PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perubahan Iklim merupakan isu yang sangat penting. Perubahan iklim disinyalir
berasal dari emisi gas rumah kaca yang berasal dari aktivitas manusia. Sejauh ini belum
diketahui bagaimana dampak pasti akibat dari perubahan iklim terhadap variabilitas iklim,
salah satunya adalah ENSO. ENSO menyebabkan anomali curah hujan negatif di daerah
Indonesia dan anomali curah hujan positif di daerah amerika selatan. Kejadian ENSO yang
berkepanjangan akan menyebabkan kekeringan di daerah Indonesia dan menurunnya
produksi pangan. Oleh karena itu, kajian tentang seperti apa perubahan karakteristik ENSO
terhadap perubahan iklim perlu dilakukan untuk mengantisipasi dampak dari ENSO yang
akan terjadi di masa depan.
1.2
Permasalahan
Perubahan Iklim sering kali didefinisikan sebagai cuaca ekstrem. Hal tersebut tidak
sepenuhnya salah, akan tetapi perubahan iklim lebih tepat jika didefinisikan sebagai
perubahan dari frekuensi, durasi, dan keekstreman dari cuaca itu sendiri. Contoh dari
penyebab cuaca ekstrem adalah El-Nino dan La-Nina. Perubahan dari karakteristik El-Nino
dan La-Nina tersebut terhadap perubahan iklim adalah topik yang akan dikaji dalam
makalah ini. Rumusan masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut :
1. Apa itu perubahan iklim?
2. Apa dampak perubahan iklim terhadap karakteristik dari El-Nino dan La-Nina?
1.3
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sebab dan akibat dari perubahan iklim
2. Mengetahui pengaruh perubahan iklim terhadap El-Nino dan La-Nina .
80 BB, 0-10 LS), Nino 3 (150-90 BB, 5 LU- 5 LS) dan Nino 4 (160 BT- 150 BB, 5LU 5
LS). Ciri-ciri dari kejadian ENSO adalah rataan wilayah pada daerah tersebut melebihi
0.4oC selama 6 bulan berturut-turut atau lebih (Trenberth 2016).
Mekanisme El-Nino yang diusulkan oleh Bjerknes (1969), bahwa fenomena ElNino berhubungan dengan sirkulasi walker. Mekanisme ini memasukkan interaksi lewan
daerah suhu permukaan laut antara sirkulasi timur-barat atmosfer dimana Walkers
Southern Oscillation menjadi indicator dan variabilitas pool air hangat di daerah ekuatorial
samudera pasifik. Menurut Cane dan Zebiak (1985) ENSO diakibatkan oleh kejadian
penghangatan yang diakibatkan oleh timbal balik positif antara anomali di atmosfer dan
lautan. Suhu permukaan laut yang lebih hangat di timur akan menyebabkan peningkatan
pemanasan di atmosfer. Akibatnya, akan terjadi aliran angin baratan di sepanjang ekuator
di pasifik tengah. Perubahan dari kekuatan angin permukaan ini mengurangi upweilling,
yang akan menyebabkan arus timuran dan membuat termoklin di timur menjadi lebih dalam
dari sebelumnya. Asal dari anomali suhu di ekuator berasal dari propagasi ke barat dan
refleksi dari gelombang Rossby ekuatorial (Suarez dan Schopf 1998), rataan zonal dari
transpor massa lautan meridional Sverdrup (Li 1997; Jin 1997) dan adveksi dari air hangat
daerah luar ekuator menuju ekuator (Su et al. 2014).
III.
independen dan hasilnya mengusulkan bahwa kedua kejadian tersebut berasal dari efek
perubahan iklim.
Gambar 2 Hubungan antara Nino 3 dengan austral summer total rainfall dan
austral summer meridional SST (Sea Surface Temperature) gradient untuk (c) kontrol
dan (d) periode dengan perubahan iklim (Cai et al. 2014)
Titik titik pada gambar 2 menggambarkan kejadian iklim. Titik merah
menunjukkan kejadian El-Nino Ekstrem (kejadian dimana austral summer rainfall lebih
dari 5mm per hari), titik hijau menunjukkan El-Nino sedang (moderate) yang didefinisikan
sebagai anomaly SST lebih dari 0.5 standar deciasi dari periode kontrol yang bukan
termasuk El-Nino ekstrem, dan titik biru menunjukkan La-Nina dan kejadian normal.
Penelitian yang dilakukan oleh Cai et al. (2014) memperkuat argumen dari
Trenberth dan Hoar (1996). Dengan menggunakan data curah hujan dari tahun 1979 ,SST
dari reanalisis, rataan curah hujan DJF pada daerah Nino3 dan gradien meridional SST pada
pasifik timur. Dengan menggunakan model CMIP3 dan CMIP5, Cai et al. (2014)
menunjukkan bahwa terjadi kontras antara El-Nino sedang dengan El-Nino Ekstrem yang
terobservi, berhubungan dengan besarnya penurunan di gradien meridional dan zonal SST.
