Anda di halaman 1dari 10

Kuliah

08
Persamaan Diferensial Parsial

Persamaan diferensial parsial adalah merupakan salah satu dari persamaan
diferensial yang mempunyai lebih dari satu variabel bebas. Suku-suku
diferensial pada persamaan tersebut mengandung suku turunan terhadap salah
satu variabel bebas sehingga disebut diferensial parsial. Ada tiga kelompok
persamaan diferensial parsial yaitu eliptik, parabolik, dan hiperbolik
sebagaimana tiga jenis kurva potongan sebuah kerucut.

Persamaan Eliptik
!! ! !! !
Persamaan diferensial parsial yang mengandung !! ! + !! ! disebut persamaan
eliptik. Diantara persamaan diferensial parsial eliptik terdapat Persaman
Poisson dan Persamaan Laplace.

Persamaan Poisson

∂2 u ∂2 u
+ = f , u = u ( x, y), f = f ( x, y)
∂x 2 ∂y 2

Persamaan Laplace

∂2 u ∂2 u
+ = 0, u = u ( x, y)
∂x 2 ∂y 2

Persamaan diferensial parsial eliptik dapat ditemui pada fenomena fisik yang
tidak berubah oleh waktu seperti aliran air tanah permanen, distribusi
temperatur pada bidang konduktor, dll. Pada umumnya persamaan diferensial
parsial tersebut di atas berlaku di dalam domain komputasi. Sedangkan pada
batas domain komputasi diperlukan persamaan lain yang bergantung pada
keadaan fisiknya. Untuk supaya persamaan diferensial parsial mempunyai solusi
spesifik, diperlukan kondisi batas yang mencukupi yang berlaku pada batas
domain komputasi.

Jika pada batas domain komputasi, pada bagian tertentu diketahui nilai u, maka
kondisi batas semacam ini disebut kondisi batas Dirichlet. Pada keadaan
tertentu, pada batas diketahui gradien u atau flux u keluar atau masuk domain
komputasi. Kondisi batas semacam ini disebut kondisi batas Neumann.

Contoh Kasus

Aliran air tanah di bawah bangunan bendung pada umumnya di dekati dengan
persamaan potensial aliran atau tinggi tekanan yang berbentuk persamaan
Laplace. Dapat diasumsikan kondisi tanah dan aliran bervariasi pada arah aliran
(horizontal) dan arah vertikal, namun seragam pada arah melintang sehingga
menjadi masalah 2 dimensi pada bidang vertikal (2DV). Jika tanah homogen dan

1
isotropik, maka persamaan Laplace untuk potensial, φ, berikut berlaku di dalam
domain komputasi.


∂2φ ∂2φ
+ =0
∂x 2 ∂y 2

Domain komputasi dapat ditentukan dengan batas atas permukaan tanah hulu
dan hilir, dan dasar bangunan bendung. Batas bawah dapat berupa lapisan tanah
kedap air sedangkan batas hulu dan hilir pada umumnya diasumsikan dinding
kedap air yang diberi jarak yang cukup jauh. Pada kondisi batas yang berbeda-
beda tersebut diterapkan persamaan yang merepresentasikan kondisi fisik
masing-masing. Pada batas permukaan tanah di hulu dan hilir diterapkan
kondisi batas Dirichlet karena pada batas tersebut diketahui nilai potensialnya
yaitu sebesar ketebalan air di atasnya, misalnya φ = konstanta. Pada batas
dinding kedap air, aliran hanya dapat mengalir pada arah sejajar dengan dinding
tersebut. Nilai potensial pada batas dinding tersebut tidak diketahui. Oleh karena
itu pada batas dinding tersebut diterapkan kondisi batas tipe Neumann yaitu
!∅
gradien potensial pada arah tegak lurus dinding sama dengan nol atau !! = 0.

Persamaan Parabolik

Persamaan diferensial parsial parabolik pada umumnya merepresentasikan


fenomena perubahan dalam waktu seperti perambatan panas, perambatan
gelombang, aliran air tanah, sebaran polutan, dll. Berikut ini bentuk persamaan
diferensial parsial parabolik.

