FISIKA DASAR II
oleh
MIKRAJUDDIN ABDULLAH
PROGRAM STUDI FISIKA
2007
Kata Pengantar
Diktat ini berisi ringkasan materi Fisika dasar II dan pembahasan ujian Fisika
Dasar II beberapa tahun sebelumnya. Banyak mahasiswa mengalami kesulitan
menjawab soal ujian Fisika Dasar walaupun sebenarnya soal-soal tersebut tidak terlalu
sulit. Hal tersebut mungkin disebabkan perubahan cara menjawab soal antara ujian di
sekolah menegah atas dan di ITB. Ujian-ujuan di sekolah menengah atas lebih
didominasi oleh soal-soal pilihan ganda. Dengan tipe soal seperti itu siswa hanya
dituntut medapatkan hasil akhir, tanpa terlalu risau dengan proses mendapatkan hasil
tersebut. Hal sebaliknya terjadi di TPB. Tiap langkah dalam mencapai jawaban akhir
akan mendapat penilaian. Sekalipun hasil akhir benar, namun jika langkah yang
ditempuh mencapai hasil tersebut salah maka jawabab dianggap salah.
Cara menjawab soal yang disampaikan dalam diktat ini mungkin tampak
panjang. Hal ini sengaja dilakukan agar mahasiswa mengetahui alasan mengapa
langkah-langkah yang dilakukan seperti itu. Dalam menjawab soal ujian sebenarnya,
para mahasiswa dapat meringkasnya lagi tetapi tetap mempertahankan aliran
logika/alasan yang benar.
Penulis sangat menyarankan agar para mahasiswa tidak hanya mengandalkan
diktat ini dalam mengikuti kuliah Fisika Dasar. Isi diktat ini tidak terlalu banyak dan
hanya sebagai pelengkap referensi-referensi standar lainnya. Bacalah buku
sebanyak-banyaknya karena ilmu yang kalian miliki sebanding dengan jumlah halaman
buku yang kalian baca. Selamat belajar dan semoga sukses.
Mikrajuddin Abdullah
Daftar Isi
r
q1 r21 q2
r r
r1 r2
r21 = r2 − r1
r r r
(1.1)
Jarak antara dua muatan = besar posisi relatif dua muatan r21 = r21 = r2 − r1 . Vektor satuan
r r r
r
yang searah dengan vektor r21 adalah
r21 r2 − r1
r r r
rˆ21 = = r r
r21 r2 − r1
(1.2)
F21 = =
4πε o r21 4πε o r2 − rr1
1 q1 q 2 1 q1 q 2
2 r 2
(1.3)
Arah gaya F21 searah dengan vektor satuan r̂21 sehingga dalam notasi vektor
1
F21 =
r
4πε o r2 − rr1 2
1 q1 q 2
r rˆ21 (1.4)
q1 q 2 (r2 − r1 )
r r
F21 = r = (r2 − r1 )
r q1 q 2 r r
4πε o r2 − r1 r2 − r1 4πε o r2 − rr1 3
1 1
r r 2 r r (1.5)
Dengan hukum aksi-reaksi Newton, gaya coulomb pada muatan q1 oleh muatan q2 adalah
F12 = − F21
r r
q3
r r
y q1 r43 F42
r
r41 q4 r
F41
r r
r r3 r
r1 r4 F43
r
r42
r q2
r2
x
r
F41 + F42
F42 r r
Ganbar 1.2 Posisi koordinat sejumlah muatan dan gaya total yang bekerja pada satu muatan
2
Gaya oleh q1 pada q4: F41 =
r q1 q 4 r
4πε o rr41 3
1
r41
Secara umum, gaya pada qo oleh sejumlah muatan q1, q2, q3, …, qN:
Fao = ∑ F0i = ∑
r N r N
1 q0 qi r
i =1 4πε o r0 i
r 3 r0i (1.6)
i =1
sebagai berikut
F21 = q2 E21
r r
(1.7)
E 21 =
r q1 r
4πε o r21 3
1
r r21 (1.8)
Dinyatakan dalam skalar, besar medan listrik yang dihasilkan muatan sembarang pada jarak r
dari muatan tersebut:
E=
4πε o r 2
1 q
(1.9)
3
E E
Gambar 1.3 Arah medan listrik: (a) keluar dari muatan positif dan (b) masuk ke muatan
negatif.
∆Ev ∆E
∆Eh
θ
r
h
( )
E=
4πε o h 2 + a 2
1 qh
3/ 2
(1.10)
4
posisi yang sejajar dengan sumbu batang. Batang memiliki kerapatan muatan homogen
dengan muatan total Q. Titik pengamatan adalah pada jarak a dari ujung batang terdekat.
a+L dL
E=
4πε o a (a + L)
1 Q
(1.11)
[ ]
E=
4πε o h + (d / 2) 2
1 qd
3/ 2
(1.12)
2
p = qd (1.13)
[ ]
E=
4πε o h 2 + (d / 2) 2
1 p
3/ 2
(1.14)
5
E2
β
β
E
E1 θ
r h r
-q +q
d/2 d/2
Jika jarak titik pengamatan sangat besar dibandingkan dengan jarak antara dua
muatan, atau d << h , maka kita dapat mengaproksimasi h 2 + (d / 2) 2 ≈ h 2 sehingga
[ ]
E≈ =
4πε o h 4πε o h 3
1 p 1 p
(1.15)
2 3/ 2
rP − r
r r
r
rP
r
r
Gambar 1.7 Kuat medan listrik yang dihasilkan benda kontinu sembarang
6
r
Kuat medan listrik pada titik sembarang P dengan vektor posisi r
EP = ∫ rr r 3 (r2 − r )
r r r
4πε o
1 dq
P −r
(1.16)
Persamaan (1.16) merupakan bentuk umum dari persamaan untuk mencri kuat medan listrik
yang dihasilkan oleh muatan yang terdistribusi kontinu. Berdasarkan jenis distribusi muatan,
kita menemui tiga macam yaitu distribusi muatan, yaitu satu dimensi, dua dimensi, dan tiga
i) Untuk distribusi muatan satu dimensi, misalnya muatan pada kawat, maka dq = λdx
dimensi.
dengan λ adalah rapat muatan per satuan panjang dan dx adalah elemen panjang kawat.
ii) Untuk distribusi muatan dua dimensi, misalnya muatan pada pelat, maka dq = σdS
dengan σ adalah rapat muatan per satuan luas permukaan dan dS adalah elemen luas
iii) Untuk distribusi muatan tiga dimensi maka dq = ρdV dengan ρ adalah rapat muatan per
permukaan.
A
B
r
E
r
θ
A
r r
Pada Gambar 1.9 medan listrik E menembus permukaan dengan vektor luas permukaan A .
Fluks listrik yang melewati permukaan memenuhi
φ = E • A = EA cos θ
r r
(1.17)
Jika permukaan yang ditembus medan terdiri dari sejumlah segmen, maka fluks total sama
dengan jumlah fluks pasa masing-masing segmen. Contohnya, untuk Gbr 1.10, fluks total
dapat ditulis sebegai
r
E2
r
E4
θ2 2 r
r
r A
θ 4 A4
E1 E3 r
θ1
A3 θ 3
r r
A1
φ = φ1 + φ 2 + φ3 + φ 4
= E1 • A1 + E 2 • A2 + E3 • A3 + E 4 • A4
r r r r r r r r
8
= E1 A1 cos θ1 + E 2 A2 cos θ 2 + E3 A3 cos θ 3 + E 4 A4 cos θ 4 (1.18)
Secara umum
φ = ∑ Ei • Ai
n r r
i =1
= ∑ Ei Ai cos θ i
n
(1.19)
i =1
Untuk kasus umum di mana permukaan yang dikenai medan listrik adalah
permukaan sembarang dan kuat serta arah medan listrik juga sembarang maka fluks yang
melewati permukaan ditentukan dengan integral sebagai berikut
φ = ∫ E cos θ dA (1.20)
∑q
∑ Ei • Ai =
permukaan −tertutup
r r
permukaan −tertutup εo
∑q
atau
∑ E A cosθ =
permukaan −tertutup
εo
(1.21)
permukaan −tertutup
i i i
Untuk permukaan yang sembarang, hukum Gauss dapat diungkapkan dalam bentuk integral,
yaitu
∑q
∫ E cosθ dA = εo
atau
9
∑q
∫ • dA =
r r
εo
E (1.22)
Gambar 1.11 Permukaan Gauss untuk menentukan kuat medan listrik di sekitar kawat lurus
panjang
Penjumlahan ∑ E A cos θ
i i i dapat dinyatakan sebagai penjumlahan tiga bagian, yaitu
∑ E A cos θ = {E A cos θ }
i i i 1 1 1 alas + {E2 A2 cos θ 2 }tutup + {E3 A3 cos θ 3 }se lub ung (1.23)
Selubung
θ = 0o. Dengan demikian
10
E3 A3 cos θ 3 = E3 A3 cos 0 o = E3 A3 × 1 = E3 A3
A3
A1 A2 E3
θ1 θ2
E1 E2
alas tutup selubung
Gambar 1.12 Arah medan listrik di alas, tutup, dan selubung silinder
yaitu
λL
0 + 0 + 2πrLE 3 =
εo
λ
E3 =
2πε o r
(1.24)
Muatan titik
Misalkan kita memiliki muatan titik Q dan kita ingin menentukan kuat medan listrik
pada jarak r dari muatan tersebut. Pilih permukaan Gauss berupa permukaan bola dengan
jari-jari r dan berpusat di muatan. Karena hanya ada satu permukaan maka
∑ E A cosθ
i i i = EA cos θ
Arah medan di permukaan bola adalah radial. Arah vektor permukaan juga radial sehingga θ
= 0 atau cos θ = 1. Dengan demikian
∑ E A cosθ
i i i = EA = E × (luas permukaan bola) = E × (4πr 2 ) .
11
∑ q = Q . Diperoleh
Jumlah total muatan yang dilingkupi permukaan Gaus adalah muatan titik itu sendiri
E × (4πr 2 ) =
εo
Q
atau
E=
4πε o r 2
1 Q
Hasil ini persis sama dengan apa yang diperoleh dengan menggunakan hukum Coulomb.
E E
A1 A A2
A3
∑ E A cos θ = {E A cos θ }
i i i 1 1 1 alas + {E2 A2 cos θ 2 }tutup + {E3 A3 cos θ 3 }se lub ung
Alas silinder:
E1 = E
A1 = A
θ1 = 0
E1 A1 cos θ1 = EA cos 0 o = EA
12
Tutup silinder:
E2 = E
A2 = A
θ2 = 0
E 2 A2 cos θ 2 = EA cos 0 o = EA
Selubung silinder:
E3 = E
θ 3 = 90 o
E3 A3 cos θ 3 = E3 A3 cos 90 o = 0
∑ E A cosθ
Diperoleh
i i i = EA + EA + 0 = 2 EA
∑ q = σA .
Muatan yang dikandung permukaan Gauss hanya berlokasi pada bagian pelat yang beririsan
∑q
∑ E A cosθ
i i i =
εo
σ
atau
E=
2ε o
(1.25)
σ1
E1 =
2ε o
σ
E2 = 2
2ε o
13
E = E1 + E 2 (1.26)
ρ= = 4 3
V 3 πR
Q Q
(1.27)
Permukaan Gauss untuk mencari medan listrik di dalam bola adalah permukaan bola deengan
jari-jari kurang dari jari-jari bola isolator.
Permukaan bola
Permukaan Gauss
r
Gambar 1.14 Permukaan Gauss untuk mencari medan lsitrik di dalam bola
∑ E A cos θ
i i i = EA cos θ (1.28)
∑ q = ρV ' = 4 πR 3 × 3 πr = Q R 3
Q 4 3 r3
(1.29)
3
14
E (4πr 2 ) = ×Q
r3
εo
1
R3
E=
4πε o R 3
1 Q
r (1.30)
Untuk mencari medan di luar bola kita buat permukaan Gauss dengan jari-jari r > R. Dengan
alas an serupa kita dapatkan
∑ E A cos θ
i i i ( )
= EA cos 0 o = E 4πr 2 × 1 = 4πr 2 E
Permukaan bola
Permukaan Gauss
R
∑ q = Q . Dengan hukum
Jumlah muatan yang dilingkupi permukaan Gauss adalah seluruh muatan bola, karena seluruh
Gauss
4πr 2 E =
εo
Q
E=
4πε o r 2
1 Q
(1.31)
Bola konduktor
Konduktor adalah bahan yang sangat mudah mengantarkan arus listrik. Dalam keadaan
stasioner:
(a) medan listrik dalam konduktor selalu nol,
(b) muatan yang dimiliki konduktor selalu menempati permukaan,
15
(c) medan listrik di permukaan konduktor selalu tegak lurus permukaan
Dengan sifat-sifat ini maka kita dapat dengan mudah menghitung medan listrik yang
dihasilkan oleh bola konduktor yang diberi muatan Q. Misalkan jari-jari bola adalah R. Di
dalam bola, yaitu pada r < R, medan listrik nol karena daerah tersebut merupakan konduktor.
Kita hanya perlu menerapkan hukum Gauss saat menghitung medan di luar bola. Dan
perhitungannya sama dengan saat menghitung medan listrik yang dihasilkan bola isolator.
Kita akan dapatkan, medan listrik di luar bola adalah
E=
4πε o r 2
1 Q
16
Bab 2
Potensial Listrik dan Kapasitor
U (r ) = U (ro ) − ∫ qE • dr
r
r r
r r r
(2.1)
r
ro
r r r
dengan U (ro ) adalah energi potensial pada posisi acuan ro . Posisi ro bisa
bermacam-macam, misalnya tak berhingga, pusat koordinat, di permukaan benda, dan
sebagainya, bergantung pada di mana nilai energi potensial sudah diketahui.
∫ • dr
r
r r r
r r qE
V (r ) = = −
r U (r ) U (ro ) rro
q q q
= V (ro ) − ∫ E • dr
r
r r
r r
(2.2)
r
ro
V (r ) = V (ro ) − ∫ E • dr = V (ro ) − ∫ E dr
r r
r r
ro ro
= V (ro ) − ∫ dr = V (ro ) − ∫r
r r
4πε o r 4πε o
1 Q Q dr
2 2
ro ro
Q ⎡ 1⎤
= V (ro ) − −
4πε o ⎢⎣ r ⎥⎦ ro
r
17
Q ⎛ 1 1⎞
= V (ro ) − ⎜ − ⎟
4πε o ⎜⎝ ro r ⎟⎠
Dengan menetapkan bahwa pada jarak tak berhingga besar potensial sama dengan nol maka,
Q ⎛ 1 1⎞ Q ⎛ 1⎞
V ( r ) = V (∞ ) − ⎜ − ⎟ =0− ⎜0 − ⎟
4πε o ⎝ ∞ r ⎠ 4πε o ⎝ r⎠
=
4πε o r
1 Q
(2.3)
q1 q2 P
r
r2
r
r r
r1
x
r
r3 q3
Gambar 2.1 Menentukan potensial listrik yang dihasilkan oleh sejumlah titik muatan.
18
V = V1 + V2 + V3
= r r + r r +
4πε o r − r1 4πε o r − r2 4πε o r − r3
1 q1 1 q2 1 q3
r r
r1
r r2
∆r1 ∆r2
θ2
θ1 θ
-q d/2 d/2 +q
Gambar 2.2 Hubungan antara r1, r2, dan r pada sebuah dipol
V1 = −
4πε o r1
1q
V2 =
4πε o r2
1 q
q ⎛1 1⎞ ⎛ r1 r ⎞
= ⎜⎜ − ⎟⎟ = ⎜⎜ − 2 ⎟⎟
4πε o ⎝ r2 r1 ⎠ 4πε o
q
⎝ r1r2 r1r2 ⎠
⎛d ⎞
⎜ cos θ + cos θ ⎟ ⎛ d cos θ ⎞
d
= ⎜2 ⎟= ⎜⎜ ⎟⎟
4πε o ⎜ ⎟ 4πε o
q 2 q
⎜ ⎟ ⎝ 12 ⎠
⎝ ⎠
r1r2 r r
x
x=0 x=d
20
∫ dx = − ε [x]
σ σ σ σd
∆V = V − Vo = − ∫ E dx = − ∫ dx = − =−
d d d
ε εo εo
d
0 (2.5)
x =0 x =0 o x =0 o
dielektrik bahan. Sebagai contoh, jika antara dua pelat sejajar dipasang bahan dielektrik, maka
beda potensial antara dua pelat menjadi
σd
∆V = −
κε o
(2.6)
Potensial listrik di sekitar muatan titik yang ditempatkan dalam medium dengan kosntanta
dielektrik κ adalah
V =
4πκε o r
1 Q
(2.7)
V=
4πε o r
1 q
Titik-titik yang berjarak sama dari muatan memiliki potensial yang sama. Permukaan atau
bidang yang memiliki potensial listrik yang sama dinamakan bidang ekipotensial.
Beberapa bentuk bidang ekipotensial dari benda yang bentuknya khusus sebagai
berikut:
i) Untuk muatan titik, bidang ekipotensial berupa kulit bola
ii) Untuk muatan bola yang tersebar homogen, bidang ekipotensial juga berupa kulit bola
iii) Untuk muatan yang tersebar homogen pada kawat atau silinder, bidang ekipotensial
berupa kulit silinder
iv) Untuk muatan yang tersebar pada pelat, bidang ekipotensial berupa bidang datar sejajar
21
pelat
Ada satu yang menarik dari bidang ekipotensial yaitu selalu tegak lurus garis gaya listrik.
(a) (b)
(c)
Gambar 2.4 Bidang ekipotensial yang dihasilkan oleh (a) muatan titik, (b) muatan bola, dan
(c) pelat sejajar
2.10. Kapasitor
Kapasitor adalah piranti elektronik yang dapat menyimpan muatan listrik.
Kemampuan kapasitor menyimpan muatan listrik diungkapkan oleh besaran yang namanya
kapasitansi. Jika sebuah kapasitor dapat menyimpan muatan Q ketika dihubungkan dengan
beda potensial V, maka kapasitansi kapasitor tersebut didefinisikan sebagaian
C=
Q
(2.8)
V
Satuan kapasitansi kapasitor adalah C/V. Satuan ini memiliki nama khusus, yaitu Farad yang
disingkat F. Jadi 1 F = 1 C/V
22
lapisan isolator.
Luas A Luas A
Luas masing-masing pelat adalah A. Jarak antar pelat adalah d. Kerapatan muatan
listrik yang diberikan pada masing-masing pelat adalah +σ dan -σ. Besar muatan yang
dikandung masing-masing pelat adalah Q = σ A. Kapasitansi kapasitor pelat sejajar adalah
C= = εo
Q A
(2.9)
V d
+Q
Bola kobduktor yang berjari-jari R memiliki potensial V relatif terhadap tanah. Potensial di
permukaan bola konduktor adalah
23
V =
4πε o R
1Q
C= = 4πε o R
Q
(2.10)
V
E=
4πε o r 2
1Q
-Q +Q
R1
R2 V
Gambar 2.7 Dua bola konsentris dipasang pada suatu beda potensial
⎛ 1 1 ⎞
V = ∫ E dr = ∫
⎡ 1⎤
= −
⎢⎣ r ⎥⎦ = 4πε ⎜⎜ − ⎟⎟
R2 R2 R
4πε o R1 r 4πε o
2
Q dr Q Q
⎝ R1 R2 ⎠
2
(2.11)
R1 R1 o
4πε o
Kapasitansi adalah
C= =
V (1 / R1 − 1 / R2 )
Q
(2.12)
24
2.14 Kapasitor dua silinder konsentris
R2
R1
Gambar 2.8 Dua silinder konsentris dipasang pada suatu beda potensial
Silinder dalam memiliki jari-jari R1 dan silinder luar memiliki jari-jari R2. Kuat medan listrik
1 λ
antar dua silinder hanya ditentukan oleh muatan silinder dalam, yaitu
E=
2πε o r
(2.12)
dengan λ adalah rapat muatan per satuan panjang silinder. Beda potensial antara dua silnder
adalah
λ λ
[ln r ]RR12 = λ ln⎜⎜ R2 ⎟⎟
⎛ ⎞
V = ∫ E dr = ∫ =
R2 R2
Q / L ⎛ R2 ⎞
V = ln⎜ ⎟⎟
2πε o ⎜⎝ R1 ⎠
(2.14)
Kapasitansi adalah
2πε o L
C= =
V ln (R2 / R1 )
Q
(2.15)
25
kombinasi rangkaian seri dan parallel.
a) Rangkaian seri
Dua kapasitor C1 dan C2 dirangkaian secara seri seperti pada gambar di bawah. Besar
kapasitansi pengganti dua kapasitor di atas adalah C yang memenuhi
= +
1 1 1
(2.16)
C C1 C 2
Jika terdapat N kapasitor yang disusun secara seri seri maka kapasitansi total, C, memenuhi
= + + + ... +
1 1 1 1 1
C C1 C 2 C 3 CN
=∑
atau
N
1 1
(2.17)
C i =1 C i
C1 C2
(a)
(b)
C = …?
Gambar 2.9 (a) Rangkaian seri kapasitor C1 dan C2 dan (b) adalah kapasitor pengganti
(ekivalen)
b) Susunan paralel
26
Susunan lain yang dapat diterapkan pada kapasitor adalah susunan parallel. Gambar
berikut adalah susunan parallel dua kapasitor C1 dan C2
C1
C2
C = …?
C = C1 + C 2 (2.18)
Jika terdapat N buah kapasitor yang disusun secara parallel maka kapsitansi pengganti
memenuhi
C = C1 + C 2 + C 3 + ... + C N (2.19)
C = ∑ Ci
atau
N
(2.20)
i =1
U=
1 Q2
(2.21)
2 C
U= = CV 2
1 (CV ) 2 1
(2.22)
2 C 2
27
⎜ κε o ⎟(Ed ) = κε o E ( Ad ) = κε o E Vol
1⎛ A⎞
U=
1 1
2⎝ d⎠
2 2 2
2 2
dengan Vol adalah volum ruang antar dua pelat (volum kapasitor).
Kita definisikan rapat energi yang tersimpan dalam kapasitor (= energi per satuan
volum), yaitu
u= = κε o E 2
U 1
(2.23)
Vol 2
⎡ t ⎤
Q = Qo exp ⎢−
⎣ RC ⎥⎦
(2.24)
⎡ t ⎤
VC = Vo C exp ⎢−
⎣ RC ⎥⎦
atau
⎡ t ⎤
V = Vo exp ⎢−
⎣ RC ⎥⎦
(2.25)
28
2.18 Pengisian kapasitor
Sebaliknya kita akan mengkaji proses pengisian kapasitor. Mula-mula kapasitor
kosong dan saklar dalam keadaan tegangan. Tegangan antara dua kaki kapasitor nol. Pada saat
t = 0 saklar ditutup sehingga arus listrik mengalir dan kapasitor mulai terisi. Dengan demikian
tegangan antara dua ujung kapasitor makin meningkat.
+
C
S
- R
I = I o e −t / RC (2.26)
(
Vkap = Vo 1 − e − t / RC ) (2.27)
29
Bab 3
Listrik Arus Searah
∆Q
I=
∆t
(3.1)
Muatan listrik dapat mengalir dari satu tempat ke tempat lain karena adanya beda potensial.
Hubungan antara arus listrik dan beda potensial, V, adalah
I=
1
V (3.2)
R
atau
Ungkapan ini dikenal dengan hukum kekekalan muatan listrik, dan dikenal pula dengan hukum
Kirchoff I.
I1 I2
I3
I5
I4
30
I1 + I 2 + I 4 = I 3 + I 5 (3.3)
Hubungan antara hambatan listrik yang dimiliki bahan dengan ukuran bahan memenuhi
R=ρ
L
(3.4)
A
dengan R hambatan yang dimiliki bahan, L panjang bahan, A luas penampang bahan, dan ρ
disebut hambatan jenis bahan.
R = Ro [1 + α (T − To )] (3.5)
dengan T suhu, To suhu acuan, R hambatan pada suhu T, Ro hambatan pada suhu acuan To, dan α
koefisien suhu dari hambatan.
3.5 Potensiometer
Potensiometer adalah hambatan listrik yang nilai hambatannya dapat diubah-ubah.
Pengubahan hambatan dilakukan dengan memutar atau menggeser knob.
atau
31
3.6 Konduktivitas listrik
Gambar 3.4 adalah ilsutrasi sebuah kabel konduktor. Dalam kabel tedapat
elektron-elektron yang dapat bergerak. Jika tidak ada beda potensial antara dua ujung kabel maka
peluang elektron bergerak ke kiri dan ke kanan sama sehingga arus total yang mengalir dalam
kabel nol. Jika diberikan beda potensial antara dua ujung kabel maka muncul medan listrik
dalam kabel. Medan listrik menarik elektron-elektron bergerak dalam arah yang berlawanan
dengan arah medan. Akibatnya elektron memiliki percepatan dalam arah yang berlawanan
dengan arah medan
Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa kecepatan terminal elektron dalam konduktor
memenuhi
v = µE (3.6)
J = σE (3.7)
σ = neµ
dengan
(3.8)
σ=
ρ
1
(3.9)
32
3.7 Rangkaian hambatan listrik
a) Hambatan seri
R1 R2 R3
a b c d
Tiga hambatan R1, R2, dan R3 disusun secara seri. Susunan ke tiga hambatan tersebut
menghasilkan hambatan total R yang memenuhi
R = R1 + R2 + R3 (3.10)
b) Hambatan paralel
R1
I1
R2
a b
I I2 R3
I3
Tiga hambatan R1, R2, dan R3 disusun secara parallel. Susunan ke tiga hambatan tersebut
menghasilkan hambatan total R yang memenuhi
= + +
1 1 1 1
(3.11)
R R1 R2 R3
33
tegangan. Bagaimana menentukan arus yang mengalir
R1 ε R2
a b
Gambar 3.7 Contoh rangkaian yang mengandung hambatan dan sumber tegangan
Rumus yang menghubungan besar arus yang mengalir dan besarnya hambatan serta tegangan
adalah
Vab = ∑ I R − ∑ ε (3.12)
di mana Vab adalah beda potensial antara titik a dan titik b, ∑I R adalah jumlah perkalian
arus dan hambatan sepanjang jalur antara titik a dan b, dan ∑ε adalah jumlah tegangan yang
3.9 Loop
Jika titik a dan b dihubungkan kita mendapatkan Vab = 0 dan rangkaian menjadi tertutup.
Rangkaian yang tertutup tersebut disebut loop. Karena Vab = 0 maka persamaan (3.12) menjadi
∑ I R − ∑ε = 0 (3.13)
Jumlah loop dalam rangkaian tidak hanya satu, tetapi bisa banyak sekali. Sekarang kita
bahas rangkaian yang terdiri dari dua loop. Prinsip yang digunakan sama dengan saat
memecahkan persoalan satu loop. Hanya di sini akan muncul dua persamaan, karena ada dua
arus yang harus dicari, yaitu arus yang mengalir pada masing-masing loop.
34
3.10 Daya listrik
Jika arus listrik mengalir pada sebuah hambatan maka hambatan tersebut akan menjadi
panas. Ini menunjukkan bahwa pada hambatan tersebut terjadi proses perubahan energi dari
energi listrik menjadi energi panas. Daya yang dibuang pada hambatan adalah
∆Q
P=
∆t
= IV (3.14)
di mana ∆Q adalah kalor yang dihasilkan selama ∆t. Dengan menggunakan hukum Ohm V = IR
maka kita juga dapat menulis
P = I 2R (3.15)
35
Bab 4
Kemagnetan
r
Kita simbolkan medan magnet dengan B , yang merupakan sebuah besaran vektor. Satuan
medan magnet adalah Tesla yang disingkat T.
