Anda di halaman 1dari 56

Pembagian tugas bahan ajar muatan lokal lagu daerah :

1. Vivi : Seluma, Bengkulu Tengah

2. Gita : Bengkulu Utara, Lebong

3. Gusti : Bengkulu Selatan, Muko-Muko

4. Ririn : Kota Bengkulu, Kaur

5. Marisha : Kepahiang, Rejang Lebong

Gambaran umum : Marisha

Kata pengantar, daftar pustaka : Gita

Editing dan satukan (daftar isi) : Ririn dan Gusti

Ppt : Vivi
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL SD

MODUL MUATAN LOKAL TENTANG LAGU DAERAH BENGKULU

Dosen Pengampu:

Pebrian Tarmizi, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 2:

1. Vivi Oktavia A1G017010

2. Gita Riskiyana A1G017036

3. Gusti Akhmad A1G017039

4. Ririn Nurus Sa’adah A1G017082

5. Marisha Herwanti A1G018121


Semester VII.A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

1. Kota Bengkulu...........................................................................................................3
2. Seluma........................................................................................................................
3. Bengkulu Tengah.......................................................................................................
4. Kepahiang..................................................................................................................
5. Rejang Lebong...........................................................................................................
6. Bengkulu Utara..........................................................................................................
7. Lebong........................................................................................................................
8. Bengkulu Selatan.......................................................................................................
9. Kaur............................................................................................................................
10. Muko-muko..............................................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................12
B. Saran...........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai orang Indonesia, tiap-tiap orang di daerah tidak harus kehilangan akar budaya
aslinya (indi1genous-nya), tetapi masing-masing perlu memperluas pandangan dan sikap
budayanya. Kekhasan masing-masing daerah atau suku bangsa dapat menjadi akar bagi
perkembangan pribadi setiap perorangan. Dengan akar budaya yang mantap, merupakan jaminan
kesinambungan budaya, dan pembangunan watak bangsa juga terjamin serta diharapkan mampu
menghadapi perubahan zaman. Strategi budaya dalam pembelajaran kiranya sangat penting dan
perlu diarahkann pemberdayaan budaya daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air.
Pelestarian dan pengembangan budaya daerah khususnya lagu daerah kiranya sangat penting
serta mempunyai makna dalam upaya pembentukan jati diri dan watak bangsa. Setiap budaya
daerah dapat menambah eratnya ikatan solidaritas masyarakat yang bersangkutan. Menurut
Boscom (dalam jurnal makalah Sutarno) bahwa budaya daerah memiliki empat peranan yaitu:
(1) sebagai sistem proyeksi adalah pencerminan angan-angan suatu kolektif; (2) sebagai
pengesahan pranatapranata dan lembaga-lembaga kebudayaan; (3) sebagai alat pendidikan
anak(pedagogical device), dan (4) sebagai alat kontrol agar norma-norma masyarakat akan selalu
dipatuhi anggota kolektifnya. Perkembangan hasil karya seni selalu dipengaruhi oleh fenomena
kehidupan masyarakat selaku pendukung kelangsungan suatu kesenian. Suatu kenyataan bahwa
bangsa Indonesia terdiri dari beberapa suku bangsa, tentunya memiliki latar belakang sosial-
budaya yang beraneka ragam. Keanekaragaman masyarakat tersebut tercermin dalam berbagai
aspek kehidupannya, termasuk di dalam hasil karya seninya. Salah satu wujud karya seni yang
menjadi bagian kebudayaan, dikenal oleh masyarakat adalah kesenian lagu daerah.

Lagu-lagu yang bersifat tradisional dan kolektif tersebut dianggap menggambarkan


kepribadian komunitas atau masyarakat setempat. Proses penyebaran secara lisan senantiasa
hanya mengandalkan cara-cara lisan tanpa tulisan. Penyebaran dari satu tempat ke tempat lain,
dari satu generasi ke generasi lainnya dilakukan melalui komunikasi langsung, dari mulut ke
mulut. Perkembangan lagu-lagu daerah ini semata-mata hanya mengandalkan daya ingat
manusia pendukungnya. (Mustopo,1989:56)

Lagu daerah adalah lagu yang diciptakan di daerah tertentu dan sering dinyanyikan oleh
rakyat setempat yang berada di wilayah daerah itu, biasanya menggunakan bahasa daerah
tersebut. Biasanya lagu daerah itu memiliki makna sendiri dan arti yang disampaikan dalam
bentuk lagu misalnya, menceritakan tentang daerahnya. Mengandung unsur positif tentang nilai–
nilai kehidupan sosial, penyampaian dan pembelajaran untuk pendengar. Tapi disayangkan saat
ini anak muda Indonesia hampir tidak mengenal dengan lagu daerahnya sendiri. Ditambah lagi
tidak ada sarana informasi yang mendukung untuk memperkenalkan tentang lagu daerah.
BAB II

PEMBAHASAN

1. KOTA BENGKULU
Kota Bengkulu adalah Ibu Kota Provinsi Bengkulu, Indonesia. Kota ini merupakan kota
terbesar kedua di pantai barat Pulau Sumatra, setelah Kota Padang. Sebelumnya kawasan ini
berada dalam pengaruh kerajaan Inderapura dan kesultanan Banten. Kemudian
dikuasai Inggris sebelum diserahkan kepada Belanda. Kota ini juga menjadi tempat
pengasingan Bung Karno dalam kurun tahun 1939 - 1942 pada masa pemerintahan Hindia
Belanda dan menjadi kota kelahiran salah satu istrinya, Fatmawati. Kota Bengkulu memiliki luas
wilayah sebesar 144,52 km² dengan jumlah penduduk sebesar 351.298 jiwa yang terdiri atas
176.535 orang laki-laki dan 174.763 orang perempuan pada tahun 2015.

Berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 6 Tahun 1956, Bengkulu merupakan salah


satu Kota Kecil dengan luas 17,6 km² dalam provinsi Sumatra Selatan. Penyebutan Kota
Kecil ini kemudian berubah menjadi Kotamadya berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1957 tentang pokok-pokok pemerintah daerah.

Setelah keluarnya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 tentang pembentukan Provinsi


Bengkulu, Kotamadya Bengkulu sekaligus menjadi ibu kota bagi provinsi tersebut. Namun UU
tersebut baru mulai berlaku sejak tanggal 1 Juni 1968 setelah keluarnya Peraturan
Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Nomor 821.27-
039 tanggal 22 Januari 1981, Kotamadya Daerah Tingkat II Bengkulu selanjutnya dibagi dalam 2
wilayah setingkat kecamatan yaitu Kecamatan Teluk Segara dan Kecamatan Gading Cempaka.
Dengan ditetapkannya Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bengkulu
Nomor 440 dan 444 Tahun 1981 serta dikuatkan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Bengkulu Nomor 141 Tahun 1982 tanggal 1 Oktober 1982, penyebutan
wilayah Kedatukan dihapus dan Kepemangkuan menjadi kelurahan. Selanjutnya berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1982, wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bengkulu
terdiri atas 2 Wilayah Kecamatan Definitif dengan Kecamatan Teluk Segara membawahi 17
Kelurahan dan Kecamatan Gading Cempaka membawahi 21 kelurahan. Kemudian berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1986, luas wilayah Kotamadya Bengkulu bertambah
menjadi 144,52 km² dan terdiri atas 4 wilayah kecamatan, 38 kelurahan serta 17 desa.

Kota Bengkulu terletak di kawasan pesisir yang berhadapan langsung dengan Samudra


Hindia. Kota ini memiliki luas wilayah 144,52 km² dengan ketinggian rata-rata kurang dari 500
meter. Sebagai daerah yang berada di pesisiran, Kota Bengkulu tidak memiliki wilayah yang
berjarak lebih dari 30 km dari pesisir pantai.

Kota ini dilayani oleh Pelabuhan Pulau Baai yang merupakan pelabuhan samudera satu-
satunya di Provinsi Bengkulu. Selain wilayah yang berada di daratan Sumatra, Kota Bengkulu
juga membawahi sebuah pulau kecil yang bernama Pulau Tikus.

Berikut lagu-lagu daerah dari Kota Bengkulu:

“Lagu Malabero”

Elok nian tepi pantai malabero


pasang kering hari minggu pulo
bujang gadisnyo pai bemain
rami – rami diate karang

Elok nian pemandangan alamnyo


taman laut ikan kek karangnyo
hati siapo idak kan tenang
badan litak ubek segiyo

yoooo bemain….. bemain di tepi pantai


malabero
bilo pasang kering oy lemak nian
pemandangannyo yang indah elok nian

malabero pantai di Bangkahulu


la tekenal sejak jaman dulu.

“Pantai Panjang”

Pantai Panjang Pantai Bengkulu


Pantai Nan Elok Untuk Tamasya
Sejak Dahulu Pantai Bengkulu
Di Hari Minggu Orang Kesitu

Dari Tengah Ketepi


Ombak Datang Menepi
Dipantai Derai Bederai

Dari Tengah Ketepi


Ombak Datang Menepi
Dipantai Derai Bederai

Pantai Panjang Dahulu Kalo.

“Ikan Pais”
Ikan pais..
kelaponyo mudo
dibungkus daun talas rapih-rapih
diikek tali meisyang…

ikan pais..
enak rasonyo..
makan kek nasi putih pane pane
ulam kek jering mudo.

Rasonyo oii lemak nian


makan sebungkus samo samo
nasi sepiring sudah habis
raso nak nambuh.

Rasonyo oii lemak nian


badan keringek rintik rintik
sambalnyo pede nambuh lagi
habis segalo…

“Bumi Raflesia”

Bengkulu Bengkulu
Tanah Bengkulu
Dikecek jugo dikecek
Bumi Raflesia

Elok nian tempeknyo bejalan-jalan


Apolah lagi kini ko banyak kemajuan
Rami nian kesitu orang kesitu
Bermacam bentuk kesenian kek pemandangan

Pantai Panjang jugo Benteng Malabro


Dendam Tak Sudah itulah danaunyo
Tiok taun ado Tabot Besanding
Rami nian orang pai kesitu
Oi Adik Sanak
Gedang kecik tuo mudo
Apolagi yang dirantau
Janganlah lupo kek tanah kito

Bilo bimbang apo lagi bimbang gedang


Beinai curi mengalunlah serunainyo
Maro-maro maro kito bekerjo samo
Tumbuh bertahan elok si budayo kito

Oi Adik Sanak
Gedang kecik tuo mudo
Apolagi yang dirantau
Janganlah lupo kek tanah kito

Bilo bimbang apo lagi bimbang gedang


Beinai curi mengalunlah serunainyo
Maro-maro maro kito bekerjo samo
Tumbuh bertahan elok si budayo kito

“Yo Botoi-Botoi”

Yo botoi-botoi yo tarik tali


Elok-elok pukek besamo
Pukeklah mendarek
Marolah kito seiyo.

Yo botoi-botoi yo tarik tali


Elok-elok pukek besamo
Selengek yang di dapek
Banyaknyo bakerang-kerang..
Uncu leha…(Uncu Leha)
Menunggu pak uncu di rumah…. (di rumah)
Air kopi kek juada lah lamo lah tesedio ho……ho…

Uncu leha…(Uncu Leha)


Menunggu pak uncu di rumah…. (di rumah)
Air kopi kek juada lah lamo lah tesedio.

