Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
ASAL USUL PENAMAAN KELURAHAN YANG ADA
DI PONTIANAK
Oleh:
Nama : windi juliyansyah
NPM : 2310111035

Dosen Penggampu :
Martina. M.Pd

AKADEMI MANAJEMEN PERUSAHAAN


PANCA BHAKTI
PONTIANAK
KATA PEGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan.


Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan bagi Baginda Agung Rasulullah SAW yang
telah membimbing kita menuju jalan yang lurus. Penyusunan makalah berjudul “Asal Usul
penamaan Kelurahan Di Pontianak” Adapun penulisan makalah bertema sejarah ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Penulis tidak hanya membahas sejarah
kota Pontianak saja tetapi juga membahas tentang sejarah asal usul kelurahan di Pontianak
beserta nama kelurahannya .Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Bahasa
Indonesia, Ibu Martina yang telah membimbing penyelesaian makalah. Kami juga berterima
kasih kepada para pihak yang mendukung penulisan makalah. Penulis berharap agar makalah
ini mampu memberikan sudut pandang baru bagi pembaca. Dengan kerendahan hati, penulis
memohon maaf apabila ada kesalahan dalam proses pembuatan makalah. Penulis berharap
terbuka pada kritik dan saran sebagai bagian dari revisi makalah bahasa Indonesia ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Pontianak, Nopember 2023

Penulis

WINDI JULIYANSYAH

2
DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan.............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie (lahir 1742 H)


yang membuka pertama Kota Pontianak, pada hari Rabu tanggal 23 Oktober 1771
bertepatan dengan tanggal 14 Radjab 1185, untuk kemudian pada Hijriah sanah
1192 delapan hari bulan Sja’ban hari Isnen, SYARIF ABDURRAHMAN
ALKADRIE dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Pontianak.
Selanjutnya 2 tahun kemudian setelah Sultan Kerajaan Pontianak dinobatkan,
maka pada Hijrah sanah 1194 bersamaan tahun 1778, masuk dominasi kolonialis
Belanda dari Batavia (Betawi) utusannya Petor (Asistent Resident) dari Rembang
bernama WILLEM ARDINPOLA, dan mulai pada masa itu bangsa Belanda
berada di Pontianak, oleh Sultan Pontianak. Bangsa Belanda itu ditempatkan di
seberang Keraton Pontianak yang terkenal dengan nama TANAH SERIBU
(Verkendepaal).
Dan baru pada tanggal 5 Juli 1779, 0.1. Compagnie Belanda membuat
perjanjian (Politiek Contract) dengan Sultan Pontianak tentang penduduk Tanah
Seribu (Verkendepaal) untuk dijadikan tempat kegiatan bangsa Belanda, dan
seterusnya menjadi tempat/kedudukan Pemerintah Resident het Hoofd
Westeraffieling van Borneo (Kepala Daerah Keresidenan Borneo lstana Kadariah
Barat), dan Asistent Resident het Hoofd der Affleeling van Pontianak (Asistent
Resident Kepala Daerah Kabupaten Pontianak) dan selanjutnya Controleur het
Hoofd Onderaffleeling van Pontianak/ Hoofd Plaatselijk Bestur van Pontianak
(bersamaan dengan Kepatihan) membawahi Demang het Hoofd der Distrik Van
Pontianak (Wedana) Asistent Demang het Hoofd der Onderdistrik van Siantan
(Ass. Wedana/ Camat) Asistent Demang het Hoofd der Onderdistrik van Sungai
Kakap (Ass. Wedana/Camat).

3
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah kota Pontianak?


