Anda di halaman 1dari 8

Gelombang Stasioner

Adalah gelombang yang memiliki amplitudo yang berubah ubah antara nol sampai nilai maksimum tertentu. Gelombang stasioner dibagi menjadi dua, yaitu gelombang stasioner akibat pemantulan pada ujung terikat dan gelombang stasioner pada ujung bebas.

Seutas tali yang panjangnya l kita ikat ujungnya pada satu tiang sementara ujung lainnya kita biarkan, setela itu kita goyang ujung yang bebas itu keatas dan kebawah berulang ulang. Saat tali di gerakkan maka gelombang akan merambat dari ujung yang bebas menuju ujung yang terikat, gelombang ini disebut sebagai gelombang dating. Ketika gelombang dating tiba diujung yang terikat maka gelombang ini akan dipantulkan sehingga terjadi interferensi gelombang. Untuk menghitung waktu yang diperlukan gelombang untuk merambat dari titik 0 ke titik P adalah (l- x)/v . sementara itu waktu yang diperlukan gelombang untuk merambat dari titik 0 menuju titik P setelah gelombang mengalami pemantulan adalah(l+x)/v , kita dapat mengambil persamaan dari gelombang dating dan gelombang pantul sebagai berikut:

y1= A sin 2/T (t- (l-x)/v) untuk gelombang datang, y2= A sin 2/T (t- (l+x)/v+ 1800) untuk gelombang pantul Keterangan: a. Gambar pemantulan gelombang pada ujung tali yang terikat. b. Gambar pemantulan gelombang pada ujung tali yang dapat bergerak bebas.

sehingga untuk hasil interferensi gelombang datang dan gelombang pantul di titik P yang berjarak x dari ujung terikat adalah sebagai berikut:

y = y1+ y2 =A sin 2 (t/T- (l-x)/)+ A sin2(t/T- (1+x)/+ 1800 ) Dengan menggunakan aturan sinus maka penyederhanaan rumus menjadi: sin A + sin B = 2 sin 1/2 (A+B) - cos1/2 (A-B)

Menjadi: y= 2 A sin (2 x/ ) cos 2 (t/T - l/) y= 2 A sin kx cos (2/T t - 2l/) Rumus interferensi y= 2 A sin kx cos (t- 2l/) Keterangan : A = amplitude gelombang datang atau pantul (m) k = 2/ = 2/T (rad/s) l = panjang tali (m) x = letak titik terjadinya interferensi dari ujung terikat (m) = panjang gelombang (m) t = waktu sesaat (s) Ap = besar amplitude gelombang stasioner (AP) Ap = 2 A sin kx Jika kita perhatikan gambar pemantulan gelombang diatas , gelombang yang terbentuk adalah gelombang transversal yang memiliki bagian bagian diantaranya perut dan simpul gelombang. Perut gelombang terjadi saat amplitudonya maksimum sedangkan simpul gelombang terjadi saat amplitudonya minimum. Dengan demikian kita akan dapat mencari letak titik yang merupakan tempat terjadinya perut atau simpul gelombang Superposisi gelombang Jika ada dua gelombang yang merambat pada medium yang sama, gelombang-gelombang tersebut akan dating di suatu titik pada saat yang sama sehingga terjadilah superposisi gelombang . Artinya, simpangan gelombang gelombang tersebut disetiap titik dapat dijumlahkan sehingga menghasilkan sebuah gelombang baru. Persamaan superposisi dua gelombang tersebut dapat diturunkan sebagai berikut: y1 = A sin t ; y2 = A sin (t+ ) Kedua gelombang tersebut memiliki perbedaan sudut fase sebesar Persamaan simpangan gelombang hasil superposisi kedua gelombang tersebut adalah: y = 2 A sin (t+ /2) cos(/2)

Dengan 2A cos (/2) disebut sebagai amplitude gelombang hasil superposisi. Dengan 2A cos (/2) disebut sebagai amplitude gelombang hasil superposisi.