2. SELUMA
Kabupaten Seluma dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang
Otonomi Daerah. Proses terbentuknya Kabupaten Seluma dimulai dengan proposal aspirasi yang
diajukan oleh Presidium Persiapan Kabupaten Seluma (PPKS) kepada Pemerintah Pusat atas
persetujuan Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan dan DPRD Kabupaten Bengkulu
Selatan pada tanggal 23 April 2000. Usulan ini disyahkan oleh DPR RI berdasarkan Rancangan
Undang-Undang Nomor 3 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Mukomuko, Kabupaten
Seluma, dan Kabupaten Kaur pada tanggal 27 Januari 2003, yang kemudian ditetapkan oleh
Presiden Republik Indonesia menjadi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 pada tanggal 25
Februari 2003.

Berdasarkan titik koordinat, Kabupaten Seluma terletak pada 3°- 5° Lintang Selatan dan
102°-103° Bujur Timur. Berbatas sebelah utara dengan Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu
Utara, sebelah selatan dengan Kecamatan Pino Raya Kabupaten Bengkulu Selatan, sebelah timur
dengan Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Kepahiang, sebelah barat dengan Samudra
Indonesia. Topografinya meliputi 42,32 persen terletak pada ketinggian 0-100 m di atas
permukaan laut, 28,10 persen pada 100-500 m di atas permukaan laut, 18,70 persen pada
ketinggian 500 -1.000 m di atas permukaan laut, dan 10,88 persen di atas 1.000 m di atas
permukaan laut.

Aspek hukum yang dijadikan dasar pemekaran wilayah bekas Kewedanaan Seluma untuk
menjadi Kabupaten Seluma antara lain ialah, (1) Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 18; (2)
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 2/2/22 tanggal 22 November 1969,
Perihal Pemekaran Daerah; (3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan
Daerah dengan paradigma Desentralisasi, Pemberdayaan Masyarakat, dan Pelayanan Umum; (4)
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah; (5) PP. Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Provinsi
sebagai Daerah Otonom; (6) PP. Nomor 129 tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan
Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah; (7) Keputusan Bupati Bengkulu
Selatan Nomor 50 Tahun 2000 tentang Pembentukan Tim Pemekaran Wilayah Kabupaten
Bengkulu Selatan; (8) Surat Keputusan Gubernur Bengkulu Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Tim Pemekaran Wilayah Kabupaten dalam Provinsi Bengkulu; (9) Keputusan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan Nomor 35 Tahun 2000 tentang
Persetujuan Rencana Pemekaran Wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan; dan (10) Surat
Pernyataan Dukungan dari Tokoh Masyarakat Kabupaten Bengkulu Selatan.

Sebagai pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Seluma diresmikan


sebagai Daerah Otonom Baru pada tanggal 23 Mei 2003 bersama-sama dengan Kabupaten Kaur
yang juga merupakan pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Mukomuko
yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Utara.

Pada tahun 2004 dilaksanakan pula pelantikan camat Kecamatan Pemekaran sebanyak
sembilan kecamatan. Pembentukan Kecamatan Pemekaran tersebut menjadikan wilayah
Kabupaten seluma yang semula hanya terdiri darilima kecamatan menjadi 14 kecamatan. Desa
yang semula hanya 154 dimekarkan pula menjadi 165 desa dan tiga kelurahan. Pengembangan
lembaga tersebut telah menjadikan Kabupaten Seluma semakin hari mulai menampakkan diri
sebagai Daerah Otonom Baru.

Penduduk Kabupaten Seluma mayoritas adalah etnis Serawai (78%) yang merupakan
penduduk asli yang menurut cerita rakyat penduduk setempat berasal dari Palangkenidai
Pagaralam Sumatera Selatan. Penduduk lainnya berasal dari etnis Jawa, Sunda, Bugis,
Minangkabau, Bali, dan Batak. Tahun 2007 penduduk Kabupaten Seluma berjumlah 190.696
jiwa yang menyebar di seluruh wilayah. Sedangkan luas Kabupaten Seluma adalah 2.400.044
km² dengan pemanfaatan ruang 30 persen berupa hutan lindung.

Berikut lagu-lagu daerah dari Kabupaten Seluma :

KABUPATEN SELUMA

Di pantai barat sumatera

Di lembak bukit barisan

Babatan sampai ke Maras

Di situ tumpah daghaku

Negeri yo aman damai

Satu kato dan bahaso

Tujuan kito pun samo

Seluma tanah ku cinto


Reff :

Sejak dulu kalo

Kito memang satu

Serawai serasan seijoan

Sejak dulu kalo

Kito memang satu

Serawai serasan seijoan

Anak Seluma bangkitlah

Bangun negeri pusako

Kito menghaso tepanggil

Di Kabupaten Seluma

BEREMIS

Kinak ilah di tepi pantai

Berombongan besekuit runcing

Bilang ughang matak sandangan

Beremis di pantai Seluma

Pasang agung aku ndak milu

Milakito ndak besamo-samo

Badan litak nido tegaso

Beremis di pantai Seluma


Reff :

Segaris . . . Duo garis . . .

Remis mulai lah dapat

Segaris . . . Duo garis . . .

Sandangan aku lah ndak penuh

Adik sanak singgah di Tais

Jangan lupo kito makan kudai

Gulai remis nasi padi mpai

Makanan kito di Seluma

GHINDU DI RANTAU

Cipt : Erthan

Duduk temenung aghi lah malam

Duduk melamun banyak rupuk’an

Duduk temenung aghi lah malam

Teghingat saje nge dusun laman

Reff :

Mak . . .

Maafkah nian, anak kamu ni

Lum pacak balek . . .

Lum pacak mbalas, jase-jase mak

Lum pacak mbalas, jase-jase bak


Maafkah nian, anak kamu ni

Pegi merantau

Ke negri sebrang

Cakagh penghidupan

Demi mase depan

Litak nian hidup di rantau

Ughang…

Sedih ditahan

Ghindu dipendam

DUSUN TUO

Cipt : Yarzuku

Dusunku dusunnyo tuo

Disitu dagha tetumpah

Empuak kini aku lah jauah

Bungamas nido ku lupo

Kuingat masonyo dulu

Ditepian aiak agho

Tapi kini tinggal kenangan

Dang-kadang temimpi-mimpi

Reff :
Ado tanda semidang Bungamas

Jaghi tunjuak teriding kanan

Ingat janji kito di Bungamas

Nido buliah nipu niayo

Adonyo adat lembago

Kito jago samo-samo

Rukun-rukun di dusun laman

Kareno satu asalnyo

PANTAI TALO

Cipt : Yarzuku

Aku duduak nyendiri

Di tepi pantai Talo

Aghi lah ndak malam

Matoaghi ampir tenggelam

Umbak begulung-gulung

Mecah di tepi pantai

Burung camar gembira

Nenari di atas gelumbang

Reff :

Indah nian negriku


Seindah kasiah sayang

Kasiah kito beduo

Pantai Talo jadi saksi

Entah kebilo nian

Kito betemu lagi

Ingat di pantai Talo

Ati kito pernah menyatu

GADIS BEBEHGRAS

Cipt : Yarzuku

Kundang kito rasan tetuo

Udem ngetam rasah ka jadi

Adiak sanak la dikabari

Anak belai… anak kelawai

Kinilah kito besamo-samo

Ambik adas nye mugh ka padi

Ado nutuak adonyo nampi

Adopulo makai intaran

Reff :

Kini janji kundang la sampai

Bimbang ulu adat serawai

Redap k’lintang nido berenti


Gadis b’beghas diajak nari

Ado menda bukan sembarang menda

Mendanyo paling kito hormati

Makan minum jak di rumah punco

Itula namo yo menda kulo

Kini maso ceghai bekundang

Gadis b’beghas be semulangan

Pagi kito be ceghai jauh

Ceghai bekundang oi gayau nian

3. BENGKULU TENGAH
Provinsi Bengkulu yang memiliki luas wilayah 32.365,60 km² dengan penduduk pada
tahun 2007 berjumlah 1.715.689 jiwa terdiri atas 8 (delapan) kabupaten dan I (satu) kota. Untuk
memacu peningkatan penyelenggaraan pemerintah dalam rangka memperkukuh Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Kabupaten Bengkulu Utara yang mempunyai luas wilayah
5.548,54 km² dengan penduduk pada tahun 2007 berjumlah 355.559 jiwa terdiri atas 18 (delapan
belas) kecamatan.

Kabupaten Bengkulu Tengah yang terbentuk dengan UU No. 24 tahun 2008 terdiri dari 6
(enam) kecamatan, yaitu Kecamatan Taba Penanjung, Kecamatan Pagar Jati, Kecamatan Karang
Tinggi, Kecamatan Talang Empat, Kecamatan Pematang Tiga dan Kecamatan Pondok Kelapa.
Kabupaten Bengkulu Tengah memiliki luas wilayah keseluruhan 1.223,94 Km² Dengan
Penduduk 93.557 jiwa pada tahun 2007.

Menindaklanjuti UU No. 24 tahun 2008, setelah mendapat persetujuan Menteri Dalam


Negeri, Gubernur Bengkulu Agusrin M. Najamudin, ST. pada tanggal 19 November 2008
melantik H. Bambang Suseno, SKM, M.M. menjadi karateker Bupati. Dalam menjalankan
tugasnya Penjabat Bupati telah memekarkan empat kecamatan, sehingga di Kabupaten Bengkulu
Tengah saat ini menjadi 10 Kecamatan definitif.

Berikut lagu daerah yang terdapat di Kabupaten Bengkulu Tengah :


BENGKULU TENGAH KEBANGGAAN KITE

Alang ke bigi kabupaten keme.

Daerah tengah provinsi bengkulu.

Banyak nian hasil alam e.

Untuk rakyat hidup besame.

Bungo raflesia ke banggaan kite.

Taba penanjung do’o ba batas neh

Dengan kota bengkulu die lah jauh

Pondok kelapo ado laut nyo.

Reff :

Bengkulu tengah kabupaten yang indah.

Bengkulu tengah kabupaten yang kaya.

Bengkulu tengah kabupaten yang jaya.

Bengkulu tengah kebanggaan kite.

Sejak dulu tanah kelahiran kite

Banyak suku adat istiadat nye.

Alamnya kaye masyarakat berbaur.

Kami bersyukur supaya benteng makmur.

Alang ke bigi kabupaten keme.

Daerah tengah provinsi bengkulu.

Banyak nian hasil alam e.


Untuk rakyat hidup besame.

Bungo raflesia ke banggaan kite.

Taba penanjung do’o ba batas neh

Dengan kota bengkulu die lah jauh

Pondok kelapo ado laut nyo.

Bengkulu tengah kabupaten yang indah.

Bengkulu tengah kabupaten yang kaya.

Bengkulu tengah kabupaten yang jaya.

Bengkulu tengah kebanggaan kite.

Sejak dulu tanah kelahiran kite

Banyak suku adat istiadat nye.

Alamnya kaye masyarakat berbaur.

Kami bersyukur supaya benteng makmur.

Kami bersyukur supaya benteng makmur.