2. Bagaimana asal-usul penamaan kelurahan di Pontianak?

C. Tujuan

1. Mengetahui sejarah kota Pontianak


2. Mengetahui asal-usul nama kelurahan yang ada di Pontianak

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kondisi Fisik Kota Pontianak


Dalam perkembangan sejarahnya, Kota Pontianak pada awalnya merupakan
daerah kesultanan, kemudian pada tahun 1959 dikembangkan menjadi Kotapraja
dengan status Daerah Otonomi Tingkat II. Selanjutnya daerah otonom ini disesuaikan
dengan perkembangan dalam bidang pemerintahan, maka berdasarkan SK DPRD
gotong Royong Nomor 12/KPTS.DPRD.GR/65 tanggal 31 Desember 1965,
terbentuklah Kota Pontianak yang terdiri dari tiga kecamatan.
Setelah mengalami beberapa kali pemekaran wilayah administrasi, pada tahun
2008 terbentuk lagi satu kecamatan baru yaitu Pontianak Tenggara yang terdiri dari
empat kelurahan, sehingga di Kota Pontianak sampai dengan saat ini terdapat enam
kecamatan, yaitu Kecamatan Pontianak Selatan, Kecamatan Pontianak Timur,
Kecamatan Pontianak Barat, Kecamatan Pontianak Kota, Kecamatan Pontianak Utara
dan Kecamatan Pontianak Tenggara.
Kota Pontianak merupakan Ibukota Provinsi Kalimantan Barat, dimana luas
keseluruhan wilayahnya mencapai 107,82 Km2. Secara administrasi Kota Pontianak
dibagi menjadi 6 (enam) Kecamatan dan 29 (dua puluh sembilan) Kelurahan, dimana
Kecamatan di Kota Pontianak yang mempunyai wilayah terluas adalah Kecamatan
Pontianak Utara (34,52 persen), diikuti oleh Kemcatan Pontianak Barat (15,25
persen), Kecamatan Pontianak Kota (14,39 persen), Kecamatan Pontianak Tenggara
(13,75 persen), Kecamatan Pontianak Selatan (13,49 persen) dan Kecamatan
Pontianak Timur (8,14 persen).
Secara geografis, Kota Pontianak mempunyai beberapa keunikan yang tidak
dimiliki oleh kota-kota lain di Indonesia maupun di dunia. Keunikan Kota Pontianak
antara lain adalah Kota Pontianak terletak dilintasan garis khatulistiwa, tepatnya
berada pada 2° 05’ LU – 3° 05’ LS dan 108° 30’ – 114° 10’ BT. Karena terletak di
Lintasan Garis Khatulistiwa, maka Kota Pontianak dijuluki sebagai Kota Khatulistiwa
atau Kota Equator. Keunikan selanjutnya adalah Kota Pontianak juga dilintasi dan
terbelah menjadi tiga (3) daratan oleh dua (2) buah sungai besar yaitu, sungai Kapuas

5
dan sungai Landak. Dari segi Ketinggian, Kota Pontianak berkisar antara 0,1 meter
sampai 1,50 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan lahan berkisar 0 - 2
persen.
Secara administratif wilayah Kota Pontianak berdekatan dengan beberapa
pusat pertumbuhan Regional yaitu Batam, Pekanbaru, Natuna, Jakarta, Balikpapan,
Pangkalan Bun. Kota Pontianak letaknya juga tidak jauh dari Negara Asean yang
cukup berkembang seperti Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura. Bahkan Kota
Pontianak berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak Malaysia, sehingga
menjadi beranda terdepan Negara Indonesia dalam berinteraksi langasung dengan
tetangga Malaysia.
Berdasarkan letak geografis Kota Pontianak yang berada tepat dilalui oleh
garis khatulistiwa, menjadikan kota Pontianak sebagai salah satu daerah tropik dengan
suhu udara cukup tinggi serta diiringi kelembaban yang tinggi. Hasil pencatatan dari
Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak menunjukkan bahwa pada tahun 2020 rata-
rata temperatur udara di Kota Pontianak berkisar antara 23,5 °C hingga 34,7°C,
sedangkan rata-rata tekanan udaranya sebesar 1011,0 mili bar. Kemudian Rata-rata
kecepatan angin di Kota Pontianak berkisar antara 1,4 knot hingga 27,8 knot dengan
kecepatan angin terbesar terjadi pada Bulan Desember yaitu sebesar 37 knot. Selama
tahun 2020 hari hujan terbanyak terjadi pada Bulan Januari yaitu sebanyak 27 hari
dengan curah hujan sebesar 412,5 mm.