36
4.3 Gaya Lorentz
Jika kawat yang dialiri arus listrik ditempatkan dalam medan magnet, maka kawat
tersebut mendapat gaya dari magnet. Besar dan arah gaya yang dialami kawat yang dialiri arus
listrik dalam medan magnet diberikan oleh hukum Lorentz
F = I L×B
r r r
(4.1)
r r
dengan F gaya yang dilami kawat berarus listrik, I besar arus listrik, dan L vektor panjang
r
kawat yang dikenai medan magnet. Besar vektor L sama dengan bagian panjang kawat yang
dikenai medan magnet saja sedangkan arahnya sama dengan arah arus dalam kawat. Besarnya
gaya Lorentz yang dialami kawat berarus listrik dapat ditulis
Untuk menentukan arah gaya Lorentz, kita gunakan aturan sekrup putar kanan:
i) Tempatkan vektor panjang kawat dan vektor medan magnet sehingga titik pangkalnya
berimpit.
ii) Putar sekrup putar kanan dari arah vektor panjang kawat ke arah vektor medan magnet.
iii) Arah maju sekrup sama dengan arah gaya Lorentz pada kawat.
r
B
B
I r
L
r
F
37
Arus sama dengan muatan yang mengalir per satuan waktu, atau I = q / ∆t dengan q
jumlah muatan yang mengalir selama ∆t. Selanjutnya kita dapat menulis gaya Lorentz pada
kawat berarus listrik sebagai berikut
r ⎛ q ⎞r r ⎛L⎞ r
r
F = ⎜ ⎟ L × B = q⎜⎜ ⎟⎟ × B
⎝ ∆t ⎠ ⎝ ∆t ⎠
(4.3)
L / ∆t adalah panjang per satuan waktu yang tidak lain daripada kecepatan muatan v .Akhirnya
r r
F = qv × B
r r r
(4.4)
Fs = m
v2
(4.5)
r
Sumber gaya sentripetal adalah gala Lorentz yang dihasilkan oleh medan magnet yang
besarnya FL = qvB . Dengan menyamakan nilai ke dua gaya tersebut kita peroleh
qvB = m
v2
r
atau
m=
qBr
(4.6)
v
a) Selektron kecepatan
Agar massa atom dapat dihitung maka laju ion harus diketahui terlebih dahulu. Cara
yang mudah untuk menentukan laju ion adalah menggunakan selektor kecepatan. Selektor
kecepatan memanfaatkan gaya listrik dan gaya magnet. Medan magnet dan medan listrik
dibangkitkan dalam suatu ruang dalam arah yang saling tegak lurus.
Partikel bermuatan ditembakkan masuk ke dalam ruangan yang mengandung dua medan
tersebut. Baik medan listrik maupun medan magnet masing-masing melakukan gaya pada
partikel.
Gaya yang dilakukan medan listrik = q E
Gaya yang dilakukan medan magnet = q v B
Besar medan listrik dan medan magnet diatur sedemikian rupa sehingga ke dua gaya tersebut
persis sama besar dan berlawanan arah. Dalam keadaan demikian, partikel tidak mengalami
pembelokkan
Gambar 4.4 Dalam selektor kecepatan, medan listrik dan medan magnet menarik partikel dalam
arah berlawanan. Hanya partikel yang ditarik dalam arah berlawanan dengan gaya yang sama
besar yang bergerak dalam garis lurus.
qE = qvB
atau
v=
E
(4.7)
B
39
Hanya partikel dengan laju v = E / B yang memiliki lintasan yang lurus. Partikel dengan laju
lebih besar atau lebih kecil dari v = E / B mengalami pembelokkan. Jika di depan dan di
belakang selektron kecepatan dipasan dua lubang dalam posisi lurus, dan partikel masuk di celah
pertama maka hanya partikel dengan laju v = E / B yang dapat losos pada celah kedua. Partikel
dengan laju lebih besar atau lebih kecil tertahan oleh dinding dan tidak didapatkan di sebelah
luar celah kedua. Dengan demikian, kita mendapatkan ion dengan kecepatan yang sudah tertentu
yang keluar dari celah kedua.
r
+
Gambar 4.5 Skema spektrometer massa lengkap yang terdiri dari slektor kecepatan dan daerah
pembelokan.
Berdasarkan Gambar 4.14, laju partikel yang lolos selektor kecepatan memenuhi
v=
E
(4.8)
B1
40
Atom membelok dalam ruang pembelokan sehingga massanya memenuhi
m= =
qB2 r qB2 r
v E / B1
=
qB1 B2
r (4.9)
E
41
Bab 5
Hukum Biot Savart
r
dL
r
r
I P
Gambar 5.1 Menentukan kuat medan magnet yang dihasilkan oleh elemen kawat
r
Kuat medan magnet di titik P yang dihasilkan oleh elemen dL saja diberikan oleh
hukum Biot-Savart
r µ o dL × rr
r
dB =
4π
I (5.1)
r3
dengan µo disebut permeabilitas magnetik vakum = 4π × 10-7 T m/A. Medan total di titik P yang
dihasilkan oleh seluruh bagian kawat
r µo
4π ∫ r 3
dL × r
r r
B= I (5.2)
r P
r
I
r
dL
Gambar 5.2 Menentukan kuat medan magnet yang dihasilkan oleh elemen kawat lurus panjang
Sebelum melakukan integral, kita harus menyederhanakan dulu ruas kanan persamaan (5.2).
Misalkan titik P berjarak a dari kawat (arah tegak lurus). Dengan aturan perkalian silang maka
42
dL × r = dL r sin θ
r r
(5.3)
dengan θ adalah sudut antara vektor dL dan r . Besar medan magnet yang dihasilkan vektor
r r
r
dL saja adalah
µ o dL × r µ o dL r sin θ µ o dL sin θ
r r
dB = = =
4π 4π 4π
I I I (5.4)
r3 r3 r2
Pada ruas kanan persamaan (5.4), baik dL, r, maupun sin θ merupakan variabel. Agar integral
dapat dikerjakan maka ruas kanan hanya boleh mengandung satu variabel. Kita harus
mengungkapkan dua variabel lain ke dalam salah satu variabel saja.
dθ
P
θ
r a
I
dL L
= sin θ ⇒ = 2 sin 2 θ
a 1 1
2
(5.5)
r r a
cos θ
= tan θ ⇒ L= =a
tan θ sin θ
a a
(5.6)
L
⎡ d (cos θ ) d (sin θ ) ⎤
dL = a ⎢ − cos θ
⎣ sin θ sin 2 θ ⎥⎦
dθ
=− a
sin 2 θ
(5.7)
µ o ⎛ a dθ ⎞⎛ sin 2 θ ⎞ µ I
dB = I⎜− ⎟⎜⎜ 2 ⎟⎟ sin θ = − o sin θ dθ
4π ⎝ sin θ ⎠⎝ a ⎠ 4π a
2
(5.8)
Selanjutnya kita menentukan batas-batas integral. Karena kawat panjang tak berhingga,
maka batas bawah adalah L → -∞ dan batas atas adalah L → +∞. Karena tan θ = a / L , maka
untuk L → -∞ diperoleh tan θ → −0 atau θ = 180o dan untuk L → +∞ diperoleh tan θ → +0
43
atau θ = 0o.
µo I 0 µo I µo I
[ ] [−1 + (−1)]
4π a 180∫
B=− θ θ = − − θ = −
o
4π a 4π a
o
0
sin d cos 180 o
µo I
=
2π a
(5.9)
Arah medan magnet dapat ditentukan dengan aturan tangan kanan. Jika kalian genggam
empat jari tangan kanan dan ibu jari dibiarkan lurus maka
i) Arah ibu jari bersesuaian dengan arah arus
ii) Arah jari-jari yang digenggam bersesuaian dengan arah medan magnet di sekitar arus tersebut
Cara lain adalah berdasarkan arah masuk sekrup putar kanan. Arah masuk sekrup sesuai
dengan arah arus sedangkan arah putar sekrup sesuai dengan arah medan magnet.
θ
r
a
L Lo-L = a/tanθ
dL
Gambar 5.4 Variabel-variabel untuk menentukan kuat medan magnet di posisi yang sejajar
ujung kawat
µo I
dB = sin θ dθ
4π a
(5.10)
Ketika elemen dL berada di ujung kiri kawat, maka sudut yang dibentuk adalah θm yang
memenuhi
tan θ m =
a
(5.11)
Lo
Dan ketika elemen dL berada di ujung kanan kawat maka sudut yang dibentuk adalah 90o. Jadi,
batas integral adalah 90o sampai θm. Maka kita dapatkan medan magnet di titik P adalah
44
µ o I 90
4π a θ∫
B= sin θ dθ
o
[ ]
m
µo
= [− cos θ ]θ90m = µ o I − cos 90 o + cos θ m
4π 4π a
I o
a
µ
= o cos θ m
4π
I
(5.12)
a
µo I
B=
4π a a + L2o
Lo
(5.13)
2
Selanjutnya kita bahas kasus yang lebih umum lagi di mana titik pengamatan berada di
antara dua ujung kawat. Misalkan titik tersebut berjarak a dari kawat dan berjarak b dari salah
satu ujung kawat. Kita dapat memandang bahwa medan tersebut dihasilkan oleh dua potong
kawat yang panjangnya b dan panjangnya Lo – b, seperti pada Gbr. 5.5, di mana titik pengamatan
berada di ujung masing-masing potongan kawat tersebut.
b Lo-b
P
a
I
Lo
Gambar 5.5 Menentukan kuat medan magnet pada posisi sembarang di sekitar kawat
Kuat medan yang dihasilkan oleh potongan kawat kiri dan kanan masing-masing
µo I
B1 =
4π a a + b 2
b
(5.14)
2
µo I Lo − b
B2 =
4π a a 2 + ( Lo − b) 2
(5.15)
45
Kuat medan total di titik pengamatan adalah
B = B1 + B2
µ o I ⎜⎛ Lo − b ⎞
⎟
= +
4π a ⎜ a 2 + b 2 ⎟
b
⎝ a 2 + ( Lo − b) 2 ⎠
(5.16)
Selanjutnya kita mencari kuat medan listrik pada titik yang berada di luar areal kawat,
misalnya pada jarak b di sebelah kiri kawat seperti pada gambar 5.6
b
P
a Lo
I
Gambar 5.6 Menentukan kuat medan magnet pada jarak sembarang di luar kawat.
Masalah ini dapat dipandang sebagai dua potong kawat berimpit. Satu potong kawat panjangnya
Lo + b dan dialiri arus ke kanan dan potong kawat lain panjangnya b dan dialiri arus ke kiri,
seperti diilustrasi pada Gbr 5.7. Besar arus yang mengalir pada dua kawat sama. Ujung kiri dua
potongan kawat diimpitkan.
Kuat medan magnet yang dihasilkan potongan kawat panjang adalah
µo I Lo + b
B1 =
4π a a + ( Lo + b) 2
(5.17)
2
b
P
a Lo
I
46
Kuat medan magnet yang dihasilkan potongan kawat pendek adalah
µo I
B2 = −
4π a a 2 + b 2
b
(5.18)
B = B1 + B2
µ o I ⎛⎜ Lo + b ⎞
⎟
= −
4π a ⎜ a + ( Lo + b) ⎟
b
⎝ a + b2 ⎠
(5.19)
2 2 2
µ o dL sin θ
dB =
4π
I
r2
dB//
dB α
P
α
dB⊥
b
r
a
θ I
Gambar 5.8 Medan magnet di sumbu cincin yang dihasilkan oleh elemen pada cincin
µ o dL
dB =
4π r 2
I (5.20)
47
dB dapat diuraikan atas dua komponen yang saling tegak lurus
Tiap elemen kawat memiliki pasangan di seberangnya (lokasi diametrik) di mana komponen
tegak lurus sumbu memiliki besar sama tetapi arah tepat berlawanan. Dengan demikian ke dua
komponen tersebut saling meniadakan. Untuk menentukan kuat medan total kita cukup
melakukan integral pada komponen yang sejajar sumbu saja.
B = ∫ dB// = ∫ dB sin α
µ o dL
=∫ sin α
4π r 2
I (5.22)
Semua parameter dalam integral konstan kecuali dL. Dengan demikian kita peroleh
µo I µ I
B= sin α ∫ dL = o 2 sin α (2πa )
4π r 2
4π r
µo I ⎛ a ⎞
= ⎜ ⎟ sin α
2
2 a⎝r⎠
(5.23)
Untuk kasus khusus titik di pusat lingkaran, kita dapatkan α = 90o sehingga
µo I
B= (5.28)
2 a
5.5 Solenoid
Solenoid adalah lilitan kawat yang berbentuk pegas. Panjang solenoid dianggap tak
berhingga. Pertama kita akan mencari kuat medan magnet di pusat solenoid tersebut.
Solenoid dapat dipandang sebagai susunan cincin sejenis yang jumlahnya sangat banyak.
Tiap cincin membawa arus I. Medan di dalam solenoid merupakan jumlah dari medan yang
dihasilkan oleh cincin-cincin tersebut. Misalkan jumlah lilitan per satuan panjang adalah n. Kita
lihat elemen solenoid sepanjang dx. Jumlah lilitan dalam elemen ini adalah
dN = ndx (5.29)
Elemen tersebut dapat dipandang sebagai sebuah cincin dengan besar arus
48
dI = IdN = Indx (5.30)
× × × × × × × × × × × × × × × ×
α
r a
P
• • • • • • • • • • • • • • • •
x dx
Karena elemen tersebut dapat dipandang sebagai sebuah cincin, maka medan magnet yang
dihasilkan di titip P memenuhi persamaan (5.24), dengan mengganti I dengan dI pada persamaan
(5.30).
µ o dI
dB = sin 3 α
2 a
µ o Indx
= sin 3 α (5.31)
2 a
µ o In ⎛ a dα ⎞ 3 µ
dB = ⎜− ⎟ sin α = − o In sin α dα
2 a ⎝ sin α ⎠
2
(5.33)
2
Batas bawah adalah x → -∞ dan batas atas adalah x → +∞. Karena tan α = a / x , maka untuk x
→ -∞ diperoleh tan α → -0 atau α = 180o, dan maka untuk x → +∞ diperoleh tan α → +0 atau α
= 0o. Medan magnet total yang dihasilkan di pusat solenoid adalah
µo µo
B=− ∫ In sin α dα = − ∫ sin α dα
0o 0o
In
180 o
2 2 180 o
µo µo
=− In[− cos α ]1800 = − In[− 1 + (−1)]
0o
= µ o nI
2 2
(5.34)
49
5.6 Medan magnet dalam toroid
Jika solenoid yang panjangnya berhingga kita gabungkan ujungnya, maka kita
mendapatkan sebuah bentuk seperti kue donat. Bentuk ini dinamakan toroid.
Jika kita bergerak sepanjang rongga solenoid ideal (panjang tak berhingga) maka kita
tidak pernah menemukan ujung solenoid tersebut. Dengan cara yang sama, apabila kita bergerak
sepanjang rongga toroid, kita pun tidak pernah menemukan ujung toroid tersebut. Sehingga,
toroid akan serupa dengan solenoid ideal. Oleh karena itu, menjadi sangat logis apabila kita
berkesimpulan bahwa kuat medan magnet dalam toroid sama dengan kuat medan magnet dalam
solenoid ideal,
B = µ o nI (5.35)
dengan n jumlah kumparan per satuan panjang dan I arus yang mengalir pada kawat toroid.
50
Bab 6
Hukum Ampere
r
dl
r
B
Gambar 6.1 Lintasan tertutup sembarang dalam ruang yang mengandung medan magnet
r
Kita perhatikan elemen lintasan dl . Anggap kuat medan magnet pada elemen tersebut adalah
r r r
B . Integral perkalian titik B dan dl dalam lintasan tertutup S memenuhi
∫ B • dl = µo ∑ I
r r
(6.1)
∑I ∫
S
dengan adalah jumlah total arus yang dilingkupi S. Tanda menyatakan bahwa integral
harus dikerjakan pada lintasan tertutup. Persamaan (6.1) dikenal dengan hukum Ampere dalam
bentuk integral.
Dalam menerapkan hukum ini, beberapa langkah standar yang harus dilakukan adalah:
i) Pilih lintasan tertutup sedemikian rupa sehingga
- Kuat medan magnet pada berbagai titik di lintasan konstan
- Vektor medan magnet dan vektor elemen lintasan selalu memebtnuk sudut yang konstant untuk
ii) Cari
51
r
dl
a I
r
B
Gambar 6.2 Lintasan ampere di sekitar kawat lurus panjang adalah lindkaran dengan sumbu
berimpit dengan kawat.
Sepanjang lintasan, vektor B dan dl selalu sejajar sehingga sudut θ antara B dan dl nol
r r r r
∫ B • dl = ∫ B dl
r r
(6.3)
S S
Pada tiap titik di lintasan, besar medan magnet konstan sehingga B dapat ditarik keluar dari
integral dan didapatkan
∑ I = I . Akhirnya diperoleh
Karena yang dilingkupi lintasan Ampere hanya satu kawat, dan kawat tersebut diliri arus I, maka
B × (2πa) = µ o I
µo I
B=
2π a
(6.5)
52
l
B=0
× × × × × × × × × × × × × × × ×
iv ii B
iii
• • • • • • • • • • • • • • • •
Lintasan Ampere berupa segiempat. Integral pada lintasan tertutup dapat dipecah menjadi jumlah
inegral pada tiap-tiap sisi segiempat, yaitu
∫ • = ∫ • + ∫ • + ∫ • + ∫ • dl
r r r r r r r r r r
B dl B dl B dl B dl B (6.6)
S i ii iii iv
∫ • = ∫ • =0
r r r
B dl 0 dl
i i
Lintasan ii:
Pada lintasan ini, potongan yang berada di luar solenoid memiliki medan magnet nol sedangkan
potongan yang ada di dalam solenoid luar memiliki medan magnet yang tegak lurus lintasan.
Jadi
∫ • dl = ∫ • dl + ∫ • dl = ∫ • + ∫ B dl cos 90 =0+0 =0
r r r r r r r o
B B B 0 dl
ii pot . luar pot . dalam pot . luar pot . dalam
Lintasan iii:
Pada lintasan ini, vektor B dan dl selalu sejajar sehingga sudut θ antara B dan dl nol.
r r r r
53
∫ • dl = ∫ B dl = B ∫ dl = B × ( panjang lin. iii) = Bl
,
r r
B
iii iii iii
Lintasan iv:
Inetgral pada lintasan iv persis sama dengan integral pada lintasan ii sehingga hasilnya juga nol,
atau
∫ B • dl = ∫ B • dl + ∫ B • dl = ∫ 0 • dl + ∫ B dl cos 90 =0+0 =0
r r r r r r r o
∫ • dl = 0 + 0 + Bl + 0 = Bl
r r
B (6.8)
S
l, yaitu
Bl = µ o (nlI )
B = µ o nI (6.9)
R r r
dl B
Gambar 6.4 Lintasan ampere pada toroid berbentuk lingkaran yang melewati rongga toroid
Keliling toroid adalah K = 2πR . Jumlah lilitan toroid adalah N = 2πRn . Sepanjang lintasan
54
Ampere, vektor B dan dl selalu sejajar sehingga sudut θ antara B dan dl nol. Jadi,
r r r r
B × (2πR) = µ o (2πRnI )
B = µ o nI (6.11)
ii
i
iv iii
∫ • = ∫ • + ∫ • + ∫ • + ∫ • dl
r r r r r r r r r r
B dl B dl B dl B dl B
S i ii iii iv
55
Mari kita hitung tiap-tiap suku integral
a) Pada elemen lintasan i, vektor B dan dl sejajar sehingga sudut θ antara B dan
r r r r
dl nol.
b) Pada elemen lintasan ii, vektor B dan dl tegak lurus sehingga sudut θ antara B
r r r r
dan dl
c) Pada elemen lintasan iii, vektor B dan dl sejajar sehingga sudut θ antara B dan
r r r r
dl nol.
d) Pada elemen lintasan iv, vektor B dan dl tegak lurus sehingga sudut θ antara B
r r r r
dan dl
Dengan demikian
∫ • dl = ∫ B dl + ∫ B dl
r r
B
S i iii
Besarnya B pada elemen lintasan i dan iii konstan sehingga dapat dikeluarkan dari integral.
Akhirnya diperoleh
∫ • dl = B ∫ dl + B ∫ dl = BL + BL = 2 BL
r r
B (6.12)
S i iii
Rapat arus per satuan panjang pelat dalam arah tegak lurus adalah J. Karena panjang
adalah
2 BL = µ o ( JL)
µo J
B= (6.13)
2
56
Bab 7
GGL Induksi dan Induktansi
r
dA
r
B
Gambar 7.1 Fluks magnetik menyatakan jumlah garis gaya yang menembus permukaan dalam
arah tegak lurus
φ = ∫ B • dA
r r
= ∫ B dA cos θ (7.1)
dφ
Σ = −N (7.2)
dt
dengan Σ : gaya gerak liristik (ggl) induksi dan N : jumlah lilitan kumparan. Tampak dari
persamaan (7.2), besarnya ggl yang dihasilkan bergantung pada berapa cepat perubahan fluks
berlangsung, bukan bergantung pada berapa nilai fluks saat itu. Juga makin banyak lilitan pada
kumparan makin besar ggl indukasi yang dihasilkan.
Arah arus induksi dalam suatu kumparan adalah sedemikian rupa sehingga medan magnet yang
dihasilkan arus tersebut melawan perubahan fluks penyebabnya.
7.4 Induktansi
Jika solenoid dialiri arus searah maka beda potensial antara dua ujung solenoid hampir
nol karena beda tegangan sama dengan perkalian arus dan hambatan solenoid. Solenoid hanya
berupa kawat konduktor sehingga hambatan listrik antara dua ujung solenoid hampir nol. Tetapi
jika solenoid dilairi arus yang berubah-ubah terhadap waktu, maka sifat solenoid akan berubah.
Karena arus berubah-ubah terhadap waktu maka kuat medan magnet dalam solenoid
berubah-ubah sehingga fluks magnetik yang dikandung solenoid berubah terhadap waktu.
Berdasarkan hukum Faraday maka solenoid menghsilkan ggl induksi. Dengan demikian, ketika
dialiri arus bolak-balik maka muncul tegangan antara dua ujung solenoid. Berapa besar ggl
induksi antara dua ujung solenoid tersebut?
Σ=0 Σ≠0
Idc Iac
Gambar 7.2 (kiri) jika solenoid dialiri arus dc, tidak muncul tegangan antara dua ujung
solenoid. (kanan) jika solenoid dialiri arus ac maka muncul tegangan antara dua ujung
solenoid.
58
Kuat medan magnet dalam rongga solenoid adalah B = µ o nI . Jika luas penampang
solenoid A maka fluks magnetik dalam solenoid adalah
φ = BA = µ o nIA (7.3)
dφ d ( µ o nIA)
Σ = −N = −N = − Nµ o nA
dI
(7.4)
dt dt dt
Tampak bahwa ggl induksi yang dihasilkan berbanding lurus dengan laju perubahan
arus. Untuk arus yang konstant (arus dc) maka dI/dt = 0 sehingga ggl induksi yang dihasilkannya
nol. Ggl induksi hanya ada jika arus yang mengalir berubah-ubah terhadap waktu sehingga dI/dt
tidak nol.
a. Induktansi diri
Kita mendefinisikan besaran yang bernama induktansi diri, L, yang memenuhi
hubungan
Σ = −L
dI
(7.5)
dt
Dengan membandingkan persamaan (7.4) dan (7.5) kita peroleh ungkapan induktasi
L = Nµ o nA (7.6)
Jika l adalah panjang solenoid maka kita dapat menulis n = N / l sehingga diperoleh bentuk
lain ungkapan induktasi diri
N 2 µo A
L= (7.7)
l
b. Induktansi bersama
Induktansi bersama memerlukan kehadiran dua solenoid atau lebih. Induktansi bersama
memperhitungkan efek satu solenoid terhadap solenoid lainnya.
Misalkan kita memiliki dua solenoid yang didekatkan.
59
I1 Σ2
Gambar 7.3 Dua buah kumparan yang berada pada jarak cukup dekat
Misalkan medan magnet yang dihasilkan solenoid pertama adalah B1. Maka medan magnet yang
menembus solenoid kedua berbanding lurus dengan B1,
B2 = ξB1 (7.8)
Dengan ξ adalah konstanta yang nilainya kurang dari satu. Jika luas penampang solenoid kedua
adalah A2 maka fluks magnetik pada solenoid kedua adalah
φ 2 = B2 A2 = ξB1 A2 (7.9)
φ 2 = ξµ o n1 A2 I 1 (7.10)
= −ξµ o N 2 n1 A2
dI 2
(7.11)
dt
Σ 2 = L21
dI 1
(7.12)
dt
Dengan membandingkan persaman (7.11) dan (7.12) kita peroleh bentuk induktansi bersama
60
L21 = ξµ o N 2 n1 A2 (7.13)
Jika l 1 adalah panjang solenoid pertama maka n1 = N 1 / l 1 . Akhirnya kita dapatkan bentuk
lain induktansi bersama sebagai berikut
ξµ o N 1 N 2 A2
L21 = (7.14)
l1
Nilai parameter ξ bergantung pada jarak antara dua solenoid, dan orientasi satu solenoid
terhadap solenoid lainnya. Maki n jauh jarak antara dua solenoid maka makin kecil harga ξ. Jika
jarak antar dua solenoid sangat besar (mendekati tak berhingga) maka ξ = 0. Ini baerarti tidak
ada medan magnet yang dihasilkan solenoid pertama yang masuk ke solenoid kedua. Sebaliknya,
jika dua solenoid berimpitan dan konsentris maka ξ = 1. Ini terjadi karena rongga solenoid
pertama juga merupakan rongga solenoid kedua.
B' = µB (7.15)
ketika di dalam rongga solenoid dimasukkan bahan magnetik dengan permeabilitas µ. Dengan
demikian, fluks magnetik dalam solenoid ketika solenoid tersebut dilewati arus adalah
φ = µµ o nIA (7.16)
dφ
Σ = −N = − Nµµ o nA
dI
dt dt
⎛N⎞
L = Nµµ o nA = Nµµ o ⎜ ⎟ A
⎝l⎠
61
= N 2 µµ o
A
(7.17)
l
Tampak bahwa induktansi menjadi µ kali lebih besar dibandingkan dengan induktansi saat
solenoid kosong.