MELA KITE MAJU

Mela kite maju

Bengkulu tengah pacak lebih dikenal

Sungai suci di pasar pedati

Pantaiyang bingi kebanggaan kite


Tebing tinggi hiaske daratan

Lalu omak pecah ke pinggir

Reff :

Ade pule bigi ayo terjun e

Danau biru, danau gedang lemak dijingok

Col lupe panorama bukit kandis

Tapan wang bapoto jaman kini

Bengkulu tengah oi… banyak wisata e

Sungguh takjub keindahan yang di nyuk

Bengkulu tengah oi. . . ragam budaya e

Jek dulu ngut kini tetap di jage

Hati riang col terkire

Lepaske penat dalam suke cite

Hati riang col terkire

Lepaske penat dalam suke cite

SUNGAI SUCI

Cipt : Darus Nachrowi

Oi Sungai Suci . . .

Tempek nan elok nan menawan hati

Tempek pariwisata bejalan-jalan besuka ria


Reff :

Pemandangannyo . . .

Lah elok nian tiado duonyo

Tempek menghibur hati

Nan duka lara begenti bagia

Oi Sungai Suci . . .

Lah tekenang sejak dulu kalo

Betebaran warna-warni batu mulia

Di hari minggu

Banyaklah urang nang pai ke situ

Tiado lupo bekalnyo

Gitar kek gendang main besamo

4. KEPAHIANG
Di kabupaten Kepahiang terdapat beberapa suku dan etnis yang sudah membaur dan hidup
berdampingan tanpa membedakan asal usul daerah lagi. Secara umum suku Rejang sebagai suku
asli mendominasi jumlah penduduk, serta suku-suku Palembang, Serawai, Jawa, Padang, Batak,
Aceh dan suku lainnya. Dalam keberagaman tersebut telah tercipta suasana perkehidupan yang
berlandaskan sendi-sendi peradaban dan sosial masyarakat yang telah berjalan sejak zaman
dahulu. Kondisi ini akan tetap dijaga kelestariannya serta ditingkatkan pergaulan dan kehidupan
sehari-hari.

Budaya dan adat istiadat yang paling dominan adalah budaya Rejang, diantaranya adalah
jenis tari-tarian, lagu daerah sebagaimana diuraikan sebagai berikut: Jenis Tarian, (1) tarian
sekapur sirih, (2) tari kejei, (3) tari gigih, (4) tari petik kopi, (5) tari bujang semulen. Sementara
pada lagu-lagu daerah yaitu, (1) Lagu Dendang Sehasen, (2)Lagu Inew Ngen Sadea, (3)Bedhan,
(4)Ujen, (5)Taneak Bediwo, (6)Patun Pemiket, (7)Bujang pemalas.
Semua lagu dalam Album Lagu Daerah Kepahiang adalah ciptaan Guntur Cik Aman atau
Guntur Putra jaya. Guntur Cik Aman adalah putra asli kepahiang yang sudah memilki bakat seni
sejak duduk di bangku SD terutama seni tari. Selain menciptakan lagu Rejang dia juga
menciptakan lagu-lagu serawai yang terdapat dalam Album Lagu Daerah kepahiang yang
berjudul Ampo,dan Au Dech. Beliau juga seorang koreografer dan pelatih Sanggar Seni Bumi
Sehasen Kepahiang. Adapun karya seni yang dihasilkan antara lain:Sendra Tari Harmoni
Kehidupan 2008,Tari New gerigik 2008,Tari Rampak Tangan 2008,dan tari Bedundai 2007.Lagu
Rejang dalam album Daerah Kepahiang terdiri dari tujuh buah lagu yang berisi tentang
keindahan alam Kepahiang (dendang sehasen, taneak bediwo, inew nge sadea). tentang
permasalahan hidup manusia (bedhan, ujen, bujang pemalas), serta tentang tata cara bergaul pada
remaja rejang(patun pemiket).

(a) Gambaran Umum Lirik Lagu dalam Album Daerah kepahiang


Album Daerah Kepahiang yang direkam oleh AFIQ RAFLESIA RECORD pada tahun
2007 yang diciptakan oleh Guntur Cik Aman atau Guntur Putra Jaya. Sastra harus dipelajari
dalam konteks seluas-luasnya dan tidak hanya berdiri sendiri. (Grebstein dalam Darmono,
1975:4-5). Berikut Konteks budaya dalam Album Daerah kepahiang: Dalam Album Daerah
Kepahiang terdapat budaya yang masih berlaku dalam kehidupan. Di antaranya adalah “budaya
hidup mandiri” Dalam budaya rejang orang yang dapat hidup mandiri dan berhasil dengan usaha
sendiri adalah sesuatu yang bernilai tinggi. dihormati (dalam lagu Bujang Pemalas). Dan juga
terdapat budaya “Keteladanan Seorang Pemimpin. Seorang pemimpin baik dan bijaksana adalah
yang dapat memberikan keteladan kepada rakyatnya. Pemimpin yang dapat memberikan
keteladanan tentu akan disegani dan dihormati.(dalam lagu Dendang sehasen). Gotong-royong
adalah budaya bangsa Indonesia sejak dahulu.Pada zaman sekarangpun budaya gotong-royong
masih dipertahankan. Seperti dalam lagu Dendang Sehasen dan Taneak Bediwo.Dan budaya
cinta tanah air terdapat dalam lagu Taneak Bediwo,Inew Ngen Sadea,tepat janji terdapat dalam
lagu Ujen.budaya disiplin.dalam lagu Patun Pemiket.

(b) Konteks Sosial Budaya dalam Album Daerah kepahiang


Karya sastra tidak dapat dipahami selengkap-lengkapnya apabila dipisahkan dari
lingkungan atau kebudayaan atau peradaban yang telah menghasilkannya.

(C) Makna dan nilai Pendidikan dalam Album Daerah Kepahiang.


a).Lagu Dendang Sehasen
Lagu ini tercipta dari nama sanggar kesenian di Kabupaten Kepahiang dengan nama
Sanggar Bumei sehasen. Sanggar ini adalah Sanggar kesenian di kabupaten kepahiag yang
dipimpin langsung oleh istri Bupati Kabupaten Kepahiang Ibu Ice Rakizah Bando Amin,M.Kes,
dengan pelatih Guntur Putra jaya,S.Sos,M.M. Sanggar Bumei Sehasen telah meraih banyak
prestasi tingkat kabupaten, provinsi, nasional maupun internasional.
Pada tahun 2010 Sanggar Ini juga pernah mewakili Indonesia khususnya Provinsi
Bengkulu di MALAKA dalam Acara Pesta Gendang Nusantara. Sanggar ini sangat dibanggakan
oleh masyarakat Kepahiang. Dari keberhasilan sanggar ini di tingkat nasional dan internasional,
maka sang pelatih sanggar menciptakan lagu Dendang Sehasen.Dendang berarti lagu, sedangkan
sehasen berasal dari bahasa Indonesia serasan yang berarti satu rasa, satu tekad, satu tujuan
bersama. Sehasen juga adalah semboyan untuk Kabupaten Kepahiang yang berarti sepakat dalam
menentukan segala kebijakan. Semboyan Sehasen adalah singkatan dari kata S=selaras E=elok
H=harmonis A=alami dan Sen=dari kata sentosa.
Lagu Dendang Sehasen menceritakan tentang salah satu Kabupaten Pemekaran di provinsi
Bengkulu yaitu Kabupaten Kepahiang. Layaknya sebuah kota baru dipimpin oleh seorang Bupati
dengan gelar Ario rajo Depatei junjung dan Ibu Bupati dengan gelar Ario Rajo jenang Alam.
Dengan pimpinan sang raja, rakyat mempunyai harapan yang besar agar kota kepahiang yang
alamnya asri, indah dapat maju dengan pesat bersama kepemimpinan raja. Setelah berjalan
beberapa tahun terlihat kemajuan kota kepahiang dengan cepat, pembangunan mulai merata dari
pedesaan sampai di pusat kota. Semua rakyat Kepahiang pastilah bangga dengan kemajuan kota
Kepahiang oleh karena itulah semua rakyat harus sepakat, bersama-sama menjaga keindahan
alam, menjaga citra kota Kepahiang yang sudah Berjaya. Semua rakyat kepahiang bangga dan
hormat kepada sang raja karena telah membangun kota Kepahiang yang asri laksana intan.
Dalam lagu ini terdapat nilai moral yaitu seorang pemimpin harus memberikan
contoh/keteladan kepada rakyatnya terdapat pada bait ke-3 dan tanggungjawab rakyat untuk
menjaga keindahan alam, gotong-royong antar rakyat untuk menjaga kemajuan kota kepahiang
terdapat pada bait ke-1 (maroba kuat ite sepakat).
Bait pertama
Kepahiang uyo bi maju (kepahiang sekarang suadah maju)
pembangunan mulai merato (pembangunan mulai merata)
maroba kuat ite sepakat (ayo kawan kita bersama-sama)
kepahiang oi alami (kepahiang oi alami)
Pada bait ke-1 ini berisi tentang kota kepahiang yang sudah maju dengan pemimpin yang
baru, sebagai rakyat yang baik marilah kita bersama-sama, bersepakat untuk tetap menjaga
keindahan alam. Terletak pada kata “kepahiang uyo bi majeu, pembangunan mulai merato”.
Bait kedua
Alami dooba gelarne (alami itulah gelarnya)
asri laksana mas gen itan (asri laksana emas dan intan)
api kemeleak pasti tepiket (siapa yang melihat pasti terpikat)
kepahiang oi sehasen (kepahiang oi satu rasa/tujuan)
Pada bait kedua ini kembali ditegaskan bahwa kepahiang kota yang indah, asri, laksana
mas ngen itan (ALAMI) siapapun yang melihat keindahan kota kepahiang pasti tertarik, terpikat.
Terdapat pada kata “alami dooba gelarne”, “asri laksana mas ngen itan”. Baris ke-4 “kepahiang
oi sehasen” menegaskan bahwa seluruh rakyat kepahiang sudah sepakat untuk menjaga
keindahan alamnya.
Bait ketiga
Ario rajo depatei junjung (ario raja depatei junjung)
ngen ario rajo jenang alam (dengan ario rajo jenang alam)
mageh udi keme be ahep (kepada kalianlah kami berharap)
bangun ba kepahiang negerei ite (bangunlah kepahiang negeri kita)
Bait ketiga ini berisi tentang harapan rakyat pada Raja (bupati) agar dapat memimpin
rakyat dan membangun kota kepahiang menjadi lebih maju yaitu pada kata “mageh udi keme be
ahep”, “bangunba kepahiang negerei ite”.