B. Asal usul Penamann Kelurahan yang ada di Kota Pontianak


1. Kelurahan Sungai Bangkong
Tempo doeloe, sampai kini pun, Sungai Bangkong identik dengan rumah sakit
jiwa. Menurut cerita orang tua-tua, rumah sakit yang ada di situ dulu bangunannya
dari bahan kayu belian atau ulin atau kayu besi.
Bangunan berkolong yang lumayan tinggi dengan sederet jendela besar. Sesekali
terdengar suara riuh rendah dari pasien yang diinapkan di dalamnya. Tak jauh dari siai
kiri kanannya tumbuh batang beringin besar. Konon, keadaan yang digambarkan itu,
menjadikan bangunan peninggalan masa kolonial itu menyeramkan. Tentunya itu di
masa doeloe.
Pada waktu yang sudah lalu, tak seberapa jauh dari rumah sakit jiwa ini,
terdapat makam pahlawan. Namun kini sudah dipindah ke Arang Limbung Sungai

6
Raya. Bekas kawasan makam para pejuang itu sudah alih fungsi sejak 1970-an untuk
klinik kesehatan tentara.
Di sekitar rumah sakit jiwa dan kawasan makam pahlawan itu dulu, hingga kini masih
kokoh, kompleks atau dulu dinamakan tangsi militer. Dari area ini pula identik
dengan anak kolong sebutan untuk anak-anak perwira yang tinggal bersama
orangtuanya yang berdinas militer ketentaraan di sana.
Banyak pendapat yang menyebut awal bermula sebutan Sungai Bangkong. Satu di
antaranya, yang diyakini banyak orang, di sekitar rumah sakit jiwa ini dulu banyak
kodok besar atau bangkong. Di aliran sungai kecil, dulunya jauh besar ukurannya,
hidup kodok besar ini. Maka dinamakan sungai bangkong. Kodok bangkong ini
tergolong suku hewan bufonidae atau bufoasfer. Ditemukan banyak kodok bangkong
ini, banyak pula sebutan masyarakat untuk jenis katak ini. Ada yang menamakan
kodok buduk sungai, kodok puru besar, ada juga kodok batu. Atau kongkong batu.
Yang pasti di sekitaran itu banyak hewan amfibi tersebut. Sebelum adanya
rumah sakit jiwa dan tangsi militer di situ, daerah ini tergolong luar kota. Kota tempo
doeloe disebut Tanah Seribu. Menurut ukurannya, Sungai Bangkong adalah daerah
yang berada di luarnya. Masa silam itu Sungai Bangkong adalah perkebunan karet
rakyat. Selain masyarakat Bugis yang pertama membuka kawasan ini sebagai
kampung hunian, tahap perkembangan awal penghuninya adalah pensiunan KNIL
dari Jawa.

2. Kelurahan Banjar
Di kelurahan ini terdapat perkampungan suku Banjar. Kampung Banjar ini
didirikan oleh Haji Abdul Kahfi yang berasal dari Banjarmasin pada tahun 1846.

3. Kelurahan Parit Mayor


Satu di antara peminat sejarah kontemporer di Pontianak Syafaruddin Usman
mengungkapkan sejarah adanya daerah Parit Mayor yang kini menjadi satu di antara
kelurahan di Kota Pontianak.
"Asal nama parit mayor berasal dari mayor Kwee Hoe Toan," katanya, Minggu
(26/01/2020).
Diterangkan dia, berdasarkan berbagai sumber, Sejak masa awal VOC,
Belanda telah berhubungan dengan para penduduk Tionghoa di Hindia dengan
menunjuk para opsir Tionghoa sebagai para perantara, yang dimulai dengan kapitan-