Σ = −L
dI
dt
Jika muatan sebesar dq mengalir melewati solenoid tersebut maka energi yang diperlukan untuk
melawan beda potensial solenoid adalah
dW = −Σdq = L
dI
dq
dt
= LdI
dq
(7.18)
dt
W = ∫ dW = ∫ LIdI = L ∫ IdI = L ⎢ I 2 ⎥ = LI 2
⎡1 ⎤
I I I I
1
⎣2 ⎦0 2
(7.19)
0 0 0
Kerja yang diberikan tersimpan sebagai energi dalam solenoid. Jadi, energi yang
tersimpan dalam solenoid yang dialiri arus I adalah
U=
1 2
LI (7.20)
2
Kuat medan magnet dalam rongga solenoid (dengan anggapan solenoid ideal) adalah
B = µ o nI = µ o
N
I
l
atau
I=
Bl
µo N
(7.21)
Kita dapatkan
62
1 ⎛ N 2 µ o A ⎞⎛ Bl ⎞
U = ⎜⎜ ⎟⎜ ⎟
2
2 ⎝ l ⎟⎠⎜⎝ µ o N ⎟⎠
1 ⎛ N 2 µ o A ⎞⎛ B 2 l 2 ⎞
= ⎜ ⎟⎜ ⎟=
2 ⎜⎝ l ⎟⎠⎜⎝ µ o2 N 2 ⎟ 2 µ B ( Al)
1
⎠
2
(7.22)
o
Bagian dalam tanda kurung tidak lain daripada volum rongga solenoid. Kita definisikan rapat
energi medan magnetik per satuan volum sebagai
u=
U
( Al)
=
2µ o
1
B2 (7.23)
Persamaan (7.40) menyatakan bahwa jika di suatu tempat terdapat medan magnet B maka di
tempat tersebut terdapat energi medan magnet dengan kerapatan per satuan volum diungkapkan
oleh persamaan (7.23)
7.7 Transformator
Transformator yang sering disingkat trafo adalah alat listrik yang digunakan untuk
mengubah tegangan listrik menjadi lebih besar atau lebih kecil dari tegangan semula. Tengan
yang dapat diubah oleh trafo hanya tegangan yang berubah-ubah terhadap waktu, misalknya
tegangan bolak-balik.
Secara umum trafo memiliki dua kumparan.
i) Kumparan primer berada di bagian input, tempat tegangan listrik masuk ke dalam trafo.
ii) Kumparan sekunder berada di bagian output trafo, tempat tegangan listrik hasil pengubahan
keluar dari trafo.
Jika arus masuk ke dalam kumparan primer maka dihasilkan medan magnet. Medan
magnet yang dihasilkan kumparan primer diarahkan ke kumparan sekunder. Agar pengarahan
tersebutberlangsung efektif maka di dalam rongga trafo umumnya diisi teras besi atau bahan lain
yang dapat bersifat magnetik. Dengan penggunaan bahan tersebut maka seolah-olah medan
magnet yang dihasilkan kumparan primer mengalir ke dalam bahan tersebut dan seluruhnya
mencapai kumparan sekunder. Jadi diperoleh
Bs = B p (7.24)
dengan Bs : medan magnet yang ada di kumparan sekunder dan Bp : medan magnet yang ada
63
dalam kumparan primer
Dengan asumsi bahwa kumparan primer berperilaku sebagai solenoid ideal maka
dφ p
Σ p = −N p = − N p µµ o n p A p
dI p
(7.25)
dt dt
dφ s
Σs = −N s = − N s µµ o n p As
dI p
(7.26)
dt dt
Dengan demikian
Σs
= s s
N A
Σ p N p Ap
Jika dianggap bahwa luas penampang kumparan primer dan sekunder sama maka diperoleh
Σs
= s
N
Σp Np
(7.27)
Pp = I p Σ p (7.28)
Ps = I s Σ s (7.29)
64
Tidak semua daya pada kumparan primer dapat dipindahkan ke kumparan sekunder. Hanya trafo
idel yang sanggup memindahkan seluruh daya dari kumparan primer ke kumparan sekunder. Jika
η adalah efisiensi trafo maka dipenuhi
Σp
Ps = ηPp ⇒ I s Σ s = ηI p Σ p ⇒ Is =η
Σs
Ip (7.30)
⎛ Np ⎞
I s = η ⎜⎜ ⎟⎟ I p ⇒ =η
Is Np
⎝ Ns ⎠
(7.31)
Ip Ns
65
Bab 8
Arus Bolak-Balik
Arus bolak-balik adalah arus yang arahnya berubah-ubah secara bergantian. Pada suatu
saat arah arus ke kanan, kemudian berubah menjadi ke kiri, kemudian ke kanan, ke kiri, dan
seterusnya. Contoh kurva arus bolak-balik tampak pada Gbr 8.1
arus
arus
waktu waktu
arus
arus
waktu waktu
Pada grafik (a) kita dapatkan arus bolak-balik yang berubah secara sinusoidal. Setengah periode
arus bergerak dalam satu arah dan setengah periode lainnya arus bergerak dalam arah sebaliknya.
Pada grafik (b) kita amati arus bolak-balik yang berubah secara persegi. Dalam setengah periode
arus bergerak dalam satu arah dan setengah periode lainnya arus bergerak dalam arah sebaliknya.
Pada grafik (c) kita amati arus bolak-balik yang berubah dengan pola segitiga.
Pada grafik (d) kita amati arus bolak-balik yang berubah secara transien.
66
I
Im
-Im T
Vm
-Vm T
⎛ 2π ⎞
I = I m cos⎜ t + ϑo ⎟
⎝ T ⎠
(8.1)
dengan I m arus maksimum (amplitudo arus), T periode arus, t waktu, dan ϕo fase mula-mula
(saat t = 0). Jika arus tersebut melewati sebuah hambatan, maka tegangan antara dua ujung
hambatan
⎛ ⎛ 2π ⎞⎞
V = RI = R × ⎜⎜ I m cos⎜ t + ϑo ⎟ ⎟⎟
⎝ ⎝ T ⎠⎠
⎛ 2π ⎞
= Vm cos⎜ t + ϑo ⎟
⎝ T ⎠
(8.2)
67
∫ Vdt
τ
V =
lim
τ →∞ τ
1
(8.3)
0
Untuk fungsi sinusoidal, perata-rataan di atas menghasilkan nilai yang sama dengan
perata-rataan selama satu periode saja. Jadi, tegangan rata-rata dapat ditulis dalam bentuk
V = ∫ Vdt
T
1
(8.4)
T 0
⎛ 2π ⎛ 2π
V = ∫ Vm cos⎜ ∫
⎞ ⎞
t + ϑo ⎟ dt = cos⎜ t + ϑo ⎟ dt
T
1 Vm T
⎝ T ⎠ ⎝ T ⎠
(8.5)
T 0 T 0
2π 2π
t + ϑo = x ⇒ dt = dx ⇒ dt =
2π
T
dx (8.6)
T T
V = ∫ cos x ×
2π
dx = m ∫ cos x dx = m sin x
2π 2π
Vm T V V
T
⎛ 2π ⎞⎤ ⎡ ⎛ 2π ⎞ ⎛ 2π ⎞⎤
= sin ⎜ t + ϑo ⎟ ⎥ = m ⎢sin ⎜ T T + ϑo ⎟ − sin ⎜ T 0 + ϑo ⎟⎥
T
2π ⎠⎦ 0 2π
Vm V
⎝ T ⎣ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎦
Jadi, nilai rata-rata tegangan bolak balik sinusoidal adalah nol. Dengan menggunakan I = V / R
maka nilai rata-rata arus bolak balik adalah
I = = =0
V 0
R R
Vrms = V2 (8.7)
I rms = I2 (8.8)
V2 =
Vm2
2
I2 =
I m2
2
Vrms = V2 =
Vm2
2
=
Vm
2
I rms =
Im
(8.9)
2
P = =
V2 V2
R R
=
2
Vrms
(8.10)
R
I = I m cos(ωt + ϑo ) (8.15)
69
VR
R I = Im cos (ωt+ϕo)
Gambar 8.3 Arus bolak-balik melewati sebuah hambatan
Tegangan antara dua ujung hambatan dapat dicari dengan menggunakan hokum Ohm
V R = IR = I m R cos(ωt + ϑo ) (8.16)
Tampak bahwa arus dan tegangan berubah secara bersamaan. Dengan kata lain arus dan
tegangan antara dua ujung hambatan memiliki fase yang sama.
VC
C I = Im cos (ωt+ϕo)
dengan
XC =
ωC
1
(8.18)
70
Dengan demikian, tegangan antara dua ujung kapasitor dapat ditulis sebagai
VC = I m X C cos(ωt + ϑo − π / 2) (8.19)
Ini berarti tegangan antara dua ujung kapasitor muncul lebih lambat daripada arus. Atau
tegangan pada kapasitor mengikuti arus dengan keterlambatan fasa π/2.
VL
L I = Im cos (ωt+ϕo)
X L = ωL
dengan
(8.21)
V L = I m X L cos(ωt + ϑo + π / 2)
tegangan antara dua ujung inductor dapat juga ditulis sebagai
(8.22)
Ini menandakan bahwa tegangan antara dua ujung inductor mendahului arus dengan fasa sebesar
π/2 atau 90o.
71
PC = VC I
PC = 0
Kapasitor yang dilewati arus bolak-balik tidak mengalami pemanasan seperti yang dialami
resisostor, walaupun pada rangkaian bolak-balik kapasitor berperan seperti sebuah hambatan.
PL = VL I
Disipasi daya rata-rata adalah
PL = − [
I m2 X L
2T
]
sin 2 (ϑo ) − sin 2 (ϑo ) = 0
fase fungsi tersebut. Contohnya fungsi V = A cos(ωt ) memiliki diagram fasor sebagai berikut.
dengan amplitudo fungsi dan sudut yang dibentuk vektor dengan arah sumbu datar sama dengan
ωt
Cara lain menggambar diagram fasor adalah kita dapat memberikan sudut berapa saja
pada arah yang sejajar sumbu datar. Dengan pemberian sudut ini maka sudut antara vektor
dalam arah datar tersebut. Sebagai contoh, untuk fungsi V = A cos(ωt + ϑo ) kita dapat
dengan sumbu datar sama dengan selisih sudut fase mula-mula dengan sudut yang diberikan
memberikan sudut ϑo untuk arah datar. Akibatnya, sudut yang dibentuk vektor terhadap arah
72
datar menjadi ωt saja. Diagram fasornya adalah
ωt
ϑo
Gambar 8.7 Diagram fasor untuk fungsi V = A cos(ωt + ϑo ) dengan mengambil sumbu datar
memiliki sudut fasa ϑo
Lebih ekstrim lagi, kita dapat juga memberikan sudut ωt + ϑo untuk arah datar. Pemilihan ini
menyebabkan bentuk diagram fasor sebagai berikut
ωt + ϑ o
A
Gambar 8.8 Diagram fasor untuk fungsi V = A cos(ωt + ϑo ) dengan mengambil sumbu datar
memiliki sudut fasa ωt + ϑo
V1 = A1 cos(ωt )
V2 = A2 cos(ωt + ϑo )
73
ϑo
A2
φ
A
ωt
A1
Gambar 8.9 Diagram fasor fungsi V1 dan V2 serta fungsi hasil penjumlahan
Selanjutnya kita cari panjang vektor V dan sudut antara vektor V dengan sumbu datar, yaitu φ.
Untuk menentukan φ, lihat gambar (8.10) berikut ini
ϑo
A2
φ A2 sin ϑo
A
ωt
A2 cos ϑo
A1
A1 + A2 cos ϑo
Vektor A memiliki komponen arah horizontal dan arah vertical serta panjang sebagai berikut
Ah = A1 + A2 cos ϑo (8.23)
Av = A2 sin ϑo (8.24)
74
A2 sin ϑo
tan φ = =
Ah A1 + A2 cos ϑo
Av
(8.26)
V = A cos(ωt + φ ) (8.27)
a b c
R L
I = Im cos (ωt+ϕo)
Diberikan I = I m cos(ωt + ϑo ) . Tegangan antara dua ujung hambatan memiliki fasa yang sama
dengan arus,
Vab = I m R cos(ωt + ϑo )
Tegangan antara dua ujung inductor memiliki fasa yang mendahului arus sebesar π/2,
Vbc = I m X L cos(ωt + ϑo + π / 2 )
Tegangan antara ujung kiri resistor dengan ujung kanan inductor menjadi
Kita menemui penjumlahan trigonometri yang tidak sefasa. Maka kita dapat menggunakan
diagram fasor untuk menyelesaikannya. Gbr 8.12 adalah diagram fasor yang kita gunakan
75
Vm
Im X L
θ
ωt + ϑo
Im R
Agar memudahkan penyelesaian kita pilih sumbu datar memiliki sudut fasa (ωt + ϑo ) . Dengan
dalil Phitagoras maka
Vm = ( I m R )2 + ( I m X L )2 (
= I m2 R 2 + X L2 )
= I m R 2 + X L2 (8.29)
dan
tan θ = =
Im X L X L
(8.30)
ImR R
Z = R 2 + X L2 (8.33)
76
b) Rangkaian RC seri
Rangkaian ini hanya mengandung resistor dan kapasitor yang disusun secara seri
a b c
R C
I = Im cos (ωt+ϕo)
Diberikan I = I m cos(ωt + ϑo ) . Tegangan antara dua ujung hambatan (memiliki fasa yang sama
Kita ingin mencari tegangan antara titik a dan b, antara titik b dan c dan antara titik a dan c.
dengan arus)
Vab = I m R cos(ωt + ϑo )
Tegangan antara dua ujung kapasitor memiliki (fasa yang mengikuti arus dengan keterlambatan
sebesar π/2)
Vbc = I m X C cos(ωt + ϑo − π / 2)
Tegangan antara ujung kiri resistor dengan ujung kanan kapasitor menjadi
yang kita gunakan. Sumbu datar dipilih memiliki sudut fasa (ωt + ϑo ) agar memudahkan
Kita menggunakan diagram fasor untuk menyelesaikan (8.34). Gbr 8.14 adalah diagram fasor
Vm = ( I m R ) 2 + ( I m X C )2 (
= I m2 R 2 + X C2 )
= I m R 2 + X C2 (8.35)
dan
77
tan θ = =
Im XC XC
(8.36)
ImR R
ωt + ϑo
Im R
θ
Im XC
Vm
Perhatikan, sudut θ ada di bawah sumbu datar. Fase yang dimiliki tegangan total sama dengan
fase sumbu datar dikurangi sudut θ. Dengan demikian kita dapatkan bentuk umum tegangan
antara titik a dan c sebagai berikut
Z = R 2 + X C2 (8.39)
c) Rangkaian LC seri
seperti pada Gbr. 8.15. Misalkan I = I m cos(ωt + ϑo ) . Tegangan antara dua ujung induktor
Rangkaian ini hanya mengandung induktor dan kapasitor yang disusun secara seri
Vab = I m X L cos(ωt + ϑo + π / 2)
Tegangan antara dua ujung kapasitor memiliki fasa yang mengikuti arus dengan keterlambatan
78
sebesar π/2
Vbc = I m X C cos(ωt + ϑo − π / 2)
a b c
L C
I = Im cos (ωt+ϕo)
Tegangan antara ujung kiri induktor dengan ujung kanan kapasitor menjadi
Im XL
ωt + ϑo
Vm
Im XC
Diagram fasor untuk menyelesaikan penjumlahan di atas tampak pada Gbr. 8.16. Ada
dua kasus yang akan kita dapatkan, yaitu:
i) Jika X L > X C fase taganghan total sama dengan fase tagangan pada inductor sehingga
79
Vac = I m X L − X C cos(ωt + ϑo + π / 2 )
ii) Jika X L < X C fase taganghan total sama dengan fase tagangan pada kapasitor sehingga
Vac = I m X L − X C cos(ωt + ϑo − π / 2 )
Kasus menarik terjadi jika X L = X C sehingga Vab = 0 . Kondisi ini terpenuhi jika ωL = 1 / ωC
atau
ω=
1
(8.40)
LC
Kondisi ini diebut kondisi resonansi dan frekuensi ω = 1 / LC disebut frekuensi resonansi.
a b c d
R L C
I = Im cos (ωt+ϕo)
Pada rangkaian tersebut mengalir arus I = I m cos(ωt + ϑo ) . Kita akan menghitung Vab, Vbc, Vcd,
Vac, Vbd, dan Vad
Vab = I m R cos(ωt + ϑo )
Vbc = I m X L cos(ωt + ϑo + π / 2)
Vcd = I m X C cos(ωt + ϑo − π / 2)
Antara titik a dan c terdapat resistor dan induktor yang disusun secara seri sehingga
Vac = I m R 2 + X L2 cos(ωt + ϑo + θ1 )
80
dengan tan θ1 = X L / R
Antara titik b dan d terdapat induktor dan kapasitor yang disusun secara seri sehingga
Vbd = I m ( X L − X C ) cos(ωt + ϑo + π / 2)
Antara titik a dan d terdapat tiga komponen yang disusun secara seri sehingga tegangan total
memenuhi
Penjumlahan tiga suku trigonometri di atas dapat diungkapkan dalam diagram fasor seperti pada
Gbr 8.18
Im XL
Vm
θ
ωt + ϑo
Im R
Im XC
Vm = ( I m R )2 + ( I m X L − I m X C )2
= I m R 2 + (X L − X C )
2
= ImZ (8.42)
dengan
Z = R 2 + (X L − X C )
2
(8.43)
adalah impedansi rangkaian seri RLC. Dari gambar juga terlihat bahwa
81
Im X L − Im X C X L − X C
tan θ = = (8.44)
ImR R
Bentuk umum tegangan antara titik a dan d sebagai fungsi waktu adalah
secara seri. Misalkan rangkaian tersebut dialiri arus I = I m cos(ωt ) . Tegangan antara ujung kiri
Selanjutnya kita akan menghitung disipasi daya pada rangkaian RLC yang disusun
komponen paling kiri dengan ujung kanan komponen paling kanan adalah V = I m Z cos(ωt + θ )
dengan tan θ = ( X L − X C ) / R . Disipasi daya rata-rata dalam rangkaian
P = cos θ
I m2 Z
(8.46)
2
P = cos θ = m m cos θ
I mVm I V
= I rmsVrms cos θ
2 2 2
(8.47)
82
Bab 9
Besaran Gelombang
Jadi gelombang adalah osilasi yang merambat pada suatu medium tanpa diikuti perambatan
bagian-bagian medium itu sendiri. Gelombang dengan arah osilasi tegak lurus arah rambat
dinamakan gelombang transversal. Gelombang dengan arah osilasi sama dengan arah rambat
gelombang dinamakan gelombang longitudinal.
b) Amplitudo
Amplitudo adalah simpangan maksimum titik dalam medium yang dilewati gelombang.
c) Periode
Periode adalah waktu yang diperlukan oleh satu titik pada medium kembali ke keadaan
osilasi semula.
d) Frekuensi
Frekuensi adalah jumlah osilasi yang dilakukan titik-titik pada medium selama satu
detik.
e) Panjang gelombang
Panjang gelombang jarak antara dua titik yang lokasinya paling dekat yang memiliki
keadaan gerak yang sama.
f) Kecepatan osilasi
Kecepatan osilasi mengukur berapa cepat perubahan simpangan titik-titik pada medium.
Untuk gelombang transversal, kecepatan osilasi mengukur berapa cepat gerakan naik dan turun
simpangan (dalam arah tegak lurus arah gerak gelombang). Untuk gelombang longitudinal,
83
kecepatan osilasi mengukur berapa cepat getaran maju mundur titik-titik dalam medium.
⎛ ⎞
y ( x, t ) = A cos ⎜ 2π − 2π + ϕ o ⎟
λ
t x
⎝ T ⎠
(9.1)
dengan y ( x, t ) adalah simpangan titik pada medium yang berada pada posisi x dan pada waktu
t, A amplitudo simpangan, T periode gelombang, λ panjang gelombang, dan ϕo fase awal
gelombang. Semua bagian yang berada dalam tanda kurung cosinus dinamakan fase gelombang.
Dengan mendefinisikan
2π
Frekuensi sudut: ω= (9.2)
T
2π
k=
λ
Bilangan gelombang (9.3)
y ( x, t ) = A cos (ω t − kx + ϕ o ) (9.4)
λ
v= (9.5)
T
atau
ω
v= (9.6)
k
84
Kalian dapat membuktikan dengan mudah bahwa fungsi gelombang (9.4) memenuhi
persamaan diferensial berikut ini
∂2 y 1 ∂2 y
− =0
∂x 2 v 2 ∂t 2
(9.8)
Persamaan (9.8) merupakan bentuk umum persamaan gelombang satu dimensi. Setiap
gelombang satu dimensi memenuhi fungsi di atas.
v=
µ
FT
(9.9)
dengan FT adalah gaya tegangan tali dan µ adalah massa tali per satuan panjang.
v=
ρ
Y
(9.10)
dengan Y adalah modulus elastisitas zat padat, dan ρ adalah massa jenis zat padat.
v=
ρ
B
(9.11)
dengan B adalah modulus volum (bulk) fluida dan ρ adalah massa jenis fluida.
P= ρvω 2 SA 2
1
(9.12)
2
dengan S luas penampampang medium yang dilwati gelombang. Intensitas gelombang adalah
daya per satuan luas, yaitu
I=
P
S
= ρvω 2 A 2
1
(9.13)
2
A2 =
ρvω 2 S
2P 1
I∝
1
(9.14)
S
gelombang adalah kumpulan titik-titik yang memiliki ϕ yang sama. Satu sifat yang menarik
adalah, arah perambatan gelombang selalu tegak lurus muka gelombang.
86
Salah satu prinsip yang penting pada pembahasan tentang gelombang adalah prinsip
Huygens. Setiap titik pada muka gelombang berperan sebagai sumber gelombang titik yang
baru.
Arah normal
Arah gelombang Arah gelombang
datang pantul
θd θp
Bidang pantul
(b) Sudut datang ( θ d ) adalah sudut yang dibentuk oleh arah sinar datang dan arah normal
(a) Arah normal, yaitu adalah arah yang tegak lurus bidang pantul.
(c) Sudut pantul ( θ p ) adalah sudut yang dibentuk oleh arah sinar pantul dan arah normal
Hukum pemantulan menyatakan bahwa sudut datang persis sama dengan sudut pantul, atau
θd = θ p (9.15)
sin θ d sin θ b
= (9.16)
v1 v2
Medium 1
Kecepatan v1
B
θd
θd
θb
θb
A C
Medium 2
D
Kecepatan v2
Khusus untuk gelombang cahaya, kecepatan rambat gelombang dalam medium dengan
indekas bias n adalah v = c / n . Dengan demikian, hokum pembiasan untuk gelombang cahaya
dapat ditulis
sin θ d sin θ b
=
c / n1 c / n2
n1 sin θ d = n2 sin θ b
atau
(9.17)
9.10 Superposisi
Apa yang terjadi jika ada dua gelombang yang merambat bersamaan dalam medium
tersebut? Simpangan total titik-titik dalam medium ketika dua gelombang merambat bersamaan
88
merupakan jumlah dari simpangan yang dihasilkan oleh masing-masing gelombang. Fenomena
ini dikenal dengan superposisi gelombang.
Secara formal, superposisi gelombang dapat dirumuskan secara materika berikut ini.
Jika ada dua gelombang dengan simpangan y1 ( x, t ) dan y 2 ( x, t ) merambat bersamaan dalam
medium yang sama maka simpangan total titik-titik dalam medium memenuhi
y ( x, t ) = y1 ( x, t ) + y 2 ( x, t ) (9.18)
Jika ada N gelombang yang merambat bersamaan dalam medium yang sama maka simpangan
total titik dalam medium memenuhi
y ( x, t ) = y1 ( x, t ) + y 2 ( x, t ) + ... + y N ( x, t )
= ∑ y i ( x, t )
N
(9.19)
i =1
y1 ( x, t ) = A1 cos(ω1t − k1 x + ϕ o1 )
adalah
y 2 ( x, t ) = A2 cos(ω 2 t − k 2 x + ϕ o 2 )
(9.20)
(9.21)
Superposisi dua gelombang tersebut adalah
y ( x, t ) = y1 ( x, t ) + y 2 ( x, t )
= A1 cos(ω1t − k1 x + ϕ o1 ) + A2 cos(ω 2 t − k 2 x + ϕ o 2 ) (9.22)
y ( x, t ) = A{cos(ωt − kx + ϕ o1 ) + cos(ωt − kx + ϕ o 2 )}
⎛ ϕ − ϕo2 ⎞ ⎛ ⎡ϕ + ϕ o 2 ⎤ ⎞
= 2 A cos⎜ o1 ⎟ cos⎜⎜ ωt − kx + ⎢ o1 ⎥ ⎟⎟
⎝ 2 ⎠ ⎝ ⎣ 2 ⎦⎠
⎛ ⎡ϕ + ϕ o 2 ⎤ ⎞
= A' cos⎜⎜ ωt − kx + ⎢ o1 ⎥ ⎟⎟
⎝ ⎣ ⎦⎠
(9.23)
2
⎛ ϕ − ϕ o2 ⎞
dengan amplitudo gelombang hasil superposisi
A' = 2 A cos⎜ o1 ⎟
⎝ ⎠
(9.24)
2
89
Beberapa kasus khusus:
ϕ o1 − ϕ o 2
i) Jika = 0 atau ϕ o1 = ϕ 02 maka A' = 2 A cos(0 ) = 2 A . Amplitudo gelombang
2
superposisi menjadi dua kali amplitudo gelombang semula. Jika kondisi ini dicapai maka dua
gelombang dikatakan sefasa dan superposisi yang terjadi disebut superposisi konstruktif.
ϕ o1 − ϕ o 2 π ⎛π ⎞
atau ϕ o1 = ϕ 02 + π maka A' = 2 A cos⎜ ⎟ = 0 . Amplitudo gelombang
=
⎝2⎠
ii) Jika
2 2
superposisi nol. Pada konsisi ini kedua gelombang dikatakan berlawanan fasa dan superposisi
yang terjadi disebut superposisi destruktif.
9.11 Pelayangan
Kasus menarik terjadi jika dua gelombang memiliki perbedaan frekuensi yang sangat
kecil. Misalkan
f1 = f 2 + ∆f (9.25)
A' = 2 A cos(2π∆ft / 2 + ∆ϕ o / 2 )
dengan
(9.27)
∆ϕ o = ϕ o1 − ϕ o 2 (9.28)
bervariasi dari nol sampai 2A. Amplitudo maksimum terjadi ketika cos(2π∆ft / 2 + ∆ϕ o / 2) = ± 1
Gelombang hasil superposisi memiliki amplitudo yang bergantung pada waktu. Amplitudo
atau 2π∆ft / 2 + ∆ϕ o / 2 = 0, - π, atau +π. Misalkan amplitudo maksimum terjadi saat t1 yang
90
τ=
1
∆f
(9.29)
y1 ( x, t ) = A cos(ωt − kx + ϕ o1 )
y 2 ( x, t ) = A cos(ωt + kx + ϕ o 2 )
y ( x, t ) = A{cos(ωt − kx + ϕ o1 ) + cos(ωt + kx + ϕ o 2 )}
= 2 A cos(− kx − (ϕ o 2 − ϕ o1 ) / 2) cos(ωt + (ϕ o1 + ϕ o 2 ) / 2 ) (9.30)
Yang kita dapatkan pada persamaan (9.31) bukan lagi gelombang merambat, tetapi hanya
menyimpangan titik-titik pada medium. Tiap titik berosilasi harmonik dengan amplitudo yang
bergantung pada posisi. Gelombang semacam ini disebut gelombang berdiri.
91
Bab 10
Gejala Gelombang dan Gelombang Bunyi
10.1 Interferensi
Interferensi adalah penguatan atau pelemahan simpangan gelombang karena muncul
gelombang yang lain pada tempat yang sama. Simpangan gelombang yang dihasilkan merupakan
superposisi gelombang asal dan gelombang lain. Simpangan total yang dihasilkan bergantung
pada fase masing-masing gelombang. Jika di satu titik gelombang-gelombang tersebut memiliki
fase yang sama maka terjadi penguatan simpangan di titik tersebut. Sebaliknya jika dua
gelombang memiliki fase berlawanan pada suatu tiik maka simpangan gelombang tersebut saling
melemahkan.