∂u ∂2 u
− k 2 = f , u = u ( x, t ), f = f ( x, t )
∂t ∂x

dalam persamaan tersebut k adalah konstanta atau fungsi x dan t. Pada


persamaan diferensial parsial hiperbolik selain kondisi batas diperlukan kondisi
awal. Kondisi awal adalah nilai fungsi u pada awal waktu (dapat pula dilihat
sebagai kondisi batas waktu) yaitu u(x,0) di seluruh domain komputasi. Kondisi
batas (ruang, x) diperlukan untuk seluruh waktu yang diperhitungkan. Kondisi
batas persamaan diferensial parsial parabolik seperti pada persamaan
diferensial eliptik dapat berupa kondisi batas tipe Dirichlet ataupun tipe
Neumann. Kondisi batas Dirichlet adalah u(a,t) dan u(b,t) dengan a dan b adalah
batas domain (ruang) x berturut-turut kiri dan kanan karena domain x adalah
!"
x[a,b] atau (a < x < b). Kondisi batas Neumann adalah dalam bentuk !" 𝑎, 𝑡 dan
!"
!"
𝑏, 𝑡 .

Contoh Kasus

Sebuah tebing di atas lapisan kedap air datar. Tanah di atas lapisan kedap air
mengalirkan air tanah yang berasal dari hulu dan resapan air hujan di atasnya.
Di kaki tebing terdapat mata air. Persamaan perubahan kedalaman air tanah, h,
di atas lapisan kedap adalah,

2
∂h ∂q ∂h
n + = R, q = −kh , h = h ( x, t ), q = q ( x, t ), R = R ( x, t )
∂t ∂x ∂x

∂h k ∂ ( h )
2 2

n − =R
∂t 2 ∂x 2

Pada persamaan di atas, n adalah angka pori, q adalah debit aliran air tanah per
meter lebar aliran dari dasar sampai permukaan air tanah, dan R adalah infiltrasi
dari air hujan yang memasuki akuifer.

Kondisi awal dari kasus ini adalah kedalaman aliran dari batas kiri sampai batas
kanan domain komputasi, x[a,b]. Kondisi batas hulu (misalnya sebelah kiri)
dapat berupa kedalaman, h(a,t) = ha(t) atau debit, qa(t). Demikian juga batas hilir
(misalnya sebelah kanan) dapat berupa h(b,t) = hb(t) atau debit, qb(t). Untuk
kondisi batas Neumann, diperlukan perumusan persamaan beda hingga yang
lebih rinci pada saat penyusunan persamaan beda hingga.

Persamaan Hiperbolik

Persamaan diferensial parsial hiperbolik dapat ditemui pada persamaan


perambatan gelombang sehingga disbut pula persamaan gelombang (wave
equations). Untuk kasus satu dimensi, misalnya pada perambatan gelombang
pada seutas tali. Bentuk persamaan hiperbolik di antaranya adalah sebagai
berikut.

∂2 u 2
2 ∂ u
− α = 0, u = u ( x, t ), α = α ( x, t )
∂t 2 ∂x 2

Pada persamaan di atas, u adalah simpangan vertikal tali yang ditegangkan dari x
= 0 sampai dengan x = L. Koefisien a dapat bervariasi dalam ruang dan waktu
namun dapat pula suatu konstanta.

Persamaan hiperbolik memerlukan kondisi awal dan kondisi batas sebagaimana


persamaan parabolik misalnya, 𝑢 𝑥, 0 = 𝑓 𝑥 dan 𝑢 0, 𝑡 = 𝑢 𝐿, 𝑡 = 0.

Penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial

Untuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial secara numerik terdapat


beberapa metode seperti Metode Beda Hingga, Metode Elemen Hingga dan
metode pendekat lain. Metode Beda Hingga mendekati persamaan diferensial
parsial dengan mengganti tiap suku dalam persamaan dengan skema beda
hingga atau suku pendekat diskret. Metode Elemen Hingga mendekati solusi
persamaan diferensial parsial dengan memilih fungsi yang sudah dikenal
(misalnya fungsi polinomial) sebagai fungsi pendekat. Fungsi pendekat ini
berupa fungsi yang disusun dari fungsi-fungsi pendekat di semua elemen
(piecewise polynomial). Koefisien fungsi yang dipilih dioptimasi sehingga
kesalahan hasil operator diferensial yang diterapkan pada fungsi pendekat yang
dipilih (residual) menjadi minimal.

3
Metod Beda Hingga

Pada tulisan ini penyelesaian persamaan diferensial parsial akan dijelaskan


dengan Metode Beda Hingga saja karena relatif lebih mudah difahami.
Pendekatan tiap suku persamaan diferensial parsial dengan skema beda hingga
sudah dipelajari pada Bab atau Sub-bab sebelumnya, hanya saja, karena variabel
bebas lebih dari satu (dua) maka ada dua indeks pada tiap variabel yaitu i untuk
sumbu x dan j untuk sumbu y atau sumbu t.