7
kapitan Tionghoa pertama di Batavia. Kwee muda berulang kali disebut lebih Melayu
daripada Tionghoa, sesuatu yang tidak merupakan kualifikasi untuk menjadi opsir
Tionghoa, dan ia dikenal sangat dekat dengan istana Pontianak (Laporan Politik 1866,
ANRI BW 2/4—224). Keluarga Kwee akhirnya mengalami kejatuhan pada masa-
masa sulit. wee Hoe Toan dan seorang kapitan Hakka, Then Sioe Lin, terlilit hutang
pada pemerintah kolonial Belanda sebagai akibat dari keterlibatan mereka dalam
pacht candu pada 1850-an, suatu dekade ketika perdagangan madat hancur lebur
akibat penyelundupan dan kemerosotan dalam penambangan emas.
Nasib keluarga ini semakin terpuruk pada 1880, ketika Kwee Kom Beng
diberhentikan dari jabatannya.
Situasi keuangan Lioe A Sin, sang kapthai Lanfang, juga mengalami kemunduran
karena berspekulasi dalam pacht candu. (Laporan Politik 1859, ANRI BW 1/10).
Kesempatan bagi orang Tionghoa untuk meraup peruntungan besar dan mungkin
pengaruh dari perdagangan candu nampaknya semakin berkurang karena monopoli
tersebut mengalami kemunduran pada paruh kedua abad ke 19.
"Mengenang masa keemasannya, Kwee Hoe Toan kini meninggalkan jejak
silam dan dikenang keberadaannya dengan Kampung Parit Mayor tempat di mana
sang mayor ini dipusarakan di sana," katanya.

4. Kelurahan Siantan
Pemukiman Siantan dulu didirikan oleh Lo Fong Pak, sebuah tempat
persinggahan sebelum ke Mandor, Kabupaten Landak, di situlah dia menambang
emas. Sian sendiri bermakna marga dan Tan di sini maksudnya adalah marga Tan.
Sehingga bisa disimpulkan, bahwa penamaan Kampung Siantan berdasarkan marga
kelompok etnis Cina pertama yang membuka kampung tersebut.

5. Kelurahan Tambelan Sampit


Kampung Tembelan merupakan salah satu kampung tertua yang ada di Kota
Pontianak dan merupakan kampung dengan peninggalan sejarah dan budaya
masyarakat Melayu Pontianak.
Sejarah panjang Kampong Tambelan Sampit, tidak akan terpisah dari nama Panglima
Abdurrahman. Beliau merupakan Panglima Kesultanan Pontianak di masa Sultan
Syarif Abdurrahman Al-Qadrie. Panglima Abdurrahman bergelar Dato’ Kaya/Tok

8
Kaye Abdurrahman, berasal dari daerah Tambelan. Beliau juga pernah menjadi
Panglima di Kerajaan Siak Sri Indrapura-Riau.
Saat ini di Kampung Tembelan Sampit masih dapat di jumpai rumah rumah
tua yang berada di pinggiran sungai kapuas yang usianya rata 200 tahun, dan dari
kampung ini juga kesenian hadrah/Tar bermula dan sampai sekarang masih menjadi
kesenian masyarakat melayu kota Pontianak seperti kesenian Tundang Melayu,
Hadrah/Tar, Jepin dan makanan tradisional lainnya.

6. Kelurahan Mariane
Kampung Marianne (Kelurahan Mariana sekarang) sebelah barat dibatasi
Soengai Djawi Weg (ruas Jalan Sungai Jawi, sekarang Jalan Hasanuddin), di utara
Sungai Kapuas Ketjil, sebelah timur masing-masing Waserang Weg (Jalan Wak
Serang, sekarang Jalan Rajawali), Tengah Weg (Jalan Tengah kini Jalan
Cenderawasih), Sipan Weg (terusan Jalan Rajawali, sekarang Jalan Kutilang), dan
Parit Secretaris, serta di sebelah selatan dengan Gevangenis Weg (Jalan Penjara).
Kampung tersebut merupakan gabungan dari Kampung Marianne, kampung
sekitar perkantoran pemerintahan, sekitar tembok baru dan Kampung Sungai Jawi.
Kawasan ini sebagian besar didiami oleh penduduk suku Melayu dan Bugis.
Pekerjaan masyarakat dikawasan tersebut adalah petani dan pekebun kelapa serta
karet. Kampung itu terdiri dari perumahan pejabat dalam kawasan kantor keresidenan,
antara lain rumah residen dan komandan militer, yang sekarang telah menjadi Wisma
Tanjung Ria. Selain itu terdapat pula rumah kontrolir dan kepala pelabuhan di
hospital weg (Jalan Rumah Sakit, sekarang Jalan Sudirman).