(L,h)
x1
(0,d)
Tempat pengamatan
S1
x2
S2
(0,-d)
y1 ( x1 , t ) = A cos(ωt − kx1 )
y 2 ( x 2 , t ) = A cos(ωt − kx 2 )
(10.1)
(10.2)
y = y1 ( x1 , t ) + y 2 ( x 2 , t )
= A cos(ωt − kx1 ) + A cos(ωt − kx 2 )
= 2 A cos(ωt − k ( x1 + x 2 ) / 2 ) cos(− k ( x1 + x 2 ) / 2 )
92
= A' cos(ωt − k ( x1 + x 2 ) / 2 ) (10.3)
k ( x1 − x 2 )
= 0, π , 2π , ...
2
x1 − x 2 = 0, λ , 2λ , ...
atau
(10.5)
x1 − x 2 = λ , λ , λ , ...
1 3 5
(10.6)
2 2 2
Tampak bahwa amplitudo terbesar terjadi jika selisih jarak antara dua sumber ke titik
pengamatan merupakan kelipatan bulat dari panjang gelombang. Pada kondisi ini interferensi
dikatakan konstruktif. Amplitudo minimum terjadi jika selisih jarak dua sumber ke titik
pengamatan merupakan kelipatan ganjil dari setengah panjang gelombang. Pada kondisi ini
interfersi dikatakan destruktif.
atau
⎛ k ( x1 − x 2 ) ⎞
I = I o cos 2 ⎜ ⎟
⎝ ⎠
(10.7)
2
10.2 Polarisasi
Ketika gelombang merambat maka titik-titik pada medium mengalami penyimpangan.
Untuk gelombang transversal, arah penyimpangan titik-titik tersebut tegak lurus arah rambat
gelombang. Jika selama gelombang merambat arah penyimpangan selalu sama, misalnya selalu
berarah dari atas ke bawah, maka kita katakana gelombang tersebut mengalami polarisasi linier.
Sebaliknya, jika selama gelombang merambat, arah penyimpangan titik-titik pada medium selalu
berubah-ubah secara acak maka kita katakana gelombang tersebut tidak terpolarisasi.
93
Waktu Tidak terpolarisasi Polarisasi linier Polarisasi lingkaran Polarisasi ellips
t=0
t = ∆t
t = 2∆t
t = 3∆t
t = 4∆t
t = 5∆t
t = 6∆t
Gambar 10.2 Amplitudo gelombang pada berbagai waktu dilihat dari depan (gelombang
bergerak menuju mata kalian) untuk (a) gelombang tidak terpolarisasi, (b) gelombang
terpolarisasi linier, (c) gelombang terpolarisasi lingkaran, dan (d) gelombang terpolarisasi
ellips.
10.3 Dispersi
Jika cahaya putih jatuh pada bidang batas dua medium dengan sudut tertentu, maka
gelombang yang masuk ke medium kedua mengalami pembiasan. Besarnya sudut bias
94
kecepatan rambat berbeda, maka gelombang dengan gfrekuensi berbeda memiliki sudut bias
yang berbeda. Akibatnya, dalam medium kedua, berkas dengan frekuensi berbeda, bergerak
dalam arah yang sedikit berbeda. Peristiwa ini kita amati sebagai penguraian cahaya putih atas
spectrum-spektrum yang memiliki frekuensi yang berbeda-beda. Peristiwa ini dinamakan
dispersi. Contoh peristiwa dispersi yang nyata adalah pembentukan pelangi.
v±u
f '= f (10.8)
vmw
dengan f frekuensi yang dikeluarkan sumber bunyi, f ' frekuensi yang dideteksi pengamat,
v kecepatan bunyi, u kecepatan pengamat, dan w kecepatan sumber bunyi.
Yang perlu kalian ingat, (i) suku di pembilang untuk pengamat, (ii) suku di penyebut
untuk sumber gelombang, (iii) urutan tanda sebagai berikut
cermin
Gambar 10.3 Urutan tanda pada persamaan frejuensi gelombang adalah pencerminan (plus,
minus, minus, plus)
95
Pada Gambar 10.3, tanda sebelah atas untuk saling mendekati dan tanda sebelah bawah untuk
saling menjauhi.
Jika medium perambatan gelombang juga bergerak, misalnya adanya angin, dengan
kecepatan o maka frekuensi yang dideteksi pengamatan memenuhi
v±u±o
f '= f (10.9)
vmw
f '=
c
f (10.10)
cmw
dengan c laju perambatan gelombang elektromagnetik, w laju sumber, dan f adalah frekuensi
yang dipancarkan sumber. Tanda minus dipakai untuk sumber yang mendekati pengamat dan
tanda plus dipakai untuk sumber yang menjauhi pengamat. Jika laju sumber sangat kecil
dibandingkan dengan laju cahaya, maka kita dapat melakukan pendekatan sebagai berikut
⎛ w⎞
−1
= = ⎜1 m ⎟ ≈ 1±
c 1 w
cmw w ⎝ c⎠ c
1m
c
Dengan demikian, diperoleh
⎛ w⎞
f ' ≈ ⎜1 ± ⎟ f
⎝ c⎠
(10.11)
Di mana tanda positif dipakai jika sumber mendekati pengamatat (kebalikan dari persamaan
(10.10)). Dari persamaan ini maka diperoleh pergeseran frekuensi gelombang adalah
∆f = f '− f ≈ ±
w
f (10.12)
c
Intensitas = enenrgi yang dibawa gelombang per satuan waktu per satuan luas
Karena enenrgi per satuan waktu adalah daya maka kita juga dapat mendefinisikan
atau
I=
P
(10.13)
A
dengan I intensitas gelombang, P daya yang dibawa gelombang, A Luas permukaan yang dikenai
energi gelombang.
⎛ I ⎞
β = 10 log⎜⎜ ⎟⎟
⎝ Io ⎠
(10.14)
dengan Io ambang pendengaran (10-12 W/m2), dan I intensitas bumyi dalam satuan. Satuan β
adalah decibel yang disingkat dB.
97
Bab 11
Interferensi Gelombang Elektromagnetik
n=
c
(11.1)
cm
dengan c laju cahaya dalam ruang hampa, dan cm laju cahaya dalam material.
θi ni
θr nr
Dari uraian di atas dapat diringkas di sini bahwa syarat terjadinya pembiasan adalah
i) Laju cahaya pada kedua medium berbeda
ii) Arah datang cahaya tidak tegak lurus terhadap bidang pembatas kedua medium.
Hubungan antara sudut cahaya datang dan cahay bias diungkapkan oleh hukum Snell
98
ni = indeks bias medium tempat cahaya datang
nr = indeks bias medium yang dituju cahaya
θi = sudut datang cahaya diukur dari arah tegak lurus bidang pembatas dua medium
θr = sudut bias cahaya diukur dari arah tegak lurus bidang pembatas dua medium
sin θ i =
nr
(11.3)
ni
Jika cahaya datang dari material dengan indeks bias besar ke material dengan indeks bias kecil
dengan sudut θI yang memenuhi sin θI = nr/ni maka cahaya dibiaskan dengan sudut 90o. Sudut θI
yang memenuhi kondisi ini disebut sudut kritis.
n1 i
d
r
l
t
n2 i-r
r
n1 i
n1 < n2
Gambar 11.2 Pergeseran arah rambat cahaya setelah melewati material dengan ketebalan
tertentu.
Pergeseran garis rambatan cahaya adalah
99
d= sin (i − r )
t
(11.4)
cos r
θ x1
S1 θ
x2
S d
S2 ∆x
Gambar 11.3 (a) Skema eksperimen iunterferensi celah ganda oleh Young dan (b) contoh pola
gelap terang yang terbentuk pada layar
d sin θ = 1
2 λ, 3
2 λ, 5
2 λ,… (11.6)
100
Terang
θ ∆y
Terang
Terang pusat
Terang
Terang
L
Gambar 11.4
Tampak dari Gbr 11.4 bahwa ∆y = L tan θ . Pada percobaan interferensi dua celah, umumnya
nilai θ sangat kecil sehingga tan θ ≅ sin θ . Dengan demikian, kita dapat menulis
λ
∆y ≅ L sin θ = L (11.7)
d
θ θ
d
∆x
d
∆x
d
∆x
101
Kebergantungan intensitas terhadap sudut diberikan oleh rumus
⎡ sin Nδ ⎤
I∝⎢
⎣ sin δ ⎥⎦
2
(11.8)
dengan
πd sin θ
δ=
λ
(11.9)
Interfensi konsruktif terjadi δ = 0, π, 2π, 3π, …. mπ. Intensitas nol (interferensi destruktif)
terjadi jika terpenuhi sin Nδ = 0 tetapi sin δ ≠ 0 .
Secara umum intensitas maksimum interferensi kisi N celah terjadi ketika δ = 0, π, 2π,
3π, …. atau sin θ = 0, λ / d , 2λ / d , … Di antara dua maksimum utama terdapat N-1 buah
π 2π 3π λ 3λ 5λ
minimum yang terjadi pada δ = , , , …, atau sin θ = , , , … Di antara
N N N 2d 2d 2d
dua minimum, terdapat sejumlah maksimum sekunder yang sangat lemah.
11.7 Difraksi
Difraksi umumnya dikaitkan dengan celah yang cukup lebar. Satu celah dipandang
sebagai sumber sejumlah gelombang titik. Interfensi sumber gelombang titik pada satu celah
tersebut menghasilkan pola gelap-terang di belakang layar. Kebergantungan intensitas difraksi
terhadap sudut arah berkas di belakang celah memenuhi
⎛ sin Φ ⎞
I ∝⎜ ⎟
2
⎝ Φ ⎠
(11.10)
dengan
πw sin θ
Φ=
λ
(11.11)
w lebar celah, θ sudut arah berkas di belakang celah, dan λ panjang gelombang cahaya.
Kondisi terjadinya minimum adalah
sin Φ = 0
Φ = 0, π, 2π, 3π, ….
102
Dengan menggunakan persamaan (11.11) maka sin Φ = 0 terjadi ketika
πw sin θ
= 0, π, 2π, 3π, ….
λ
atau
λ 2λ 3λ
sin θ = 0, , , , ….
w w w
Tetapi karena sin θ = 0 adalah kondisi terjadinya maksimum utama, maka minimum-minimum
hanya terjadi pada saat kondisi
λ 2λ 3λ
sin θ = , , , …. (11.12)
w w w
Lebar maksimum utama sama dengan jarak antar dua minimum pertama. Minimum
pertama terjadi pada sudut θ yang memenuhi
λ
sin θ =
w
Jika θ sangat kecil maka kita dapat melakukan pendekatan sin θ ≈ θ , sehingga sudut tempat
terjadinya minimum utama memenuhi
λ
θ≈
w
Lebar maksumum utama (dalam sudut) adalah
2λ
2θ ≈
w
Jika jarak dari celah ke layar adalah L maka lebar maksimum utama dalam satuan panjang adalah
∆y = L × (2θ )
2λL
≈ (11.13)
w
i ∆x1
n1
i
s s
d n2
r
Gambar 11.6 Cahaya yang dipantulkan oleh dua permulaan lapisan tipis dapat mengalami
interferensi.
Perbedaan fase cahaya yang dipantulkan di sisi atas dan bawah film sama, yaitu
Sebaliknya, interferensi destruktif terjadi jika beda fase merupakan setengah ganjil, atau
∆ϕ = π, 3π, 5π, ….
s=
d
(11.14)
cos r
h = 2d tan r (11.15)
∆x1 = 2d
sin r sin i
(11.16)
cos r
104
Dengan demikian
2π ⎛ sin r sin i ⎞
∆ϕ = ⎜ 2n2 − n1 2d ⎟±π
λ ⎝
d
cos r cos r ⎠
4πd
= (n2 − n1 sin r sin i ) ± π
λ cos r
(11.17)
4πd ⎛ ⎞
∆ϕ = ⎜⎜ n 2 − n1 1 sin i ⎟⎟ ± π
λ cos r ⎝
n sin i
n2 ⎠
=
4πd
n 2 λ cos r
(
n22 − n12 sin 2 i ± π) (11.18)
Gelombang datang sejajar normal. Kita tinjau kasus khusus di mana gelombang datang tegak
lurus permukaan selaput. Kita dapatkan i = 0 dan r = 0 . Dengan demikian sin i = 0 dan
cos r = 1 . Beda lintasan optik memenuhi
∆ϕ =
4πd 2
n2 λ
(
n2 − 0 ± π =
λ
)
4πn 2 d
±π
4πn 2 d
± π =0, 2π, 4π, 6π, …
λ
λ 3λ 5λ
d = , , , …. (11.19)
4n2 4n 2 4n 2
4πn 2 d
± π =π, 3π, 5π, 7π,…
λ
λ 2λ 3λ
d = , , , …. (11.20)
2n2 2n 2 2 n 2
105
11.9 Polarisasi cahaya
Jika arah osilasi medan selalu tetap selama gelombang merambat maka gelombang
tersebut dikatakan memiliki polarisasi bidang. Umumnya, gelombang yang dihasilkan suatu
sumber memiliki arah osilasi yang berubah-ubah secara acak. Gelombang dengan arah osilasi
demikian dikatakan gelombang yang tidak terpolarisasi. Namun, gelombang yang tidak
terpolarisasi dapat diubah menjadi gelombang yang terpolarisasi jika dilewatkan pada suatu film
yang dinamakan film polaroid.
Jika cahaya yang jatuh ke polarisator tidak terpolarisasi, maka intensitas cahaya setelah
melewati polarisator selalu setengah dari intensitas cahaya datang.
Gambar 11.7 Intensitas cahaya ang leawat polarisator dari cahaya tidak terpolarisasi yang
jatuh sama dengan setengah intensitas semula.
Jika cahaya yang jatuh pada polarisator sudah terpolarisasi maka intensitas cahaya yang lolos
bergantung pada sudut antara arah osilasi cahaya datang dengan sumbu mudah polarisator.
Intensitas cahaya yang dilewatkan memenuhi
I = I o cos 2 θ (11.21)
dengan Io intensitas cahaya datang, I intensitas cahaya terlewatkan, dan θ sudut antara arah
osilasi cahaya datang dengan sumbu mudah polarisator.
106
Bab 12
Model Atom dan Molekul
Muatam positif
Elektron
Konsekuensi dari model ini adalah, apabila material yang sangat tipis ditempakkan dengan
partikel yang memiliki energi sangat tinggi, seperti partikel alfa yang dihasilkan dari peluruhan
radioaktif, maka ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu:
1) Semua partikel dipantulkan oleh material (jika dianggap atom-atom merupakan bola yang
sangat keras).
107
Gambar 12.3 Semua partikel menembus atom
2) Semua partikel menembus material (jika dianggap semua atom berupa bola lunak).
Adanya bermacam-macam sudut pantulan ini tidak dapat dijelaskan dengan model atom
Thompson. Dengan demikian model atom Thompson tidak terbukti.
108
12.3 Model atom Rutherford
Hasil percobaan Rutherford dapat dijelaskan sebagai berikut
i) Sebagian besar volume material merupakan ruang kosong. Ini sesuai dengan pengamatan
bahwa sebagian besar paetikel alfa menembus material.
ii) Massa atom terkonsentrasi pada volume yang sangat kecil (menyerupai titik). Konsentrasi
massa inilah yang memantulkan partikel alfa. Karena volume tersebut sangat kecil maka jumlah
partikel alfa yang dipantulkan sangat kecil.
iii) Pembelokkan partikel alfa hanya dapat dijelaskan jika konsentrasi massa memiliki muatan
yang sama dengan partikel alfa sehingga gaya listrik yang dihasilkan tolak-menolak. Jadi
konsentrasi massa atom harus bermuatan listrik positif. Konsentrasi massa yang bermutan positif
ini selanjutnya dinamai inti atom.
iv) Karena atom juga mengandung electron yang bermuatan negatif, maka electron haruslah
berada di sekitar inti.
v) Karena electron dan inti saling tarik-menarik melalui gaya Coulomb, maka agar electron tidak
bergabung dengan inti, electron haruslah berputar mengitari inti dengan kecepatan tertentu..
elektron
inti
Gambar 12.4 (atas) Penjelasan tentang hasil percobaan Rutherford dan (b) model atom
Rutheford
E=− k
1 Ze 2
(12.1)
2 r
sudut electron sebagai kelipatan bulat dari h / 2π . Jadi pada lintasan stasioner berlaku
Lintasan stasioner yang dimiliki electron adalah lintasan yang menghasilkan momentum
L =n
2π
h
(12.2)
dengan L : momentum sudut elektron, h tetapan Planck, dan n adalah bilangan bulat 1,2,3 ….
Parameter n sering disebut bilangan kuantum utama.
Jari-jari lintasan stationer electron memenuhi
⎛ ⎞
r = n 2 ⎜⎜ 2 ⎟
2 ⎟
h2
⎝ 4π kZme ⎠
(12.3)
Untuk atom hidrogen kita memiliki Z = 1 sehingga jari-jari orbit electron dalam atom dapat
ditulis
⎛ ⎞
r = n 2 ⎜⎜ 2 ⎟ = n 2 aHB
2 ⎟
h2
⎝ 4π kme ⎠
(12.4)
110
dengan
aHB =
h2
4π 2 kme2
(12.4)
En = −
(2π 2
k 2 mZ 2 e 4 / h 2 )
(12.5)
n2
Atom memancarkan energi radiasi elektromagnetik jika electron berpindah dari lintasan
berenergi tinggi ke lintasan bernergi rendah. Sebaliknya, jika electron berpindah dari lintasan
dengan energi rendah ke lintasan dengan energi tinggi, atau menyerap energi dari luar.
Jika electron meloncat dari lintasan dengan n1 ke lintasan dengan n2 maka perubahan
energinya adalah
2π 2 k 2 mZ 2 e 4 ⎛ 1 ⎞
∆E n1n2 = ⎜⎜ 2 − 2 ⎟⎟
1
⎝ n 2 n1 ⎠
(12.6)
h2
Jika n1 > n2 maka loncatan tersebut memancarkan gelombang dengan panjang λ , atau energi
2π 2 k 2 mZ 2 e 4 ⎛ 1 1 ⎞
= ⎜⎜ 2 − 2 ⎟⎟
λ
1
⎝ n 2 n1 ⎠
(12.7)
h 3c
Untuk atom hydrogen, Z =1, sehingga persamaan (12.7) dapat ditulis menjadi
⎛ 1 1⎞
= RH ⎜⎜ 2 − 2 ⎟⎟
λ
1
⎝ n2 n1 ⎠
(12.8)
dengan
RH =
ke 2
(12.9)
2hcaHB
⎛1 ⎞
= RH ⎜⎜ 2 − 2 ⎟⎟
λ
1 1
⎝1 ⎠
(12.10)
n1
⎛ 1 ⎞
= RH ⎜⎜ 2 − 2 ⎟⎟
λ
1 1
⎝2 ⎠
(12.11)
n1
⎛ 1 ⎞
= RH ⎜⎜ 2 − 2 ⎟⎟
λ
1 1
⎝3 ⎠
(12.12)
n1
⎛ 1 ⎞
= RH ⎜⎜ 2 − 2 ⎟⎟
λ
1 1
⎝4 ⎠
(12.13)
n1
⎛ 1 ⎞
= RH ⎜⎜ 2 − 2 ⎟⎟
λ
1 1
⎝5 ⎠
(12.14)
n1
112
Bab 13
Pembahasan Ujian I Semester II 1998/1999
1. Tiga buah muatan berada di A, B, dan C seperti pada gambar. QA = +2,4 × 10-4 C, QB
= +2,5 × 10-4 C, dan QC = + 5 × 10-4 C. Tentukan
y (m)
8 C
A B
x (m)
-6 6
a) Besar dan arah (atau dalam pernyataan vektor) gaya coulomb yang dialami QC
b) Besar dan arah (atau dalam pernyataan vektor) medan listrik di C dan O
Jawab
a)
r
FC
r r
FCB FCA
8 C
r
r rCB
rCA
A B
x (m)
-6 6
113
rCA = rC − rA = 8 ˆj − (−6iˆ) = 6iˆ + 8 ˆj m ⇒ rCA = 6 2 + 8 2 = 10 m
r r r r
FC = FCA + FCB
r r r
= rCA +
Q A QC r 1 QB QC r
4πε o rCA 4πε o rrCB 3
1
r 3
rCB
= 18 ĵ N
r
EC = = = 3,6 × 10 4 ˆj N/C
r FC 18 ˆj
QC 5 × 10 − 4
Kuat medan listrik di O yang dihasilkan oleh QA dan QB saling meniadakan. Kuat
medan listrk di O hanya dihasilkan oleh QC
9 5 × 10
−4
EO = = × (−8 ˆj )
r QC r
4πε o rrOC 3
1
rOC (9 10 )
83
= −7 × 10 4 ĵ N/C
2) Bola konduktor pejal berongga memiliki jari-jari dalam R1 dan jari-jari luar R2 diberi
muatan listrik –2Q. Jika di pusat bola diletakkan muatan titik sebesar +Q seperti pada
gambar, tentukan
a) Medan listrik di posisi r < R1, R1 < r < R2, r > R2 dengan menggunakan hukum Gauss
b) Muatan total di permukaan bola di r = R1 dan r = R2
114
-2Q
+Q
R1
R2
Jawab
a)
i) Medan listrik pada r < R1
+Q
r
∑q
∫ E • dA =
r r
εo
E (4πr 2 ) =
∑q
εo
E (4πr 2 ) =
εo
Q
atau
E=
4πε o r 2
1 Q
115
Karena daerah ini berada di dalam konduktor maka medan E = 0. Dalam keadaan
stasioner kuat medan listrik di dalam konduktor selalu nol.
+Q
-2Q
r
∑q
∫ • dA =
r r
εo
E
E (4πr 2 ) =
∑q
εo
−Q
E (4πr 2 ) =
εo
atau
E=−
4πε o r 2
1 Q
b) Dalam keadaan stasiner muatan bola konduktor tersebar di permukaan dalam dan
permukaan luar saja. Tidak ada muatan di dalam konduktor. Misalkan muatan di
permukaan dalam adalah Q’. Buat permukaan Gauss yang melewati konduktor, yaitu R1
< r < R2. Pada permukaan Gauss ini kuat medan nol
116
+Q
r Q’
Q’’
∑q
∫ • dA =
r r
εo
E
0=
∑q
εo
Misalkan muatan di permukaan luar bola Q’’. Karena muatan total bola adalah –2Q
maka
3) (Untuk 3 SKS)
Dua pelat sejajar berjarak d diberi muatan tidak sejenis dengan perbandingan 1 : 2.
Distribusi medan yang dihasilkan tampak pada gambar. Tentukan
a) Rapat muatan masing-masing pelat
b) Potensial sebagai fungsi posisi jika diasumsikan V (d ) = 0
117
E
3/4εo
1/4εo
x
-1/4εo d
a) Misalkan σ 1 > 0 dan σ 2 < 0 . Besar medan yang dihasilkan masing-masing pelat
Jawab
σ1
adalah
E1 =
2ε o
σ2
E2 =
2ε o
σ1 σ2
E1 E1 E1
x
d
E2 E2 E2
Kita dapatkan:
Pada x > d: E1 − E 2 =
4ε o
1
(*)
118
2 E1 = atau E1 = yang memberi kesimpulan σ 1 = 1 . Dari persamaan (*) kita
εo 2ε o
1 1
daptkan
E 2 = E1 − = − = σ 2 = 1 / 2 . Karena
4ε o 2ε o 4ε o 4ε o
1 1 1 1
yang meberi kesimpulan
b) Jika posisi x = d dijadikan sebagai referensi maka potensial sebagai fungsi x secara
umum memenuhi
V ( x) = V (d ) − ∫ E dx
x
= − ∫ E dx
x
Pada x > d
V ( x) = − ∫ dx = − ∫ dx = − 4ε (x − d )
x x
4ε o 4ε o
1 1 1
d d o
V ( x) = − ∫ dx = − ∫ dx = − 4ε (x − d )
x x
4ε o 4ε o
3 3 3
d d o
Pada x < 0.
Integral dari x sampai d akan melewati dua daerah dengan medan listrik yang berbeda,
yaitu daerah dengan x < 0 daerah dengan x antara 0 sampai d. Oleh karena itu integral
dilakukan secara terpisah sebagai berikut
⎛ 1 ⎞
V ( x) = − ∫ E dx = − ∫ dx − ∫ ⎜⎜ − ⎟⎟ dx
x 0 x
4ε o 4ε o
3
d d 0⎝ ⎠
119
=− ∫ dx + ∫ dx = − 4ε (0 − d ) + ( x − 0)
0 x
4ε o 4ε o 4ε o
3 1 3 1
d 0 o
= d+
4ε o 4ε o
3 1
x
3. (Untuk 4 SKS)
Muatan listrik Q = 5 nC didistribusikan secara uniform sepanjang batang tipis a = 0,1 m.
Jika potensial nol diambil pada posisi tak berhingga, hitung
a) Potensial di titik P dan Q
b) Kerja untuk membawa muatan q = 2 nC dari P ke Q
Q P Q
a a a
y-x
y
dy P Q
adalah dq = λdy .
Lihat elemen dy pada batang yang jaraknya y dari ujung kiri. Muatan elemen tersebut
Perhatikan titik sembarang Z yang berjaran x dari ujung kiri batang. Kuat medan listrik
di titik Z yang dihasilkan oleh elemen dy adalah
λdy
dE = =
4πε o ( x − y ) 4πε o ( x − y ) 2
1 dq 1
2
λdy λ a dy λ
E=∫ ∫
⎡ 1 ⎤
= = ⎢x − y⎥
a a
120
λ ⎛ 1 1⎞
= ⎜ − ⎟
4πε o ⎝ x − a x ⎠
Dengan menganggap jarak tak berhingga memeiliki potensial nol maka potensial pada
jarak x dari ujung kiri batang adalah
V ( x) = − ∫ E dx
x
=−
λ x⎛ 1
∫ ⎜
1⎞
− ⎟ dx = −
λ
[ln( x − a) − ln x]∞x
4πε o ∞ ⎝ x − a x ⎠ 4πε o
λ ⎡ ⎛ x − a ⎞⎤ λ ⎡ ⎛x−a⎞ ⎛ ∞ − a ⎞⎤
=− ⎢ln⎜ x ⎟⎥ = − 4πε ⎢ln⎜ x ⎟ − ln⎜ ∞ ⎟⎥
x
4πε o ⎣ ⎝ ⎠⎦ ∞ o ⎣ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎦
λ ⎡ ⎛x−a⎞ ⎤ λ ⎛x−a⎞
=− ⎢ln⎜ x ⎟ − ln 1⎥ = − 4πε ln⎜ x ⎟
4πε o ⎣ ⎝ ⎠ ⎦ o ⎝ ⎠
λ ⎛ 2a − a ⎞ λ λ
V ( P) = − ln⎜ ⎟=− ln =
4πε o ⎝ 2a ⎠ 4πε o 2 4πε o
1
ln 2
λ ⎛ 3a − a ⎞ λ λ
V (Q) = − ln⎜ ⎟=− ln =
4πε o ⎝ 3a ⎠ 4πε o 3 4πε o 2
2 3
ln
qλ
b) Energi potensial muatan q di titik P adalah
U ( P ) = qV ( P) =
4πε o
ln 2
qλ
Energi potensial muatan q di titik Q adalah
U (Q) = qV (Q) =
4πε o
ln(3 / 2)
Kerja yang dilakukan untuk membawa muatan dari titip P ke titik Q sama dengan
perubahan energi potensial, yaitu
121
qλ qλ
W = U (Q) − U ( P) = ln(3 / 2) −
4πε o 4πε o
ln 2
qλ
= ln(3 / 4) = (9 × 10 9 )(2 × 10 −9 )(5 × 10 −8 ) ln(3 / 4)
4πε o
= 9 × 10 −7 ln
3
J
2
Jawab
a)
30 × 10 −4
Kapasitansi C = ε o = (8,85 × 10 −12 ) = 4,4 × 10 −12 F
A
d 6 × 10 −3
Muatan kapasitor: Q = CV = (4,4 × 10 −12 ) × 200 = 8,8 × 10 −10 C
C C’
V=200 volt
Yang tidak berubah setelah tegangan diputus adalah muatan pada pelat.