Bait keempat
ario rajo depatei junjung (gelar untuk bupati)
ngen ario rajo jenang alam (gelar untuk ibu bupati)
keme rakyat udi pasti ba bangga (kami rakyatmu pasti bangga)
kerno negerei ite bi jayo (karena negeri kita sudah jaya)
Pada bait keempat Pemimipin (Bupati) dan Isterinya diberikan gelar kehormatan dari
rakyat sebagai tanda hormat pada pemimpin, selain itu rakyat kepahiang berharap agar Bupati
(pemimpin) dapat membangun kota kepahiang menjadi lebih maju, Berjaya.

terdapat pada kata “ariorajo depatei junjung, ngen ariorajo jenang alam”.
Bait ke-5
amen ade asei saying (kalau ada rasa sayang)
pakmi atei udi temaen (janganlah kalian tahan)
iyo lagew tentang kepahiang (ini lagu tentang Kepahiang)
genne dengang sehasen (namanya dendang satu rasa)
Pada bait kelima berisi tentang rasa sayang rakyat pada kota kepahiang dan rasa hormat
dan patuh pada pimpinan perlu ditunjukkan dengan bersama-sama menjaga keindahan
kepahiang. Dari bait pertama terdapat kata “kepahiang oi alami”. Bait kedua “kepahiang oi
sehasen”. Bait kelima “dendang sehasen” dapat disimpulkan bahwa lagu dendang sehasen berisi
tentang keindahan alam kepahiang yang perlu dijaga, dirawat bersama-sama (termasuk
pemimpin) agar tetap maju, Berjaya seperti keinginan rakyat.
b) Lagu Inew Ngen Sadea
Inew berarti rindu/kerinduan. sedangkan Ngen Sadea berarti dengan desa.Jadi Inew Ngen
Sadea berarti kerinduan dengan desa tercinta atau tanah tempat kelahiran. Lagu Inew Ngen
sadea bercerita tentang pemuda/pemudi yang pergi merantau ke negeri orang. Walaupun sudah
lama di negeri orang dia tidak pernah melupakan tanah kelahirannya desa yang indah dan
warganya mempunyai budi pekerti yang baik. Kerinduan akan desa tercinta sudah lama
dipendam dalam hati karena mau pulang tidak punya biaya. Yang terdapat pada kata:
Waktew ku teminget tentang sadeaku
Inew atea lak belek mai sadea
Alamne tenang budei tunne baik
Tapi uyo idupku nak ratau
Rindu yang sudah lama terpendam tidak dapat ditahan lagi, apalagi teringat dengan ayah,
ibu yang sudah lama tidak bertemu. Tapi apa daya hidup di rantau menderita, akhirnya
pemuda/pemudi hanya bisa menyesali nasibnya. Yang terdapat pada bait kedua yaitu:
Tengen uku ade waktew
Belek maisadea tecito
Inew cigei nam temaen
Inew ngen sadea tecito.ho ho
Bait ketiga
Oi inok oi bapak
Ine cerito udi uyo naksadea
Bekne idupku nak raatau yo suseak
Tapi uyo bi bagei
Dalam lagu ini terdapat nilai moral yaitu sopan (budi pekertinya baik) terdapat pada bait
ke-1 baris ke-3 yaitu pada kata “alamne tenang budei tunne baik” Dan rasa kasih sayang pada
orang tua pada bait ke-3 baris ke-1 dan kedua yaitu pada kata “oi inok oi bapak” “ine cerito udi
naksadea” “bekne idupku nakratau yo suseak” “Tapi uyo memang bi bagei”
Dalam lagu inew ngen sadea diceritakan pemuda/pemudi yang di rantau hidupnya
sengsara, padahal kenyataannya banyak suku Rejang yang menjadi orang sukes, berpangkat,
kaya di perantauan.
c) Lagu Taneak Bediwo
Taneak berarti tanah, bediwo berarti para dewa. Jadi lagu taneak Bediwo adalah tanahnya
pada dewa (tanah yang subur, rakyatnya makmur). Kota Kepahiang mempunyai motto
“Kepahiang Alami”. Lagu Taneak bediwo menceritakan tentang keindahan alam kota kepahiang
yang sudah tersebar ke seluruh pejuru kota.Alam yang indah, subur tanahnya, rakyatnya pun
bersatu, bersepakat, bersama-sama untuk menjaga keindahan alam. Yaitu terdapat pada kata
Alangke bahesne ko taneak jang
negerei alep awei bidadarei
alami taneakne
sehasen rakyatne
iyo ba taneak bediwo
Wahai para sahabat yang ada di rantau pulanglah, lihatlah kota kepahiang sudah jauh
berubah, pembangunan sudah merata sampai ke pelosok desa terdapat pada kata
oi kuat nak ratau
cubo kemleak taneak jang bi bubeak
ine udi coa bangga
genne negerei alami
asri laksana mas ngen itan
Dalam lagu ini terdapat nilai moral yaitu rasa gotong-royong, kerjasama dalam menjaga
keindahan alam terdapat pada kata “maroba kuat ite yo besamo” “jemago bersihne taneak
tecito”. Dan juga terdapat nilai edukasi budaya yaitu menjaga, menjunjung tinggi adat istiadat
daerah semua rakyat harus bersama-sama menjaga, menjunjung tinggi adat istiadat yang adayaitu
pada kata :
amen iso ite api igei
jemago bahesne negerei ite
besatu sepakat sehasen ba ite
jemunyung adat istiadat ite
Kepahiang taneak bediwo

d) Lagu Bedhan/Penemew idup


Bedhan berarti berhenti. Berhentilah meratapi nasib buruk. Hadapi kehidupan dengan
penuh semangat. Lagu ini menceritakan tentang kehidupan seseorang yang menghadapi cobaan
hidup. Dia berharap kesedihannya akan hilang seperti hujan yang akan berhenti pada saat
matahari bersinar, dan pada saat awan berarak, dan angin bertiup. Dia memohon pada tuhan agar
diberi ketabahan dalam menghadapi hidup ini. Dalam lagu ini terdapat nilai religius yaitu
terdapat pada bait ke-2 baris ke-3 dan ke-4 yaitu pada kata tabah-tabahke ateai yo tuhan naklem
madepipenemewidup, Manusia harus tabah dalammenghadapi cobaan (berserah diri pada Tuhan,
ketakwaan, keimanan, dan nilai moral yaitu terdapat pada bait bait ke-3 yaitu “betiup-betiup ba
ko angin ’nyanyike lagew’ tetang semanget idupku’ bahwa kita harus semangat, optimis dalam
menjalani kehidupan. (seperti angin yang selalu bertiup)

e) Lagu Ujen
Ujen berarti hujan. Hujan pada lagu ini dikiaskan dengan kesedihan. Kekecewaan yang
dialami oleh seseorang. Hujan pada saatnya pasti akan berhenti, begitu pula kesedihan,
kekecewaan dalam hidup pasti akan hilang dengan berjalannya waktu.yaitu terdapat pada kata
“ujen-ujen-ujen ko alew” alew-alew teminga uku” atea ajuh ine ubetne” atei ibo ngen api
mengadew”. Lagu ujen menceritakan tentang kekecewaan seorang pemuda kepada kekasih yang
telah meninggalkannya. Kekasih yang sangat disayangi pergi setelah berjanji untuk setia.Mereka
pernah berjanji di Danau Musi untuk sehidup semati menjalani kehidupan sebagai pasangan
suami isteri. Tapi apa terjadi? Janji yang sudah diucapkan dilanggar oleh si wanita. Kekasih
(wanita) meninggalkan begitu saja tanpa ada pesan.berita. Kini tinggallah si pemuda yang patah
hati, tidak ada lagi tempat untuk mengadu selain berserah diri pada Tuhan.

f) Lagu Bujang Pemalas karya Guntur Cik Aman


Seperti judulnya Bujang Pemalas adalah laki-laki yang tidak mempunyai pekerjaan
tetap. Lagu Bujang Pemalas lagu ini menceritakan tentang seorang pemuda desa yang tidak ada
pekerjaan. Di rumah dia tidak pernah membantu orang tuanya bekerja di kebun atau membantu
mencari nafkah. Hari demi hari di isi dengan kegiatan makan dan tidur. Ini terdapat pada kata-
kata :
Tentang kuatku genne si bujang malas
Coa tek lukak
Nak umeah ine igei
Kerjono mukmei mageh tiduh
Udem ho mukmei tiduh igei
Dasar bujang pemalas.
Teman, sahabat, orang tua sudah berusaha menasehatinya agar sadar dengan tingkah
lakunya yang pemalas. Terdapat pada kata
Oi bujang pemalas cuboba
Ko sadar ba mageh tikahko
Dalen idup yo maseak panyang
Tuhan mlea waktew utuk beubeah
Teman-teman, orang tuanya berharap agar si pemuda ini sadar.dan berubah karena Tuhan
sudah memberikan waktu yang cukup untuk berubah. Pada lagu ini kata bujang malas diulang
beberapa kali yaitu bait ke-1 baris kedua dan baris ke-8 dan bait kedua pada baris ke-3. serta bait
ketiga pada baris ke-4. Pada lagu Bujang pemalas terdapat nilai moral yaitu sikap
kemandirian,tidak tergantung pada orang lain (orang tua), rasa tanggungjawab yaitu sikap atau
perilaku kita dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana yang harus dilakukan
terhadap diri sendiri, tuhan, masyarakat, baik lingkungan sosial atau lingkungan budaya. Dalam
budaya rejang orang yang dipandang dan terhormat bila seseorang mampu mandiri dan berhasil
dengan usahanya sendiri. Usaha di sini yang dimaksudkan adalah orang tersebut berhasil bukan
karena warisan baik jabatan (anak dari raja), harta benda (kaya raya), kesaktian (jadi dukun,
paranormal) dan lain-lain. (Ekorusyono:2013:213). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
penulis mengajak para pemuda/pemudi atau masyarakat pada umumnya untuk hidup mandiri.

g) Lagu Pantun Pemikat karya Guntur Cik Aman.


Pantun Pemiket berarti pantun yang isinya pujian, rayuan pada seseorang yang dicintai,
dikasihi.Lagu Patun Pemiket menceritakan tentang cara bergaul pemuda-pemudi Rejang. Dalam
budaya Rejang bila seorang pemuda yang senang/jatuh cinta pada seorang pemudi (gadis)
mereka biasa bertemu kemudian mereka menyampaikan maksud hati, agar lebih sopan pemuda
menggunakan pantun.

5. REJANG LEBONG

Lagu daerah adalah salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Rejang Lebong.
Lagu daerah ini dituangkan dalam bentuk lirik lagu Rejang. Lirik lagu Rejang yaitu bentuk
ekspresi masyarakat Rejang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah, tentang suatu hal
yang sudah dilihat, didengar, dan dialami. Lirik lagu daerah Rejang ini dikomunikasikan melalui
ragam suara yang indah dengan menggunakan bahasa Rejang.
Lagu daerah Rejang yang diciptakan oleh Edi Musa, Fadil, dan Herman Firnadi, sudah
dalam bentuk kaset VCD. Lagu Rejang ini dinyanyikan secara langsung oleh pencipta lagu tetapi
ada juga sebagian yang dinyanyikan oleh artis. Kaset-kaset lagu daerah Rejang dapat ditemukan
di Kabupaten Rejang Lebong yaitu di sekitar Pasar Tengah, Bang Mego, lorong pasar atas
tepatnya di gang Arenas, dan toko-toko kaset yang ada di Kabupaten Rejang Lebong.