7. Kalurahan Darat Sekip


Kampung ini merupakan gabungan dari Kampung Cina, Kampung Bali,
Kebon Cina, Kampung Darat dan lapangan tembak (Schijfschietterrein). Penamaan
Darat Sekip karena pada saat itu posisi semula antara Kampung Darat dan Sekip.
Pemukim kawasan Kampung Darat ini terdiri dari beragam etnik. Kampung Cina dan
Kampung Bali sebagian besar adalah pedagang Cina, sedangkan sebagian besar
Kampung Darat adalah orang Jawa yang bekerja sebagai petani.
Dalam kawasan tiga perkampungan itu, sampai tahun 1900-an pertengahan terdapat
enam sekolah, milik pemerintah maupun partikulir.

9
8. Jalan IR H Juanda
Di jalan Biara (Jalan Ir H Juanda) ada Seminari milik Zending di kompleks
Katedral, lalu Holland Chinesche Meisjes School di Jalan Kuburan belakang Katedral,
Sekolah Rakyat (Indlandsche School) di Muntinghe Weg dan Holland Indlandsche
School (HIS) di Muntinghe (Jalan Tamar).
9. Sungai Jawi
Sejarah Pontianak mencatat, pada 5 Juli 1779, Belanda membuat perjanjian
dengan Sultan mengenai penduduk Tanah Seribu agar dapat dijadikan daerah kegiatan
Belanda yang kemudian menjadi kedudukan pemerintahan Resident het Hoofd
Westeraffieling van Borneo atau Kepala Daerah Keresidenan Borneo Barat dan
Asistent Resident het Hoofd der Affleeling van Pontianak atau Asisten Residen
Kepala Daerah Kabupaten Pontianak. Area ini selanjutnya menjadi Controleur het
Hoofd Onderafdeeling van Pontianak atau Hoofd Plaatselijk Bestuur van Pontianak.
Kawasan ini terletak persis di seberang Keraton Kadriah, yang sekarang menjadi
pusat pemerintahan.
Untuk mengantisipasi masalah kawasan, Belanda membangun parit-parit atau
kanaal. Kanaal dalam Bahasa Belanda, mempunyai arti parit. Belanda bahkan
membuat kanaal di daerah Kuala Dua dan daerah lainnya di Pontianak, untuk
pengendalian air masuk dan keluar. Selain parit, ada juga beberapa waduk sebagai
limpasan air banjir yang masuk kota, ketika musim pasang tiba. Sistem kanaal ini
tentunya meniru kanal-kanal di Belanda. “Saat itu, Sungai Kapuas dan Sungai Landak
merupakan poros utama yang menghubungkan daerah-daerah di Pontianak, bahkan
hingga ke pelosok Kalimantan Barat lainnya,” ujar Deman Huri, pegiat Urbanisme
Warga, kepada Mongabay Indonesia. Parit-parit menjadi sarana untuk mengangkut
hasil kebun mereka dan menjualnya ke daerah lain, menggunakan perahu. “Untuk
memanggil warga, para penjual membunyikan seruling dari bambu. Ada nada
panggilan khusus untuk setiap komoditi jualannya,” kata Deman, yang telah
melakukan riset mengenai parit sejak dua tahun lalu. Pada daerah-daerah tertentu,
fungsi parit ini juga sebagai pembatas lahan dan untuk mengurangi kadar air di tanah
gambut. Di setiap perkebunan (onderneming) baik itu di perkebunan kelapa, karet
bahkan tebu dipastikan juga dibuat sistem parit yang mengelilingi dan
menghubungkan daerah ini ke daerah lainnya (Enthoven, 1903).
Sebagian besar berkaitan dengan nama pohon, tokoh, dan peristiwa yang
pernah terjadi. Misalnya, nama kawasan Sungai Jawi yang diambil dari nama pohon