Gelombang Stasioner Pada Ujung Bebas

Pada gelombang stasioner pada ujung bebas gelombang pantul tidak mengalami pembalikan fase. Persamaan gelombang di titik P dapat dituliskan seperti berikut: y1=A sin2/T (t- (l-x)/v) untuk gelombang datang y2=A sin2/T (t- (l+x)/v) untuk gelombang pantul

y = y1 + y2 = A sin 2/T (t- (l-x)/v) + A sin 2/T (t- (l+x)/v) y = 2 A cos kx sin2(t/T- 1/)

Rumus interferensi antara gelombang datang dan gelombang pantul pada ujung bebas, adalah: y=2 A cos 2 (x/) sin 2(t/T- l/)

Gelombang stasioner pada ujung terikat

Persamaan gelombang datang dan gelombang pantul dapat ditulis sebagai berikut: y1= A sin2 (t/T- (l-x)/) untuk gelombang datang y2= A sin2 (t/T- (l+x)/) untuk gelombang pantul ' Superposisi gelombang datang dan gelombang pantul di titik q akan menjadi:'''' y = y1 + y2 y=A sin 2 (t/T- (l-x)/) - A sin 2(t/(T ) (l+x)/)

Dengan menggunakan aturan pengurangan sinus, sin sin = 2 sin 1/2 (-) cos 1/2 (+)

Persamaan gelombang superposisinya menjadi y = 2 A sin 2(x/) cos 2 (t/T- l/) Amplitudo superposisi gelombangnya adalah: As = 2A sin 2(x/)

Contoh soal : Seutas tali panjangnya 5 m dengan ujung ikatannya dapat bergerak dan ujung lainnya digetarkan dengan frekuensi 8 Hz sehingga gelombang merambat dengan kelajuan 3 ms-1. Jika diketahui amplitude gelombang 10 cm, tentukanlah: Persamaan simpangan superposisi gelombang di titik P yang berjarak 1 meter dari ujung pemantulan. Amplitude superposisi gelombang di titik P; dan Letak perut gelombang diukur dari ujung pemantulan.

Penyelesaian: Diketahui : l = 5 m; f= 8 Hz; v = 3 ms-1; A=10cm = 0,1 m; = v/(f )= 3/(8 ) m,dan T=1/f=1/8 s a. Persamaan simpangan di titik P, satu meter dari ujung pemantulan. y = 2 A cos 2(x/) sin 2 (t/T-l/) = 2(0,1) cos2(1/(3/8)) sin2(t/(1/8)- 5/(3/8)) = 0,2cos16/3 sin(16 t-80/3)meter

b. Amplitudo superposisi gelombang di titik P ( x = 1m). As = 2 A cos 2 (x/) = 2 (0,1) cos2(1/(3/8)) = 0,2cos (16/3) = 0,2 cos(4 4/3 ) = 0,2cos(4/3 ) = 0,2 cos2400 = 0,2(-1/2) = -0.1 m tanda ()menunjukkan di titik P simpangannya ke bawah. c. Letak perut gelombang dari ujung pemantulan. x= (2n) 1/4 ,dengan n=0,1,2,3 x= 3/32 m,x=3/16 m,x=3/8m,

amplitudo alias simpangan dari perpaduan dua puncak gelombang atau perpaduan dua lembah gelombang atau perpaduan satu puncak dan satu lembah gelombang sama dengan penjumlahan aljabar dari amplitudo masing-masing puncak gelombang atau lembah gelombang secara terpisah (puncak gelombang dianggap positif sedangkan lembah gelombang dianggap negatif). Hal ini dikenal dengan julukan prinsip superposisi. Prinsip superposisi juga bisa dijelaskan dengan cara yang berbeda. Untuk mempermudah pemahamanmu, saya menggunakan contoh gelombang transversal yang merambat melalui tali. Kita andaikan dua puncak gelombang transversal saling mendekati, sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah. Perhatikan bahwa ketika kedua puncak gelombang merambat sepanjang tali, setiap titik atau setiap bagian tali yang dilaluinya mengalami perpindahan pada arah vertikal. Nah, apabila kedua puncak gelombang bertemu dan bertumpang tindih, maka perpindahan total yang dialami oleh bagian tali yang dilalui kedua puncak gelombang bisa diketahui dengan menjumlahkan perpindahan yang dialami oleh bagian tali tersebut seandainya hanya puncak gelombang pertama saja yang melaluinya dan perpindahan yang dialami oleh bagian tali tersebut seandainya hanya puncak gelombang kedua saja yang melaluinya. Kalimat yang dicetak miring merupakan prinsip superposisi. Perpindahan merupakan besaran vektor sehingga penjumlahannya dilakukan secara vektor. Dalam hal ini kita juga perlu memperhatikan arah perpindahan. Perpindahan yang terjadi di sebelah atas posisi keseimbangan (posisi keseimbangan bisa dianggap sebagai sumbu x) bernilai positif, sedangkan perpindahan yang terjadi di sebelah bawah posisi keseimbangan bernilai negatif.