Lagu daerah Rejang umumnya berisi tentang pengalam-pengalaman pencipta lagu yaitu
pengalaman dalam bermasyarakat, kehidupan pribadi, kisah orang lain yang didengar, membaca
karya-karya orang lain, dan kebudayaan yang beraneka ragam. Pengalaman-pengalaman yang
pencipta lagu alami tersebut dituangkan melalui lirik lagu Rejang.

1. Wujud Bahasa Lagu Daerah Rejang


Wujud bahasa yaitu bentuk bahasa dalam lagu daerah Rejang. Dalam hal ini, wujud bahasa
lagu daerah Rejang terbentuk dalam bait dan baris. Baris dalam lagu daerah Rejang berupa
kata, frase, klausa, dan kalimat. Selanjutnya, dari baris-baris yang membentuk kalimat akan
dijumpai inversi, penambahan fonem, filler, penghilangan fonem, dan penggunaan majas.

2. Bait dalam Lagu Daerah Rejang


Umumnya setiap bait lagu daerah Rejang terdiri atas 4 baris. Dalam beberapa lirik lagu ada
juga yang terdiri atas 5 dan 6 baris. Contohnya, pada lagu Diwo terdiri atas 5 baris dan lagu
Sammana terdiri atas 6 baris, yang hanya terdapat pada bait ke 4.

3. Struktur Bait
Struktur bait dalam lagu daerah Rejang ada yang berbentuk pantun dan mirip pantun. Bait
tersebut juga merupakan syair yang memperhatikan rima, mengalami pengulangan baik kata
maupun frase.

a) Bait Berbentuk Pantun


Beberapa lagu daerah Rejang, bait-baitnya berbentuk seperti pantun yang dinyanyikan, yaitu
dua baris pertama merupakan sampiran dan dua baris terakhir merupakan isi. Sampiran adalah
dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat
pendukungnya) dan biasanya tidak mempunyai hubungan dengan bagian kedua yang
menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima, dua baris terakhir merupakan isi,
yaitu tujuan dari lirik lagu tersebut (Agni, 2008:6).

Lagu daerah Rejang yang berjudul “Adipura dan Tuweak Tuwei” merupakan pantun yang
dinyanyikan karena lirik lagu tersebut telah memenuhi syarat-syarat pantun menurut Kokasih,
(2008:9) yaitu:

1) Terdiri atas empat baris setiap baitnya,

2) Setiap barisnya terdiri atas 8-12 suku kata,


3) Baris pertama dan kedua merupakan sampiran sedangkan baris ketiga dan keempat adalah isi

4) Bunyi terakhir pada kalimat-kalimatnya berpola a-b-a-b. Dengan demikian, bunyi akhir pada
kalimat pertama sama dengan kalimat ketiga dan bunyi akhir pada kalimat kedua sama dengan
kalimat keempat. Ini adalah tanda bahwa pantun mementingkan rima.

Tergambar pada lirik lagu Rejang yang berjudul Adipura bait pertama berikut ini.

Epun ba bakeak ade nak laman

„Pohon nangka ada di halaman‟ Sampiran

Eboak ne mesak si kuning ijo

Buahnya masak kuning hijau

b) Bait Mirip Pantun


Pada bait-bait lirik lagu daerah Rejang terdapat bait mirip pantun. Jika pada lagu Adipura bait
pertama dan Tuweak Tuwei bait ketiga dan keempat berbentuk pantun yang dinyanyikan,
berbeda dengan bait-bait selanjutnya yang hanya mirip dengan pantun. Dikatakan hanya mirip,
karena lirik lagu ini tidak memenuhi syarat pantun yang keempat yaitu bunyi terakhir pada
kalimat-kalimatnya berpola a-b-a-b. Menurut Agni (2008:6), pantun bersajak akhiran dengan
pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-a-a, a-a-b-b, atau a-b-b-a), sedangkan lagu Adipura bait ketiga dan
lagu Tuweak Tuwei, bait-bait selanjutnya selain bait ketiga, tidak berima a-b-a-b, tetapi tetap
memperhatikan rima yaitu rima berpola (a-a-a-a). Selain itu, terdapat pula pada lagu Ideak. Lagu
ideak tidak memperhatikan rima, tetapi dikatakan mirip karena memenuhi syarat-syarat pantun
kecuali syarat yang keempat yaitu berakhiran a-b-a-b. Berikut ini kutipan lagu Adipura, Tuweak
Tuwei, dan Ideak tersebut.
Dio lageu te lageu bedindang

„Ini lagu kita lagu berdendang ‟ Sampiran

Lageu bedindang lageu ne riang

„Lagu berdendang lagunya riang‟

Maro ba ite nak kutei ejang

„Marilah bersama kita ke kota Rejang‟ Isi


Samo sedasen samo sekundang

„Sama sedaerah sama menjaga‟

Kaleu pacak sayang semambung tilei

„Kalau bisa sayang menyambung tali‟ Sampiran

Tilei neket jibeak sapie lepas igei

„Tali diikat jangan sampai lepas lagi‟

Kaleu pacak sayang mengebin direi

„Kalau bisa sayang membawa diri‟

Alamat senang idup nak kedong bilei Isi

„Akan senang hidup di masa depan

Men ku namen kiyou begetea‟

„Kalau saya tahu kayu bergetah‟ Sampiran

Coa ku tembang kiyou balisei

„Tidak akan saya tebang kayu berisi‟

Men ku namen ko laknikea‟

„Kalau saya tahu kamu mau menikah‟ Isi

Biao matei jijei ba unen

„Air mata jadilah banjir‟

Dang temutu epei gimatei‟

„Jangan menumbuk padi yang masih mentah‟ Sampiran


Pun beko begetei‟ kulo

„Pohon nangka begetah juga‟

Amen ko bisudo nikea‟

„Kalau kamu sudah menikah‟

Tulung sido pei‟ idea te‟ meno‟o Isi

c) Pola Kalimat
Lagu daerah Rejang memiliki beberapa bentuk pola kalimat. Ada yang menggunakan pola
kalimat seperti kalimat percakapan antara adik dan kakak, terdapat pada lagu Cando Keme,
seperti bait pertama lirik lagu Cando Keme berikut ini.

Adik: Nah...kakak biudem ku madeak „Nah.. kakak sudah ku katakan‟

Kaleu ba kelak tun oi elei nien „Kalaulah nanti kehendak orang itu besar sekali‟

Kakak: Nah...cok coaba nam ku madeak „Nah.. tidaklah bisa ku katakan‟

Amen ba bi elak coanam tenaen „Kalaulah sudah mau tidak bisa ditahan‟

Pada lagu Ideak baris-barisnya menggunakan pola kalimat jika….maka yaitu baris pertama
menggunakan “jika”, baris kedua menggunakan pola “maka”. Selanjutnya baris ketiga
menggunakan “jika” baris keempat menggunakan pola “maka” dapat dilihat pada bait pertama
lirik berikut.

Men ku namen kiyou begetea‟ Jika „Kalau saya tahu kayu bergetah‟

Coa ku tembang kiyou balisei maka „Tidak saya tebang kayu berisi‟ Men ku namen ko laknikea‟
jika „Kalau saya tahu kamu mau menikah‟

Biao matei jijei ba unen maka „Air mata jadilah banjir‟

Dang temutu epei gimatei jika „menumbuk padi yang masih mentah‟

Pun beko begetei‟ kulo maka „Pohon nangka begetah juga‟

Amen ko bisudo nikea‟ jika „Kalau kamu sudah menikah‟

Tulung sido pei‟ idea te‟ meno‟o maka „Tolong jaga selendang tanda waktu dulu
d) Tema Lagu Daerah Rejang
Secara umum tema lagu Rejang menceritakan tentang perpisahan kekasih, karakter gadis
Rejang, kebersihan, dan berperilu dalam kehidupan. Pada tema lagu Rejang selain diarahkan
pada Semantik yaitu arti yang terkandung pada teks lagu Rejang, secara harpiah juga
dihubungkan dengan pragmatik yaitu gambaran yang terjadi di masyarakat Rejang Lebong. Lagu
daerah disebut sebagai wacana dalam komunikasi sosial hal ini ini terlihat dari cara pencipta lagu
menuangkan apa yang pencipta lagu lihat, rasakan, dan alami, yang semuanya merupakan
cerminan kehidupan masyarakat Rejang Lebong.

1. Lagu daerah Rejang bertema perpisahan kekasih


Lagu Rejang bertema perpisahan kekasih, terdapat pada lagu yang berjudul “Ideak dan
Diwo”. Lagu daerah Rejang memiliki berbagai Persoalan tentang perpisahan kekasih. Yang
pertama, yaitu menyangkut tentang pinangan. Betapa susahnya meminang gadis Rejang. Hal
ini dirasakan sulit untuk meminang, khususnya bagi masyarakat yang berasal dari ekonomi
menengah kebawah. Persoalan ini tergambar dari lirik lagu yang berjudul Ideak. Pencipta lagu
harus terpisah oleh kekasih hatinya karena perbedaan status ekonomi.

2. Lagu daerah Rejang bertema tentang karakter gadis Rejang


Karakter gadis Rejang tergambar dalam lagu Rejang yang berjudul Semulen Jang. Lagu
Semulen Jang menceritakan gadis Rejang, yaitu bagaimana bentuk ataupun kepribadian gadis
Rejang. Lagu semulen jang ercipta dari pengalaman pencipta melihat lingkungan sekitar
tentang bentuk dan perilaku gadis Rejang. Pencipta melihat gadis Rejang jarang sekali terlihat
berkeliaran, gadis Rejang terlihat keluar rumah biasanya bersama ibunya seperti
mengantarkan ibunya ke pasar, ataupun ikut dalam acara keluarga. Gadis Rejang lebih senang
berada di dalam rumah dibandingkan berkeliaran tidak menentu arah. Lagu ini juga
menceritakan kecantikan gadis Rejang, tergambar pada bait ketiga berikut ini.

Alep nien semuelen ejang „Cantik sekali gadis Rejang‟

Ipe alep baes budei ne„Sudah cantik baik budinya‟

Alep nien semuelen ejang „Cantik sekali gadis Rejang‟

Si kulo pacak mengajei „Dia juga bisa mengaji‟

Lirik lagu di atas menggambarkan bahwa gadis Rejang cantik-cantik. Gadis cantik identik
dengan kebiasaannya suka berdandan tapi tidak dengan gadis Rejang. Gadis Rejang tidak hanya
pintar berdandan tapi juga baik budinyan dan ahlaknya bagus terbukti dengan pandai mengaji,
seperti pada lirik alep nien semuelen ejang „cantik sekali gadis Rejang‟, si kulo pacak mengajei
„dia juga bisa mengaji‟. Lirik lagu memfokuskan pada “objeknya” yaitu Semulen Jang.

3. Lagu daerah Rejang bertema tentang kebersihan


Tema kebersihan tergambar dalam lagu Rejang yang berjudul Adipura. Lagu Adipura
memfokuskan pada keindahan kota Rejang. Lagu ini tercipta saat Rejang Lebong mendapat
penghargaan kebersihan dalam rangka hari lingkungan hidup sedunia tahun 2008. Bupati
Rejang Lebong berangkat langsung kejakarta mewakili masyarakat Rejang Lebong menerima
piala adipura dari Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Tergambar pada bait pertama dan
kedua berikut ini.