10
jawi-jawi. Kemudian Sungai Putat, diambil dari nama pohon putat. Sama halnya
dengan Parit Nenas, yang terdapat tanaman nenas di daerah itu. Riset Lembaga
Pengkajian dan Studi Arus Informasi menyebutkan, Kota Pontianak mempunyai
sungai dan parit yang berjumlah 42 buah. Merujuk SK Walikota Pontianak No 34
tahun 2004, parit di Kota Pontianak dikategorikan menjadi tiga bagian, yakni parit
primer (187,474 meter), sekunder (102,045 meter) dan tersier (97.700 meter).
Belakangan, banyak parit yang ditutup karena pelebaran jalan, atau tertutup gulma
karena tidak lagi digunakan sebagai jalur transportasi. Lebih miris lagi, tidak sedikit
warga yang menjadikan parit saluran pembuangan sampah dan limbah rumah tangga.
Melihat kondisi ini, Deman Huri mengajak warga untuk mengembalikan kembali
fungsi parit. “Awalnya ini ide murni dari masyarakat, mereka mengeksplorasi
pengetahuan kampungnya sendiri.”

10. Kelurahan Saigon


Muhammad Yusuf Saigon al-Banjari (meninggal 1 September 1942) adalah
ulama keturunan dari Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari yang merupakan ulama
besar dari Kesultanan Banjar. Muhammad Yusuf Saigon adalah anak laki-laki dari
Muhammad Thasin Al-banjari yang mengembara ke beberapa wilayah hingga
ke Brunei dan Sabah untuk menyebarkan agama Islam terutama dalam bidang ilmu
tajwid. Muhammad Thasin al-Banjari meneruskan perantauannya
ke Pontianak, Kalimantan Barat dan menikah dengan perempuan bernama Fatimah
dan mempunyai tiga orang anak lelaki, yaitu Muhammad Yusuf, Muhammad Arsyad
dan Abdur Rahman. Muhammad Yusuf lahir di Kampung Banjar Baru Pontianak
daerah tepi Sungai Kapuas yang dikenal dengan Banjar Serasan. Pada masa mudanya,
Muhammad Yusuf adalah perantau. Ia mengembara ke berbagai daerah
di Indonesia sampaike Malaysia, BruneiDarussalam, Singapura, Kamboja dan Vietna
m. Ia merupakan pedagang intan dan berlian. Di Vietnam ia menikah dengan Putri
Sarijah binti Muhammah Sholehia yang masih keturunan raja-raja dari Vietnam
Selatan dan dikaruniai empat orang anak (1 perempuan, 3 laki-laki).
Setelah cukup lama merantau Muhammad Yusuf Saigon kembali ke Pontianak
bersama istrinya Putri Sarijah dan anak-anaknya dengan membawa bibit-bibit karet.
Di Kampung Saigon sekarang inilah ia membuka hutan dan membangun perkebunan
karet yang luas. Perkebunan karetnya maju pesat dan usahanya mengantarkannya
menjadi saudagar kaya pada saat itu. Pada saat pembukaan tempat itu, dia

11
memberikan nama kampung itu dengan Kampung Saigon. Nama itu diberikan untuk
mengenang istrinya yang berasal dari Saigon, Vietnam Selatan. Ia yang awalnya
bernama Muhammad Yusuf Al-Banjari mengganti namanya menjadi Muhammad
Yusuf Saigon.

Yusuf Saigon meninggal pada bulan Desember 1942 dalam usia ke-103 tahun.
Makamnya berada di areal pemakaman keluarga H Muhammad Yusuf Saigon yang
terdapat di jalan Yusuf Karim. Kampong Saigon sekarang ini menjadi nama kelurahan
dengan nama yang sama yakni Kelurahan Saigon.

12
BAB III

KESIMPULAN

Kota Pontianak merupakan ibukota propinsi Kalimantan Barat yang mana merupakan
salah satu kota yang dilalui garis khatulistiwa. Kota Pontianak sendiri memiliki beberapa
kecamatan dan kelurahan yang mana di setiap penamaannya memiliki sejarah nya masing-
masing. Salah satu ikon yang terkenal di Pontianak yaitu tugu Khatulistiwa dan Kraton
Kadariah kesultanan Pontianak.

13
DAFTAR PUSTAKA

https./id.Wikipedia.org.muhammad_yusuf

https://pontianak.tribunnews.com.edukasi

https://dppkbpppa.pontianak.go.id

https://www.pontianak.go.id

14

Anda mungkin juga menyukai