MAKALAH
Disusun Oleh:
Dadang Noor Fithri 2125011015
Restika Putri 2125011016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam yang telah memberikan segala
syarat untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Pengembangan Wilayah dan
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
Tim Penyusun
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN........................................................................................1
1.3. Tujuan....................................................................................................2
III. KESIMPULAN...........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................19
1
I. PENDAHULUAN
besar dan kecil. Menurut data Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia
tahun 2004 menyebutkan bahwa terdapat sebanyak 17.504 pulau, dan 7.870
Begitu juga dengan jumlah sungai yang sangat banyak sehingga dapat dikatakan
Pulau dan sungai yang banyak sekali, dan sungai tersebut bermuara ke laut
terbawa pada aliran sungai pada bagian hulunya. Kondisi ini ditambah dengan
sungai yang bermuara di laut mengalami pendangkalan dan berakibat pula lautnya
menjadi dangkal.
dengan perahu maupun kapal-kapal yang bisa singgah pada pelabuhan laut
pintu gerbang jalur lintas timur menuju dan keluar Provinsi Lampung yang
serta Laut Jawa. Secara historis sungai-sungai yang terdapat di wilayah ini
merupakan denyut nadi perekonomian daerah, seperti Way Tulang Bawang dan
Way Mesuji. Potensi sungai yang ada ini, disamping dipergunakan sebagai
Sungai Tulang Bawang merupakan sarana yang sangat penting pada masa
pada periode itu merupakan salah satu pusat perkebunan lada milik Kesultanan
Banten pada masa menjelang akhir keruntuhan kesultanan ini telah menjadikan
wilayah Lampung hingga Palembang sebagai salah satu sentra komoditas lada di
wilayah bagian barat Hindia Belanda. Oleh karena itu, Sungai Tulang Bawang
menjadi sarana penting dalam jalur perdagangan ini. Dalam aspek politik pun
sungai ini memainkan peran penting terutama dalam hubungan antara Banten,
Palembang, Belanda, dan Inggris, terutama pada abad ke-17 hingga pertengahan
abad ke-19. Pemilihan rentang waktu kajian antara periode 1684 hingga 1914
didasari oleh awal penguasaan Tulang Bawang oleh Belanda hingga masa
pembangunan jalur kereta api antara Teluk Betung, Lampung hingga Prabumulih,
sebagai jalur perdagangan lada. Sungai ini juga memiliki fungsi untuk mengairi
membutuhkan pasokan air yang sangat besar, maka biasanya perkebunan lada
berada di dekat aliran sungai. Selain itu, dengan posisinya yang berada di dekat
aliran sungai, pada masa panen, lada-lada ini juga mudah untuk didistribusikan
dikumpulkan ini kemudian dijual kepada para pedagang yang telah memiliki
lampung, seperti dari wilayah Seputih hingga ke Menggala, juga dapat dilakukan
wilayah Tulang Bawang dan Lampung secara keseluruhan juga disebabkan oleh
wabah cacar yang melanda wilayah ini. Wabah cacar melanda wilayah Lampung
4
pada periode tahun 1775 hingga 1786. Wabah ini menyebar hingga ke wilayah
wabah ini disebabkan oleh kekeringan panjang yang berlangsung pada tahun
(1772) yang kemudian dilanjutkan dengan hujan deras yang berlangsung panjang
di tahun (1775 dan 1781). Kedua bencana ini menyebabkan munculnya wabah
dan kelaparan, terutama di wilayah Tulang Bawang (Ota, 2006: 109). Wabah ini
penurunan yang sangat pesat di sepanjang paruh pertama Abad ke-19. Berbagai
peristiwa politik yang terjadi pada sepanjang abad ke-19 di Lampung menjadi
Sengketa wilayah antara Inggris dan Belanda sebagai akibat dari Perang
Napoleon; Perlawanan yang dilakukan oleh Radin Intan I, Radin Intan II, dan
sepanjang perairan Sumatera bagian selatan yang baru dapat diakhiri pada tahun
1834; serta belum pulihnya perdagangan dan perkapalan di Hindia Belanda sejak
267; De Graaf dan Stibbe, 1918, Tweede Deel: 520-521; De Graaf dan Stibbe,
pada dekade awal abad ke-20, peran Sungai Tulang Bawang sebagai jalur utama
perdagangan lada di wilayah Sumatera bagian selatan lambat laun mulai hilang.