Epun ba bakeak ade nak laman‟Pohon lah nangka ada di halaman‟ Eboak ne mesak si kuning
ijo „Buahnya masak kuning hijau‟

Alangke baes kota idaman „Alangkah bagus kota idaman‟

Kota ne alep kenliling tebo „Kotanya cantik dikelilingi gunung‟

Bioa ba musei kunai ba cu‟up„Air musi dari lah Curup‟

Bioa ne bersih melintas tebo „Airnya bersih melintas gunung‟

Kota ba cu‟up bersih ba rapi „Kota Curup bersih dan rapi‟

Adipura ne sudo ba pasti „Adipura sudah pasti‟

Penggambaran keindahan alam kota Rejang Lebong tergambar pada lirik lagu di atas. Pada
bait pertama tergambar betapa indahnya kota idaman yang dikelilingi gunung, melintaslah air
musi yang bersih. Pada bait kedua baris ketiga dan keempat, menggambarkan bahwa Rejang
Lebong sudah sewajarnya mendapatkan adipura, karena Kota ba cu‟up bersih ba rapi „Kota
lah curup bersih dan rapi‟.

4. Lagu daerah Rejang bertema tentang nasehat hidup


Lagu daerah Rejang bertema tentang nasehat hidup, terdapat pada lagu yang berjudul
“Tuweak Tuwei, Tebo Kabeak, Sammana, Cando Keme, dan In‟ok”. Kelima lirik lagu Rejang
ini berisikan tentang nasehat-nasehat untuk mengatur perilaku yang ditujukan kepada semua
kalangan, baik untuk anak-anak, remaja, maupun orang tua, sebagai berikut.

Lagu Tuweak Tuwei memfokuskan pada “nasehat” yaitu isi yang disampaikan setiap
baitnya. Lagu Tuweak Tuwei merupakan kumpulan dari nasehat-nasehat yang dilagukan.
Lagu ini tercipta dari kumpulan Peta-petiti Rejang atau bisa disebut nasehat-nasehat
masyarakat Rejang. Nasehat-nasehat tersebut yang dikumpulkan oleh pencipta menjadi satu
lagu, seperti bait pertama berikut ini.
Kaleu pacak sayang mengebin direi (6.1)

„Kalau bisa sayang membawa diri‟

Alamat senang idup nak kedong bilei

„Akan senang hidup dimasa depan‟

Nasehat yang ingin disampaikan dari lirik lagu di atas yaitu kita harus Pandai-pandai
membawa diri. Apabila kita bisa membawa diri dalam bermasyarakat orang akan senang.

6. BENGKULU UTARA
Bengkulu utara

Kabupaten Bengkulu Utara pada awalnya dibentuk berdasarkan Undang-Undang Darurat


No.4 Tahun 1956 tentang Pemerintahan Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi di Kotamadya
Bengkulu Sumatera Selatan.

Pada waktu itu ibukotanya ditetapkan di Kotamadya Bengkulu dan terdiri dari 9
kecamatan, 24 marga, 296 Desa. Kemudian berdasarkan PP No. 23 tahun 1976, Kabupaten
Bengkulu Utara dibentuk menjadi 340 Desa Definitif dan 7 Kelurahan yang tersebar dalam 9
kecamatan. Selanjutnya pada PP Nomor 46 tahun 1986 tentang perluasan Wilayah Kotamadya
Bengkulu, sebagian wilayah Kabupaten Bengkulu Utarayaitu kecamatan Talang Empat dan
Pondok Kelapa dulu luasnya 969.120 Hektar, sekarang menjadi 958.524 Hektar.

PP nomor 11 tahun 1982 tentang pembentukan kota Arga Makmur sehingga Kabupaten
Bengkulu Utara memiliki 10 kecamatan. Dan pada Peraturan pemerintah No.61 Tahun 1991
menetapkan perwakilan Padang Jaya dan Putri Hijau menjadi kecamatan Induk, sehingga jumlah
kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara menjadi 12 kecamatan, 10 kecamatan perwakilan, 340
desa dan 7 Kelurahan.

Berdasarkan PP RI No.47 tahun 1999 tentang pembentukan Kecamatan Teras teruncam


di wilayah kabupaten tingkat II Bengkulu Utara dalam wilayah Provinsi daerah Tingkat I
Bengkulu, maka jumlah kecamatan di kabupaten Bengkulu Utara menjadi 13 kecamatan.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Daerah No. 19 tahun 2001 Tentang pendefinitifan Kecamatan
Pembantu Dalam Kabupaten Bengkulu Utara dan Perda no.21 tahun 2001 Tentang Pembentukan
Kecamatan dalam kabupaten Bengkulu Utara maka pada tahun 2001 Kabupaten Bengkulu Utara
telah memiliki 22 kecamatan yang terdiri dari 7 kelurahan, 388 desa definitif dan 3 desa
persiapan.

Kemudian Kabupaten Bengkulu Utara dimekarkan lagi menjadi 2 kabupaten, yaitu


kabupaten Mukomuko dan Kabupaten Bengkulu Utara berdasarkan UU no. 23 Tahun 2003.
Kondisi terakhir, Bengkulu Utara dimekarkan lagi menjadi Kabupaten Bengkulu Utara dan
Bengkulu Tengah berdasarkan UU No.24 Tanggal 26 Bulan Juni Tahun 2008.

Saat ini, Kabupaten Bengkulu Utara terbagi dalam 17 kecamatan, antara lain Kecamatan
Enggano, Kecamatan Kerkap, Kecamatan Hulu Palik, Kecamatan Air Napal, Kecamatan Air
besi, Kecamatan Tanjung Agung Palik, Kecamatan Kota Arga Makmur, Kecamatan Arma Jaya,
Kecamatan Lais, Kecamatan Air Padang, Kecamatan Batik Nau, Kecamatan Giri Mulya,
Kecamatan Padang Jaya, Kecamatan Ketahun, Kecamatan Napal Putih, Kecamatan Ulok Kupai
dan Kecamatan Putri Hijau. Dari 17 Kecamatan terdapat 5 kelurahan, 224 desa definitif.

Suku asli kabupaten bengkulu utara adalah suku rejang. Menurut ahli sejarah Zulman
Hasan (2015:28-29) semua orang rejang yang tersebar itu berasal dari Pinang Pelapis, Renah
Skalawi yang kini disebut Lebong. Orang-orang suku rejang kini mendiami sebagian besar
wilayah provinsi Bengkulu, yaitu masyarakat yang tinggal dan mendiami Kabupaten Lebong,
Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu Utara, dan
masyarakat yang tinggal dan mendiami daerah Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang, dan di
daerah hulu sungai Rawas Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan.

Suku Rejang yang terletak di propinsi Bengkulu memiliki lagu daerah yang isinya
menceritakan dan mengisyaratkan cerita rakyat baik itu yang pernah terjadi (nyata) maupun
hanya dongeng. Hal tersebut itulah, yang membuat lagu daerah suku Rejang menjadi sarat
makna.

Lagu- lagu berasal dari suku rejang bengkulu utara di antaranya:

a. LATAR BELAKANG TERCIPTANYA LAGU SANG SEGAN


Pada lagu Sang Segan, yang melatar belakangi terciptanya lagu ini adalah karena adanya
cerita rakyat tentang seorang lelaki yang sangat malas dengan burung peliharaannya, yakni
Burung Kuaw.
Burung Kuaw dianggap oleh suku Rejang menjadi burung keramat. Burung Kuaw jenisnya
sama seperti burung Kakak Tua, dan juga dapat berbicara. Karena begitu jengkelnya burung
Kuaw terhadap majikannya yang sangat malas, burung itupun bernyanyi agar sang majikan
merasa terganggu dan mau melakukan apa yang dikatan oleh sang burung. Sampai pada
akhirnya burung Kuaw memberi majikannya pengertian tentang artinya bekerja dan tidak
malas.
uh... sang segan

mata ada, melihat saja malas


uh... sang segan
Telinga ada, mendengar saja malas
uh... sang segan mulut ada, berbicara pun tidak
uh... sang segan tolong... sembelih saja aku

b. LATAR BELAKANG TERCIPTANYA LAGU PEI IDEAK


Lagu ini dilatar belakangi oleh adanya suatu adat masyarakat Rejang tentang Kain
Persembahan. Kain yang diberikan oleh lelaki kepada kekasihnya sebelum mereka menikah
dianggap oleh masyarakat suku Rejang sebagai tali cinta mereka sebelum menikah. Jika kain
tersebut hilang, maka hubungan sepasang kekasih tersebut tidak akan berlanjut ke pernikahan.
Lagu ini juga dilatar belakangi oeh cerita rakyat tentang hilangnya sebuah kain persembahan
sepasang kekasih karena diambil oleh sang ayah dari gadis karena sang ayah tidak menyetujui
hubungan mereka. Dan masyarakat menganggap mereka berdua tidak boleh menikah. Sang
lelaki yang kecewa Meringit.
Kalau kutahu kayu bergetah
Tidak kutebang si kayu Lisai (nama kayu)
Kalau kutahu kamu mau menikah
Jadilah kolam air mata
Jangan menumbuk padi masih mentah
Pohon Nangka bergetah juga Kalau kamu sudah menikah
Tolong pelihara kain persembahan kita
Oi bibi… dengan bibi ipar…
Alangkah sengsara bagai anak yatim piatu
Kenapa seperti ini penemuan hidup Janji tidak jadi hingga putus asa
Sekarang aku diam di ladang
Hidup sendiri berduka terus
Ingat kata janji berdua
Pohon seruni jadilah saksi

7. LEBONG
Lebong

Sebutan kabupaten Lebong sebagai kota tua merupakan satu catatan sejarah berdirinya
kota Lebong, dilihat dari struktur dan kondisi kota yang ada di Kabupaten Lebong saat ini
terlihat jelas bahwa Kabupaten Lebong merupakan kota tua, seperti adanya peninggalan
penambangan emas dari zaman penjajahan Belanda, dan dari bentuk arsitektural bangunan di
Kabupaten Lebong, selain itu pola tata ruang kota Lebong menunjukan kota tersebut hasil karya
peninggalan konsep tata ruang bangsa Belanda.

Sejarah mengapa kabupaten Lebong merupakan kota tua, karena di Kabupaten Lebong ini
terdapat sumber daya alam berupa tambang emas, dan tambang emas tersebut menjadikan
ketertarikan pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan kota di Lebong tepatnya di daerah
Muara Aman.

