Anda di halaman 1dari 3

Fadhlil Rizki Muhammad G24140044 Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB

OSILASI ATMOSFER : GELOMBANG GRAVITAS (Part V)

Teori Linear

Teori Linear digunakan untuk menurunkan karakteristik dari gelombang gravitas atmosfer.
Teori Linear (seperti yang dibahas pada part 1) adalah sebuah cara untuk melanjarkan persamaan
nirlanjar sehingga dapat lebih mudah dipecahkan dan dipahami. Resep dari teori linear adalah
memisahkan variabel tertentu menjadi dua bagian yaitu bagian background (x) yang konstan atau
berubah dengan pelan dan bagian perturbasi (x) (lihat lagi part 1). Teori linear juga mengasumsikan
x adalah aliran dasar, tetapi tetap bervariasi secara vertikal; Perturbasi hanya diperhatikan apabila
disebabkan oleh gelombang gravitas.

Dengan teori linear, maka karena dari asumsi perturbasi yang kecil apabila dibandingkan
dengan backgroud, perkalian antara dua perturbasi diabaikan. Pengabaian ini berarti pengabaian
juga terhadap interaksi antar gelombang. Tidak ada interaksi berarti tidak ada interaksi antar
gelombang untuk membuat gelombang baru atau menghancurkan gelombang yang ada, akan tetapi
gelombang tetap dapat menambah dan mengurang, contohnya untuk membuat paket gelombang.

Penyederhanaan akibat teori linear ini tentu memiliki kerugian. Pada atmosfer yang asli,
gelombang berinteraksi dengan gelombang lain, begitu juga dengan turbulensi yang kemungkinan
juga disebabkan akibat interaksi gelombang dengan aliran dasar. Hasil dari observasi yang
menunjukkan bahwa gelombang di atmosfer sangat kompleks, gelombang monokromatik
(gelombang yang hanya punya satu frekuensi) dengan amplitudo konstan dan berlangsung selama
beberaoa periode gelombang tidak pernah terlihat. Walaupun terbatas, teori linear dapat
memberikan estimasi derajat pertama untuk gelombang dan memberikan gambaran yang mudah
dimengerti terhadap fenomena proses dan observasi gelombang.

Persamaan Taylor Goldstein

Persamaan taylor-goldstein untuk gelombang gravitas dua dimensi (x-z) pada aliran tak
berotasi dan tak viskous dan dengan aproksimasi boussinessq adalah,

2 2 ' '
d w^ N uo 1 uo' ' 1 2 2
2
+[ 2
+ + H s k ] w^ = 0
dz (cuo ) ( cuo ) H s (cu o) 4

uo adalah kecepatan angin yang merupakan komponen angin background pada arah propagasi
gelombang, uo adalah turunan pertama terhadap waktu dan u o adalah turunan kedua. Persamaan
Taylor-Goldstein diatas terdiri dari suku-suku sebagai berikut :
2
N
2
disebut suku buoyancy,
(cu o)
u'o
disebut suku kurvatur,
(cu o)
'
1 uo ' '
disebut suku Shear,
H s (cu o )
1 2
H tidak mempunyai nama khusus, biasanya nilainya diambil kecil apabila dibawah
4 s
tropopause
Fadhlil Rizki Muhammad G24140044 Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB
2
k disebut suku nonhidrostatik, nilainya nol apabila perturbasi vertikal dalam kondisi hidrostatik
(/z = -g).
Solusi persamaan Taylor-Goldstein

Ada beberapa cara dalam menentukan solusi dari persamaan taylor goldstein. Deret analitis sebagai
solusi tersedia dalam bentuk fungsi bessel, akan tetapi solusi dalam gelombang bidang (plane
waves) membutuhkan nilai-nilai suku yang konstan. Solusi gelombang bidang mempunyai bentuk,
z /2 H s i (kxwt)
w ' (x , z ,t )=w^ (z) e e

w adalah perturbasi angin vertikal (amplitudo gelombang). Dengan menggunakan persamaan s=


e-z/Hs pada kondisi atmosfer isotermal, persamaan diatas dapat menjadi,

s 1 /2 i (kxwt)
w ' (x , z ,t )=w^ (z)( ) e
o (z)

Berdasarkan bersamaan tersebut dapat terlihat bahwa apabila gelombang merambat keatas, maka
massa jenis udara background (o) berkurang. Akan tetapi, hal ini juga menyebabkan bahwa
Amplitudo (w) bertambah seiring dengan bertambahnya ketinggian. Perambatan gelombang secara
vertikal ini juga berasosiasi dengan fluks vetikal dari momentum horizontal atau stres gelombang,
yang didefinisikan oleh,

( z)= o u ' w '

overline menunjukkan rataan horizontal, biasanya terhadap sebuah panjang gelombang apabila
gelombang tersebut mendekati gelombang monokromatik. Apabila tidak ada disipasi dari
gelombang maka fluks momentum konstan. Tapi apabila o berkurang terhadap ketinggian, maka
momentum yang ditranspor keatas pun akan berkurang juga. Satu-satunya cara agar momentum
tetap konstan adalah saat rataan horizontalnya meningkat juga sehingga mengimbangi penurunan
o. Faktor (s/o)1/2 adalah salah satu yang berpengaruh dengan peningkatan rataan horizontal. Efek
dari faktor tersebut dapat dianalogikan dengan pecut, pecut memiliki diameter 4 cm pada
pegangannya dan sekitar 0.1 cm pada bagian akhirnya (seperti massa jenis yang besar di bawah dan
rendah di atas). Saat pecut diberikan energi, pecut akan bergerak layaknya gelombang, efek dari
perubahan diameter (dianalogikan sebagai perubahan massa jenis linear) menyebabkan amplitudo
gelombang yang dimulai pada pegangan pecut meningkat saat menuju akhir pecut. Saat impuls
mencapai akhir dari pecut, kecepatan perturbasi pecut melebihi kecepatan suara dan menghasilkan
suara yang besar. Untuk solusi persamaan Taylor-Goldstein untuk kecepatan angin konstan dan
tanpa kecepatan angin akan dibahas di part 6.

Summary (Concept points)


1. Teori linear diperoleh dengan mengubah variabel menjadi dua variabel berbeda (x = x + x).
2. Penggunaan teori linear berarti mengabaikan interaksi antar gelombang untuk membuat
gelombang baru atau menghancurkan gelombang yang sudah ada.
3. Untuk mendapatkan solusi taylor-goldstein pada plane waves maka suku di dalam kurung siku
harus konstan.
4. Pada Atmosfer isotermal, amplitudo gelombang (kecepatan perturbasi secara vertikal) akan
bertambah seiring dengan perambatannya keatas. Gelombang kemudian akan pecah dan
memberikan energi pada lapisan udara (Lihat kembali part I).
Fadhlil Rizki Muhammad G24140044 Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB

5. Momentum horizontal (stres gelombang) konstan apabila massa jenis tidak berubah. Apabila
massa jenis berubah maka tergantung faktor ( s/o)1/2untuk membuatnya seimbang dengan rataan
horizontal ( u ' w ' ).

Referensi
Nappo CJ. 2002. An Introduction to Atmospheric Gravity Waves. San Diego(US) : Elsevier Science.

Anda mungkin juga menyukai