Sebelum pembangunan jalur kereta api dan pembangunan jalan raya, sungai ini
masih memiliki peran penting dalam jalur perdagangan lada. Di akhir abad ke-19
hingga awal abad ke20 kapal-kapal uap milik maskapai dagang Hindia Belanda
(KPM) dan milik pedagang Tionghoa masih mengarungi sungai ini untuk
hingga ke luar wilayah Hindia Belanda. Kapal-kapal KPM biasa membawa lada-
lada yang berasal dari Menggala langsung ke Batavia ataupun ke Pelabuhan Teluk
1918: 38). Namun, tak jarang pula lada-lada ini juga dikirimkan ke luar Hindia
Aliran Sungai Tulang Bawang adalah 10.150 km² dengan panjang 753,5 km.
tersebut adalah 884 km2 dengan panjang 132 km dan menurut kantor BBWS
Bawang Barat, dan Kabupaten Tulang Bawang. Curah hujan tahunan rata-rata di
6
WS Tulang Bawang di atas 2.500 mm. Sungai ini merupakan sungai dengan aliran
tahunan yang bersifat terus menerus, baik di musim hujan maupun di musim
kemarau. Lebar rata-rata Sungai Tulang Bawang adalah 180 m, dengan lebar yang
Kondisi muara Sungai Tulang Bawang saat ini hampir sama dengan kondisi
yaitu mengalami pendangkalan. Selain karena erosi lahan di hulu, hal ini
diakibatkan pula oleh pertemuan angin timur dan angin barat yang membawa
pasir dan lumpur dari laut lepas, sehingga terjadi penumpukan dan sedimentasi di
muara sungai. Saat kondisi air muara surut, kedalaman air mencapai (4-6) meter.
Sejalan dengan bergulirnya waktu, wilayah perairan seperti laut, sungai, danau,
aliran air. Dalam rangka meningkatkan keamanan dan keselamatan pelayaran Lalu
Nomor 52 Tahun 2012. Alur Pelayaran Sungai dan Danau adalah perairan sungai
dan danau, muara sungai, alur yang menghubungkan 2 (dua) atau lebih antar
muara sungai yang merupakan satu kesatuan alur pelayaran sungai dan danau
yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap
Alur pelayaran yang memenuhi syarat dari segi kedalaman, lebar, dan bebas
bongkar muat barang dan arus penumpang pada pelabuhan sehingga dampaknya
7
meningkatkan jasa tambat dan jasa labuh di pelabuhan tersebut. Pada kasus
sungai, agar muara sungai dan pelabuhan-pelabuhan yang ada di sekitarnya dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin maka muara sungai dan pelabuhan yang ada
harus dipelihara kedalamnya agar kapal-kapal kecil, maupun besar dapat sandar
maupun berlabuh dengan baik. Untuk memenuhi hal tersebut perlu dilakukan
1.3 Tujuan
2.1 Umum
mencapai kedalaman dan lebar yang dikehendaki atau untuk mengambil material
Daerah pendekatan, alur masuk dan saluran dapat dibedakan menurut tinggi
tebing:
- di daerah pendekatan h = 0
- di alur masuk 0 < h < H dan perbandingan h/H < 0,4
- di saluran h > H
pelayaran di alur pelayaran tidak banyak berbeda dengan di laut (dasar rata)
apabila h/H < 0,4. Apabila h/H > 0,4 maka pelayaran adalah serupa dengan di
tempat penungguan sebelum kapal bisa masuk ke dalam pelabuhan, baik karena
11
sedang menunggu kapal tunda dan pandu yang akan membantu kapal masuk ke
(pasang surut) atau karena dermaga sedang penuh. Daerah ini harus terletak
sedekat mungkin dengan alur masuk kecuali daerah yang diperuntukkan bagi
kapal yang mengangkut barang berbahaya. Dasar dari daerah ini harus merupakan
tanah yang mempunyai daya tahanan yang baik untuk bisa menahan jangkar yang
dilepas. Kedalaman tidak boleh kurang dari 1,15 kali dari draft maksimum kapal
terbesar.