Beberapa peninggalan tambang emas tua di Kabupaten Lebong sampai saat ini masih
difungsikan dan di ekplorasi baik secara semi modern atau secara tradisional, namun sayang
bangunan-bangunan sejarah seperti di desa Tambang Sawah tinggal puing saja yang merupakan
saksi bisu bahwa Lebong merupakan kota tua.[4]

Kejayaan Kabupaten Lebong sebagai daerah yang memiliki potensi alam dan sumber daya
mineral sudah dikenal sejak zaman dahulu, semenjak kolonial Belanda ada di Indonesia, bukti-
bukti kejayaan tersebut sampai sekarang masih terlihat dari sisa - sisa peninggalan tambang emas
tua di Kabupaten Lebong. Beberapa sisa-sisa peninggalan tambang emas tersebut sampai
sekarang masih di manfaatkan oleh masyarakat, dan diexplorasi oleh pihak swasta dengan izin
dari Pemerintah Kabupaten Lebong, seperti yang terdapat di tambang emas Lubang Kacamata

Pada tahun 2003, berdasarkan UU RI Nomor 39 Tahun 2003 yang ditetapkan pada
tanggal 18 Desember 2003, dibentuk Kabupaten Lebong yang terdiri atas 5 Kecamatan yakni:
Lebong Utara, Lebong Tengah, Lebong Selatan, Rimbo Pengadang dan Lebong Atas.

c. LATAR BELAKANG TERCIPTANYA LAGU ANAK LUMANG Lagu ini dilatar


belakangi oleh adanya cerita rakyat yang menganggap anak yatim itu memberi berkah bagi
yang menolongnya. cerita ini berkisah mengenai seorang anak yatim yang tinggal sendirian di
tengah hutan. Tak lama, ia melihat sebuah perkampungan yang anak-anaknya masih memiliki
keluarga dan orang tua. Sampai pada suatu saat anak yatim tersebut Meringit meratapi
nasibnya.
Alangkah malangnya nasib anak yatim piatu
Tidak merasakan hidup yang berbahagia
Tidak ada teman untuk bersenang-senang
Pagi sampai malam hatinya resah
Memikirkan jadinya hidup
Merasakan penemuan hidupnya
Siapakah tempat kalau hendak bicara
Tidak ada seorang pun saudara
Keluarga tiada lagi
Pada suatu hari, anak yatim tersebut keluar hutan dan mencoba melihat kampung tadi. Sampai
ada sebuah keluarga yang tidak berada menolongnya dan mengangkat dirinya sebagai anak.
Kemudian, keluarga tersebut lama kelamaan kaya karena hasil panen mereka tumbuh subur dan
menuai hasil yang melimpah.
d. Latar Belakang Terciptanya Lagu Lalan Belek
Cerita rakyat di atas menjadi latar belakang terciptanya lagu Lalan Belek. Dilihat dari
jenisnya, cerita rakyat di atas termasuk dalam jenis Legenda, yakni prosa atau cerita rakyat
yang dianggap oleh empunya cerita sebagai kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi.
Lalan Belek tercipta karena adanya cerita rakyat tentang seorang ibu yang merindukan
anaknya. Sang ibu selalu menanti kedatangan anaknya dengan Meringit.
Oi Lalan pulang… oi lalan pulang,
lalan pulang Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang
Ambil bambu sebelah-sebelah
Ambil daun dilipat dua, lipat dua
Biar sepuluh orang melarang
Kembali rasa kita berdua
Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang
Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang
Kalau kutahu buah Pare pahit
Tidak kumasak buah kedula
Kalau kutahu hidup ini sengsara
Tidak kumau turun ke dunia
Oi Lalan pulang… oi lalan pulang,
lalan pulang Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang
Kalau ada pelepah pinang Apa guna ku upah lagi
Kalau ada bayangan hendak bertunangan
Apa guna berkata-kata lagi
Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang
Oi Lalan pulang… oi lalan pulang, lalan pulang
Hari ini menanam tebu
Besok lusa menanam serai
Hari ini kita bertemu Besok lusa kita bercerai
Saat anaknya datang, ternyata anaknya telah mati dan menjadi seorang bidadari. Sang ibu pun
menangis tiada henti. Konon, air mata ibu tersebut menjadi kubangan sungai yang sekarang
dinamakan sungai Putih. Meringit adalah keluh kesah seseorang yang dilantunkan seperti lagu.
Dan hal itu juga menjadi latar belakang terciptanya lagu Lalan Belek.
Lagu ini memiliki makna Makna dari lagu Lalan Pulang ini adalah kasih seorang ibu kepada
anaknya Jurnal Artikulasi Vol.10 No.2 Agustus|707 takkan hilang, manusia diciptakan oleh
Tuhan untuk menjalankan perintah dan menhadapi beberapa cobaan yang diberikanNya, karena
semakin banyak cobaan yang diberikan, akan semakin disayang pula manusia tersebut oleh
Tuhan YME. Dan yang terakhir adalah bahwa takdir manusia itu telah digariskan oleh Tuhan,
manusia tidak tahu apa yang akan terjadi besok atau lusa, manusia hanya dapat berdoa dan
berusaha untuk menjadi yang lebih baik.
e.

8. BENGKULU SELATAN

Bengkulu Selatan adalah sebuah kabupaten di Provinsi Bengkulu, Indonesia. Kabupaten


Bengkulu Selatan berdiri berdasarkan Keputusan Gubernur Militer Daerah Militer Istimewa
Sumatra Selatan pada tanggal 8 Maret 1949 Nomor GB/27/1949 tentang pengangkatan Baksir
sebagai Bupati Bengkulu Selatan (sebelumnya bernama kabupaten Manna Kaur 1945–1948 dan
kabupaten Seluma Manna Kaur 1948–1949). Pada perkembangan selanjutnya dikuatkan dengan
Surat Keputusan Presiden RI tanggal 14 November 1956 dengan Undang-undang Nomor 4
Tahun 1956 (Tambahan Lembaran Negara 109).

Berdasarkan kesepakatan masyarakat tanggal 7 Juni 2005, dikuatkan oleh Perda No. 20
tanggal 31 Desember 2005 dan diundangkan dalam Lembaran Daerah No. 13 Tanggal 2 Januari
2006 Seri C maka tanggal 8 Maret ditetapkan sebagai hari jadi kabupaten Bengkulu Selatan.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2003 kabupaten Bengkulu Selatan mengalami
pemekaran wilayah menjadi kabupaten Kaur, kabupaten Seluma, dan Bengkulu Selatan.

Bahasa daerah di kabupaten Bengkulu Selatan adalah bahasa Melayu Tengah yang terdiri dari
dua dialek yaitu dialek Besemah yang banyak dipakai dari muara sungai Kedurang sampai
dengan perbatasan kabupaten Kaur, sedangkan dialek Serawai mayoritas digunakan di kabupaten
ini.

Kabupaten Bengkulu Selatan terletak di sebelah barat Bukit Barisan. Luas wilayah
administrasinya mencapai kurang lebih 118.610 Ha. Terletak pada 4 0 9’39” – 4 0 33’ 34”
Lintang Selatan dan 1020 47’45” - 1030 17’18” Bujur Timur.

 Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Seluma sepanjang ± 23,500 km.

 Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan ± 43,500 km.


 Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kaur ± 26 km.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia ± 4 mil


Wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan terbagi atas 11 (sebelas) kecamatan, yaitu
Kecamatan Kedurang, Kecamatan Seginim, Kecamatan Pino, Kecamatan Manna, Kecamatan
Kota Manna, Kecamatan Pino Raya, Kecamatan Kedurang Ilir, Kecamatan Air Nipis,
Kecamatan Ulu Manna, Kecamatan Bunga Mas, Kecamatan Pasar Manna

Berikut lagu-lagu daerah dari Kabupaten Bengkulu Selatan:

“Bekatak kurak kariak”

Bekatak kurak kariak

Nyemuni di ghupun seghai

Katau kakak ai mela baliak

Katau ading kelau kudai 

Bekatak kurak karik

Melumpat ke dalam payau

Ulam pepat kakak ngajak baliak

Tapi ading lum nyerilau

Kurak karik, kurak kariak

Luluak itu muni bekatak

Mela baliak, mela baliak

Tapi ading lum kila galak 

Bekatak kurak kariak

Nyemuni di ghupun seghai


Katau ading lum ndak baliak

Ndak nunggu cecirut kudai

“PEMATANG BANGAU”
Cipt. Joni Elhatim

Pematang Bangau 2x
Dilupaukah jangan Jangan dilupaukah
Tumpah daghah kami (oh) 3x
Jaklah keciak 2x
Kami tinggalkah 2x
Kamilah jauh 2x Kami ghindukan

* Asau ndak baliak 2x


Kami ndak baliak 2x
Kami ndak nginak 2x
Ghumah tuau kami
Pauklah keciak  2x
Di pughuuak ghumah 2x
Bada parini Badalah kamiBemandi-mandi 2x

Reff:

Oooi Oooi Oooi Asau ndak baliak 2x

Interlude:

Back to *,  Reff 4x   Fade Out

“Kebilau Baliak”

Lah lamau kitau nidau betemu


Ghindu di ati, dalam dadau
Tebayang Adiak, Jauah di matau
Jauah oi di sebeghang sanau

sejak kitau bepisah dulu


dusun laman nunggu adiak
idup sughang, badan sengsarau
adiak oi kebilau baliak
amen mbak ini, tuapau endak dikatau
siang teghingat, malam temimpi
nunggu adiak ndiak nyantuak nyampai
ngapau adiak, oi lupau baliak

kighimi surat, endiak bejawab


kertas abis, surat ndiak nyampai
aghap diaghap, adiak ka baliak
ghindu ati, tuapaulah ubat au

sejak kitau bepisah dulu


dusun laman nunggu adiak
idup sughang, badan sengsarau
adiak oi kebilau baliak

amen mbak ini, tuapau hendak dikatau


siang teghingat, malam temimpi
nunggu adiak ndiak nyantuak nyampai
ngapau adiak, oi lupau baliak

kighimi surat, endiak bejawab


kertas abis, surat ndiak nyampai
aghap diaghap, adiak ka baliak
ghindu ati, tuapaulah ubat au

aghap diaghap, adiak ka baliak


Edang nunggu, di dusun laman.

“Lenggang Serawai”

Njak ditadi lah tedengargh

Kelintang bebunyi ujan angin

Rebab mekai bekumandang 

Mangkau kitau pegi besamau


Kini gadis lah besak

Ibarat bungau rampai bungau rampai

Pesan kah samau ngan bujang alap padu padan pulau semendau

Oi bujang oi gadis

Malam ini kitau pegi nonton

Kelintang lah bebunyi njadi

Jangan nidau kitau nari galau

Gadis serawai kini lah makai kincau

Tesenyum melenggang nari andun

Bujang menari nampak serentak di atar-atar kitau andun

Nah manau dasau tadi,dasau-dasau lanang tadi manau,manau bujang inang melah kitau
nari kitau,nyau rombongan njak di bujang-bujang seberghang nak nari kitau  Ah nari andun
kudai di atar-atar,melah kitau ramikah riang-riang malamni.

9. KAUR

Kaur adalah sebuah kabupaten di provinsi Bengkulu, Indonesia. Terletak sekitar 250 km


dari kota Bengkulu, Kaur mempunyai luas sebesar 2.369,05 km² dan dihuni sedikitnya 298.176
jiwa. Mereka mengandalkan hidup pada sektor pertanian, perdagangan, perkebunan, dan
perikanan. Kabupaten Kaur dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 pada
tahun 2003 bersamaan dengan pembentukan Kabupaten Seluma dan Kabupaten Mukomuko.
Kaur sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Bengkulu Selatan.

Secara astronomis, Kabupaten Kaur terletak antara 103°4'8,76" – 103°46'50,12" Bujur


Timur dan 4°15'8,21" – 4°55'27,77" Lintang Selatan. Wilayah kabupaten ini berada paling
selatan dari wilayah Provinsi Bengkulu, berbatasan dengan Provinsi Sumatra Selatan dan
Provinsi Lampung.