30 × 10 −4
Kapasitansi C ' = ε o = (8,85 × 10 )
−12
= 8,8 × 10 −12 F
A
d /2 6 × 10 / 2
−3
122
Muatan kapasitor tidak berubah, yaitu Q = 8,8 × 10 −10 C
Q 8,8 × 10 −10
Beda potensial: V ' = = = 100 volt
C ' 8,8 × 10 −12
R1 = 3Ω A R2 = 1Ω
ε1 = 12 V ε2 = 14 V
C
B
R3 = 1Ω
C
Jawab
a)
Untuk menentukan muatan kapasitor kita tentukan dahulu tegangan antara B dan C. Jika
kapasitor penuh maka tidak arus yang mengalir pada jalur ABC. Rangkaian dapat
disederhanakan sebagai berikut
R1 = 3Ω A R2 = 1Ω
ε1 = 12 V ε2 = 14 V
C I
ε 2 − ε1 14 − 12
I= = = 0,5 A
R1 + R2 3 +1
123
V AC = ∑ IR − ∑ ε
Lihat setengah rangkaian kanan
C C
Karena tidak ada arus yang mengalir pada jalur tengah maka tidak ada beda regangan
antar dua ujung hambatan R3. Akibatnya tegangan antara dua ujung kapasitor sama
dengan V AC . Muatan yang tersimpan dalam kapasitor
Q = CV AC = 10 −6 × 13 = 1,3 × 10 −5 F
R1 = 3Ω A R2 = 1Ω
ε1 = 12 V I2-I1 ε2 = 14 V
R3 = 1Ω
C
I1 I2
∑ IR − ∑ ε = 0
Lihat loop kiri
I 1 R1 − ( I 2 − I 1 ) R3 − (−ε 1 ) = 0
3I 1 − 1( I 2 − I 1 ) + 12 = 0
4 I 1 − I 2 + 12 = 0 (*)
Loop kanan
∑ IR − ∑ ε = 0
I 2 R1 + ( I 2 − I 1 ) R3 − ε 2 = 0
I 2 + 1( I 2 − I 1 ) − 14 = 0
− I 1 + 2 I 2 − 14 = 0 (**)
124
(*) × 2
8I 1 − 2 I 2 + 24 = 0 (***)
(**) + (***)
7 I 1 + 10 = 0
atau
I1 = −
10
A
7
Dari persamaan (*)
⎛ 10 ⎞
I 2 = 4 I 1 + 12 = 4 × ⎜ − ⎟ + 12 =
44
⎝ 7⎠
A
7
44 ⎛ 10 ⎞ 54
Arus pada R3 = I 2 − I 1 = − ⎜− ⎟ =
7 ⎝ 7⎠ 7
A
125
Bab 14
Pembahasan Ujian I Semester II 2000/2001
y (m)
C(1,2)
x (m)
A(0,0) D(1,0) B(2,0)
a) Jika suatu muatan titik lain sebedar qD = 2 µC ditempatkan pada titik D (1,0), hitung
vektor gaya Coulomb pada muatan qD yang disebabkan oleh muatan qA, qB, dan qC.
b) Hitung potensial titik D akibat muatan qA, qB, dan qC
c) Hitung usaha yang dilakukan untuk memindahkan muatan qD dari tempat tak hingga
(jauh sekali) ke titik D tersebut
Jawab
a)
= r + r +
q AqD r 1 qB qD r 1 qC q D r
4πε o rDA 4πε o rDB 4πε o rrDC 3
1
r 3 DA r 3 DB
rDC
di mana
126
rDC = −1 ˆj m ⇒ rDC = 1 m
r r
Maka
(−1 × 10 −6 )(2 × 10 −6 ) ˆ 9 ( 4 × 10 )( 2 × 10 )
−6 −6
FD = (9 × 10 9 ) + × (−1iˆ)
r
(1 i ) (9 10 )
13 13
(2 × 10 −6 )(2 × 10 −6 )
+ (9 × 10 9 ) (−1 ˆj )
13
= −18 × 10 −3 iˆ − 72 × 10 −3 iˆ − 36 × 10 −3 ˆj
= −(9 iˆ + 3,6 ˆj ) × 10 −2 N
b)
= r + r +
4πε o rDA 4πε o rDB 4πε o rDC
1 qA 1 qB 1 qC
r
(−1 × 10 −6 ) (4 × 10 −6 ) (2 × 10 −6 )
= (9 × 10 9 ) + (9 × 10 9 ) + (9 × 10 9 )
1 1 1
= 4,5 × 10 volt
4
c)
Potensial di titik tak berhingga V (∞) = 0
Energi potensial di titik D
U ( D) = q DVD = (2 × 10 −6 ) × (4,5 × 10 4 ) = 9 × 10 −2 J
W∞→ D = U ( D) − U (∞) = 9 × 10 −2 J
2) Sebuah bola isolator pejal dengan jari-jari R1 dikelilingi oleh bola konduktor netral
127
R3
R1
R2
Jawab
a)
I. Mencari medan listrik pada r < R1
Buat permukaan Gauss dengan jari-jari r < R1
R1
∑q
∫ E • dA =
r r
εo
E (4πr 2 ) =
∑q
εo
128
= ∫ ρ dV = ∫ (br )(4πr dr ) = 4πb ∫ r dr = 4πb ⎢ r 4 ⎥ = πbr 4
⎡1 ⎤
r r r r
⎣4 ⎦0
2 3
0 0 0
Jadi
πbr 4
E (4πr ) =
εo
2
E=
4ε o
1
br 2
R2 R3
∑q
∫ E • dA =
r r
εo
E (4πr 2 ) =
∑q
εo
πbR14
Jadi
E(4πr 2 ) =
εo
E=
1 bR14
4ε o r 2
129
III. Pada R2 < r < R3. Karena berada dalam konduktor maka E = 0
R1 R3
R2
∑q
∫ • dA =
r r
εo
E
E (4πr 2 ) =
∑q
εo
Karena konduktor netral maka muatan yang dilingkupi permukaan Gauss hanya muatan
πbR14
πbR14
Jadi
E (4πr 2 ) =
εo
E=
1 bR14
4ε o r 2
b) Misalkan muatan induksi di sisi dalam bola konduktor Q’. Buat permukaan Gauss
dengan jari-jari r antara R2 dan R3 (di dalam konduktor)
130
r
R3
R1
R2
∑q
∫ E • dA =
r r
εo
∫ • dA = 0
r r
Karena medan di permukaan Gauss (di dalam konduktor) nol maka E
πbR14 + Q' = 0
Q' = −πbR14
atau
Luas permukaan dalam bola konduktor = 4πR22 . Dengan demikian kerapatan muatan
(muatan/luas) di permukaan dalam bola konduktor
πbR14
σ '= = − = −
bR14
4πR22 4πR22
Q'
4 R22
3. Tinjaulah kapasitor pelat sejajar dengan luas masing-masing pelat adalah A = 4 cm2
dan jarak antar pelat 100 µm. Kapasitor tersebut dihubungkan dengan baterei dengan
beda potensial ε = 12 volt.
a) Jika ruang antar pelat adalah udara, hitung muatan yang akan tersimpan dalam
kapasitor
b) Jika hubungan dengan baterei diputus dan suatu bahan dielektrik dengan permitivitas
relatif κ = 20 disipkan hingga memenuhi ruang antar pelat, hitung energi yang
131
tersimpan dalam kapoasitor sekarang.
Jawab
a)
4 × 10 −4
C = εo = (8,85 × 10 −12 ) = 3,54 × 10 −11 F
A
d 100 × 10 −6
Muatan yang tersimpan
Q = CV = (3,54 × 10 −11 ) × 12 = 4,25 × 10 −10 C
Ketika hubungan dengan baterei dilepas maka yang tidak berubah pada kapasitor adalah
muatan di dalamnya. Muatan kapasitor tetap Q = 4,25 × 10 −10 C. Energi yang
tersimpan dalam kapasitor
4. Diketahui
R1 = 1 Ω, R2 = 1 Ω, R3 = 2 Ω, R4 = 4 Ω, R5 = 4 Ω, R6 = 5 Ω, ε1 = 6 V, ε2 = 9 V, dan ε3 =
2 V. (anggap hambatan baterei nol).
ε2
I1 I2 I3
ε1
R1 R2 R3
ε3
R4 R5
R5
132
a) Hitung hambatan ekivalen B-C
b) Hitung I1, I2, dan I3
c) Hitung tegangan antara A-C
Jawab
a) Paralel R4 dan R5 menghasilkan R’
= + = + =
1 1 1 1 1 1
R' R4 R5 4 4 2
atau R’ = 2 Ω.
RB-C adaral seri R2, R’, dan R6, yaitu
R B −C = R2 + R'+ R6 = 1 + 2 + 5 = 8 Ω
ε2
I1 I2 I3
B
R1 R3
ε3
RB-C
∑ IR − ∑ ε = 0
Loop kiri
I 1 R1 + I 2 RB −C − (ε 1 + ε 2 ) = 0
I 1 × 1 + I 2 × 8 − ( 6 + 9) = 0
133
I 1 + 8 I 2 − 15 = 0 (*)
∑ IR − ∑ ε = 0
Loop kanan
− I 3 R3 − I 2 RB −C − (−ε 2 − ε 3 ) = 0
− I 3 × 2 − I 2 × 8 − (−9 − 2) = 0
− 2 I 3 − 8I 2 + 11 = 0 (**)
Pada percabangan A
I 3 = I1 − I 2 (***)
− 2( I 1 − I 2 ) − 8 I 2 + 11 = 0
− 2 I 1 − 6 I 2 + 11 = 0 (****)
2 × (*) + (****)
2 I 1 + 16 I 2 − 30 = 0 (*****)
− 2 I 1 − 6 I 2 + 11 = 0 (****)
------------------------+
10 I 2 − 19 = 0
I 2 = 1,9 A (******)
Substitusi (******) ke dalam (*)
I 1 + 8 × (1,9) − 15 = 0
I 1 + 15,2 − 15 = 0
I 1 = −0,2 A (*******)
c)
134
A
ε2
RB-C
I2
V AC = ∑ IR − ∑ ε
C C
5. Dalam rangkaian kawat berarus dalam medan magnet B seperti pada gambar di
bawah ini diketahui B = 0,2 T dan I = 2,0 A.
a
B
5 cm
4 cm
I
c b
3 cm
a) Hitung vektor gaya yang bekerja pada kawat ab, bc, dan ca
b) Hitung vektor momen gaya pada kawat abc
Jawab
a) Gaya pada elemen kawat ab
135
a
θ
B
θ=
I
53o
Besar gaya
Fab = I ab B sin θ
= 2 × (5 × 10 − 2 ) × 0,2 × = 1,6 × 10 − 2 N
4
5
(arah tegak lurus kertas ke atas)
I θ = 90o
B
Fca = I ca B sin θ
= 2 × (4 × 10 −2 ) × 0,2 × 1 = 1,6 × 10 −2 N
(arah tegak lurus kertas ke bawah)
136
Arah momen magnet tegak lurus bidang permukaan = tegak lurus bidang kertas. Berati
137
Bab 15
Pembahasan Ujian I Semester II 2003/2004
Jawab
a)
Q1 = 30 µC
r
r12 r
r1
Q2 = 10 µC
r
r2
9 (3 × 10 )( −10 )
( )
−5 −5
FQ1 = = × 6 ˆj + 8iˆ = −0,0162 ˆj − 0,0216iˆ N
r Q1Q2 r
4πε o rr12 3
1
r12 9 10
10 3
138
Kuat medan di titik O adalah
Q1 = 30 µC
r
Q2 = 10 µC
r1
r
r2 r
rP1
r r
rP 2 rP
Eo = r +
r Q1 r 1 Q2 r
4πε o ro1 4πε o rro 2 3
1
r 3 o1
ro 2
3 × 10 −5 (−10 −5 )
= (−6 ˆj ) +
4πε o − 6 ˆj 3 4πε o
1 1
3
(8 iˆ)
8 iˆ
3 × 10 −5 ˆ 1 10 −5 ˆ
=− j−
4πε o 36 4πε o 64
1
i
⎛ 1 ˆj ⎞⎟
=− × 10 −5 ⎜ iˆ +
4πε o
1 1
⎝ 64 12 ⎠
c)
Potensial di titik P
VP = r +
4πε o rP1 4πε o rP 2
1 Q1 1 Q2
r
139
3 × 10 −5 1 (−10 −5 ) 1 3 × 10 −5 1 10 −5
= + = −
4πε o − 12 ˆj 4πε o 8 iˆ − 6 ˆj 4πε o 12 4πε o 10
1
=
4πε o
0,15
2. Sebuah kapaitor keeping mempunyai luas penampang 4 cm2 dan jarak kepingnya 0,1
mm. Kapasitor tersebut kemudian dihubungkan dengan sumber tegangan 200 V.
a) Tentukan besarnya kapasitansi, muatan, dan besarnya medan listrik pada kapasitor
tersebut.
b) Tanpa mlepas sumber tegangan, kapasitor tersebut kemudian disisipi dielektrik yang
memiliki permitivitas relatif (kostanta dielektrik) 30. Tentukan besarnya kapasitansi,
muatan, dan besarnya medan listrik pada keadan ini
c) Jika selanjutnya sumber tegangan diputus dan dielektriknya dicabut, tentukan besar
medan listriknya
Jawab
a) Kapasitansi
(4 ×10 −4 )
C = εo = (8,856 × 10 −12 ) = 3,54 ×10 −11 F
A
d 10 − 4
Muatan
Q = CV = (3,54 × 10 −11 ) × 200 = 7,08 × 10 −9 C
Kuat medan listrik
E= = − 4 = 2 × 10 6 N/C
V 200
d 10
Muatan
Q' = C 'V = (1,06 × 10 −9 ) × 200 = 2,12 × 10 −7 C
Kuat medan listrik
2 × 10 6
E' = = = 6,7 × 10 4 N/C
κ
E
30
c)
Jika tegangan diputur maka yang tetap adalah muatan pada kapasitor, yaitu Q’. Jika
kemudian dielektrik dicabut maka kapasitansi kembali menjadi C = 3,54 × 10 −11 F.
140
Akibatnya, beda potensial antara dua ujung kapasitor menjadi
Q' 2,12 × 10 −7
V '= = = 6000 V
C 3,54 × 10 −11
Besar medan listrik menjadi
E" = = − 4 = 6 × 10 7 N/C
V ' 6000
d 10
3. Bola isolator dengan muatan +Q yang terdistribusi secara merata pada seluruh
volumnya terletak sepusat dengan sebuah kulit bola konduktor yang bermuatan -2Q
seperti gambar. Tentukan
a) Medan listrik E pada posisi-posisi: r < R, R< r< 3R, dan r > 3R dan sketra grafik E
terhadap r.
b) Potensial listrik V pada posisi r = R, dengan mengansumsi V = 0 pata tempat tak
berhingga.
isolator
konduktor
R 3R
Jawab
Pertama kita hitung kerapatan muatan bola isolator
+Q
ρ= =
4πR 3 / 3
Q
V
i) Medan listrik pada r < R. Buat permukaan Gauss berupa bola dengaj jari-jari r yang
lebih kecil dari R.
141
Permukaan Gauss
dengan jari-jari r
r
R 3R
∑q
Terapkan hukum Gauss pada permukan tersebut
∫ • dA =
r r
εo
E
E× A=
∑q
εo
4πr 3
permukan Gauss = (rapat muatan) × (volum bola Gauss) = × =Q 3 .
r3
4πR 3 / 3
Q
3 R
Dengan demikian
E × (4πr ) = ×Q 3
r3
εo
2 1
R
E=
4πε o R 3
1 Q
r
Permukaan Gauss
dengan jari-jari r
r
R
3R
142
∑q
Terapkan hukum Gauss pada permukan tersebut
∫ • dA =
r r
εo
E
E× A=
∑q
εo
∑ q = Q . Kita dapatkan
permukan Gauss. Muatan tersebut sama dengan muatan total bola isolator. Jadi
E × (4πr 2 ) =
εo
Q
E=
4πε o r 2
1 Q
Buat permukan Gauss yang jari-jarinya r yang lebih besar dari 3R.
Permukaan Gauss
dengan jari-jari r
r
R
3R
∑q
Terapkan hukum Gauss pada permukan tersebut
∫ • dA =
r r
εo
E
143
E×A=
∑q
εo
∑ q = Q − 2Q = −Q . Kita dapatkan
permukan Gauss. Muatan tersebut sama dengan jumlah muatan bola isolator dan
−Q
E × (4πr 2 ) =
εo
E=−
4πε o r 2
1 Q
Sketsa kuat medan listrik sebagai fungsi jarak tampak pada gambar berikut
E(r)
1/(4πεo) (Q/R2)
1/(4πεo) (Q/9R2)
3R
r
-1/(4πεo) (Q/9R2) R 2R
V ( R) − V (rref ) = − ∫ E • dr
R r
r
rref
V ( R) = − ∫ E • dr
R r r
∞
144
Integral dari ∞ sampai R melewati dua daerah dengan medan listirk berbeda. Daerah
tersebut adalah daerah dengan r > 3R dan daerah dengan R < r < 3R. Karena itu integral
tidak bisa dilakukan sekaligus tetapi harus dipecah dua sebagai berikut
V ( R) = − ∫ E • dr − ∫ E • dr
3R r R r
r r
∞ 3R
⎛ 1 Q⎞ ⎛ 1 Q⎞
= − ∫ ⎜⎜ − ⎟dr − ∫ ⎜⎜ +
2 ⎟
⎟dr
4πε o r 2 ⎟⎠
3R R
∞⎝
4πε o r ⎠ 3 R⎝
= ∫ − ∫r
3R R
4πε o ∞ r 4πε o
Q dr Q dr
2 2
3R
Q ⎡ 1⎤ ⎡ 1⎤
= ⎢ − ⎥ − ⎢− r ⎥
3R R
4πε o ⎣ r ⎦ ∞ 4πε o
Q
⎣ ⎦ 3R
Q ⎡ 1 1⎤ Q ⎡ 1 1 ⎤
= − + ⎥− − +
⎢
4πε o ⎣ 3R ∞ ⎦ 4πε o ⎣ R 3R ⎥⎦
⎢
=− + =
4πε o 3R 4πε o 3R 4πε o 3R
1 Q 1 2Q 1 Q
4. Medan magnet seragam sebesar 0,1 T berarah tegak lurus memasuki bidang tulis. Jika
sebuah proton dalam medan magnet tersebut mempunyai kecepatan 105 m/s ke arah
kanan
a) Tentukan besar dan arah gaya pada proton (abaikan gravitasi)
b) Gambar sketsa lintasan proton dalam medan tersbut. Jelaskan mengapa demikian
c) Jika selain medan magnet ditambahkan medan listrik sebesar 104 N/C ke bawak tegak
lurus medan magnetik, berapa gaya total yang dialami proton dan gambarkan sketsa
lintasanya.
Jawab
a) Kita gunakan sumbu koordinat dengan arah seperti pada gambar di bawah ini.
Dengan pemilihan sumbu tersebut maka
v = 10 5 ĵ m/s
r
B = −0,1iˆ T
r
145
× × × × ×
× × × r× ×
z
× × × × ×
v y
× × × × ×
x
FL = + ev × B
r r r
( )
= (1,6 × 10 −19 ) 10 5 ˆj × (−0,1iˆ) = − 1,6 × 10 −15 ( ˆj × iˆ) = −1,6 × 10 −15 (− kˆ)
= 1,6 × 10 −15 k̂ N
Tampak bahwa gaya mengarah sejajar sumbu z. Jadi arahnya tegak lurus kecepatan
(brarah sumbu y) maupun medan magnt (berarah sumbu x)
b)
× × × × ×
r
× × × × ×
× × × × ×
F
r
× × × × r×
B
× × × × ×
r
v
v
Lintasan proton berupa lingkaran karena arah gaya selalu tegak lurus arah kecepatan.
E = −10 4 ˆj N/C
r
146
Gaya listrik yang dialami propon adalah
Karena gaya total yang bekerja nol maka proton bergerak dalam lintasan lurus.
× × Fr × × ×
× × × v × ×
L
× × × × ×
r
× × × × ×
r
F C
5. dari gambar di bawah, apabila diketahui V1 = 9 V dan kapasitor dalam keadaan tunak
(kapasitor dalam keadaan trisi penuh), tentukan
a) Nilai arus yng melewati masing-masing hambatan
b) Va – Vb dan muatan di dalam kapasitor
c) Disipasi daya pada hambatan 1 Ω
a b
3Ω 15 V 5 µF
3V
1Ω
3Ω
V1
Jawab
147
a) Jika kapasitor penuh maka jalur yang mengandung kapasitor tidak dilewati arus
(seolah terputus). Arus yang mangalir pada hambatan 3 Ω atas nol.
Dua ujung hambatan 3 Ω berimpitan dengan dua ujung baterei V1. Dengan demikian,
tegangan antara dua ujung hambatan 3 Ω adalah V1. Arus yang mengalir pada hambatan
3 Ω adalah
I1 = =
V1 9
3Ω 3
=3A
1Ω 3V
I2
I1
V1
3Ω
Untuk menentukan arus yang mengalir pada hambatan 1 Ω, perhatikan loop kiri.
∑ IR − ∑ ε = 0
I 2 × 1 − (− 3 + V1 ) = 0
I 2 − (− 3 + 9 ) = 0
atau
I2 = 6 A
b) Untuk menentukan Va-Vb, lihat loop atas saja seperti pada gambar di bawah ini
Va − Vb = ∑ IR − ∑ ε
= 0 × 3Ω + 6 A × 1Ω − (15 − 3)
= 6 – 12
= - 6 V.
148
3Ω 15 V 5 µF
a b
1Ω 3V
6A
Tanda negatif menandakan bahwa Vb > Va. Va – Vb tidak lain merupakan beda potensial
antara dua kaki kapasitor.
Q = C Vab = (5 × 10 −6 ) × 6 = 3 × 10 −5 F
P = I 12 × R = 6 2 × 1 = 36 W
149
Bab 16
Pembahasan Ujian I Semester II 2006/2007
1. Mula-mula tiga buah muatan disusun seperti pada gambar di bawah ini. Besar muatan Q1
adalah 2 µC yang jenisnya (tandanya) belum diketahui. Muatan Q2 tidak diketahui besar dan
jenisnya. Sedangkan jenis muatan Q3 adalah positif dan besarnya 4 µC. Resultan gaya F
r
Q3 = 4 µC
r
F
Q1 = ⏐2 µC⏐
3 cm
Q2
A
d/2 = 4 cm
d = 8 cm
Jawab
r
a) Arah gaya F yang sejajar dengan sumbu x negatif hanya munmgkin dihasilkan oleh
resultan gaya yang dihasilkan Q1 dan Q2 sebagai berikut
F32
Q3
r
F
F31
Q1 Q2
A
Gaya antara Q1 dan Q3 tarik menarik. Karena Q3 positif maka muatan Q1 negatif. Jadi Q1 = - 2
150
µC.
Gaya antara Q2 dan Q3 tolak menolak. Karena Q3 positif maka muatan Q2 juga positif.
Komponen vertical gaya oleh Q1 pada Q2 sama dengan komponen vertical gaya oleh Q2 pada
Q3 sehingga saling menghilangkan dan menghasilkan gaya resultan hanya arah horizontal. Ini
hanya mungkin jika besar muatan Q1 dan Q2 sama. Jadi muatan Q2 = +2 µC.
b) Gaya pada Q3
F= r +
r Q1Q3 r 1 Q2 Q3 r
4πε o r31 4πε o rr32 3
1
r 3 31
r32
dengan
Jadi
(−2 × 10 −6 )(4 × 10 −6 )
F = (9 × 10 9 ) (0,04iˆ + 0,03 ˆj )
r
(0,05) 3
(2 × 10 −6 )(4 × 10 −6 )
+ (9 × 10 9 ) (−0,04iˆ + 0,03 ˆj )
(0,05) 3
= − 46,08 iˆ N
c) Potensial di titik A
V A = V A1 + V A 2 + V A3
= r + r +
4πε o rA1 4πε o rA 2 4πε o rA3
1 Q1 1 Q2 1 Q3
r
(−2 × 10 −6 ) (2 × 10 −6 ) (4 × 10 −6 )
= (9 × 10 9 ) + (9 × 10 9 ) + (9 × 10 9 )
(0,04) (0,04) (0,03)
= 1,2 × 10 6 volt
d) Tidak tetap. Gaya yang bekerja pada Q3 bergantung pada posisi muatan tersebut. Makin
jauh jarak Q3 dari muatan Q1 dan Q2, gaya resultan yang bekerja makin kecil. Sebagai contoh
ketika Q3 berada pada jarak tak berhingga, gaya resultan pada Q3 nol. Jika jika posisi Q3 tidak
151
pada garis simetri antara Q1 dan Q2 maka gaya resultan tidak lagi sejajar sumbu x tetapi juga
mempunyai komponen sejajar sumbu y.
2. Tinjau sebuah bola isolator berjari-jari R dan mempunyai muatan Q yang tersebar secara
merata
a) Dengan menggunakan hukum gauss, tentukan medan listrik sebagai fungsi jarak dari pusat
bola isolator di dalam dan di luar bola.
b) Tentukan potensial listrik sebagai fungsi jarak dari pusat biola isolator di dalam dan di luar
bola.
c) Jika bola isolator ini ditempatkan dalam daerah dengan kuat medan listrik E = 5 iˆ N/C,
r
hitung fluks total yang meleati seluruh permukaan bola isolator tersebut
Jawab
a) Untuk mencari medan listrik di dalam bola, buat permukaan Gauss berupa bola dengan
jar-jari r < R.
Permukaan Gauss
dengan jari-jari r
r
R
∑q
∫ • dA =
r r
εo
E
E (4πr 2 ) =
∑q
εo
152
⎛4 3⎞
= × ⎜ πr ⎟ = Q 3
r3
4πR 3 / 3 ⎝ 3
Q
⎠ R
Dengan demikian
E (4πr ) = Q 3
r3
εo R
2 1
atau
E=
4πε o R 3
1 Q
r
Untuk mencari medan listrik di luar bola, buat permukaan Gauss berupa bola dengan jar-jari r
> R.