Pada waktu kapal akan masuk ke pelabuhan, kapal tersebut melalui alur
pendekatan. Di sini kapal diarahkan untuk bergerak menuju alur masuk dengan
masuk ini lurus. Tetapi apabila alur terpaksa membelok, misalnya untuk
menghindari dasar karang, maka setelah belokan harus dibuat alur stabilisasi yang
berguna untuk menstabilkan gerak kapal setelah membelok. Pada ujung akhir alur
masuk terdapat kolam putar yang berfungsi untuk mengubah arah kapal yang akan
laut dan kedalaman alur yang diperlukan. Di laut/pantai yang dangkal diperlukan
alur pelayaran yang panjang, sementara di pantai yang dalam (kemiringan besar)
dengan alur masuk atau saluran. Akibatnya gerak vertikal kapal karena pengaruh
gelombang di alur pendekatan lebih besar daripada di alur masuk atau di saluran.
Alur pelayaran berada di bawah permukaan air, sehingga tidak dapat terlihat
oleh nahkoda kapal. Untuk menunjukkan posisi alur pelayaran, di kanan kirinya
12
terhadap arah ke laut berwarna merah sedang di sebelah kiri berwarna hijau.
pengaruh angin, arus dan gelombang. Setelah masuk ke kolam pelabuhan kapal
mengurangi kecepatan. Untuk kapal kecil, kapal tersebut bisa merapat ke dermaga
Peta Batimetri menunjukkan kontur kedalaman dasar laut dari posisi 0.00 m
atau MSL. Untuk keperluan alur pelayaran maka nilai kontur dikurangi
amplitudo surut (LWS), sedangkan jika untuk keperluan tinggi dermaga maka
berfungsi untuk mengetahui kedalaman dasar laut atau dasar sungai yang
nantinya kapal akan aman digunakan untuk bermanuver. Hasil dari pemetaan
peta digambar untuk tiap interval -0.5 m sampai -1.0 m LWS atau dengan
perbedaan hingga -10.0 m untuk peta laut dalam. Adanya berbagai benda yang
menghalangi atau berbahaya di dasar laut juga perlu ditandai. Dari peta tersebut
efisien sehingga dapat direncanakan posisi yang tepat untuk suatu bangunan
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu karena
terhadap massa air laut di bumi. Meskipun massa matahari jauh lebih besar
daripada bulan, namun pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar
daripada matahari. Hal ini dikarenakan jarak bumi ke bulan lebih dekat
daripada jarak bumi ke matahari dengan gaya tarik bulan yang mempengaruhi
besar pasang surut adalah 2,2 kali lebih besar daripada gaya tarik matahari
terhadap bumi.
Elevasi muka air tertinggi (pasang) dan terendah (surut) sangat penting untuk
bangunan pemecah gelombang dan dermaga yang ditentukan oleh elevasi muka
Secara umum pasang surut di berbagai daerah dapat dibedakan empat tipe,
yaitu pasang surut harian tunggal (diurnal tide), harian ganda (semidiurnal tide)
Pasang harian tunggal (diurnal) bila terjadi 1 kali pasang dan surut dalam
sehari sehingga dalam satu periode berlangsung sekitar 12 jam 50 menit.
Pasang harian ganda (semi diurnal) bila terjadi 2 kali pasang dan 2 kali surut
dalam sehari.