Berikut lagu-lagu daerah Kabupaten Kaur:


“Se'ase Sehijean”
Cipt. Dang Sirat

Endai mpai ni lah dikenal


Kaur kaye ngan budaye
Dengan semboyan terkenal
Se'ase Sehijean

Entah itu jeme njak mane


Pribumi atau pendatang
Tanggung jawab kite sesame
Ndang sampai diakui u'ang

Sambat dengan sede'an


Luas dengan teta'ian
Bintuhan mainang sayang
Me'ingitnye Padang Guci

Beziki' juge bedindang


Lah 'indu ta'ian bimbang
Dimane tanggung jawab kite
Khususnye generasi mude

Tuhe mude same-same


Kite jage budaye
Tuhe mude same njage
Peninggalan ndai tetuhe
“Ngelipat Balik”
Cipt. Dang Sirat

Aku ndak balik


Te'ase badanlah je'ih
Lah de tetehan
Ku hidup di'enah u'ang

Ndang kuti mamung


Aku ndak balik ke dusun
Ndang kuti tegahi
Lah bulat niat di hati

Betahun di'enah u'ang


Tapi de beke'anjatan
Mbak kini aku ndak balik
Cube-cube aku mudik

Mungkin mpai ni aku salah


Waktu ku ninggalkan 'umah
Mbak kini aku ngelipat
Ku mohon bukakan mahap

10. MUKO-MUKO

Penduduk asli Mukomuko adalah Etnis Minang Mukomuko yang merupakan bagian dari


rumpun Minangkabau. Secara adat, budaya, dan bahasa, Mukomuko dekat dengan
wilayah Pesisir Selatan di Sumatra Barat. Pada masa lalu daerah Mukomuko ini termasuk salah
satu bagian dari rantau Pesisir Barat (Pasisie Baraik) Suku Minangkabau. Kerap juga disebut
daerah Riak nan Berdebur yakni daerah sepanjang Pesisir Pantai Barat dari Padang hingga
Bengkulu Selatan. Namun wilayah Mukomuko sejak masa kolonial Inggris telah dimasukkan ke
dalam administratif Bengkulu (Bengkulen). Sejak saat itu mereka telah terpisah dari
serumpunnya di daerah Sumatra Barat dan menjadi bagian integral dari wilayah Bengkulu. Hal
ini berlangsung terus pada masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, hingga masa
kemerdekaan.

Dalam masa kemerdekaan wilayah Mukomuko dimasukkan ke dalam Daerah Tk. II


dengan nama Kabupaten Bengkulu Utara. Pemekaran kabupaten dan kota telah menyapa hampir
seluruh provinsi di Indonesia, tidak terkecuali Provinsi Bengkulu. Pada awal tahun 2003,
provinsi ini bertambah tiga kabupaten baru yang ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2003, yakni Kabupaten Bengkulu Utara dimekarkan menjadi Kabupaten Bengkulu Utara
dan Kabupaten Mukomuko. Adapun Kabupaten Bengkulu Selatan juga dimekarkan menjadi
Bengkulu Selatan, Seluma, dan Kaur.

Sama halnya dengan kabupaten lainnya di Bengkulu, Mukomuko pun tidak terlepas dari
bencana gempa bumi, dimana pada tanggal 13 September 2007 terjadi gempa bumi yang
memporak porandakan sebagian penduduk Mukomuko, terutama di kecamatan Lubuk Pinang.
Pengiriman transmigran ke Bengkulu marak lagi sejak 1967. Bahkan, Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1973 menetapkan Provinsi Bengkulu dan sembilan provinsi
lainnya sebagai daerah transmigrasi di luar pulau Jawa. Salah satu kabupaten tujuan transmigran
adalah Bengkulu Utara dan kebijakan itu berlanjut hingga sekarang. Tahun 2004 Bengkulu
masih mendapat tambahan transmigran. Setiap keluarga transmigran disediakan tanah dua
hektare. Mayoritas transmigran dari Jawa adalah petani. Kini sentra-sentra penduduk migran itu
tumbuh menjadi sentra ekonomi.

Pertumbuhan penduduk menjadi sangat cepat dengan adanya program transmigrasi ini. Hal
ini juga telah menyebabkan terjadinya perubahan komposisi penduduk di wilayah Kabupaten
Mukomuko. Saat ini jumlah penduduk pendatang asal Jawa telah jauh melampaui jumlah
penduduk asli Mukomuko. Sehingga secara realita saat ini, penduduk asli menjadi minoritas di
Kabupaten Mukomuko.

Secara geografis Kabupaten Mukomuko terletak pada 101o01’15,1” – 101o51’29,6” Bujur


Timur dan pada 02o16’32,0” - 03o07’46,0” Lintang Selatan. Suhu udara kota Mukomuko berkisar
antara 21,10 C sampai dengan 34,60 C dengan curah hujan rata-rata 151,2 mm.
Secara administratif, Kabupaten Mukomuko ini terbagi menjadi 15 kecamatan, 148 desa,
dan 3 kelurahan. Pada tahun 2006 memiliki jumlah penduduk 177.131 jiwa yang terdiri dari
92.120 jiwa pria dan 85.011 jiwa wanita dengan tingkat kepadatan penduduknya sendiri
mencapai 43,88 per Km².

Sebagian besar penduduk Muko-muko ini merupakan transmigran yang berasal


dari Jawa, Sunda, Minang, dan lain sebagainya. Sebab, Bengkulu termasuk mukomuko sejak
zaman kolonial Belanda dijadikan "tanah harapan" bagi penduduk luar Bengkulu. Dari jumlah itu
37,4 persen suku Jawa, 6,3 persen suku Sunda, 5,4 persen Minang dan sisanya
dari Bali, Bugis, Melayu, Rejang, Serawai, Lembak, serta lainnya.

Berikut lagu-lagu daerah dari Kabupaten Mukomuko:

“Cinto Sekaum”

Bagi mbo adek lebeh daghi kawan salamu ika


Adek pun lah tau perasaan mbo dan manarimu
Dunia punyu baduo manu-manu ndak kadekek jo
Nyatonyo wak dak mukin basamu wak ka sakaum
Nyapang wak baduo saling cinto malawan adat
Tepat wak pun samu adek sanak tinu bagi mbo
Walau agamu dak melarang wak baumah tanggo
Tapi wak dak dapek restu ghang tuo
Katuju ghang banyak
Mamak wak pun samu adek laboh mbo balek makan
Pado anak wak dak ba indok bako ba mamak kek pak
Pado anak wak dak ba indok bako ba mamak kek pak
Eloklah wak mangalah jo maafkan ambo
Puyang wak pun samo wak ka tetap go basanak

“Kuwaw Letok”
Gedanglah ombak Pasa Ketahun

Ghiaknyo sampai ka Mukomuko

Beghibung bulan bepuluh-puluh tahun

Selai lah ghambut kaming idak kan lupo

Ai selagan ai manjuto

Duo ai nyo suah muaro

Ghidung nyo ating ghaso idak tekiro

Takena kapuang nan lah lamo ditingga

Suratih ban kuwaw

Aji pinalam ban kuwaw

Batang kapeh ban kuwaw

Teluk tekughuang ban kuwaw

Mato lapeh ban kuwaw

Badan tekughuang ban kuwaw

Cubolah cubo kito nanam sapelo

Entah babuah entah pulo ka tidak

Cubolah cubo denga lagu kamingko

Utuk paubek badan kito nang litak


“Lagung Utuk Mak”
Ambo arok do'a restung
Namuan kato-kato tasendek
Hasrat dan harapan mak daghing ambo
Bapaut dalam reluang jiwa ambo
Maksud ating ko idak salah laing
Belahan jiwa mak nan ambo sayang
Ambo cinan mak seba tilah mak cemeh
Ambo mancubo utuk menyanying
Ambo menyanying bukanlah apo-apo

Utuk malapeh litak


Apolah dayo mecam ambo iko
Bak cino ughang lah idak
Ayah idak ado

Mak sughang dighing


Begatuang jo mamak
Inyo idak ado
Basebalah mak bedo'a lah

Hoooi mak tacinto

Basebalah mak bedo'a lah

Hoooi mak tacinto

“Ka Laut”

Cung endak kemano cung, ambo endak ke laut

Apo endak di caghing cung, paing mamukek ikan

Apo endak di caghing cung, paing mamukek ikan

Bung endak kemano bung, paing ka pasi mukomuko


Apo ulah ibung di pasi, ndak meling ikan gamolo

Apo ulah ibung di pasi, ndak meling ikan gamolo

Kalung mecam itung, molah awak paing basama samo

Paing ke pasi mukomuko, banyak nian hasil ikannyo

Paing ke pasi mukomuko, banyak nian hasil ikannyo


DAFTAR PUSTAKA

Aminnudin.2010.Pengantar Apresiasi Karya Sastra: Bandung. Sinar Baru Algensindo


A.Sayuti.Suminto. 2008. Berkenalan Dengan Puisi
Afrilensi, Melly. 1991. Gaya Bahasa dalam Syair Lagu-lagu Rejang. Bengkulu: FKIP UNIB
Agni, Binar. 2008. Sastra Indonesia Lengkap. Jakarta: Hi-Fest Publising.
Burhan Nurgiyantoro,2007. Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta . Gadjah Mada University
Press.
Damayanti,Deni:2014, Panduan Implementasi PendidikanKarakter Di Sekolah: Jakarta: Areska
Publisha
DJoko Pradopo, Rachmat. 2007. Pengkajian Puisi, Yogyakarta. Gajah Mada University Press
Eko Rusyono. 2013. Kebudayaan Rejang. Yogyakarta: Litera
Handayani,Wuri:2014, Analisis Fungsi Sosial Bahasa Dalam Lirik Lagu Rejang Di Kabupaten
Rejang Lebong: FKIP UNIB
Hasanudin,2012. Membaca dan menilai Sajak.Bandung:Angkasa
KS.Zaimar,OKKe.2008.Semiotik Dan Penerapannya Dalam Karya Sastra;Jakarta Pusat Bahasa
Kusmana,Suherli,2012.Model Inovatif Pembelajaran Bahasa Indonesia: Jakarta.PT.Multi Kreasi
Muslich,Mansur: 2011: Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional:
Jakarta. PT.Bumi Aksara
Safnil,2010. Pengantar Analisis Retorika Teks: Bengkulu: FKIP Unib
Sumarlam,dkk.2001.Toeri Dan Praktik Analisis Wacana. Pustaka Cakra.Surakarta
Supriyanto,Teguh.2009.Stilistika Dalam Prosa: Jakarta.Pusat Bahasa
Sutopo.HB.2002.Metode Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian.
Surakarta:Universitas Sebelas Maret.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bengkulu

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kaur

https://blogkasihpunya.blogspot.com/2016/12/lagu-kaur-bengkulu.html

https://www.tanjungbungo.com/2018/12/lirik-lagu-ikan-pais.html

https://www.catatanbuku.com/lagu-daerah-bengkulu/

https://blogkasihpunya.blogspot.com/2016/12/lagu-mukomuko-bengkulu.html

Anda mungkin juga menyukai