Permukaan Gauss
dengan jari-jari r
r
R
∑q
∫ • dA =
r r
εo
E
E (4πr 2 ) =
∑q
εo
Dengan demikian
E (4πr 2 ) =
εo
Q
atau
153
E=
4πε o r 2
1 Q
V (r ) = V (ro ) − ∫ E • dr
rr r
ro
V (r ) = − ∫ E • dr
r r
r
∞
⎛ 1 Q⎞
V (r ) = − ∫ E • dr = − ∫ E dr = − ∫ ⎜⎜ ⎟ dr
r r
4πε o r 2 ⎟⎠
r r r
∞ ∞ ∞⎝
Q∫ 2 = −
⎡ 1⎤
=− Q ⎢− ⎥ =
r r
r ∞
E2 E1
R
V (r ) = − ∫ E dr = − ∫ E1 dr − ∫ E 2 dr
r R r
∞ ∞ R
154
⎛ 1 Q⎞ ⎛ 1 Q ⎞
= − ∫ ⎜⎜ ⎟ dr − ∫ ⎜⎜
2 ⎟
r ⎟ dr
4πε o R 3 ⎟⎠
R r
∞⎝
4πε o r ⎠ R⎝
Q∫ 2 − 3 ∫
⎡ 1⎤ 1 Q ⎡1 2 ⎤
=− r dr = − Q ⎢− ⎥ −
4πε o ⎣ r ⎦ ∞ 4πε o R 3 ⎢⎣ 2 ⎥⎦ R
R r R r
4πε o ∞ r 4πε o R R
1 dr 1 Q 1
r
= −
4πε o R 4πε o 2 R
1 Q 1 Q 2
3
(
r − R2 )
φ = ∫ E • dA
r r
φ=
∑q = Q
εo εo
Fluks total yang melewati permukaan bola tidak bergantung pada kuat medan luar yang
diterapkan tetapi semata-mata bergantung pada jumlah muatan yang dikandung bola
3) Diberikan rangkaian listrik seperti pada gambar, C = 2000 µC. Jika t = 0 kapasitor dalam
keadaan kosong.
a) Hitung arus sesaat setelah saklar s ditutup
b) Tentukan Vab pada saat kapasitor dalam keadaan tunak (terisi penuh muatan)
c) Tentukan energi yang tersimpan dalam kapasitor saat tunak
155
i
6 kΩ 3 kΩ
s
C
9V 9 kΩ
3 kΩ 6 kΩ
Jawab
a) Sesaat setelah saklar ditutup kapasitor masih kosong. Dalam keadaan ini kapasitor
seolah-olah terhubung singkat. Rangkaian menjadi sebagai berikut
6 kΩ 3 kΩ
9V 9 kΩ
3 kΩ 6 kΩ
= + +
1 1 1 1
RT Rkiri Rtengah Rkanan
= + + =
1 1 1 3
9 9 9 9
atau RT = = 3 kΩ
9
3
156
i= = = 3× 10 −3 A = 3 mA
9 9
RT 3× 10 3
b) Dalam keadaan tunak, jalur yang mengandung kapasitor terputus. Rangkaian menjadi
6 kΩ 3 kΩ
9V
3 kΩ 6 kΩ
= +
1 1 1
RT Rkiri Rkanan
= + =
1 1 2
9 9 9
RT = = 4,5 kΩ
9
atau
2
Arus yang mengalir
i= = = 2 × 10 −3 A = 2 mA
9 9
RT 4,5 × 10 3
Karena Rkiri = Rkanan maka arus terbagi dua sama besar pada dua lintasan. Arus
a b
3 kΩ 6 kΩ
ikiri ikanan
157
Vab = ∑ IR − ∑ ε
Beda potensial untuk lintasan terbuka ditentukan dengan rumus berikut ini
c) Dalam keadaan tunak tidak ada arus yang mengalir pada jalur tengah sehingga tidak ada
beda potensial antara dua ujung hambatan 9 kΩ. Tegangan antara dua ujung kapasitor sama
dengan tegangan baterei, yaitu 9 volt.
Energi yang tersimpan dalam kapasitor
U= CV 2 = (2000 × 10 −6 ) × 9 2 = 8,1 × 10 − 2 J
1 1
2 2
4. Sebuah kawat bujur sangkar terletak dalam bidang xy seperti pada gambar, sengan sumbu z
positif keluar bidang kertas (abaikan pengarus gravitasi dan medan gambet yang ditimbulkan
kawat berarus i).
r
a) Tentukan gaya Lorentz yang bekerja pada kawat apabila medan magnet B searah sumbu z
positif
b) Jika medan magnetnya diganti menjadi B = αy ˆj dengan α konstanta positif, hitung gaya
r
(-L/2,L/2) (L/2,L/2)
x
i
i
i
(-L/2,-L/2) (L/2,-L/2)
158
Jawab
F
i
x
F i F
i
i
F
r
Jika B searah sumbu z positif maka gaya Lorentz pada masing-masing ruas kawat saling
menjauhi. Gaya magnet total menjadi nol
b) Jika B = αy ˆj
r
Sisi kiri dan kanan tidak mengalami gaya Lorentz karena kawat sejajar medan.
Pada sisi atas
B = α ˆj
r L
2
F = i × ( panjang kawat ) × (besar B)
= i × L × (αL / 2) = αL2
1
2
Arah gaya tegak lurus kertas ke belakang
B = −α ˆj
r L
2
F = i × ( panjang kawat ) × (besar B)
= i × L × (αL / 2) = αL2
1
2
Arah gaya tegak lurus kertas ke depan
159
Gaya Lorentz total = 0
c) Gaya Lorentz yang dihasilkan di b) sama besar tetapi berlawanan arah. Karena itu tidak ada
gerak translasi kawat. Tetapi yang dihasilkan adalah torak terhadap sumbu x yang
menyebabkan kawat berotasi terhadap sumbu x. bagian atas kawat bergerak ke belakang dan
bagian bawahnya begrak ke depan.
B = 5 mT
e-
L
0,1 cm
M
1 kV
Kita abaikan gravitasi karena nilainya sangat kecil dibandingkan dengan gaya magnet dan
gaya listrik.
a) Saat di titik K
FE
e- v
FM
Di titik K bekerja dua gaya sekaligus, yaitu gaya listrik dan gaya magnet.
Besar gaya listrik
FE = eE = e
V
d
Karena arah medan listrik dari atas ke bawah dan muatan electron negatif maka gaya listrik
berarah ke atas
160
FM = evB
Karena arah medan magnet ke belakang, arah kecepatan ke kanan, dan muatan electron
negatif maka arah gaya magnet ke bawah.
FE = FM
= evB
V
e
d
atau
v= = = 2 × 10 8 m/s
V 10 3
Bd (5 × 10 −3 )(0,1 × 10 − 2 )
c) Saat memasuki daerah M elektron hanya mengalami gaya magnetic FM = evB . Gaya
tersebut bearah ke pusat lintasan lingkaran electron sehingga merupakan gaya sentripetal.
Dengan demikian
evB = m
v2
R
atau
mv (9,1 × 10 −31 )(2 × 10 8 )
R= = = 0,225 m
eB (1,6 × 10 −19 )(5 × 10 −3 )
Detektor ditempatkan di bawah titik L pada jarak 2 R = 0,45 m
2R
M
161
Bab 17
Pembahasan Ujian II Semester II 1998/1999
ε2
R1
ε1 ε3
S
R2
b
Jawab
a) Jika saklar S dibuka maka jalur tengah tidak dipakai. Rangkaian menjadi sebagai
berikut
R1 I
ε1 ε3
R2
ε − ε 3 18 − 12
Arus yang mengalir
I= 1 = =1 A
R1 + R2 2+4
162
Arah arus sesuai dengan gambar
Untuk menentukan Vab, lihat potongan rangkaian sebelah kanan: a - ε3 – R2 – b.
Vab = ∑ IR − ∑ ε
I1 a I2
ε2
R1
ε1 ε3
I1+I2
R2
b
∑ IR − ∑ ε = 0
Loop kiri
I 1 R1 − (ε 1 − ε 2 ) = 0
I 1 × 2 − (18 − 4) = 0
I1 = =7 A
14
2
∑ IR − ∑ ε = 0
Loop kanan
− I 2 R2 − (ε 2 − ε 3 ) = 0
− I 1 × 4 − (4 − 12) = 0
I2 = =2 A
8
4
Antara a dan b terpasang sebuag batarei ε2 = 4 V. Jadi Vab = 4 V.
163
kecepatan yang mempunyai medan magnetik 2 T dan medan listrik 400 V/m sedemikian
sehingga partikel bergerak lurus.
i) Tentukan laju partikel tersebut
ii) Seandainya tidak ada medan laistrik, patikel tersebut akan bergerak melingkar
dengan jari-jari R = 1 m. Tentukan perbandingan m/q untuk partikel tersebut
b) Sebuah kawat berbentuk segitiga terletak pada bidang xy seperti pada gambar. Arus
yang mengalir pada kawat adalah 3 A dan di dalam ruang tersebut terdapat medan
magnet B = 2 T berarah sejajar sumbu x ke kanan.
C
30 cm
x
B 40 cm A
Jawab
a.
i) Gaya yang dialami partikel adalah gaya coulomb dan gaya lorentz masing-masing
FC = qE
FL = qvB
Partikel bergerak lurus berarti ke dua gaya tersebut sama besar,
qE = qvB
atau
v= = = 200 m/s
E 400
B 2
164
FL v
Gaya yang bekerja hanya FL = qvB ke arah pusat lintasan. Jadi gaya tersebut
merupakan gaya sentripetal yang memenuhi hubungan
FL = m
v2
R
Dengan demikian
qvB = m
v2
R
atau
m BR 2 × 1
= = = 0,01 kg/C
q v 200
b.
i)
θ = 180o-37o = 143o
C I
37o
x
A
165
FAC = I AC B sin θ
= 3 × 0,5 × 2 × sin 143o = 3 × 0,5 × 2 × = 1,4 N (arah tegak lurus kertas ke belakang)
4
5
ii) Luas loop
µ = IA = 3 × 0,06 = 0,18 A m2
iii) Arah momen dipol tegak lurus bidang loop, bearti tegak lurus juga dengan medan
magnet B. Besar torka yang dimiliki loop
3. a) Sebuah kawat lurus panjang dialiri arus i. Dengan menggunakan hukum ampere
perlihatkan bahwa medan magnetic pada jarak r dari kawat diberikan oleh
µoi
B=
2πr
b) Bila ada dua kawat sejajar berjarak 2 cm dan masing-masing dialiri arus 1 A dan 3 A
dalam arah yang berlawanan, carilah sebuah titik (selain di tak hingga) di mana resultan
medan magnetnya sama dengan nol
1A 3A
c) Untuk situasi pada gambar di bawah ini, tentukan medan magnet di pusat lengkungan
seperempat lingkaran (titik P) oleh masing-masing segmen kawat dinyatakan dalam µo.
Besar arus yang mengalir adalah I = 2 A dan besar R = 0,5 m
166
C
2R
D
P A B
Jawab
a)
Lintasan ampere
r
r
dl
r
B
Hukum ampere
∫ • dl = µ o ∑ I
r r
B
r r
Buat lintasan ampere berupa lingkaran dengan jari-jari r. Arah B dan dl pada
medan juga konstan. Akibatnya kita dapat menulis ruas kiri menjadi
∑I adalah jumlah arus yang dilingkupi lintasan ampere, dan karena hanya ada satu
167
kawat yang dialiri arus i maka ∑ I = i . Akhirnya kita dapatkan
B × (2πr ) = µ o i
atau
µoi
B=
2πr
b)
r+d
P r
i1 = 1 A i2 = 3 A
Lihat titik P yang berjarak r dari kawat yang dialiri arus i1 = 1 A dan berjarak r + d dari
kawat yang dialiri arus i2 = 3 A. Arah medan magnet yang dihasilkan dua kawat tersebut
berlawanan. Medan total di titik P adalah
µ o i1 µ o i2
BP = −
2πr 2π (r + d )
Medan di P nol jika terpenuhi
= 2
i1 i
r r+d
i1 (r + d ) = i2 r
i2 − i1 3 −1
r= d= × 2 = 4 cm
i1 1
c) Kuat medan magnet di pusat lingkaran penuh berjari-jari a dan dialiri arus I adalah
µo I
B=
2πa
168
Medan magnet di pusat seperempat lingkaran berjari-jari R adalah
1 µo I µo I
B1 = × =
4 2R 8R
arah tegak lurus bidang kertas ke belakang
1 µo I µ I
B2 = × = o
4 2(2 R) 16 R
arah tegak lurus bidang kertas ke depan
µo I µo I µo I
B P = B1 − B2 = − =
µo × 2
8R 16 R 16 R
= = µo
1
16 × 0,5 4
b) Medan magnet B = 2 T mengisi setengah ruang daerah (x > 0) dalam arah rtegak
lurus masuk bidang kertas. Pada saat t = 0 sebuah loop kawat berukuran 50 cm × 20 cm
mulai memasuki daerah medan magnet dengan kecepatan 10 cm/s dalam arah sumbu x
positif.
i) Hitung fluks magnetic yang menerobos kawat ketika loop telah memasuki daerah
magnetic sejauh x (x < 20 cm)
ii) Tentukan ggl imbas yang timbul pada kawat untuk t = 1 s
iii) Tentukan ggl imbas yang timbul pada kawat untuk t = 3 s
169
× × × ×
y
× × × ×
× × × ×
v = 10 m/s
a = 50 cm
× × × ×
x
× × × ×
× × × ×
b = 20 cm
Jawab
a. i) Besar ggl induksi yang timbul saat t = 2 s
d (5 − t 2 )
ε =L =L = L − 2t = 2 Lt
dI
dt dt
ii) Arus makin kecil dengan membesarnya t sehingga kuat medan magnet dalam
inductor berkuran dengan bertambahnya t. Akibtanya fluks magnetic dalam induyktor
juga berkurang dengan bertambahnya t. Arus induksi melawan perubahan tersebut
dengan memperbesar fluks. Caranya adalah menghasilkan medan magnet dalam arah
yang sama. Ini dapat terjadin jika arah arus induyksi sama dengan arah arus I(t) yang
diberikan.
U=
1 2
LI
2
Pada saat t = 2 s, I = 5 − 2 2 = 1 A sehingga
U= × (30 × 10 −3 ) × 12 = 1,5 × 10 − 2 J
1
2
170
b. i)
× × × ×
y
× × × ×
× × × ×
a = 50 cm
× × × ×
v = 10 m/s
× × × ×
× × × ×
x
φ = BA = Bax
Fluks magnetic yang dikandung loop
x = vt = 10 × 3 = 30 cm
Ini berarti seluruh bagian loop telah masuk ke dalam medan magnet. Fluks yang
dikandung loop menjadi
171
× × × × ×
× × × × ×
× × × × ×
× × × × ×
v = 10 m/s
a
× × × × ×
× × × × ×
b
φ = Bab = konstan
Ggl induksi yang dihasilkan menjadi
dφ
ε =− =0
dt
i (t ) = 2 sin (ωt + π / 3) A
a) Dambarkan diagram fasor untuk tegangan pada resistor, induktor, dan generator
b) Tentukan impedansi rangkaian
c) Tuliskan tegangan generator sebagai fungsi waktu
Jawab
a) Tegangan maksimum pada resistor
V R ,m = I m R = 2 × 40 = 80 volt
V L ,m = I m X L = 2 × 30 = 60 volt
Diagram fasor
172
Vm
VL,m
VR,m
b) Impedansi rangkaian
Z = R 2 + X L2 = 40 2 + 30 2 = 50 Ω
Vm = I m Z = 2 × 50 = 100 volt
173
Bab 18
Pembahasan Ujian II Semester II 1999/2000
1. Sebuah kawat berbentuk bujur sangkar dengan sisi 1 m dialiri arus listrik sebesar 2 A.
Titik P berada di pusat bujur sangkar. Tentukan
a) Besar dan arah medan magnet di titik P yang disebabkan oleh kawat CD
b) Besar dan arah medan magnet di titik P oleh seluruh bagian kawat
B A
P 1m
C D
1m
Jawab
a. Kita tentukan kuat medan magnet yang dihasilkan kawat lurus berhingga dengan
menggunakn hukum Biot Savart (attention: hukum Gauss tidak dapat dipakai di sini.
Hukum Gauss hanya untuk kawat yang panjangnya tak hingga)
dθ
P
θ
-a +a
µ o I dx sin θ
dB =
4π r2
Pada gambar tampak bahwa
174
r=
sin θ
b
x= sehingga dx = − 2 dθ
tan θ sin θ
b b
Dengan demikian
µ o I kanan µ I
B=− ∫ sin θdθ = o [cos θ ]kiri
4π b kiri 4π b
kanan
µo I ⎡ x ⎤ µ I⎡ ⎤
= = o ⎢ ⎥
a
⎢ ⎥
a
4π b ⎣ r ⎦ − a 4π b ⎣ x 2 + b 2 ⎦ −a
x
µo I ⎡ −a ⎤ µ I
= ⎢ − ⎥= o
4π b ⎢ a 2 + b 2 ⎥⎦ 2π b a 2 + b 2
a a
⎣ (−a) 2 + b 2
= (2 × 10 −7 ) = × 10 −7 T
2 0,5 8
0,5 0,5 + 0,5
2 2
2
b) Medan yang dihasilkan tiap sisi kawat sama besar dan sama arah. Dengan demikian
medan total di titik P adalah
BP = 4 × × 10 −7 = × 10 −7 T
8 32
2 2
2. Tiga buah kawat dengan panjang tak hingga masing-masing dialiri arus 10 A dengan
arah yang sama. Jarak kawat (1) dan kawat (2) adalah 1 m dan jarak kawat (2) dan
kawat (3) 2 m.
175
10 A
(1)
1m
10 A (2)
1m
P
1m
10 A (3)
Tentukan
a) Besar dan arah medan magnet total di titik P
b) Besar gaya per satuan panjang pada kawat (2)
Jawab
a) Arus pada kawat (1) dan kawat (2) menghasilkan medan di P dalam arah tegak lurus
kertas ke belakang. Arus pada kawat (3) menghasilkan medan di P tegak lurus kertas ke
arah depan. Medan total di P menjadi
B P = BP1 + B P 2 − BP 3
µo I µ I µ I µ I⎛ 1 1 ⎞
= + o − o = o ⎜⎜ + − ⎟
2π rP1 2π rP 2 2π rP 3 2π ⎝ rP1 rP 2 rP 3 ⎟⎠
1
⎛ 1 1 ⎞
= (2 × 10 −7 ) × 10 × ⎜ + − ⎟ = 1,3 × 10 −6 T
1
⎝ 1,5 0,5 0,5 ⎠
Arah medan di P tegak lurus kertas ke belakang
µo I µo I µ I⎛ 1 1 ⎞
= − = o ⎜⎜ − ⎟⎟
2π r21 2π r23 2π ⎝ r21 r23 ⎠
⎛1 1 ⎞
= (2 × 10 −7 ) × 10 × ⎜ − ⎟ = 1,0 × 10 −6 T
⎝1 2 ⎠
Gaya per satuan panjang pada kawat (2)
176
3. Sebuah loop kawat berjari-jari 2 cm berada dalam bidang xy. Loop tersebut berada
Tentukan
a) Fluks pada loop kawat sebagai fungsi waktu
b) besar ggl imbas pada saat t = 2 s
c) Besar ggl imbas rata-rata dalam selang 2 ≤ t ≤ 4 s
Jawab
A = πr 2 = π × (2 × 10 −2 ) 2 = 4π × 10 −4 m2
a) Luas loop adalah
Arah vector luas tegak lurus bidang loop. Jadi dalam notasi vector, luas adalah
A = 4π × 10 −4 kˆ m2
r
( )
φ = B • A = 2tˆj + 3t 2 k • (4π × 10 −4 kˆ) = (3t 2 ) × (4π × 10 −4 ) = 12π × 10 −4 t 2 T m2
r r r
177
c) Ggl imbas rata-rata antara t = 2 s sampai t = 4 s
XL
R
θ
XC-XL
Z
XC
Impedansi rangkaian
XL − XC 80 − 160
θ = tan −1 = tan −1 = 0,3π rad
= tan −1
4
Karena XC > XL maka rangkaian bersifat kapasitif. Fase arus lebih cepat θ daripada fase
R 60 3
tegangan. Dengan demikian fase arus adalah 100t + π / 4 + 0,3π = 100t + 0,55π . Besar
178
arus maksimum adalah
I (t ) = 2 cos(100t + 0,55π )
Z 100
Z bd = X L − X C = 80 − 160 = 80 Ω
5. Sel surya sering dilapisi dengan lapisan tipis transparan seperti SiO (n = 1,45) untuk
meminimumkan kehilangan cahaya akibat pemantulan. Bila sel surya yang digunakan
adalah silokon (n = 3,5) tentukan tebal minimum lapisan SiO yang menghasilkan
interferensi minimum untuk λ = 5500 anstrom.
b) Sebuah layar berjarak 1 meter dari sebuah celah disinari dengan cahaya yang panjang
gelombangnya 6000 angstrom. Bila jarak minimum pertama dan ketika pola difraksi
adalah 3 mm, berapakah lebar celah?
Jawab
179
(1) (2)
n1 = 1
d n2 = 1,45
n3 = 3,5
∆x = 2n 2 d
Perubahan fase sinar (1) akibat pemantulan pada permukaan SiO (medium kurang rapat
ke medium lebih rapat) adalah
∆ϕ1 = π
Perubahan fase sinar (2) akibat pemantulan pada batas SiO dan silicon (medium
kurang rapat ke medium rapat) dan akibat pertambahan lintasan oprik adalah
∆ϕ 2 = π + k∆x
2π
=π + × 2n 2 d
λ
Beda fase sinar (2) dan sinar (1)
⎛ 2π ⎞ 2π 4πn2 d
∆ϕ = ϕ 2 − ϕ1 = ⎜ π + × 2n 2 d ⎟ − π = × 2n 2 d =
⎝ λ ⎠ λ λ
Interferensi minimum terjadi jika ∆ϕ = π, 3π, 5π, 7π, … Ketebalan minimum film
tercapai jika ∆ϕ = π atau
4πn2 d
=π
λ
λ
atau
d= = = 948 angstrom
5500
4n 2 4 × 1,45
180
b)
y3
y2
θ
y1
πw sin θ
= π, 2π, 3π, 4π, …
λ
Untuk sudut θ yang kecil, sin θ ≈ tan θ = y / L . Dengan demikian syarat minimum
adalah
πw( y / L)
= π, 2π, 3π, 4π, …
λ
atau
λL 2λL 3λL
y = , , ,…
w w w
Lokasi minimum pertama
λL
y1 =
w
Lokasi minimum ketiga
3λL
y3 =
w
Beda lokasi minimum ketiga dan pertama
181
3λL λL 2λL
∆y = y 3 − y1 = − =
w w w
atau
182
Bab 19
Pembahasan Ujian II Semester II 2000/2001
1. Tiga buah kawat panjang dialiri arus sepeti pada gambar menembus tegak lurus
kertas. Jarak kawat yang dialiri arus I1 dan I3 adalah 3 cm sedangkan jarak antara kawat
yang dialiri arus I1 dan I2 adalah 4 cm. Jika I1 = 1 A, I2 = 2 A, dan I3 = 3 A tentukan
I1 I2
3 cm
A
x
I3
4 cm
a) besar dan arah terhadap sumbu x positif untuk kuat medan magnet di titik A
b) besar dan arah terhadap sumbu x positif untuk gaya per satuan panjang yang dialami
oleh kawat yang dialiri arus I1
Jawab
µ I
Besar medan di A oleh kawat I1
B A1 = o 1 = (2 × 10 −7 ) × = 4 × 10 −6 T
2π rA1
1
0,05
µ I
Besar medan di A oleh kawat I2
B A 2 = o 2 = (2 × 10 −7 ) × = 13,5 × 10 −6 T
2π rA2
2
0,03
µ I
Besar medan di A oleh kawat I3
B A3 = o 3 = (2 × 10 −7 ) × = 15 × 10 −6 T
2π rA3
3
0,04
183
Arah medan-medan tersebut sebagai berikut
4 cm
I1 I2
3 cm
θ A
ϕ
BA2
θ
I3
BA1
BA3 B
= 13,5 × 10 −6 − (4 × 10 −6 ) × = 11,1 × 10 −6 T
3
5
B y = − B A3 − B A1 cos θ
= −15 × 10 −6 − (4 × 10 −6 ) × = −18,2 × 10 −6 T
4
5
Besar medan total
− 18,2 × 10 −6
ϕ = tan −1
= tan −1
= tan −1 (−1,64) = −59 o
By
Bx 11,1 × 10 −6
b) Gaya
184
y
I1 I2
θ
B13
B1 B12
A
x
I3
µo I 2
B12 = = (2 × 10 −7 ) × = 1 × 10 −5 T (arah sejajar –y)
2π r12
2
0,04
µo I 3
B13 = = (2 × 10 −7 ) × = 2 × 10 −5 T (arah sejajar –x)
2π r13
3
0,03
Kuat medan total pada kawat (1)
10 −5
ϕ ' = tan −1 = tan −1 = tan −1 = 26,6 o
B12 1
B13 2 × 10 −5
2
Tampak dari gambar B1 membentuk sudut 26,6o di bawah sumbu x negatif. Sudut yang
dibentuk B1 dengan sumbu x positif adalah 180o + 26,6o =206,6o
185
θ
F
θ I1
B1
2. Kawat lurus yang sangat panjang dialiri arus I(t) yang mengalir dari kiri ke kanan. Di
bawah kawat tersebut terdapat loop kawat persegi panjang seperti pada gambar.
I(t)
0,2 cm
0,5 cm P
0,8 cm
I (A)
2
t (detik)
0 2
Jawab
186
a) Besar medan pada jarak x dari kawat dapat ditentukan dengan hokum ampere
I(t)
∫ • dl = µ o ∑ I
r r
B
B (2πx) = µ o I
µo I
B=
2πx
B = (2 × 10 −7 ) = 8,9 × 10 −5 T
2
0,0045
Arah medan tegak lurus bidang kertas ke belakang.
Untuk menentukan fluks pada loop, perhatikan gambar berikut
I(t)
a = 0,2 cm x
dx
b = 0,5 cm P
L = 0,8 cm
Lihat elemen loop setebal dx . Luas elemen tersebut dA = Ldx . Besar fluks pada
elemen tersebut
µo I µ
dφ = Bdx = Ldx = o IL
2πx 2π
dx
x
Fluks total pada loop
187
µ o a +b dx µ o µ
IL ∫ IL[ln x ]a = o IL ln⎜
⎛a+b⎞
φ= =
a +b
⎟
2π a
x 2π 2π ⎝ a ⎠
µo
b) Fluks pada loop sebagai fungsi waktu adalah
⎛a+b⎞ ⎛ 0,2 + 0,5 ⎞
φ (t ) = I (t ) L ln⎜ ⎟ = (2 × 10 ) × I (t ) × (0,8 × 10 ) ln⎜
−7 −2
⎟
2π ⎝ a ⎠ ⎝ 0,2 ⎠
= 1,6 × 10 −9 ln(7 / 2) I (t )
ggl yang dihasilkan
dφ
ε =− = −1,6 × 10 −9 ln(7 / 2)
dI
dt dt
Ingat, dI / dt adalah kemiringan kurva I terhadap t. Dari gambar tampak bahwa
dI 8 − 2
= = 3 A/s
dt 2 − 0
R1 L C R2
a b c d e
Vs
188
c) Amplitudo tegangan antara titik a-b, b-c, dan a-c
d) Daya disipasi rata-rata di R1
Jawab
a) Hambatan total R = R1 + R2 = 3 Ω
Berdasarkan persamaan sumber tegangan kita dapatkan ω = 100 rad/s
Reaktansi induktif: X L = ωL = 100 × (10 × 10 −3 ) = 1 Ω
Reaktansi kapasitif: X C = = =5 Ω
ωC 100 × (2000 × 10 −6 )
1 1
Impedansi total: Z = R 2 + ( X L − X C ) 2 = 3 2 + (1 − 5) 2 = 5 Ω
Im = = =2 A
Vm 10
Z 5
Karena XC > XL maka rangkaian bersifat kapasitif. Fase tegangan lebih lambat daripada
fase arus, atau fase arus lebih cepat daripada fase tegangan sebesar
XL − XC 1− 5
θ = tan −1 = tan −1 = tan −1 = 53o = 0,3π
4
R 3 3
Persaman arus menjadi
Vab ,m = I m R1 = 2 × 1 = 2 volt
Vbc ,m = I m X L = 2 × 1 = 2 volt
Amplitudo tegangan antara titik a dan c. Terlebih dahulu kita tentukan impedansi antara
titik a dan c yang mengandung hambatan dan induktor
189
Z ac = R12 + X L2 = 12 + 12 = 2 Ω
Vac ,m = I m Z ac = 2 × 2 = 2 2 volt
⎛I ⎞ ⎛ 2 ⎞
P=I R1 = ⎜ m ⎟ R1 = ⎜ ⎟ × 1 = 2 watt
2 2
⎝ 2⎠ ⎝ 2⎠
2
rms
S1
d θ
S2
3d
S3
y1 = A cos(kx − ωt + ϕ1 ) ,
y 2 = A cos(kx − ωt + ϕ 2 ) , dan y 3 = A cos(kx − ωt + ϕ 3 ) . Jika ϕ1 − ϕ 2 = δ dan
b) Tiga buah gelombang memiliki fungsi
190
S1
x
∆y1 = d sin θ
d
S2
3d
S3 ∆y 2 = 3d sin θ Layar
2π 2π
δ2 = 3× d sin θ = 3 × × (0,026 × 10 −3 ) × (6,25 × 10 −3 ) = 1,5π
λ 650 × 10 −9
S2 A S3
1,5π
AT
A 0,5π
A S1
AT = (2 A) 2 + A 2 = A 5
191
y1 = A cos(kx − ωt + ϕ1 )
y 2 = A cos(kx − ωt + ϕ1 + δ )
y 3 = A cos(kx − ωt + ϕ1 + 2δ ) .