Diskretisasi Domain Komputasi

Domain komputasi problem persamaan diferensial parsial eliptik dapat


mempunyai bentuk tidak teratur seperti pada kasus yang diangkat menjadi
contoh kasus di atas. Penyelesaian dengan Metode Beda Hingga menghadapi
kendala dalam merepresentasikan batas domain komputasi yang tidak teratur
karena diskretisasi domain komputasi menggunakan grid segi-empat. Oleh
karena itu perlu upaya khusus dalam menyusun diskretisasi di batas domain
komputasi untuk mendapatkan akurasi yang mencukupi (tidak terlalu jauh dari
akurasi skema numerik untuk mendekati solusi di titik-titik di dalam domain).

Domain komputasi ideal adalah bentuk segi-empat, misalnya x[a,b] dan y[c,d].
Pada domain komputasi seperti ini maka pada sumbu x, rentang (b-a) dapat
dibagi menjadi N interval seragam sehingga diperoleh Δx = (b-a)/N dan i = 0, 1,
2, … , N serta xi = a + iΔx. Pada sumbu y juga dilakukan diskretisasi dengan
membagi rentang (d-c) menjadi M interval sehingga diperoleh Δy = (d-c)/M dan j
= 0, 1, 2, … , M serta yj = c + jΔy.

Jika bentuk domain komputasi tidak teratur, maka rentang (b-a) tidak sama
untuk tiap posisi yi. Jika a dan b adalah berturut-turut koordinat x domain
komputasi yang paling kiri dan yang paling kanan, serta rentang (b-a) dibagi
menjadi N interval seragam, maka Δx = (b-a)/N untuk i = 0, 1, 2, … , N dan xi = a +
iΔx. Diperlukan pembulatan batas-batas domain komputasi sehingga batas-batas
berada pada xi,yj dan untuk tiap baris j, batas a menjadi aj dan batas b menjadi bj.
Nilai aj dapat digunakan untuk mengetahui nilai i awal yang berada pada batas
kiri yaitu iaj = (aj – a)/Δx. Demikian juga pada batas kanan, nilai i akhir pada baris
j yang berada pada batas kanan domain komputasi, ibj = N - (b – bj)/Δx.
Selanjutnya dapat diidentifikasi dan diformulasikan xi,yj mana yang berada di
dalam domain komputasi, yang berada di batas komputasi dan yang berada di
luar domain komputasi.

Kebanyakan domain komputasi problem persamaan diferensial parsial


parabolik dan hiperbolik adalah bentuk segi empat. Hal ini disebabkan letak
batas kiri dan kanan domain komputasi tidak berubah dalam waktu atau domain
komputasinya adalah x[a,b] dan t[0,c]. Jika rentang (b-a) dibagi menjadi N
interval, maka diperoleh Δx = (b-a)/N dan i = 0, 1, 2, … , N serta xi = a + iΔx. Jika
rentang (c-0) dibagi menjadi M interval, maka diperoleh Δt = (c-0)/M dan j = 0, 1,
2, … , M serta tj = a + jΔt.

Solusi Persamaan Diferensial Parsial Diferensial Eliptik

Dipilih kasus aliran air tanah 2DV contoh permasalahan yang telah disebutkan di
atas. Domain komputasi adalah x[0,30] dan y[-24,0]. Rentang sumbu x dibagi
menjadi N = 15 interval dan rentang sumbu y dibagi menjadi M = 12 interval.
Sehingga diperoleh Δx = 2 m, Δy = 2 m, xi = 0 + i(2), dan yj = -24 + j(2). Pada
interval i = 7 sampai dengan i = 9, dan interval j = 5 sampai dengan j = 12
terdapat bangunan turap kedap air.

Persamaan potensial air tanah adalah,


berlaku di tanah porus. Persamaan ini didiskretkan dengan skema diferensi
tengah menjadi,

φi−1, j − 2φi, j + φi+1, j φi, j−1 − 2φi, j + φi, j+1


+ =0
Δx 2 Δy 2

Karena Δx = Δy, maka persamaan menjadi lebih sederhana sebagai berikut,

φi−1, j − 2φi, j + φi+1, j + φi, j−1 − 2φi, j + φi, j+1 = 0



φi−1, j + φi+1, j + φi, j−1 + φi, j+1 − 4φi, j = 0

Persamaan diskret tersebut menunjukkan hubungan antara nilai φ di suatu titik


dan nilai φ di titik-titik sekelilingnya. Persamaan tersebut berlaku untuk semua
titik internal domain komputasi diskret.

