memperlihatkan struktur bagian dalam
bumi dan kurva kecepatan gelombang seismiknya.
Gambar 1. Struktur bagian dalam bumi
Secara umum, harga densitas bertambah terhadap kedalaman bumi. Demikian juga
harga tekanan dan temperature, makin kedalam harganya makin besar.
BAB V PENUTUP
Kesimpulan:
1. Gelombang Seismik merupakan gelombang elastic sehingga penjalarannya akan
dipengaruhi oleh sifat-sifat elastic media yang dilewatinya. Parameter penjalaran
yang secara langsung berhubungan dengan karakteristik media adalah kecepatan
penjalarannya. Melalui perekaman terhadap gelombang-gelombang yang telah
menembus bagian bumi ini, dapat digali informasi tentang media yang dilewatinya.
2. Gelombang P dan S merupakan tipe gelombang seismik yang dapat menjalar
menembus bagian dalam bumi. Gelombang ini berperan penting dalam usaha untuk
menelaah struktur bagian dalam bumi. Kecepatan gelombang ini bervariasi
terhadap kedalaman yang ditembusnya. Berdasarkan analisa terhadap variasi
kecepatan ini, bumi dapat dipisahkan menjadi tiga bagian utama yaitu kerak bumi,
mantel bumi, dan inti bumi.
3. Penentuan permukaan diskontunuitas dan lapisan transisi dilakukan melalui cara
yang tidak langsung. Sebagaimana kajian geofisika pada umumnya, dalam hal ini
diperlukan pada permasalahan inversi. Bukti-bukti langsung tidak didapatkan,
tetapi hanya mengamati gejala-gejala yang mungkin ditimbulkannya sehingga
menimbulkan ambiguitas tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan. (1985). Penentuan Hyposenter dan Origin Time Gempa Lokal dengan
Metode Geiger, Thesis. UGM
Stacey, F.D. (1977). Physics Of The Earth, 2th. NewYork: John Wiley dan Sons