δ = 240o
δ = 120o
δ = 120o δ = 240o
5. Gambar di bawah ini menunjukkan dua buah kurva simpangan gelombang transversal
yang merambat pada tali. Jika pada posisi x = 0 m, fungsi gelombang bebentuk
y(m)
0,01
t(s)
0,1 0,3 0,5 0,7
-0,01
192
y(m)
0,01
t(s)
0,1 0,3 0,5 0,7
-0,01
tentukan
a) Amplitudo, panjang gelombang, dan periode gelombag
b) Laju rambat gelombang
c) Fungsi gelombang dalam bentuk sinus, jika gelombang sedang merambat ke arah x
positif.
Jawab
a) Berdasarkan dua gambar jelas A = 0,01 m
Panjang gelombang sama dengan pengulangan simpangan pada sumbu datar ruang
(sumbu x). Ini diberikan oleh gambar kedua. Jadi
λ 0,02
b) Laju perambatan gelombang
v= = = 0,05 m/s
T 0,4
c) Fungsi gelombang umum yang merambat ke arah x positif
y = A sin( kx − ωt + ϕ o )
2π 2π
di mana
k= = = 100π m-1
λ 0,02
193
2π 2π
ω= = = 5π rad/s
T 0,4
Untuk menentukan ϕo, kita perhatikan gambar kedua. Saat t = 0 dan x = 0, simpangan
gelombang maksimum, yaitu y = A. Jadi
A = A sin(0 − 0 + ϕ o )
sin(ϕ o ) = 1
ϕo = π / 2
atau
194
Bab 20
Pembahasan Ujian II Semester II 2001/2002
1. Dua kawat yang cukup panjang diletakkan sejajar satu tepat di atas yang lainnya
dengan jarak d = 0,4 m. Kawat (1) yang berada di atas dialiri arus i1 = 2 A. Ke dua
kawat berada dalam medan gravitasi bumi. Rapat massa ke dua kawat adalah 3 × 10-7
kg/m dan percepatan gravitasi 10 m/s2.
a) Tentukan medan magnet di kawat kedua sebagai akibat arus yang mengalir di kawat
(1)
b) Besar dan arah arus di kawat (2) agar kawat (2) berada pada jarak yang tetap dari
kawat (1)
(2)
(1)
Jawab
a) Untuk mencari medan magnet di kawat (2) yang dihasilkan oleh kawat (1) kita
gunakan hokum ampere.
(2)
i1
(1)
d
∫ B • dl = µo ∑ I
r r
B(2πd ) = µ o i1
atau
µ o i1
B=
2π d
b) Pada kawat (2) bekerja gaya gravitasi ke bawah. Agar jarak kawat (2) tetap terhadap
kawat (1) maka pada kawat (2) harus bekerja gaya magnetic ke atas.
195
FL = i2 B L2
(2)
W = mg
(1)
Agar gaya magnetic pada kawat (2) berarah ke atas maka arah arus pada kawat (2) harus
berlawanan dengan arah arus pada kawat (1), yaitu ke kiri.
2π λgd (3 × 10 −7 ) × 10 × 0,4
i2 = = =3 A
µ o i1
1
2 × 10 −7 2
b c
e
f
a d
196
Jawab
a) Luas loop adalah
φ = BA = 0,04 B
Fluks yang dikandung loop
b c
a d
x
A = cd × x = 0,2 x
Ketika batang ab bergerak ke kiri, luas loop makin besar sehingga fluks yang dikandung
loop makin besar. Berdasarkan hokum Lentz arus induksi harus memperkecuil fluks
tersebut dengan cara menghasilkan medan magnet dalam arah berlawanan. Ini terjasi
jika arus induksi dalam loop bergerak dalam arah berlawanan putaran jarum jam.
197
Besar arus yang mengalir
ε
i= = = 0,0004 A
0,0008
R 2
Jawab
a) Gambar rangkaian
is(t) R
X L = ωL = 100 × (40 × 10 −3 ) = 4 Ω
Impedansi angkaian
Z = R 2 + X L2 = 3 2 + 4 2 = 5 Ω
V R ,m = im R = 5 × 3 = 15 volt
Fse tagangan pada resisor sama dengan fase arus. Jadi tegangan resistor sebagai fungsi
waktu sebagai berikut
198
Tegangan maksimum pada induktor
V L ,m = im X L = 5 × 4 = 20 volt
Fase tagangan pada inductor mendahului fase arus sebesar π / 2 . Jadi tegangan
inductor sebagai fungsi waktu sebagai berikut
c) Saat t = π/200 s
Arus yang mengalir
π
− π / 4 ⎟ = 5 cos(π / 2 − π / 4) = 5 cos(π / 4)
⎛ ⎞
i s (π / 200) = 5 cos⎜100 ×
⎝ 200 ⎠
=
5
A
2
Tegangan pada induktor
π
+ π / 4 ⎟ = 20 cos(π / 2 + π / 4) = 20 cos(3π / 4)
⎛ ⎞
V L (π / 200) = 20 cos⎜100 ×
⎝ 200 ⎠
=−
20
volt
2
( )
gelombang y = 10 −5 sin 250πx − 8 × 10 4 πt + π / 4 , di mana x dan y dalam meter dan t
4. Seekor kelelawar memancarkan gelombang ultrasonic yang memiliki fungsi
dalam detik. Saat itu kelelawar bergerak dengan laju 1/0 laju gelombang ke arah
dinding.
a) Tentukan amplitudo, fasa awal, panjang gelombang, dan laju rambat gelombang yang
dipancarkan kelelawar
b) Hitung frekuensi gelombang pantul yang didengar oleh kelelawar
Jawab
y = A sin (kx − ωt + ϕ o )
a) bentuk umum fungsi gelombang sinus
Dengan membandingkan fungsi umum ini dengan fungsi gelombang kelelawar kita
dapatkan
A = 10 −5 m
199
k = 250π m-1
ω = 8 × 10 4 π rad/s
ϕo = π / 4
Laju gelombang
ω 8 × 10 4 π
vb = = = 320 m/s
k 250π
Panjang gelombang
2π 2π
λ= = = 0,008 m
k 250π
Frekuensi gelombang yang dihasilkan kelelawar
ω 8 × 10 4 π
fo = = = 40 000 Hz
2π 2π
5. Sebuah pelat kaca (indeks bias 1,5) salah satu permukaannya hendak dilapisi dengan
suatu lapisan tipis dengan indeks bias 1,25.
a) gambarkan sinar pantl dan sinar bias yang terjadi akibat lapisan tipis tersebut, dan
tentukan loncatan fasa (dalam radian) sinar yang dipantulkan lapisan tipis dan kaca
200
udara
lapisan tipis
kaca
b) Untuk sinar kuning (λ = 500 nm) yang tiba tegak lurus dari udara terhadap lapisan
tipis, tentukan tebal minimum (tidak sama dengan nol) yang diijinkan agar dapat
berfungsi sebadai selaput anti refleksi dinar kuning (intensitas sinar kuning yang
durefleksi = 0).
Jawab
a)
(1) (2)
n1 = 1
n2 = 1,25
d
n3 = 1,5
∆x = 2n 2 d
201
∆ϕ = k∆x = 2kn2 d
Tambahan lintasan optik tesebut melahirkan tambahan fase
π = 2kn2 d
2π
π = 2× × n2 d
λ
yang menghasilkan
λ
d= = = 100 nm
500
4n 2 4 × 1,25
202
Bab 21
Pembahasan Ujian II Semester II 2002/2003
1. Dua buah kawat panjang dan lurus terletak sejajar dengan sumbu z. Kawat pertama
terletak pada posisi x = 0 dan y = 0 dan dialiri arus 2 A ke arah sumbu z positif. Kawat
kdua terletak pada posisi x = 0 dan y = 3 m dan sialiri arus 3 A ke arah sumbu z negatif.
a) Tentukan besar dan arah medan magnet yang terjadi di titik (4,0,0)
b) Tentukan gaya per satuan panjang yang dialami kawat pertama
Jawab
I2 = 3 A B1
r2
B
I1 = 2 A r1
53o
B2
r2 = 3 2 + 4 2 = 5 m
µ I µ 2 µ
Kuat medan magnet yang dihasilkan arus I1
B1 = o 1 = o = o
2π r1 2π 4 4π
µ I µ 3 3µ
Kuat medan magnet yang dihasilkan arus I2
B2 = o 2 = o = o
2π r2 2π 5 10π
Arah B1 sama dengan arah sumbu y positif
Arah B2 membentuk sudut 53o di bawah arah sumbu x negatif.
Jadi
B1x = 0
µo
B1y =
4π
203
3µ o 4 12 µ o
B2 x = − B2 cos 53 o = − × =−
10π 5 50π
3µ o 3 9µ
B2 y = − B2 sin 53o = − × =− o
10π 5 50π
Komponen medan total di titik pengamatan
12 µ o 12 µ o
B x = B1x + B2 x = 0 − =−
50π 50π
µ o 9µ o 7µ o
B y = B1 y + B2 y = − =
4π 50π 100π
( )
Medan total di titik pengamatan dinyatakan dalam bentuk vektor
12 µ o ˆ 7 µ o ˆ µ
B = B x iˆ + B y ˆj = − i+ j = o − 24iˆ + 7 ˆj T
r
50π 100π 100π
Kuat medan magnet yang dihasilkan kawat kedua pada posisi kawat pertama
µo I 2
B12 =
2π a
F1 µ o I 2 µ 2 µ
Gaya per satuan panjang yang dialami kawat pertama
= I1 = o × 3 = o N
L1 2π a 2π 3 π
2. Suatu gelombang merambat pada sebuah tali yang memiliki massa per satuan panjang
µ = 0,1 kg/m dan tegangan tali F = 2,5 N. Osilasi gelombang tersebut tiap saat diamati
pada titik x = 0 dan memenuhi persamaan y (t ) = 5 cos(10πt + π / 4 ) di mana y
dinyatakan dalam meter dan t dalam detik.
a) Tentukan laju rambat gelombang tersebut
b) Tuliskan fungsi gelombang jika gelombang tersebut merambat ke sumbu x positif
c) Tentukan kecepatan getar tali pada saat t = 0,2 detik di x = 0,125 m
Jawab
Laju perambatan gelombang tali
204
v= = = 5 m/s
µ
F 2,5
0,1
y = A cos(ωt + ϕ o )
b) Persamaan osilasi dapat ditulus dalam bentuk umum
ω 10π
k= = = 2π m-1
v 5
Fungsi gelombang umum yang merambat ke arah x positif adalah
y ( x, t ) = A cos(ωt − kx + ϕ o )
= 5 cos(10πt − 2πx + π / 4 ) m
3. Tiga celah indentik dengan jarak antar celah d = 0,03 mm disinari tegak lurus dengan
cahaya yang panjang gelombangnya 6000 A dan pola interferensinya diamati pada layar
yang jaraknya 5 m dari celah.
a) Turunkan beda fasa δ yang menghasilkan intensitas maksimum dan minimum dengan
cara fasor
b) Gambarkan distribusi intensitas I terhadap δ pola interferensi tersebut
c) Gambarkan distribusi intensitas I terhadap δ jika celah mempunyai lebar w = 0,01
mm
205
Jawab
θ
d
d
∆x =d sin θ
2π
δ = k∆x = d sin θ
λ
Interferensi maksimum utama terjadi jika arah vektor sama.
Interferensi minimum terjadi jika arah vektor sebagai berikut
δ = 2π/3
AT = 0
δ = 4π/3
AT = 0
206
I
δ
0 2π/3 2π
4π/3 8π/3
kw sin θ = nπ
atau
kd sin θ × = nπ
w
d
δ× = nπ
w
d
atau
δ= nπ = nπ = 3nπ
d 0,03
w 0,01
Gabungan interferensi dan difraksi menghasilkan pola intensitas sebagai berikut
δ
0 2π/3 2π
4π/3 8π/3
4. Perhatikan rangkaian RLC yang ditunjukkan gambar betikut ini. Tegangan sumber
yang terukur pada voltmeter adalah 60 V dan diketahui frekuensi sumber adalah 50 Hz
serta fasa awalnya ϕo = π/6. Apabila diketahui R = 30 Ω, L = (100/π) mH dan C =
(200/π) µ F
a) Tuliskan tegangan sumber Vad(t) dalam fungsi kosinus
b) Tentukanlah persamaan arus total, i(t) pada rangkaian tersebut dalam fungsi kosinus
207
c) Carilah Vac(t) dalam fungsi kosinus
R L C
a b c d
Jawab
dengan
Vad (t ) = 60 2 cos(100πt + π / 6 )
b) Reaktansi induktif
⎛ 100 ⎞
X L = ωL = 100π × ⎜ × 10 −3 ⎟ = 10 Ω
⎝ π ⎠
Reaktansi kapasitif
XC = = = 50 Ω
ωC
1 1
⎛ 200 −6 ⎞
100π × ⎜ × 10 ⎟
⎝ π ⎠
Impedansi total
Z = R 2 + ( X L − X C ) 2 = 30 2 + (10 − 50) 2 = 50 Ω
Im = = = 1,2 2 A
Vm 60 2
Z 50
208
Karena X C > X L maka tegangan mengikuti arus dengan selisih fase θ yang memenuhi
XL − XC 10 − 50
tan θ = = =
4
Karena tegangan mengikuti arus mnaka fase arus lebih besar dari fase tegangan dengan
kelebihan θ. Dengan demikian, fungsi arus menjadi
I (t ) = I m cos(100πt + π / 6 + θ )
Z ac = R 2 + X L2 = 30 2 + 10 2 = 1000 = 31,6 Ω.
Antara titik a dan c rangkaian bersifat induktif. Tegangan mendahului arus dengan
perbedaan sudut θ’ yang memenuhi
tan θ ' = = =
X L 10 1
R 30 3
atau θ’ = 0,1 π.
209
5. Dua buah solenoid ideal yang sama panjangnya (l) disusun sepusat. Solenoid tersebut
masing-masing mempunyai penampang yang berbentuk lingkaran dengan jari-jari R1
dan R2 (R1 > R2). Solenoid yang berjari-jari R1 dialiri arus listrik I(t) dam mempunyai
jumlah lilitan N1. Sementara solenoid yang berjerai R2 memiliki jumlah lilitan N2 dan
dihubungkan dengan sebuah hambatan r.
a) Tentukan fluks magnetik pada solenoid besar
b) Tentukan induktansi bersama sistem ini
c) Jika arus pada solenoid besar dinyatakan dengan I (t ) = (3t + 2) ampere, tentukan
besar dan arah arus induksi pada hambatan r
R1
I(t) R2
A r B
Jawab
a) Dengan menganggap solenoid ideal maka kuat medan magnet yang dihasilkan
solenoid besar (yang dialiri arus listrik) di dalam rongga solenoid adalah
B1 = µ o n1 I = µ o
N1
I
l
Fluks magnetic pada solenoid besar
φ1 = B1 A1 = µ o I (πR12 )
N1
l
φ 2 = B1 A2 = µ o I (πR22 )
N1
l
210
dφ 2
ε 2 = −N 2 = − µ o 1 2 πR22
N N dI
dt l dt
Jika L adalah induktansi bersama maka kita selalu dapat menulis
ε 2 = −L
dI
dt
Dengan membandingkan dua persamaan di atas kita simpulkan
L = µo πR22
N1 N 2
l
c) Besar ggl pada hambaran r = ggl induksi pada solenoid kecil, yaitu
ε 2 = −µ o πR22 = − µ o 1 2 πR22 × 3
N1 N 2 dI N N
l dt l
= −3πR22 µ o
N1 N 2
l
Arus yang mengalir pada hambatan
ε2
i= = −3πR22 µ o
N1 N 2
r lr
Berdasarkan gambar
Medan magnet yang dihasilkan solenoid besar berarah ke kiri
Medan magnet di dalam rongga solenoid kecil yangh menghasilkan fluks berarah ke kiri
Karena I = 3t + 2 maka arus makin besar sehingga fluks dalam solenoid kecil makin
besar
Arus induksi harus mengurangi fluks dengan cara mebghasilkan medan magnet ke arah
kanan
Agar medan induksi berarah ke kanan maka arah arus induksi pada hambatan r adalah
dari A ke B.
211
Bab 22
Pembahasan Ujian II Semester II 2003/2004
1. Dua buah kawat lurus panjang tak berhingga dialiri arus listrik I dengan arah
berlawanan, seperti pada gambar di bawah ini.
i
Kawat 1
d P
Kawat 2
O i
d
Jawab
i
Kawat 1
B
d
B2
Kawat 2
O i
B1
µ i
Medan magnet di titik O yang dihasilkan oleh kawat atas adalah
B1 = o
2π d
Arah medan tersebut ke kanan
Medan magnet di titik O yang dihasilkan oleh kawat kanan adalah
212
µo i
B2 =
2π d
Arah medan tersebut ke atas
Kuat medan total di titik O
⎛µ i ⎞ ⎛µ i ⎞ 2µ o i
B = B + B = ⎜ o ⎟ +⎜ o ⎟ =
2 2
⎝ 2π d ⎠ ⎝ 2π d ⎠ 2π d
2 2
1 2
Arah medan total membentuk sudut θ terhadap arah horisontal yang memenuhi
tan θ = B2 / B1 = 1 . Yang memberikan θ = 45o.
i B
B2
d/ 2
B1
P
d/ 2
O i
µ 2µ o i
Medan magnet di titik P yang dihasilkan oleh kawat atas adalah
B1 = o =
2π (d / 2 ) 2π d
i
µ 2µ o i
Medan magnet di titik P yang dihasilkan oleh kawat kanan adalah
B2 = o =
2π (d / 2 ) 2π d
i
Arah medan tersebut sama dengan arah medan B1 , yaitu membentuk sudut 45o dengan
arah kanan
2µ o i 2µ o i 2µ o i
Kuat medan total di titik P
B = B1 + B2 = + =
2π d 2π d π d
Arah medan total membentuk sudut 45o dengan arah kanan
2. Pada gambar di bawah dapat dilihat sebuah kerangka kawat berbentuk U terbalik pada
bidang vertikal di dalam medan gravitasi dan medan magnet homogen. Besar medan
magnetik tersebut 2 T yang arahnya ditunjukkan pada gambar. Batang konduktor ab
213
memiliki hambatan R sebesar 1 Ω, panjangnya 50 cm, dan masanya 10 gram yang
meluncur tanpa gesekan pada kawat berbentuk U terbalik.
a b
Jawab
a)
FL
a b
mg
Gaya yang bekerja pada batang ab hanya gaya gravitasi (ke bawah) dan gaya magnetik
(Lorentz) ke atas.
b) Jika arus yang mengalir pada batang ab adalah I maka gaya Lorentz pada batang
FL = ILB
adalah
Jika laju batang konstant maka gaya total yang bekerja pada batang nol. Besar gaya
magnetik sama dengan gaya gravitasi
214
ILB = mg
mg (10 × 10 −3 ) × 10
Atau
I= = = 0,1 A
LB 0,5 × 2
a b
c) Anggap kawat U tidak memiliki hambatan listrik. Hambatan hanya dimiliki batang ab.
Ggl yang dihasilkan pada batang ab adalah
ε = IR = 0,1 × 1 = 0,1 V
a b
215
dφ
Besar ggl yang dihasilkan
ε = = BL = BLv
dx
dt dt
ε
Jadi, laju turun batang adalah
v= = = 0,1 m/s
0,1
BL 2 × 0,5
Jawab
εp Np
a)
=
ε s Ns
εp
Np = Ns = × 100 = 10 000 lilitan
εs
20 000
200
=
Ip Ns
Is Np
Ip = Is = × 50 = 0,5 A
Ns 100
Np 10 000
Jika arus 50 A pada sekunder dianggap sebagau arus efektif (arus rms) maka arus 0,5 A
pada primer juga merupakan arus efektif. Dengan demikian, arus maksimum (puncak)
pada primer adalah
I pmaks = I p 2 = 0,707 A
c) Arus searah tidak dapat berpindah dari kumparan primer ke kumparan sekunder
transformator. Dengan mengaplikasi tegangan searah pada primer maka tegangan
maupun arus yang muncul di sekunder nol.
hambatan dalam r = 166,3 Ω, kuat arus efektif yang mengalir adalkah 0,6 A dan tegangan
bawah. Jika tegangan efektif sumber yang digunakan 228,5 V dan sumber memiliki
216
a) Hitung induktansi L
b) Tentukan beda fasa antara tegangan dan kuat arus
d) Jika pada rangkaian dipasang kapasitor secara seri sebesar 4,7 µF, berapakah kuat arus
c) Hitung daya rata-rata pada lampu tabung
V lampu
Z 2 = R 2 + X L2
Untuk rangkaian R-L seri, impedansi total memenuhi
X L = 226 Ω
Atau
Induktansi adalah
L= L = = 0,72 H
ω 100π
X 226
b) Untuk rangkaian R-L seri, tegangan mendahului arus dengan fase θ yang memenuhi
tan θ = L = = 0,738 ,
X 226
R 306,3
217
Atau θ = 36o.
P = I eff Veff ,lp cos θ = 0,6 × 84 × cos 0 o = 50,4 watt (sudut 0o adalah beda sudut antara
c) Daya rata-rata lampu
persaman y = y m cos ωt , dengan y m = 0,1 m, ω = 20π rad/s. Bagian lain dari tali yang
5. Gelombang sinusoidal merambat dalam tali. Ujung tali (x = 0) berosilasi menurut
Jawab
ω 20π
a) Frekuensi gelombang
f = = = 10 Hz
2π 2π
b) Informasi yang diberikan soal, dua titik yang berjarak 0,05 m memiliki beda fase π/4.
Tetapi, dua titik yang berjarak λ memiliki beda fase 2π. Karena π/4 adalah 1/8 dari 2π
maka haruslah 0,05 m merupakan 1/8 dari panjang gelombang. Jadi
0,05 = λ / 8
λ = 0,4 m
v = λf = 0,4 × 10 = 4 m/s
Laju perambatan gelombang
y = y m cos(ωt − kx + ϕ )
218
2π 2π
Dengan
k= = = 5π m-1.
λ 0,4
Diberikan ω = 20π rad/s
y = y m cos(20πt − 5πx + ϕ )
Jadi, fungsi umum gelombang adalah
y = y m cos(20πt + ϕ ) .
Pada x = 0 maka
y = y m cos(20πt − 5πx)
219
Bab 23
Pembahasan Ujian II Semester Pendek 2003/2004
1. Dua buah kawat panjang yang dialiri arus diletakkan sejajar dengan sumbu z. Kawat
pertama melaui titik (0,4,0) dan dialiri arus sebsar 2 A dengan arah sumbu z positif.
Sedangkan kawat kedua melalui titik (3,4,0) dan dialiri arus 5 A kea rah sumbu z negatif.
a) Tentukan besar dan arah medan magnet di titik (3,0,0)
b) Tentukan besar dan arah gaya per satuan panjang yang dialami kawat pertama
Jawab
I1 = 2 A I2 = 5 A
4
θ a1 a2
B1
θ
B2 P
O
3
220
µ o 3 3µ o
B1 y = B1 sin 37 o = × =
5π 5 25π
Total medan magnet arah x menjadi
4 µ o 5µ o
B x = B1x − B2 = − = −0,15µ o
25π 8π
Total medan magnet dalam arah y
3µ o
B y = B1x = = 0,038µ o
25π
Kuat medan magnet total
µo I 2
B=
2π a
Gaya magnetik pada kawat pertama oleh kawat kedua
F1 = I 1 L1 B
Gaya per satuan panjang yang bekerja pada kawat pertama
µ II µ 2×5
= I1 B = o 1 2 = o = 0,53µ o
2π a 2π 3
F1
L1
Karena dua kawat dialiri arus berlawanan maka gaya bersifat tolak-menolak
221
D C
I(t) b
A B
a b
Jawab
a) Parhatikan penampang kecil loop yang berjarak r dari kawat dengan ketebalan dr .
dr
D C
b
I(t) r
A B
222
µ o I dr µ o I dr µ o I ⎛ a + b ⎞
∫ dφ = ∫ ∫
a +b a +b a +b
φ= = = ln⎜ ⎟
a a
2π r 2π a
r 2π ⎝ a ⎠
b) Karena loop hanya mengandung satu lilitan maka besar ggl yang dihasilkan jika terjadi
perubahan arus adalah
dφ µ o ⎛ a + b ⎞ dI
ε = = ln⎜ ⎟
dt 2π ⎝ a ⎠ dt
µo ⎛ a + b ⎞ d
= ln⎜ ⎟ (2t + 5)
2π ⎝ a ⎠ dt
µo ⎛ a + b ⎞ µ ⎛a+b⎞
= ln⎜ ⎟ × 2 = o ln⎜ ⎟
2π ⎝ a ⎠ π ⎝ a ⎠
ε =L
dI
dt
=L
d
(2t + 5) = 2 L
dt
Jadi
223
ε µo ⎛ a + b ⎞
L= = ln⎜ ⎟
2 2π ⎝ a ⎠
3. Suatu rangkaian yang terdiri dari hambatan dan induktor dihubungkan dengan sumber
tegangan bolak-balik sepeti ditunjukkan pada gambar. Diketahui R = 75Ω, L = 10 mH,
dan reaktansi induktif X L = 100 Ω serta amplitudo tegangan 50 V. Tentukan
Vs(t) R
a) Faktor daya
b) Daya disipasi pada rangkaian
c) Fungsi tegangan sumber Vs (t ) dinyatakan dalam bentuk fungsi cosinus
Jawab
a) Beda sudut fasa antara tegangan dan arus, θ, memenuhi
tan θ = = =
X L 100 4
R 75 3
atau θ = 53o.
224
P= cos θ = × 0,6 = 6 W
Vef2 (35,35) 2
Z 125
c) Bentuk umum fungsi tegangan (misalkan fasa awal nol) adalah V = Vm cos ωt .