Terdapat dua jenis kondisi batas. Yang pertama adalah kondisi batas Dirichlet
yaitu di permukaan tanah sebelah kiri turap nilai φ = 10 m, sebesar kedalaman
air di atas permukaan tanah, dan di permukaan tanah sebelah kanan turap nilai
kodisi batas adalah φ = 1 m. Selanjutnya pada domain komputasi diskret nilai φi,j
untuk j = 12 dan 0 < i < 7, 9 < i < 15 sudah ada yaitu berturut-turut 10 m dan 1
m.

Kondisi batas kedua adalah jenis Neumann yaitu pada batas hulu, batas bawah
(dasar), batas hilir, dan batas dinding-dasar turap. Pada kondisi batas ini yang
diketahui adalah bahwa aliran di samping batas sejajar dengan bidang batas.
Kondisi ini sama tidak ada aliran pada arah tegak lurus bidang batas atau 𝑞! = 0.
Jika didefinisikan 𝑛 adalah outward normal vector atau vektor normal ke arah
luar domain komputasi, maka,

∂φ ⎛ ∂φ ∂x ∂φ ∂y ⎞ ⎛ ∂φ ! ∂φ ! ⎞
qn! = −k ! = −k ⎜ !+ ! ⎟ = −k ⎜ nx + ny ⎟ = 0
∂n ⎝ ∂x ∂n ∂y ∂n ⎠ ⎝ ∂x ∂y ⎠

atau,

5
⎛ ∂φ ! ∂φ ! ⎞
⎜ nx + ny ⎟ = 0
⎝ ∂x ∂y ⎠

Syarat batas tersebut diterapkan pada titik-titik pada dinding yang melibatkan
nilai titik sebelahnya sehingga mendapatkan baris persamaan baru pada set
persamaan linier dari titik-titik internal domain komputasi. Sebagai contoh pada
dinding hulu dimana i = 0, dan j = 0, 1, … , 11, vektor normal keluar sejajar
dengan sumbu x dan mengarah ke kiri. Vektor normal ini mempunyai nilai 𝑛! = -
1 dan nilai 𝑛! = 0. Persamaan kondisi batas menjadi,

∂φ
(−1) = 0 ,
∂x

dan jika didiskretkan menjadi,

φ0, j − φ1, j
= 0, atau φ0, j = φ1, j
Δx

Persamaan kondisi batas dinding yang lain dapat dibentuk dengan cara yang
sama.

Pada akhirnya diperoleh persamaan linier sebanyak jumlah titik yang belum
diketahui nilai solusinya. Untuk penyelesaikan set persamaan yang diperoleh
dengan solver matriks metode langsung urutan persamaan-persamaan linier
yang ada sulit dibentuk karena variabel φ mempunyai dua indeks yaitu i dan j.
Untuk dapat menyusun persamaan matriks diperlukan mempunyai satu indeks.
Oleh karena itu diperlukan menyusun penomoran titik-titik yang ada dengan
satu indeks dan menyusun rumus atau tabel transformasi indeks dari sistem
penomoran dengan dua indeks menjadi penomoran dengan satu indeks.

3
Sistem
indeks (3,3)
(i,j) 2

j=0
i=0 1 2 3 4 5 6 7 8

6
5
11

4
10

3
Sistem 9
(21)
indeks
(k) 2
8

1
7 13

0
6 12 18

Pada contoh sistem penomoran dengan dua indeks di atas, i = 0, 1, 2, … , N, N = 8,
dan j = 0, 1, 2, … , M, M = 5. Untuk domain komputasi segi-empat, transformasi
sistem penomoran dari sistem penomoran dengan dua indeks ke sistem
penomoran dengan satu indeks dapat dirumuskan menjadi 𝑘 = 𝑗 + 𝑖 (𝑀 + 1).

Dengan penomoran yang baru persamaan diferensi hingga berubah dari,


(3,4)
φi+1, j + φi, j+1 − 4φi, j + φi−1, j + φi, j−1 = 0

(2,3) (3,3) (4,3) φ 4,3 + φ3,4 − 4φ3,3 + φ2,3 + φ3,2 = 0

(3,2)

menjadi,


(22)
φ27 + φ22 − 4φ21 + φ15 + φ20 = 0

(15) (21) (27) φ15 + φ20 − 4φ21 + φ22 + φ27 = 0

(20) nomor telah diurutkan dari kiri ke kanan

Persamaan dalam contoh tersebut di atas adalah persamaan untuk titik nomor
21. Semua titik internal mempunyai persamaan seperti pada contoh tersebut
sedangkan semua titik pada batas juga mempunyai persamaan seperti diuraikan
di atas. Sehingga diperoleh sistem persamaan linier sebanyak titik diskret yang
ada. Persamaan dari titik-titik internal membentuk penta-diagonal matriks
karena nilai di luar 5 diagonal bernilai nol. Kelima diagonal tersebut adalah 3
diagonal tengah dan satu diagonal sebelah kiri berjarak M+1 dari tengah dan
satu diagonal sebelah kanan berjarak M+1 dari tengah.