14
Pasang surut campuran (mixed): baik dengan didominasi semi diurnal maupun
diurnal
Komponen penting yang perlu diketahui sebagai hasil analisis data pasang
surut adalah:
o LWS (Low water Spring) merupakan hasil perhitungan level muka air
rata-rata terendah (surut).
o MSL (Mean Sea Level) adalah elevasi rata-rata muka air pada
kedudukan pertengahan antara muka air terendah dan tertinggi.
o HWS (High Water Spring) adalah elevasi rata-rata muka air tertinggi
(pasang)
Data pasang surut yang digunakan adalah perpaduan antara data primer dan
surut uini dipakai utuk menentukan MSL dan koreksi pengukuran oleh echo
sounder, dan nantinya akan dilakukan analisis pengaruh pasang surut pada daerah
pengerukan.
trestle dan reklamasi. Penyelidikan tanah dilakukan dalam dua tahap yaitu
undisturbed sample dari tanah, pengujian SPT untuk mendapatkan nilai N-SPT
yang menunjukkan besar kekerasan tanah. Dari nilai SPT yang didapatkan ini
dapat digambarkan stratigrafi tanah yaitu lapisan tanah berdasarkan SPT atau
Over All, Lbp = Length Between Perpendicular), dan lebar kapal yang dilayani
pada alur pelayaran yang akan dikeruk. Draft kapal adalah bagian kapal yang
terendam pada saat kapal bermuatan penuh. LoA adalah panjang mulai ujung
haluan hingga ujung buritan, sedangkan Lbp adalah panjang garis air mulai dari
haluan hingga buritan pada saan kapal bermuatan penuh. Hal ini berpengaruh
pengerukan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Beberpa hal yang
16
menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis kapal keruk adalah dan tidak
terbatas pada:
1. Jenis tanah
2. Volume pekerjaan
3. Kedalaman dan Lingkungan Perairan
3.1 Umum
Dalam perencanaan pengerukan ini diperlukan pengumpulan data dan analisis, data
yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah data primer dan sekunder yang didapat
dari berbagai sumber, diantaranya: data batimetri, pasang surut, dan data tanah.
3.2 Batimetri
Batimetri merupakan kontur permukaan tanah yang berada di dasar laut yang diukur
dari kedalaman 0,00 m MSL. Penjelasan lebih dalam sudah dibahas pada subbab
2.2.1. Dari data yang didapat, diketahui bahwa masing-masing zona membutuhkan
pengerukan. Peta batimetri zona pengerukan dapat dilihat pada Gambar 5.
Pasang Surut adalah fenomena naik dan turunnya permukaan air laut secara
periodik yang disebabkan oleh adanya pengaruh gaya tarik Matahari terhadap Bumi
dan terhadap Bulan. Penjelasan tentang pasang surut dapat dilihat pada subbab
2.2.2.
Dilakukan Pengukuran Pasang Surut Mulai Pukul 16.30 Tanggal 18 Juni Hingga
Pukul 16.45 Tanggal 1 Juli 2020.
Dilakukan Perkiraan Pasang Surut Di Kuala Teladas Dengan Menggunakan
Software Wxtide32 Mulai Tanggal 1 Juni Hingg 1 Juli 2020.
Angkutan Sungai dan Penyeberangan dengan rute Menggala – Tanjung Priok yang pernah ada perlu dilakukan revitalisasi
dengan modifikasi di beberapa aspek
Angkutan barang dalam rangka tol laut perlu dikembangkan
Hinterland area pada pelabuhan di Pesisir Timur Lampung perlu dikembangkan untuk melengkapi Pelabuhan Utama
Panjang.
Gambar 25. Revitalisasi Angkutan Sungai Way Tulang Bawang Akan Mempunyai Multiplier Effect Yang Besar
1
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Lampung Tahun 2018-2038
Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2019 Tentang Penerbitan Surat Rekomendasi Perangkat Daerah untuk
Pembelian Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu.