Ppt : Vivi
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL SD
Dosen Pengampu:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
1. Kota Bengkulu...........................................................................................................3
2. Seluma........................................................................................................................
3. Bengkulu Tengah.......................................................................................................
4. Kepahiang..................................................................................................................
5. Rejang Lebong...........................................................................................................
6. Bengkulu Utara..........................................................................................................
7. Lebong........................................................................................................................
8. Bengkulu Selatan.......................................................................................................
9. Kaur............................................................................................................................
10. Muko-muko..............................................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................................12
B. Saran...........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai orang Indonesia, tiap-tiap orang di daerah tidak harus kehilangan akar budaya
aslinya (indi1genous-nya), tetapi masing-masing perlu memperluas pandangan dan sikap
budayanya. Kekhasan masing-masing daerah atau suku bangsa dapat menjadi akar bagi
perkembangan pribadi setiap perorangan. Dengan akar budaya yang mantap, merupakan jaminan
kesinambungan budaya, dan pembangunan watak bangsa juga terjamin serta diharapkan mampu
menghadapi perubahan zaman. Strategi budaya dalam pembelajaran kiranya sangat penting dan
perlu diarahkann pemberdayaan budaya daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air.
Pelestarian dan pengembangan budaya daerah khususnya lagu daerah kiranya sangat penting
serta mempunyai makna dalam upaya pembentukan jati diri dan watak bangsa. Setiap budaya
daerah dapat menambah eratnya ikatan solidaritas masyarakat yang bersangkutan. Menurut
Boscom (dalam jurnal makalah Sutarno) bahwa budaya daerah memiliki empat peranan yaitu:
(1) sebagai sistem proyeksi adalah pencerminan angan-angan suatu kolektif; (2) sebagai
pengesahan pranatapranata dan lembaga-lembaga kebudayaan; (3) sebagai alat pendidikan
anak(pedagogical device), dan (4) sebagai alat kontrol agar norma-norma masyarakat akan selalu
dipatuhi anggota kolektifnya. Perkembangan hasil karya seni selalu dipengaruhi oleh fenomena
kehidupan masyarakat selaku pendukung kelangsungan suatu kesenian. Suatu kenyataan bahwa
bangsa Indonesia terdiri dari beberapa suku bangsa, tentunya memiliki latar belakang sosial-
budaya yang beraneka ragam. Keanekaragaman masyarakat tersebut tercermin dalam berbagai
aspek kehidupannya, termasuk di dalam hasil karya seninya. Salah satu wujud karya seni yang
menjadi bagian kebudayaan, dikenal oleh masyarakat adalah kesenian lagu daerah.
Lagu daerah adalah lagu yang diciptakan di daerah tertentu dan sering dinyanyikan oleh
rakyat setempat yang berada di wilayah daerah itu, biasanya menggunakan bahasa daerah
tersebut. Biasanya lagu daerah itu memiliki makna sendiri dan arti yang disampaikan dalam
bentuk lagu misalnya, menceritakan tentang daerahnya. Mengandung unsur positif tentang nilai–
nilai kehidupan sosial, penyampaian dan pembelajaran untuk pendengar. Tapi disayangkan saat
ini anak muda Indonesia hampir tidak mengenal dengan lagu daerahnya sendiri. Ditambah lagi
tidak ada sarana informasi yang mendukung untuk memperkenalkan tentang lagu daerah.
BAB II
PEMBAHASAN
1. KOTA BENGKULU
Kota Bengkulu adalah Ibu Kota Provinsi Bengkulu, Indonesia. Kota ini merupakan kota
terbesar kedua di pantai barat Pulau Sumatra, setelah Kota Padang. Sebelumnya kawasan ini
berada dalam pengaruh kerajaan Inderapura dan kesultanan Banten. Kemudian
dikuasai Inggris sebelum diserahkan kepada Belanda. Kota ini juga menjadi tempat
pengasingan Bung Karno dalam kurun tahun 1939 - 1942 pada masa pemerintahan Hindia
Belanda dan menjadi kota kelahiran salah satu istrinya, Fatmawati. Kota Bengkulu memiliki luas
wilayah sebesar 144,52 km² dengan jumlah penduduk sebesar 351.298 jiwa yang terdiri atas
176.535 orang laki-laki dan 174.763 orang perempuan pada tahun 2015.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Nomor 821.27-
039 tanggal 22 Januari 1981, Kotamadya Daerah Tingkat II Bengkulu selanjutnya dibagi dalam 2
wilayah setingkat kecamatan yaitu Kecamatan Teluk Segara dan Kecamatan Gading Cempaka.
Dengan ditetapkannya Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bengkulu
Nomor 440 dan 444 Tahun 1981 serta dikuatkan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Bengkulu Nomor 141 Tahun 1982 tanggal 1 Oktober 1982, penyebutan
wilayah Kedatukan dihapus dan Kepemangkuan menjadi kelurahan. Selanjutnya berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1982, wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bengkulu
terdiri atas 2 Wilayah Kecamatan Definitif dengan Kecamatan Teluk Segara membawahi 17
Kelurahan dan Kecamatan Gading Cempaka membawahi 21 kelurahan. Kemudian berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1986, luas wilayah Kotamadya Bengkulu bertambah
menjadi 144,52 km² dan terdiri atas 4 wilayah kecamatan, 38 kelurahan serta 17 desa.
Kota ini dilayani oleh Pelabuhan Pulau Baai yang merupakan pelabuhan samudera satu-
satunya di Provinsi Bengkulu. Selain wilayah yang berada di daratan Sumatra, Kota Bengkulu
juga membawahi sebuah pulau kecil yang bernama Pulau Tikus.
“Lagu Malabero”
“Pantai Panjang”
“Ikan Pais”
Ikan pais..
kelaponyo mudo
dibungkus daun talas rapih-rapih
diikek tali meisyang…
ikan pais..
enak rasonyo..
makan kek nasi putih pane pane
ulam kek jering mudo.
“Bumi Raflesia”
Bengkulu Bengkulu
Tanah Bengkulu
Dikecek jugo dikecek
Bumi Raflesia
Oi Adik Sanak
Gedang kecik tuo mudo
Apolagi yang dirantau
Janganlah lupo kek tanah kito
“Yo Botoi-Botoi”
2. SELUMA
Kabupaten Seluma dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang
Otonomi Daerah. Proses terbentuknya Kabupaten Seluma dimulai dengan proposal aspirasi yang
diajukan oleh Presidium Persiapan Kabupaten Seluma (PPKS) kepada Pemerintah Pusat atas
persetujuan Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan dan DPRD Kabupaten Bengkulu
Selatan pada tanggal 23 April 2000. Usulan ini disyahkan oleh DPR RI berdasarkan Rancangan
Undang-Undang Nomor 3 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Mukomuko, Kabupaten
Seluma, dan Kabupaten Kaur pada tanggal 27 Januari 2003, yang kemudian ditetapkan oleh
Presiden Republik Indonesia menjadi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 pada tanggal 25
Februari 2003.
Berdasarkan titik koordinat, Kabupaten Seluma terletak pada 3°- 5° Lintang Selatan dan
102°-103° Bujur Timur. Berbatas sebelah utara dengan Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu
Utara, sebelah selatan dengan Kecamatan Pino Raya Kabupaten Bengkulu Selatan, sebelah timur
dengan Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Kepahiang, sebelah barat dengan Samudra
Indonesia. Topografinya meliputi 42,32 persen terletak pada ketinggian 0-100 m di atas
permukaan laut, 28,10 persen pada 100-500 m di atas permukaan laut, 18,70 persen pada
ketinggian 500 -1.000 m di atas permukaan laut, dan 10,88 persen di atas 1.000 m di atas
permukaan laut.
Aspek hukum yang dijadikan dasar pemekaran wilayah bekas Kewedanaan Seluma untuk
menjadi Kabupaten Seluma antara lain ialah, (1) Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 18; (2)
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 2/2/22 tanggal 22 November 1969,
Perihal Pemekaran Daerah; (3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan
Daerah dengan paradigma Desentralisasi, Pemberdayaan Masyarakat, dan Pelayanan Umum; (4)
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah; (5) PP. Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Provinsi
sebagai Daerah Otonom; (6) PP. Nomor 129 tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan
Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah; (7) Keputusan Bupati Bengkulu
Selatan Nomor 50 Tahun 2000 tentang Pembentukan Tim Pemekaran Wilayah Kabupaten
Bengkulu Selatan; (8) Surat Keputusan Gubernur Bengkulu Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Tim Pemekaran Wilayah Kabupaten dalam Provinsi Bengkulu; (9) Keputusan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan Nomor 35 Tahun 2000 tentang
Persetujuan Rencana Pemekaran Wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan; dan (10) Surat
Pernyataan Dukungan dari Tokoh Masyarakat Kabupaten Bengkulu Selatan.
Pada tahun 2004 dilaksanakan pula pelantikan camat Kecamatan Pemekaran sebanyak
sembilan kecamatan. Pembentukan Kecamatan Pemekaran tersebut menjadikan wilayah
Kabupaten seluma yang semula hanya terdiri darilima kecamatan menjadi 14 kecamatan. Desa
yang semula hanya 154 dimekarkan pula menjadi 165 desa dan tiga kelurahan. Pengembangan
lembaga tersebut telah menjadikan Kabupaten Seluma semakin hari mulai menampakkan diri
sebagai Daerah Otonom Baru.
Penduduk Kabupaten Seluma mayoritas adalah etnis Serawai (78%) yang merupakan
penduduk asli yang menurut cerita rakyat penduduk setempat berasal dari Palangkenidai
Pagaralam Sumatera Selatan. Penduduk lainnya berasal dari etnis Jawa, Sunda, Bugis,
Minangkabau, Bali, dan Batak. Tahun 2007 penduduk Kabupaten Seluma berjumlah 190.696
jiwa yang menyebar di seluruh wilayah. Sedangkan luas Kabupaten Seluma adalah 2.400.044
km² dengan pemanfaatan ruang 30 persen berupa hutan lindung.
KABUPATEN SELUMA
Di Kabupaten Seluma
BEREMIS
GHINDU DI RANTAU
Cipt : Erthan
Reff :
Mak . . .
Pegi merantau
Ke negri sebrang
Cakagh penghidupan
Ughang…
Sedih ditahan
Ghindu dipendam
DUSUN TUO
Cipt : Yarzuku
Dang-kadang temimpi-mimpi
Reff :
Ado tanda semidang Bungamas
PANTAI TALO
Cipt : Yarzuku
Umbak begulung-gulung
Reff :
GADIS BEBEHGRAS
Cipt : Yarzuku
Reff :
3. BENGKULU TENGAH
Provinsi Bengkulu yang memiliki luas wilayah 32.365,60 km² dengan penduduk pada
tahun 2007 berjumlah 1.715.689 jiwa terdiri atas 8 (delapan) kabupaten dan I (satu) kota. Untuk
memacu peningkatan penyelenggaraan pemerintah dalam rangka memperkukuh Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Kabupaten Bengkulu Utara yang mempunyai luas wilayah
5.548,54 km² dengan penduduk pada tahun 2007 berjumlah 355.559 jiwa terdiri atas 18 (delapan
belas) kecamatan.
Kabupaten Bengkulu Tengah yang terbentuk dengan UU No. 24 tahun 2008 terdiri dari 6
(enam) kecamatan, yaitu Kecamatan Taba Penanjung, Kecamatan Pagar Jati, Kecamatan Karang
Tinggi, Kecamatan Talang Empat, Kecamatan Pematang Tiga dan Kecamatan Pondok Kelapa.
Kabupaten Bengkulu Tengah memiliki luas wilayah keseluruhan 1.223,94 Km² Dengan
Penduduk 93.557 jiwa pada tahun 2007.
Reff :
Reff :
SUNGAI SUCI
Oi Sungai Suci . . .
Pemandangannyo . . .
Oi Sungai Suci . . .
Di hari minggu
4. KEPAHIANG
Di kabupaten Kepahiang terdapat beberapa suku dan etnis yang sudah membaur dan hidup
berdampingan tanpa membedakan asal usul daerah lagi. Secara umum suku Rejang sebagai suku
asli mendominasi jumlah penduduk, serta suku-suku Palembang, Serawai, Jawa, Padang, Batak,
Aceh dan suku lainnya. Dalam keberagaman tersebut telah tercipta suasana perkehidupan yang
berlandaskan sendi-sendi peradaban dan sosial masyarakat yang telah berjalan sejak zaman
dahulu. Kondisi ini akan tetap dijaga kelestariannya serta ditingkatkan pergaulan dan kehidupan
sehari-hari.
Budaya dan adat istiadat yang paling dominan adalah budaya Rejang, diantaranya adalah
jenis tari-tarian, lagu daerah sebagaimana diuraikan sebagai berikut: Jenis Tarian, (1) tarian
sekapur sirih, (2) tari kejei, (3) tari gigih, (4) tari petik kopi, (5) tari bujang semulen. Sementara
pada lagu-lagu daerah yaitu, (1) Lagu Dendang Sehasen, (2)Lagu Inew Ngen Sadea, (3)Bedhan,
(4)Ujen, (5)Taneak Bediwo, (6)Patun Pemiket, (7)Bujang pemalas.
Semua lagu dalam Album Lagu Daerah Kepahiang adalah ciptaan Guntur Cik Aman atau
Guntur Putra jaya. Guntur Cik Aman adalah putra asli kepahiang yang sudah memilki bakat seni
sejak duduk di bangku SD terutama seni tari. Selain menciptakan lagu Rejang dia juga
menciptakan lagu-lagu serawai yang terdapat dalam Album Lagu Daerah kepahiang yang
berjudul Ampo,dan Au Dech. Beliau juga seorang koreografer dan pelatih Sanggar Seni Bumi
Sehasen Kepahiang. Adapun karya seni yang dihasilkan antara lain:Sendra Tari Harmoni
Kehidupan 2008,Tari New gerigik 2008,Tari Rampak Tangan 2008,dan tari Bedundai 2007.Lagu
Rejang dalam album Daerah Kepahiang terdiri dari tujuh buah lagu yang berisi tentang
keindahan alam Kepahiang (dendang sehasen, taneak bediwo, inew nge sadea). tentang
permasalahan hidup manusia (bedhan, ujen, bujang pemalas), serta tentang tata cara bergaul pada
remaja rejang(patun pemiket).
Bait keempat
ario rajo depatei junjung (gelar untuk bupati)
ngen ario rajo jenang alam (gelar untuk ibu bupati)
keme rakyat udi pasti ba bangga (kami rakyatmu pasti bangga)
kerno negerei ite bi jayo (karena negeri kita sudah jaya)
Pada bait keempat Pemimipin (Bupati) dan Isterinya diberikan gelar kehormatan dari
rakyat sebagai tanda hormat pada pemimpin, selain itu rakyat kepahiang berharap agar Bupati
(pemimpin) dapat membangun kota kepahiang menjadi lebih maju, Berjaya.
terdapat pada kata “ariorajo depatei junjung, ngen ariorajo jenang alam”.
Bait ke-5
amen ade asei saying (kalau ada rasa sayang)
pakmi atei udi temaen (janganlah kalian tahan)
iyo lagew tentang kepahiang (ini lagu tentang Kepahiang)
genne dengang sehasen (namanya dendang satu rasa)
Pada bait kelima berisi tentang rasa sayang rakyat pada kota kepahiang dan rasa hormat
dan patuh pada pimpinan perlu ditunjukkan dengan bersama-sama menjaga keindahan
kepahiang. Dari bait pertama terdapat kata “kepahiang oi alami”. Bait kedua “kepahiang oi
sehasen”. Bait kelima “dendang sehasen” dapat disimpulkan bahwa lagu dendang sehasen berisi
tentang keindahan alam kepahiang yang perlu dijaga, dirawat bersama-sama (termasuk
pemimpin) agar tetap maju, Berjaya seperti keinginan rakyat.
b) Lagu Inew Ngen Sadea
Inew berarti rindu/kerinduan. sedangkan Ngen Sadea berarti dengan desa.Jadi Inew Ngen
Sadea berarti kerinduan dengan desa tercinta atau tanah tempat kelahiran. Lagu Inew Ngen
sadea bercerita tentang pemuda/pemudi yang pergi merantau ke negeri orang. Walaupun sudah
lama di negeri orang dia tidak pernah melupakan tanah kelahirannya desa yang indah dan
warganya mempunyai budi pekerti yang baik. Kerinduan akan desa tercinta sudah lama
dipendam dalam hati karena mau pulang tidak punya biaya. Yang terdapat pada kata:
Waktew ku teminget tentang sadeaku
Inew atea lak belek mai sadea
Alamne tenang budei tunne baik
Tapi uyo idupku nak ratau
Rindu yang sudah lama terpendam tidak dapat ditahan lagi, apalagi teringat dengan ayah,
ibu yang sudah lama tidak bertemu. Tapi apa daya hidup di rantau menderita, akhirnya
pemuda/pemudi hanya bisa menyesali nasibnya. Yang terdapat pada bait kedua yaitu:
Tengen uku ade waktew
Belek maisadea tecito
Inew cigei nam temaen
Inew ngen sadea tecito.ho ho
Bait ketiga
Oi inok oi bapak
Ine cerito udi uyo naksadea
Bekne idupku nak raatau yo suseak
Tapi uyo bi bagei
Dalam lagu ini terdapat nilai moral yaitu sopan (budi pekertinya baik) terdapat pada bait
ke-1 baris ke-3 yaitu pada kata “alamne tenang budei tunne baik” Dan rasa kasih sayang pada
orang tua pada bait ke-3 baris ke-1 dan kedua yaitu pada kata “oi inok oi bapak” “ine cerito udi
naksadea” “bekne idupku nakratau yo suseak” “Tapi uyo memang bi bagei”
Dalam lagu inew ngen sadea diceritakan pemuda/pemudi yang di rantau hidupnya
sengsara, padahal kenyataannya banyak suku Rejang yang menjadi orang sukes, berpangkat,
kaya di perantauan.
c) Lagu Taneak Bediwo
Taneak berarti tanah, bediwo berarti para dewa. Jadi lagu taneak Bediwo adalah tanahnya
pada dewa (tanah yang subur, rakyatnya makmur). Kota Kepahiang mempunyai motto
“Kepahiang Alami”. Lagu Taneak bediwo menceritakan tentang keindahan alam kota kepahiang
yang sudah tersebar ke seluruh pejuru kota.Alam yang indah, subur tanahnya, rakyatnya pun
bersatu, bersepakat, bersama-sama untuk menjaga keindahan alam. Yaitu terdapat pada kata
Alangke bahesne ko taneak jang
negerei alep awei bidadarei
alami taneakne
sehasen rakyatne
iyo ba taneak bediwo
Wahai para sahabat yang ada di rantau pulanglah, lihatlah kota kepahiang sudah jauh
berubah, pembangunan sudah merata sampai ke pelosok desa terdapat pada kata
oi kuat nak ratau
cubo kemleak taneak jang bi bubeak
ine udi coa bangga
genne negerei alami
asri laksana mas ngen itan
Dalam lagu ini terdapat nilai moral yaitu rasa gotong-royong, kerjasama dalam menjaga
keindahan alam terdapat pada kata “maroba kuat ite yo besamo” “jemago bersihne taneak
tecito”. Dan juga terdapat nilai edukasi budaya yaitu menjaga, menjunjung tinggi adat istiadat
daerah semua rakyat harus bersama-sama menjaga, menjunjung tinggi adat istiadat yang adayaitu
pada kata :
amen iso ite api igei
jemago bahesne negerei ite
besatu sepakat sehasen ba ite
jemunyung adat istiadat ite
Kepahiang taneak bediwo
e) Lagu Ujen
Ujen berarti hujan. Hujan pada lagu ini dikiaskan dengan kesedihan. Kekecewaan yang
dialami oleh seseorang. Hujan pada saatnya pasti akan berhenti, begitu pula kesedihan,
kekecewaan dalam hidup pasti akan hilang dengan berjalannya waktu.yaitu terdapat pada kata
“ujen-ujen-ujen ko alew” alew-alew teminga uku” atea ajuh ine ubetne” atei ibo ngen api
mengadew”. Lagu ujen menceritakan tentang kekecewaan seorang pemuda kepada kekasih yang
telah meninggalkannya. Kekasih yang sangat disayangi pergi setelah berjanji untuk setia.Mereka
pernah berjanji di Danau Musi untuk sehidup semati menjalani kehidupan sebagai pasangan
suami isteri. Tapi apa terjadi? Janji yang sudah diucapkan dilanggar oleh si wanita. Kekasih
(wanita) meninggalkan begitu saja tanpa ada pesan.berita. Kini tinggallah si pemuda yang patah
hati, tidak ada lagi tempat untuk mengadu selain berserah diri pada Tuhan.
5. REJANG LEBONG
Lagu daerah adalah salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Rejang Lebong.
Lagu daerah ini dituangkan dalam bentuk lirik lagu Rejang. Lirik lagu Rejang yaitu bentuk
ekspresi masyarakat Rejang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah, tentang suatu hal
yang sudah dilihat, didengar, dan dialami. Lirik lagu daerah Rejang ini dikomunikasikan melalui
ragam suara yang indah dengan menggunakan bahasa Rejang.
Lagu daerah Rejang yang diciptakan oleh Edi Musa, Fadil, dan Herman Firnadi, sudah
dalam bentuk kaset VCD. Lagu Rejang ini dinyanyikan secara langsung oleh pencipta lagu tetapi
ada juga sebagian yang dinyanyikan oleh artis. Kaset-kaset lagu daerah Rejang dapat ditemukan
di Kabupaten Rejang Lebong yaitu di sekitar Pasar Tengah, Bang Mego, lorong pasar atas
tepatnya di gang Arenas, dan toko-toko kaset yang ada di Kabupaten Rejang Lebong.
Lagu daerah Rejang umumnya berisi tentang pengalam-pengalaman pencipta lagu yaitu
pengalaman dalam bermasyarakat, kehidupan pribadi, kisah orang lain yang didengar, membaca
karya-karya orang lain, dan kebudayaan yang beraneka ragam. Pengalaman-pengalaman yang
pencipta lagu alami tersebut dituangkan melalui lirik lagu Rejang.
3. Struktur Bait
Struktur bait dalam lagu daerah Rejang ada yang berbentuk pantun dan mirip pantun. Bait
tersebut juga merupakan syair yang memperhatikan rima, mengalami pengulangan baik kata
maupun frase.
Lagu daerah Rejang yang berjudul “Adipura dan Tuweak Tuwei” merupakan pantun yang
dinyanyikan karena lirik lagu tersebut telah memenuhi syarat-syarat pantun menurut Kokasih,
(2008:9) yaitu:
4) Bunyi terakhir pada kalimat-kalimatnya berpola a-b-a-b. Dengan demikian, bunyi akhir pada
kalimat pertama sama dengan kalimat ketiga dan bunyi akhir pada kalimat kedua sama dengan
kalimat keempat. Ini adalah tanda bahwa pantun mementingkan rima.
Tergambar pada lirik lagu Rejang yang berjudul Adipura bait pertama berikut ini.
c) Pola Kalimat
Lagu daerah Rejang memiliki beberapa bentuk pola kalimat. Ada yang menggunakan pola
kalimat seperti kalimat percakapan antara adik dan kakak, terdapat pada lagu Cando Keme,
seperti bait pertama lirik lagu Cando Keme berikut ini.
Kaleu ba kelak tun oi elei nien „Kalaulah nanti kehendak orang itu besar sekali‟
Amen ba bi elak coanam tenaen „Kalaulah sudah mau tidak bisa ditahan‟
Pada lagu Ideak baris-barisnya menggunakan pola kalimat jika….maka yaitu baris pertama
menggunakan “jika”, baris kedua menggunakan pola “maka”. Selanjutnya baris ketiga
menggunakan “jika” baris keempat menggunakan pola “maka” dapat dilihat pada bait pertama
lirik berikut.
Men ku namen kiyou begetea‟ Jika „Kalau saya tahu kayu bergetah‟
Coa ku tembang kiyou balisei maka „Tidak saya tebang kayu berisi‟ Men ku namen ko laknikea‟
jika „Kalau saya tahu kamu mau menikah‟
Dang temutu epei gimatei jika „menumbuk padi yang masih mentah‟
Tulung sido pei‟ idea te‟ meno‟o maka „Tolong jaga selendang tanda waktu dulu
d) Tema Lagu Daerah Rejang
Secara umum tema lagu Rejang menceritakan tentang perpisahan kekasih, karakter gadis
Rejang, kebersihan, dan berperilu dalam kehidupan. Pada tema lagu Rejang selain diarahkan
pada Semantik yaitu arti yang terkandung pada teks lagu Rejang, secara harpiah juga
dihubungkan dengan pragmatik yaitu gambaran yang terjadi di masyarakat Rejang Lebong. Lagu
daerah disebut sebagai wacana dalam komunikasi sosial hal ini ini terlihat dari cara pencipta lagu
menuangkan apa yang pencipta lagu lihat, rasakan, dan alami, yang semuanya merupakan
cerminan kehidupan masyarakat Rejang Lebong.
Lirik lagu di atas menggambarkan bahwa gadis Rejang cantik-cantik. Gadis cantik identik
dengan kebiasaannya suka berdandan tapi tidak dengan gadis Rejang. Gadis Rejang tidak hanya
pintar berdandan tapi juga baik budinyan dan ahlaknya bagus terbukti dengan pandai mengaji,
seperti pada lirik alep nien semuelen ejang „cantik sekali gadis Rejang‟, si kulo pacak mengajei
„dia juga bisa mengaji‟. Lirik lagu memfokuskan pada “objeknya” yaitu Semulen Jang.
Epun ba bakeak ade nak laman‟Pohon lah nangka ada di halaman‟ Eboak ne mesak si kuning
ijo „Buahnya masak kuning hijau‟
Penggambaran keindahan alam kota Rejang Lebong tergambar pada lirik lagu di atas. Pada
bait pertama tergambar betapa indahnya kota idaman yang dikelilingi gunung, melintaslah air
musi yang bersih. Pada bait kedua baris ketiga dan keempat, menggambarkan bahwa Rejang
Lebong sudah sewajarnya mendapatkan adipura, karena Kota ba cu‟up bersih ba rapi „Kota
lah curup bersih dan rapi‟.
Lagu Tuweak Tuwei memfokuskan pada “nasehat” yaitu isi yang disampaikan setiap
baitnya. Lagu Tuweak Tuwei merupakan kumpulan dari nasehat-nasehat yang dilagukan.
Lagu ini tercipta dari kumpulan Peta-petiti Rejang atau bisa disebut nasehat-nasehat
masyarakat Rejang. Nasehat-nasehat tersebut yang dikumpulkan oleh pencipta menjadi satu
lagu, seperti bait pertama berikut ini.
Kaleu pacak sayang mengebin direi (6.1)
Nasehat yang ingin disampaikan dari lirik lagu di atas yaitu kita harus Pandai-pandai
membawa diri. Apabila kita bisa membawa diri dalam bermasyarakat orang akan senang.
6. BENGKULU UTARA
Bengkulu utara
Pada waktu itu ibukotanya ditetapkan di Kotamadya Bengkulu dan terdiri dari 9
kecamatan, 24 marga, 296 Desa. Kemudian berdasarkan PP No. 23 tahun 1976, Kabupaten
Bengkulu Utara dibentuk menjadi 340 Desa Definitif dan 7 Kelurahan yang tersebar dalam 9
kecamatan. Selanjutnya pada PP Nomor 46 tahun 1986 tentang perluasan Wilayah Kotamadya
Bengkulu, sebagian wilayah Kabupaten Bengkulu Utarayaitu kecamatan Talang Empat dan
Pondok Kelapa dulu luasnya 969.120 Hektar, sekarang menjadi 958.524 Hektar.
PP nomor 11 tahun 1982 tentang pembentukan kota Arga Makmur sehingga Kabupaten
Bengkulu Utara memiliki 10 kecamatan. Dan pada Peraturan pemerintah No.61 Tahun 1991
menetapkan perwakilan Padang Jaya dan Putri Hijau menjadi kecamatan Induk, sehingga jumlah
kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara menjadi 12 kecamatan, 10 kecamatan perwakilan, 340
desa dan 7 Kelurahan.
Saat ini, Kabupaten Bengkulu Utara terbagi dalam 17 kecamatan, antara lain Kecamatan
Enggano, Kecamatan Kerkap, Kecamatan Hulu Palik, Kecamatan Air Napal, Kecamatan Air
besi, Kecamatan Tanjung Agung Palik, Kecamatan Kota Arga Makmur, Kecamatan Arma Jaya,
Kecamatan Lais, Kecamatan Air Padang, Kecamatan Batik Nau, Kecamatan Giri Mulya,
Kecamatan Padang Jaya, Kecamatan Ketahun, Kecamatan Napal Putih, Kecamatan Ulok Kupai
dan Kecamatan Putri Hijau. Dari 17 Kecamatan terdapat 5 kelurahan, 224 desa definitif.
Suku asli kabupaten bengkulu utara adalah suku rejang. Menurut ahli sejarah Zulman
Hasan (2015:28-29) semua orang rejang yang tersebar itu berasal dari Pinang Pelapis, Renah
Skalawi yang kini disebut Lebong. Orang-orang suku rejang kini mendiami sebagian besar
wilayah provinsi Bengkulu, yaitu masyarakat yang tinggal dan mendiami Kabupaten Lebong,
Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu Utara, dan
masyarakat yang tinggal dan mendiami daerah Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang, dan di
daerah hulu sungai Rawas Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan.
Suku Rejang yang terletak di propinsi Bengkulu memiliki lagu daerah yang isinya
menceritakan dan mengisyaratkan cerita rakyat baik itu yang pernah terjadi (nyata) maupun
hanya dongeng. Hal tersebut itulah, yang membuat lagu daerah suku Rejang menjadi sarat
makna.
7. LEBONG
Lebong
Sebutan kabupaten Lebong sebagai kota tua merupakan satu catatan sejarah berdirinya
kota Lebong, dilihat dari struktur dan kondisi kota yang ada di Kabupaten Lebong saat ini
terlihat jelas bahwa Kabupaten Lebong merupakan kota tua, seperti adanya peninggalan
penambangan emas dari zaman penjajahan Belanda, dan dari bentuk arsitektural bangunan di
Kabupaten Lebong, selain itu pola tata ruang kota Lebong menunjukan kota tersebut hasil karya
peninggalan konsep tata ruang bangsa Belanda.
Sejarah mengapa kabupaten Lebong merupakan kota tua, karena di Kabupaten Lebong ini
terdapat sumber daya alam berupa tambang emas, dan tambang emas tersebut menjadikan
ketertarikan pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan kota di Lebong tepatnya di daerah
Muara Aman.
Beberapa peninggalan tambang emas tua di Kabupaten Lebong sampai saat ini masih
difungsikan dan di ekplorasi baik secara semi modern atau secara tradisional, namun sayang
bangunan-bangunan sejarah seperti di desa Tambang Sawah tinggal puing saja yang merupakan
saksi bisu bahwa Lebong merupakan kota tua.[4]
Kejayaan Kabupaten Lebong sebagai daerah yang memiliki potensi alam dan sumber daya
mineral sudah dikenal sejak zaman dahulu, semenjak kolonial Belanda ada di Indonesia, bukti-
bukti kejayaan tersebut sampai sekarang masih terlihat dari sisa - sisa peninggalan tambang emas
tua di Kabupaten Lebong. Beberapa sisa-sisa peninggalan tambang emas tersebut sampai
sekarang masih di manfaatkan oleh masyarakat, dan diexplorasi oleh pihak swasta dengan izin
dari Pemerintah Kabupaten Lebong, seperti yang terdapat di tambang emas Lubang Kacamata
Pada tahun 2003, berdasarkan UU RI Nomor 39 Tahun 2003 yang ditetapkan pada
tanggal 18 Desember 2003, dibentuk Kabupaten Lebong yang terdiri atas 5 Kecamatan yakni:
Lebong Utara, Lebong Tengah, Lebong Selatan, Rimbo Pengadang dan Lebong Atas.