Jumlah total kejadian El-Nino berkurang, tetapi jumlah total kejadian El-Nino ekstrem
meningkat. Frekuensi El-Nino ekstrem berubah dua kali lipat dari satu kejadian dalam dua
puluh tahun (101 kejadian dalam 2000 tahun) di periode kontrol menjadi satu kejadian
dalam 10 tahun (212 kejadian dalam 2000 tahun) di periode perubahan iklim. Hasil ini,
menurut Bootstrap test (Austin 2004) adalah signifikan.
IV.
KESIMPULAN
Perubahan iklim yang diakibatkan oleh penambahan gas rumah kaca yang
diakibatkan oleh aktivitas manusia dapat menyebabkan perubahan terhadap variabilitas
iklim. Peningkatan suhu rata-rata sangat mungkin diakibatkan oleh aktivitas manusia yang
mengemisikan gas rumah kaca ke atmosfer. Peningkatan dari pemanasan ini
mempengaruhi karakteristik dari variabilitas iklim terutama ENSO. Akibat dari terjadinya
pemanasan ini frekuensi dari ENSO ekstrem akan meningkat berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Cai et al. (2014), selain itu Trenberth dan Hoar (1996) menunjukkan bahwa
peningkatan frekuensi El-Nino sejak tahun 1970 sangat tidak memungkinkan terjadi secara
natural berdasarkan tes statistik. Perubahan iklim menyebabkan perubahan terhadap
gradien SST yang menjadi penghalang dalam perpindahan zona konveksi. Hilangnya
gradien SST akibat pemanasan global menyebabkan zona konveksi lebih mudah berpindah
dari tempat seharusnya sehingga memungkinkan terjadinya ENSO ekstrem yang lebih
sering.
V.
DAFTAR PUSTAKA
Akaike H.1994. A new look at the statistical model identification. IEEE Trans. Auto.
Control. 19: 716-723.
Austin P.2004. Bootstrap methods for developing predictive models. American Statistics
58: 131137
Bjerknes, J. 1969. Atmospheric teleconnections from the equatorial Pacific. Mon. Weather
Rev. 97:163172.
Cai W, Borlace S, Lengaigne M,van Rensch P,Collins M,Vecchi G,Timmermann A
,Santoso A, McPhaden M, Wu L, et al. .2014. Increasing frequency of extreme el
nino events due to greenhouse warming. Nature Climate Change. 5(2) : 1-16.
Cane M, Zebiak S.1985.A theory for el-nino and the southern oscillation. Science.
228 : 1085-1087.
Etheridge, D.M., et al., 1996: Natural and anthropogenic changes in atmospheric CO2 over
the last 1000 years from air in Antarctic ice. J. Geophys. Res. 101: 41154128.
Graham N.1995. Simulation of recent global temperature trends. Science. 267: 666-671,
[IPCC]Intergovernmental Panel on Climate Change. 2001. Climate Change 2001:
Synthesis Report. A contribution of Working Groups I, II, and III to the Third
Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate
Change.Cambridge(UK) : Cambridge University Press.
Le Treut H, Somerville U, Cubasch Y, Ding C, Mauritzen A, Mokssit T, Peterson, Prather
M. 2007. Historical Overview of Climate Change. dalam Climate Change 2007:
The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth
Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change .Solomon
S, Qin M, Manning Z, Chen, M, Marquis K.B, Averyt M, Tignor , Miller H,editor
.Cambridge (UK) : Cambridge University Press
Jin F.1997.An equatorial ocean recharge paradigm for ENSO. Part I: Conceptual model. J.
Atmos. Sci., 54, 811829
Kumar A,Leetmaa A, Ji M.1994. Simulations of atmospheric variability induced by sea
surface temperatures and implications for global warming. Science, 266 : 632-634
Jones R..1980. Maximum likelihood fitting of ARMA models to time series with missing
observations. Technometrics.22, 389-395, 1980.
Li, T., 1997: Phase transition of the El NinoSouthern Oscillation: A stationary SST mode.
J. Atmos. Sci. 54 : 28722887.
Neftel A, Moor E,Oeschger E,Stauffer B. 1985. Evidence from polar ice cores for the
increase in atmospheric CO2 in the past 2 centuries. Nature, 315, 4547.
Su J, Li T, Zhang R.2014. The initiation and developing mechanisms of central pacific el
ninos. Journal of Climate. 27(12) : 4473-4485.
Suarez M ,Schopf P. 1988. A delayed action oscillator for ENSO. J. Atmos. Sci. 45:3283
3287.
Trenberth K.1990. Recent observed interdecadal climate changes in the Northern
Hemisphere. Bull. Amer. Meteor. Soc. 71:988-993.