7
! 14 15 16 ! 20 21 22 ! 26 27 28 !
⎛ ! ⎞
⎜ ⎟
⎜ φ14 ⎟
⎜ φ15 ⎟
⎜ ⎟
18 > ⎛ ! 0 0 0 ! 0 0 0 ! 0 0 0 ! ⎞⎜ φ16 ⎟
⎜ ⎟⎜ ⎟
19 > ⎜ ! 0 0 0 ! 1 0 0 ! 0 0 0 ! ⎟⎜ ! ⎟
20 > ⎜ ! 1 0 0 ! −4 1 0 ! 1 0 0 ! ⎟⎜ φ20 ⎟
21 > ⎜ ! 0 1 0 ! 1 −4 1 ! 0 1 0 ! ⎟⎜ φ21 ⎟⎟ = 0
⎜ ⎟⎜
22 > ⎜ ! 0 0 1 ! 0 1 −4 ! 0 0 1 ! ⎟⎜ φ22 ⎟
23 > ⎜ ! 0 0 0 ! 0 0 1 ! 0 0 0 ! ⎟⎜
! ⎟

24 > ⎜ ! 0 0 ! 0 0 0 ! 0 0 0 ! ⎟⎜
⎝ 0 ⎠⎜ φ26 ⎟
⎜ ⎟
⎜ φ27 ⎟
⎜ φ28 ⎟
⎜⎜ ⎟
⎝ ! ⎟⎠

Persamaan dari titik-titik kondisi batas tipe Dirichlet dapat disubstitusikan ke


semua persamaan titik-titik tetangganya yang mengandung suku dari titik
kondisi batas tersebut. Dengan langkah subtitusi ini ukuran matriks berkurang
sebanyak titik kondisi batas Dirichlet tersebut dan suku ruas kanan pada baris
milik titik-titik tetangga titik-titik kondisi batas Dirichlet tidak nol lagi namun
dikurangi nilai variabel pada kondisi batas yang telah diketahui dikalikan dengan
koefisien matriks yang sesuai. Setelah matriks ter-reduksi oleh substitusi baris
kondisi batas Dirichlet, maka solusi dapat dihitung dengan matriks solver yag
sesuai.


Jika digunakan iteratif solver, perumusan dapat menjadi lebih sederhana karena
tidak memerlukan transformasi sistem penomoran titik. Dari persamaan di atas,
dapat disusun persamaan iterasi G-S sebagai berikut,

φi−1, j + φi+1, j + φi, j−1 + φi, j+1 − 4φi, j = 0


k
φi−1, k−1 k k−1
j + φi+1, j + φ i, j−1 + φi, j+1
φi,k j =
4

8
Persamaan iterasi di atas digunakan untuk menghitung solusi titik-titik internal.
Untuk titik-titik batas yang belum diketahui nilainya (tipe Neumann), digunakan
persamaan yang dikembangkan dari syarat kondisi batasnya. Persamaan iterasi
titik kondisi batas hulu dengan tipe Neumann pada contoh di atas adalah,

φ k0, j = φ 1,k−1j .

Jika digunakan fasilitas iterasi MS Excel, maka persamaan tersebut di atas


dimasukkan dalam cell dengan mengabaikan indeks langkah iterasi k.

Di bawah ini adalah hasil iterasi dengan MS Excel dalam bentuk angka.


Dalam bentuk kontur adalah sbb.


Solusi Persamaan Diferensial Parsial Diferensial Parabolik

Persamaan diferensial parsial parabolik dapat didiskretkan dengan Metode Beda


Hingga dengan beberapa alternatif. Tidak semua alternatif dapat memberikan
hasil yang benar-benar mendekati solusi yang dicari. Oleh karena itu skema
numerik dapat dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu selalu stabil (un-
conditionally stable), stabil bersyarat (conditionally stable), dan tidak stabil
(unsable).

Penjelasan selanjutnya menggunakan kasus dinamika aliran air tanah 1D dengan


persamaan diferensial parsial,

∂h k ∂ ( h )
2 2

n − = R − Q , atau
∂t 2 ∂x 2

9
∂h k ∂ ( h ) R − Q
2 2

= +
∂t 2n ∂x 2 n

dengan h: kedalaman air tanah, k: permeabilitas tanah, n: angka pori, R: recharge


dari infiltrasi air hujan, dan Q: adalah pemompaan pada titik tertentu.

10

Anda mungkin juga menyukai