8. BENGKULU SELATAN
Berdasarkan kesepakatan masyarakat tanggal 7 Juni 2005, dikuatkan oleh Perda No. 20
tanggal 31 Desember 2005 dan diundangkan dalam Lembaran Daerah No. 13 Tanggal 2 Januari
2006 Seri C maka tanggal 8 Maret ditetapkan sebagai hari jadi kabupaten Bengkulu Selatan.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2003 kabupaten Bengkulu Selatan mengalami
pemekaran wilayah menjadi kabupaten Kaur, kabupaten Seluma, dan Bengkulu Selatan.
Bahasa daerah di kabupaten Bengkulu Selatan adalah bahasa Melayu Tengah yang terdiri dari
dua dialek yaitu dialek Besemah yang banyak dipakai dari muara sungai Kedurang sampai
dengan perbatasan kabupaten Kaur, sedangkan dialek Serawai mayoritas digunakan di kabupaten
ini.
Kabupaten Bengkulu Selatan terletak di sebelah barat Bukit Barisan. Luas wilayah
administrasinya mencapai kurang lebih 118.610 Ha. Terletak pada 4 0 9’39” – 4 0 33’ 34”
Lintang Selatan dan 1020 47’45” - 1030 17’18” Bujur Timur.
“PEMATANG BANGAU”
Cipt. Joni Elhatim
Pematang Bangau 2x
Dilupaukah jangan Jangan dilupaukah
Tumpah daghah kami (oh) 3x
Jaklah keciak 2x
Kami tinggalkah 2x
Kamilah jauh 2x Kami ghindukan
Reff:
Interlude:
“Kebilau Baliak”
“Lenggang Serawai”
Pesan kah samau ngan bujang alap padu padan pulau semendau
Oi bujang oi gadis
Nah manau dasau tadi,dasau-dasau lanang tadi manau,manau bujang inang melah kitau
nari kitau,nyau rombongan njak di bujang-bujang seberghang nak nari kitau Ah nari andun
kudai di atar-atar,melah kitau ramikah riang-riang malamni.
9. KAUR
10. MUKO-MUKO
Sama halnya dengan kabupaten lainnya di Bengkulu, Mukomuko pun tidak terlepas dari
bencana gempa bumi, dimana pada tanggal 13 September 2007 terjadi gempa bumi yang
memporak porandakan sebagian penduduk Mukomuko, terutama di kecamatan Lubuk Pinang.
Pengiriman transmigran ke Bengkulu marak lagi sejak 1967. Bahkan, Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1973 menetapkan Provinsi Bengkulu dan sembilan provinsi
lainnya sebagai daerah transmigrasi di luar pulau Jawa. Salah satu kabupaten tujuan transmigran
adalah Bengkulu Utara dan kebijakan itu berlanjut hingga sekarang. Tahun 2004 Bengkulu
masih mendapat tambahan transmigran. Setiap keluarga transmigran disediakan tanah dua
hektare. Mayoritas transmigran dari Jawa adalah petani. Kini sentra-sentra penduduk migran itu
tumbuh menjadi sentra ekonomi.
Pertumbuhan penduduk menjadi sangat cepat dengan adanya program transmigrasi ini. Hal
ini juga telah menyebabkan terjadinya perubahan komposisi penduduk di wilayah Kabupaten
Mukomuko. Saat ini jumlah penduduk pendatang asal Jawa telah jauh melampaui jumlah
penduduk asli Mukomuko. Sehingga secara realita saat ini, penduduk asli menjadi minoritas di
Kabupaten Mukomuko.
“Cinto Sekaum”
“Kuwaw Letok”
Gedanglah ombak Pasa Ketahun
Ai selagan ai manjuto
“Ka Laut”
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bengkulu
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kaur
https://blogkasihpunya.blogspot.com/2016/12/lagu-kaur-bengkulu.html
https://www.tanjungbungo.com/2018/12/lirik-lagu-ikan-pais.html
https://www.catatanbuku.com/lagu-daerah-bengkulu/
https://blogkasihpunya.blogspot.com/2016/12/lagu-mukomuko-bengkulu.html