Interferensi Sebelumnya sudah dijelaskan mengenai prinsip superposisi, kali ini kita berkenalan dengan interferensi. Interferensi sebenarnya istilah yang digunakan untuk menjelaskan apa yang terjadi ketika dua atau lebih gelombang saling bertumpang tindih. Kita juga bisa mengatakan bahwa interferensi merupakan superposisi dari dua atau lebih gelombang. Sesuai dengan penjelasannya sebelumnya, jika dua atau lebih puncak gelombang saling mendekati dan bertumpang dindih maka amplitudo total dari perpaduan dua atau lebih puncak gelombang tersebut menjadi lebih besar, dibandingkan dengan amplitudo masing-masing puncak gelombang. Hal yang sama terjadi ketika dua lembah gelombang saling mendekati dan bertumpang tindih. Nah, peristiwa seperti ini dikenal dengan julukan interferensi konstruktif. Selain interferensi konstruktif, ada juga interferensi destruktif. Destruktif artinya bersifat menghancurkan atau merusak. Interferensi destruktif terjadi ketika amplitudo alias simpangan total dari perpaduan dua atau lebih gelombang menjadi lebih kecil, dibandingkan dengan amplitudo masing-masing gelombang tersebut. Interferensi destruktif juga bisa terjadi ketika amplitudo total dari perpaduan dua atau lebih gelombang sama dengan nol. Dalam hal ini gelombang total tidak punya amplitudo (bisa terjadi ketika puncak gelombang dan lembah gelombang memiliki amplitudo yang sama)

Gelombang seismik adalah rambatan energi yang disebabkan karena adanya gangguan di dalam kerak bumi, misalnya adanya patahan atau adanya ledakan. Energi ini akan merambat ke seluruh bagian bumi dan dapat terekam oleh seismometer. Efek yang ditimbulkan oleh adanya gelombang seismik dari gangguan alami (seperti: pergerakan lempeng (tektonik), bergeraknya patahan, aktivitas gunung api (vulkanik), dsb) adalah apa yang kita kenal sebagai fenomena gempa bumi. Gelombang seismik digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu 1. Gelombang Badan (body wave) 2. Gelombang Permukaan (surface wave) Gelombang Badan Gelombang badan lebih dikenal dengan body wave. Gelombang badan ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

P-wave atau gelombang primer

Gelombang ini adalah gelombang longitudinal, sehingga arah pergerakkan partikel akan searah dengan arah rambat gelombang.

S-wave atau gelombang sekunder

Gelombang ini adalah gelombang transversal, sehingga arah pergerakkan partikel akan tegak lurus dengna arah rambat gelombang. Kecepatan dari gelombang-P lebih besar daripada gelombang-S (jika merambat dalam medium yang sama).

Bagian 4 : Propagasi gelombang radio 73 4.4. Gelombang Permukaan Sudah dijelaskan bahwagelombang tanah pada prinsipnyadibentuk dari dua komponengelombang yang terpisah. Kom-ponen gelombang itu adalah ge-lombang permukaan (surface wave) dan gelombang ruang (spacewave). Untuk menentukan apakah komponen gelombang tersebut diklasifikasikan sebagai gelombang permukaan atau gelombang ruangcukuplah sederhana. Pengertian dari gelombang permukaan adalah gelombang yang menjalar sepanjang permukaan bumi, sedangkan gelombang ruang adalah gelombang yang menjalar di atas permuk aan bumi. Antara kata sepanjangdan di atas ada sedikit perbedaan.Menjalar di atas artinya penjalarangelombang beberapa puluh meter diatas permukaan bumi pada ketinggian antena. Coba perhatikanGambar 4.4.Gelombang permukaan mencapaibagian penerima dengan cara menjalar sepanjang permukaantanah. Gelombang permukaan dapat mengikuti kontur (liku-liku)permukaan tanah di atas bumi

karena mengalami proses difraksi (penyebaran). Pada saat gelom-bang permukaan menemukanobyek penghalang yang ukurannya lebih besar besar dari panjang gelombang, maka gelombang tersebut cenderung akan melengkung atau berbelok ke arah obyek. Untuk obyek yang lebih kecil, penjalaran gelombang tidak menjadi masalah karena akan mengalami difraksi.

Anda mungkin juga menyukai