(
V = 50 cos 10 4 t V )
Jawab
y = y m sin (kx − ωt )
a) Fungsi umum gelombang yang merambat ke arah x positif adalah
Diberikan di soal fungsi gelombang y = 2 sin (πx − 2πt ) . Dengan membandingkan dua
persaman tersebut kita simpulkan
y m = 2 m, k = π m-1, dan ω = 2π rad/s.
Cepat rambah gelombang
ω 2π
v= = = 2 m/s
k π
b) Jika gelombang merambat dalam arah berlawanan maka tanda negatif dalam faktor
sinus diganti dengan tanda positif. Fungsi gelombang tersebut adalah
225
y = 2 sin (πx + 2πt )
v=
µ
T
d) Gelombang berdiri merupakan superposisi dua gelombang yang bergerak dalam arah
y = 4 sin
2 2
= 4 sin(πx) cos(−2πt )
Jawab
226
d
d sin θ
celah layar
ii) Sinar dari celah pertama dan ketiga serta sinar dari celah kedua dan keempat
berinterferensi destruktif. Ini dipenuhi oleh
atau
227
iii) selain maksimum utama pada keadaan δ = 0, 2π, 4π, 6π, ..., antara dua minimum
terdapat maksimum sekunder.
5λ/8 5λ/8
π /2+π
δ1 = = π = kd sin θ1
3
2 4
atau
3π 3π 3λ
sin θ1 = = =
4kd 4(2π / λ )d 8d
π + 3π / 2
δ2 = = π = kd sin θ 2
5
2 4
atau
5π 5π 5λ
sin θ 2 = = =
4kd 4(2π / λ )d 8d
Untuk sudut yang kecil maka sin θ1 ≅ tan θ1 dan sin θ 2 ≅ tan θ 2 . Jadi
3λ
tan θ1 ≅
8d
228
5λ
tan θ 2 ≅
8d
θ1 θ2
y2
y1
y1 3λ 3λ
≅ atau y1 ≅ L
L 8d 8d
y 2 5λ 5λ
≅ atau y 2 ≅ L
L 8d 8d
5λ 3λ 2λ
∆y = y 2 − y1 = L− L= L
8d 8d 8d
2 × (6500 × 10 −10 )
= × 1 = 8,125 × 10 −5 m
8 × (2 × 10 )
−3
229
Bab 24
Pembahasan Ujian II Semester II 2006/2007
1.
a) Sebutkan kelemahan model atom Thompson (model roti kismis)
b) Sebutkan perbedaan model atom Rutherford dan model atom Bohr
c) Dengan deret Balmer pada model atom Bohr, hitunglah bilangan kuantum (tingkat
energi) awal dari spectrum cahaya tampak atom hydrogen dengan λ = 486 nm.
Diketahui konstanta Rydberg, R = 1,097 × 10-7 m-1.
Jawab
a) Kelemahan model ato Thompson
Tidak dapat menjelaskan pengamatan pada percobaan hamburan partikel alfa oleh
lembaran timpis emas mengapa:
Sebagian sinar alfa dibelokkan dengan sudut yang sangat besar
Sebagian kecil sinar alfa dibelookan hampir dalam arah berlawanan sinar
datang
Model atom Thompson meramalkan bahwa semua sinar alfa dapat menembus lembaran
tipis emas tanpa pembelokan yang berarti
⎛ 1 1 ⎞
= R⎜ 2 − 2 ⎟
λ
1
⎝2 n ⎠
⎛1 1 ⎞
= (1,097 × 10 −7 ) × ⎜ − 2 ⎟
1
486 × 10 −9
⎝4 n ⎠
⎛1 1 ⎞
0,187567 = ⎜ − 2 ⎟
⎝4 n ⎠
230
= 0,062433
1
n2
atau n = 4
2. Suatu rangkaian RLC seri memiliki R = 10 Ω, L = (200/π) mH, dan C = (1000/π) µF.
Rangkaian tersebut dialiri arus I(t) yang memiliki frekuensi f = 50 Hz, fasa awal arus
R L C
a b c d
Jawab
i (t ) = imaks cos(ωt + ϕ oi )
a) Persamaan umum arus
dengan
imaks = irms 2 = 2 2 A
i (t ) = 2 2 cos(100πt + π / 2)
b) X L = ωL = 100π × (200 / π × 10 −3 ) = 20 Ω
XC = = = 10 Ω
ωC 100π × (1000 / π × 10 −6 )
1 1
Impedansi total
231
Z = R 2 + ( X L − X C ) 2 = 10 2 + (20 − 10) 2 = 10 2 Ω
Arus dan tegangan pada resistor memiliki fase yang sama. Maka
Tegangan pada kapasitor mengikuti arus dengan keterlambatan fase π/2. Jadi
X L − X C 20 − 10
tan θ = = = 1 , atau θ = π/4
R 10
3. Seutas tali diberi gangguan yang merambat dengan fungsi sebagai berikut
⎧ ⎛ 1 ⎞⎫
y ( x, t ) = cos⎨π ⎜ 2 x − t + ⎟⎬
⎩ ⎝ 2 ⎠⎭
(x, y dalam centimeter dan t dalam detik)
a) Tentukan amplitudo, panjang gelomnag, dan frekuensi gelombang
b) Tentukan simpangan pada x = 1 cm dan t = 5 detik
c) Tentukan jarak antara dua titik terdekat dalam arah rambat yang mempunyai beda
fasa π pada saat tertentu
232
d) Tentukan nilai maksimum laju getar partikel tali
Jawab
a) Persamaan di atas dapat ditulis
⎛ π⎞
y ( x, t ) = 1cos⎜ 2πx − πt + ⎟
⎝ 2⎠
y ( x, t ) = A cos(kx − ωt + ϕ o )
Persamaan umum getaran gelombang adalah
k = 2π cm-1
A = 1 cm
ω = π rad/s
ϕ o = π / 2 rad
2π 2π
λ= = = 1 cm
k 2π
ω π
f = = =
2π 2π 2
1
Hz
⎛ π⎞
y ( x = 1, t = 5) = 1cos⎜ 2π × 1 − π × 5 + ⎟ = cos(−2,5π ) = cos(−0,5π ) = 0
⎝ 2⎠
c) Misalkan titik pertama berada pada x1 dan titik kedua berada pada x2. Maka pada saat
ϕ1 = 2πx1 − πt + π / 2
t yang sama fase masing-masing titik adalah
ϕ 2 = 2πx 2 − πt + π / 2
∆ϕ = ϕ 2 − ϕ1 = 2π ( x 2 − x1 )
Beda fase
atau
∆ϕ π
x 2 − x1 = = =
2π 2π 2
1
cm
233
= π sin (2πx − πt + π / 2)
∂y
u=
∂t
Laju getar maksimum = π cm/s
4. Dua buah celah sempot berjaran 3 × 10-3 mm disinari cahaya yang panjang
gelombangnya 600 nm. Pola interferensi diamati pada layar yang berjarak 2,5 m dari
celah. (Gunakan pendekatan sudut kecil).
a) Tentukan beda fasa dari hasil interferensi dua gelombang pada titik di layar yang
berjarak 2,50 cm dari pusat pola interferensi
Jawab
y
θ
d
∆x =d sin θ
L
2π
δ= d sin θ = 0, ±2π, ±4π, ±6π, …
λ
atau
234
λ 2λ 3λ
sin θ = 0, ± , ± , ± ,…
d d d
Minimum interferensi terjadi jika
2π
δ= d sin θ = ±π/2, ±3π/2, ±5π/2, …
λ
atau
λ 3λ 5λ
sin θ = ± , ± , ± ,…
2d 2d 2d
kw sin θ
= ±π, ±3π, ±5π,
2
(2π / λ ) w sin θ
= ±π, ±3π, ±5π,
2
atau
λ 3λ 5λ
sin θ = ± , ± , ± ,…
w w w
λd 3λ d 5λ d
= ± , ± , ± ,…
d w d w d w
= 3 sehingga
d
tetapi
w
235
3λ 9λ 15λ
sin θ = ± , ± , ± ,…
d d d
5. Kawat lurus panjang dial;iri arus yang berubah terhadap waktu I (t ) = (2t + 5) × 10 −3
A, dii mana t dalam detik. Di samping kawat tersebut diletakkan kawat berbentuk loop
segi empat yang memiliki hambatan R = 2 Ω. Diketahui L = 20 cm, b = 10 cm, dan a =
5 cm.
a) Tentukan besar dan arah medan magnet pada titik yang berjarak r dari kawat lurus
panjang
b) Berapa fluks magnetic total yang melewati loop kawat
c) Tentukan besar ggl induksi dalam loop kawat
d) Ke mana arah arus induyksi dalam loop kawat? Berikan alasannya
236
dr
L
i(t) r
a
b
Jawab
a)
i(t)
Lintasan ampere
Kita gunakan hukum ampere untuk menentukan kuat medan magnet pada jarak r dari
kawat
∫ • dl = µ o ∑ I
r r
B
∫ Bdl = µ o I (t )
B (2πr ) = µ o I (t )
atau
µ o I (t ) µ o (2t + 5) × 10 −3
B= =
2π r 2π
T
r
Dengan aturan tangan kanan maka arah medan magnet di sebelah kanan kawat tegak
lurus kertas ke arah belakang
b) Lihat elemen loop setebal dr yang berjarak r dari kawat. Luas elemen tersebut
237
µ o I (t )
dA = Ldr . Kuat medan magnet pada lokasi elemen B =
2π r
. Fluks magnetic pada
elemen
µ o I (t )
dφ = BdA =
2π r
Ldr
µ o I (t ) µo dr µ o
∫ LI (t ) ∫
⎛a+b⎞
a +b a +b
φ= Ldr = = LI (t ) ln⎜ ⎟
a
2π r 2π a
r 2π ⎝ a ⎠
dφ µ dI (t ) ⎛ a + b ⎞ µ ⎛ 10 + 5 ⎞
ε =− =− o L ln⎜ ⎟ = − o × (0,2) × (2 × 10 ) × ln⎜
−3
⎟
dt 2π dt ⎝ a ⎠ 2π ⎝ 5 ⎠
= − 7 × 10 −5 µ o
d) Arus pada kawat lurus panjang makin besar sehingga fluks dalam loop makin besar.
Arus induksi harus melawan perubahan fluks dengan menghasilkan medan magnet
dalam arah berlawanan (tegak lurus kertas ke depan). Jadi arah arus induksi dalam loop
berlawnan dengan arah putaran jarum jam.
238
Bab 25
Pembahasan Ujian III Semester II 2002/2003
y1 = 0,3 cos(kx − ωt + π / 2 )
1. Tiga buah gelombang masing-masing mempunyai fungsi gelombang sebagai berikut
y 2 = 0,4 cos(kx − ωt + π )
y 3 = 0,3 cos(kx − ωt + 3π / 2)
Jawab
y3 0,6
y2
y
θ
φ
0,4
kx-ωt+π/2
0,3 y1
0,3
239
Jadi fungsi gelombang superposisi adalah
y = AT cos[kx − ωt + π / 2 + φ ]
= 0,5 cos[kx − ωt + π / 2 + 0,7π ]
= 0,5 cos[kx − ωt + 1,2π ] m
y4 0,3 0,3 y1
Resultan superposisi minimum jika ke dua vektor berlawanan arah. Ini terjadi jika fasa
y4 dan fasa y1 berbeda π. Jadi
y 4 = 0,3 cos[kx − ωt + π / 2 + π ]
= 0,3 cos[kx − ωt + 2π / 2]
Dengan demikian φ = 3π / 2
2. Kawat AB dianggap memiliki panjang tak berhingga. Kawat tesebut dialiri arus I(t)
dengan arah ke atas. Di samping kawat AB ada loop kawat berbentuk bujur sangkar
di
dengan sisi L seperti pada gambar. Jika a = 0,1 m, b = 0,3 m, L = 0,2 m, dan = 1,2
dt
A/s, tentukan
B
dx
i(t) x L
A b
a) Besar dan arah medan magnet B pada jarak x dari kawat AB pada saat t
b) Fluks total yang menembus kawat
240
c) Besar dan arah ggl induksi dalam loop
Jawab
a) Besar medan magnet pada jarak x dari kawat adalah
µ o i (t )
B (t ) =
2π x
Dengan aturan tangan kanan, arah medan magnet tegak lurus kertas ke arah belakang.
i(t) L
A b
b) Lihat elemen loop setebal dx. Luas elemen tersebut adalah dA = Ldx . Flus magnet
pada elemen tersebut
µo
dφ = BdA =
2π
dx
i (t ) L
x
µo dx µ o dx µ o µ
φ=∫ = i (t ) L ∫ = i (t ) L[ln x ]a = o i (t ) L[ln b − ln a ]
b b
2π x 2π x 2π 2π
b
i (t ) L
a a
µo
=
2π
b
i (t ) L ln
a
241
dφ
ε =−
dt
µo
=−
2π
b di (t )
L ln
µ
a dt
= − o × 0,2 × ln × 1,2
2π
0,3
0,1
0,12 µ o
=−
π
ln 3 volt
3. Dalam sebuah integrated circuit (IC) terdapat kapasitor pelat sejajar dengan lapisan
dielektrik (tebal 10 nm) yang memiliki konstanta dielektrik 200. Luas permukaan
kapasitor adalag 5 × 10-6 m2.
a) Tentukan kapasitansi kapasitor
b) Jika di antara ke dua permukaan kapasitor diberi baterei dengan beda potensial
sebesat 3 V, tentukan muatan dan energi yang tersimpan di dalamnya
c) Jika baterei dilepas dan diganti dengan sebuah resistor (R = 1 Ω), gambarkanlah
kurva muatan yang tersimpan dalam kapasitor sebagai fungsi waktu
d) Dengan terpasangnya resistor (R = 1 Ω) tersebut, tentukan waktu yang dibutuhkan
hingga muatan di dalam kapasitor tinggal setengah dari muatan penuhnya.
Jawab
a) Kapasitansi kapasitor pelat sejajar yang memiliki dielektrik di antara pelat
5 × 10 −6
C =κ = 200 × (8,856 × 10 −12 ) ×
A
d 10 −8
= 8,856 × 10 −7 F
b) Q = CV = (8,856 × 10 −7 ) × 3 = 2,7 × 10 −6 C
Energi yang tersimpan
U= CV 2 = × (8,856 × 10 −7 ) × 3 2 = 4 × 10 −6 J
1 1
2 2
c) Muatan yang tersimpan dalam kapasitor meluruh secara eksponensial sebagai berikut
Q = Qo e −t / RC = (2,7 × 10 −6 )e − t / RC
242
Q
Qo
e −t / RC = 1 / 2
e t / RC = 2
t / RC = ln 2
t = RC ln 2 = 1 × (2,7 × 10 −6 ) ln 2 = 1,9 × 10 −6 s
Jawab
vb + v m 330 + 10
f = fo = × 100 = 103 Hz
vb 330
243
vb = 330 m/s
vb = 36 km/jam
fo = 100 kHz
b) Frekuensi yang diterima mobil juha 103 Hz. Karena mobil berperan sebagai sumber
gelombang pemantul dan sedang bergerak menuju pengamatan yang diam dengan
sumber bunyi awal maka frekuensi yang diterima pengamat ini adalah
vb = 330 m/s
vb = 36 km/jam
fo = 100 kHz
⎛ v + v m ⎞ vb + v m
f '= f = × ⎜⎜ b f o ⎟⎟ =
vb vb
vb − v m v b − v m ⎝ vb ⎠ vb − v m
fo
330 + v m
120 = × 100
330 − v m
× (330 − v m ) = 330 + v m
120
100
244
66 = 2,2v m
Jawab
a)
QC
EC ER = EC
EB EA
QA QB
rA = −2iˆ m, rB = 2iˆ m, rC = 2 ˆj m
r r r
= r + r +
QA r 1 QB r 1 QC r
4πε o rOA 4πε o rOB 4πε o rrOC 3
1
r 3 OA r 3 OB
rOC
245
10 −6 ˆ) + (9 × 10 9 ) × 10 × (−2iˆ) + (9 × 10 9 ) × − 10 × (−2 ˆj )
−6 −6
= (9 × 10 9 ) × ×
− 2iˆ − 2 ˆj
3
( 2i 3 3
2iˆ
= 2,25 × 10 3 ĵ N/C
b)
QC
FCA FCB
FA FB
FAC FC FBC
FAB FBA
QA QB
rCB = 2 2 + (−2) 2 = 2 2 m
r
FC = FCA + FCB
r r r
= rCA +
Q A QC r 1 QB QC r
4πε o rCA 4πε o rrCB 3
1
r 3
rCB
= (9 × 10 9 ) ×
(10 )(− 10 ) × (2iˆ + 2 ˆj ) + (9 × 10
−6 −6
9
)×
(10 )(− 10 ) × (−2iˆ + 2 ˆj )
−6 −6
3 3
2 2 2 2
10 −12
= −(9 × 10 ) ×
9
3
× (2iˆ + 2 ˆj − 2iˆ + 2 ˆj )
2 2
246
10 −12
= −(9 × 10 9 ) × 3
× (4 ˆj ) = 1,6 × 10 −3 N
2 2
= r + r +
4πε o rOA 4πε o rOB 4πε o rOC
1 QA 1 QB 1 QC
r
10 −6 10 −6 − 10 −6
= (9 × 10 9 ) × + (9 × 10 9 ) × + (9 × 10 9 ) × = 4500 V
2iˆ − 2iˆ − 2 ˆj
247
Bab 26
Pembahasan Ujian III Semester II 2003/2004
1. Dua muatan sebesar q = +4,0 µC di tempatkan dalam ruang pada jarak d = 2,0 m satu
sama lain seperi pada gambar di bawah.
d/2
q q
d/2 d/2
Jawab
a)
r
rP
q q
r r
r2 r1
248
rP1 = 12 + (−1) 2 = 2 m, rP 2 = 12 + 12 = 2 m
r r
Potensial di titik P
VP = r +
4πε o rP1 4πε o rP 2
1 q 1 q
r
4 × 10 −6 4 × 10 −6
= (9 × 10 9 ) + (9 × 10 9 ) = 5,1 × 10 4 V
2 2
b) (Anggap tidak ada perubahan energi kinetik selama membawa muatan dari tak
berhingga ke titik P). Kerja yang dilakukan sama dengan perubahan energi potensial
yaitu
W = UP −U∞
= QVP − 0 = (2,0 × 10 −6 ) × (5,1 × 10 4 ) = 0,102 J
c)
Q
d/ 2 d/ 2
q q
= + +
4πε o d / 2 4πε o d / 2 4πε o d
1 qQ 1 qQ 1 qq
=
4πε o d
1 q
(
Q 2 +Q 2 +q =
4πε o d
1 q
2Q 2 + q) ( )
⎛ 4 × 10 −6
= (9 × 10 9 )⎜⎜
⎞
(
⎟⎟ 2 × 2 × 10 −6 × 2 + 4 × 10 −6 )
⎝ 2 ⎠
= 0,17 J
249
2. Tinjau rangkaian berikut. Diketahui R1 = 100 Ω, R2 = 80 Ω, C = 1 µF, dan ε = 6 V.
Dalam keadaan kapasitor terisi muatan maksimum, I3 = 30 mA.
R2
a
ε
C
I1 I3 I2
R1 R3
a) Hitung nilai R3
b) Tentukan besarnya tegangan pada kapasitor C
c) Tentukan muatan maksimum dalam kapasitor
Jawab
a) Jika kapasitor penuh maka jalur rangkaian yang mengandung kapasitor tidak dilewati
arus (seolah terputus). Rangkaian akan menjadi sedehana sebagai berikut
ε
I1 I3
R1 R3
b
Dari gambar jelas bahwa I1 = I3.
Dengan hokum Kirchoff untuk rangkaian tertutup maka
∑ IR − ∑ ε = 0
I 1 R1 + I 3 R3 − ε = 0
ε − I 1 R1 6 − (30 × 10 −3 ) × 100
R3 = = = 100 Ω
I3 30 × 10 −3
250
b) Lihat loop rangkaian berikut ini
R2 I2 = 0
a c
ε
C
I3
R3
b d
∑ IR − ∑ ε
Tegangan antara dua ujung kapasitor adalah Vcd.
Vcd =
c − a −b − d c − a −b − d
= (I 2 R2 + I 3 R3 ) − (ε ) = 0 + (30 × 10 −3 ) × 100 − 6 = −3 V
Jadi, beda potensial antara dua ujung kapasitor adalah 3 V. Nilai negatif menyatakan
bahwa teangan di titik c lebih kecil daripada di titik d.
Q = C Vcd = (1 × 10 −6 ) × 3 = 3 × 10 −6 C
3. Sebuah kawat berarus yang bebentuk seperti pada gambar di bawah ini dialiri arus I
yang arahnya ditunjukan oleh anak panah. Tentukan besar dan arah medan magnet B di
titik O
a) Oleh kawat setengah lingkaran CD dan EA
b) Oleh kawat lurus AC dan DE
c) Oleh seluruh kawat (total)
251
I
R
A E
C O D
2R
Jawab
a) Medan magnet oleh lekukan CD
C D
Dengan aturan tangan kanan, arah BEA tegak lurus kertas menembus ke belakang.
252
A E
2R
b) Medan listrik oleh bagian lurus AC dan DE masing-masing nol karena titik
pengamatan berada pada sumbu kawat.
4. Tinjau sebuah kumparan dengan 300 lilitan dan luas penampang 5 × 10-3 m2. Pada t =
0 detik medan magnet dihidupkan, dan besarnya medan magnet meningkat menjadi 0,40
T pada waktu t = 0,8 detik. Medan tersebut diarahkan sehingga membentuk sudut θ =
60o terhadap sumbu kumparan.
253
Jawab
φ = BA cos θ
a) Fluks magnetik dalam kumparan
∆φ = ∆( BA cos θ ) = ∆B A cos θ
Perubahan fluks magnetic
5. Susunan celah ganda yang terpisah sejauh 0,1 mm disinari dengan cahaya sehingga
spectrum gelap-terang dapat diamati pada suatu layar yang berada pada jarak 1,0 m dari
celah. Spektrum gelap ke-3 diamati pada jarak h = 13,5 mm dari spektrum pusat.
a) Tentukan panjang gelombang yang digunakan
b) Tentukan jarak linier antara dua spectrum terang yang terdekat
c) Gambarkan pola interferensi sebagai fungsi jarak/lintasan cahaya
Jawab
a)
Gelap 3
Gelap 2
θ
h
θ
Gelap 1
d Pusat layar
d sin θ
L=1m
254
Spektrum gelap diamati jika beda lintasan ∆x = d sin θ memenuhi
5λ
d sin θ =
2
Biasanya pada peristiwa interferensi nilai θ sangat kecil sehingga dapat dilakukan
pendekatan sin θ ≈ tan θ . Dengan demikian
5λ
d tan θ ≈
2
Dari gambar tampak bahwa tan θ = h / L . Dengan demikian
h 5λ
d ≈
L 2
atau
2 hd 2 (13,5 × 10 −3 )(0,1 × 10 −3 )
λ≈ = = 5,4 × 10 −7 m
5 L 5 1,0
b) Misalkan lokasi gelap terang di layar seperti pada gambar berikut ini
∆y/2
Gelap 3
Terang 2
∆y Gelap 2
h
Terang 1
∆y Gelap 1
Terang pusat
Layar
Celah
Misalkan jarak linier dua garis terang berdekatan adalah ∆y . Berdasarkan gambar di
255
atas
h = ∆y + ∆y + ∆y / 2 = 5∆y / 2
Jadi
∆y = h = × 13,5 = 5,4 mm
2 2
5 5
256
Bab 27
Pembahasan Ujian III Semester II 2003/2004
1. Sebuah batang dengan panjang L bermutana listrik total –Q yang terdistribusi
serbasama.
a) Tentukan rapat muatan batang tersebut
b) Tentukan besar dan arah medan listrik di titik P yang berjarak a dari ujung batang
Muatan batang -Q
P
L a
Jawab
a) Kerapatan muatan batang λ = −
Q
L
b)
x L+a-x
dx P
L a
Tinjau elemen batang dengan ketebalan dx dan berjarak x dari ujung batang. Muatan
dq = λdx
elemen tersebut adalah
y = L+a−x
Jarak elemen ke titik pengamatan
λdx
=
4πε o ( L + a − x) 2
1
λdx λ L
Kuat medan total di titik pengamatan
E= ∫ = ∫
L
4πε o 0 ( L + a − x) 4πε o 0 ( L + a − x) 2
1 dx
2
257
Untuk menyelesaikan integral di atas kita misalkan y = L + a − x . Dengan permisalan
tersebut maka dy = − dx . Lihat suku integral
∫ ( L + a − x) 2 = ∫ y 2 = y = ( L + a − x)
dx − dy 1 1
Jadi
λ ⎡ ⎤ λ ⎡ ⎤
E= = −
4πε o ⎣ ( L + a − x) ⎦ 0 4πε o ⎣ ( L + a − L) ( L + a − 0) ⎥⎦
⎢ ⎥ ⎢
L
1 1 1
λ ⎡1 1 ⎤ λ
= ⎢ − ⎥ =
4πε o ⎣ a L + a ⎦ 4πε o a ( L + a )
L
Karena muatan batang negatif maka arah medan di titik P menuju ke batang, yaitu ke
arah kiri.
2. Sebuah partikel bermuatan bergerak dengan laju vo memasuki daerah medan magnetik
seragam B (arah B keluar bidang kertas), dan kemudian partikel meninggalkan daerah
tersebut dengan arah berlawanan (lihat gambar).
• • • • • •
• • • • • •
vo
• • • • • •
• • • • • •
• • • • • •
vo
• • • • • •
B
Jawab
258
• • • •
a)
• • • •
• • • •
vo
• • • •
F
• • • • vo
• • • •
B
F = qv × B
r r r
Berati arah gaya searah dengan perkalian v × B jika q positif dan berlawanan dengan
r
v × B jika q negatif. Arah perkalian v × B sama dengan arah maju sekrup ketika diputar
r r
r r
dari arah vektor v ke arah vektor B .
r r
Ketika partikel memasuki medan magnet arah v ke kiri dan B tembus kertas ke
depan sehingga arah v × B ke atas. Untuk membelokkan partikel arah F harus ke bawah,
r r
c) Gaya magnetik selalu tegak lurus kecepatan sehingga tidak menghasilkan tambahan
laju. Gaya magnetik hanya mengubah arah kecepatan. Jadi, saat meninggalkan medan
magnetik laju partikel tetap vo.
3. a) Manakah dari dua lampu identik (60 W/220 V) di antara dua rangkaian berikut yang
L C
Rangkaian I Rangkaian II
259
W/220 V) menyala paling terang jika L = 0,2 mH dan C = 10 µF.
b) Tentukan frekuensi sumber yang diperlukan pada rangkaian di bawah agar lampu (60
L C
Jawab
a) Hambatan yang dimiliki masing-masing lampu
R= = = 807 Ω
V 2 220 2
P 60
Impedansi rangkaian I
Z I = R 2 + X L2 = (807) 2 + (0,0314) 2 = 807 Ω
Impedansi rangkaian II
Z II = R 2 + X C2 = (807) 2 + (159) 2 = 823 Ω
P1 = VI 1ef cos θ
Daya yang dihasilkan lampu I
Karena sudut antara tegangan dan arus nol maka θ = 0 dan cos θ = 1. Dengan demikian
260
P1 = VI 1ef = 220 × 0,273 = 60 W
b) Reaktansi kapasitif X C = 1 / ωC
Reaktansi induktif X L = ωL
Impedansi rangkaian RLC adalah Z = R 2 + ( X L − X C ) 2 . Lampu menyala paling terang
jika arus paling besar, dan arus paling besar jika impedansi paling kecil. Impedansi paling
XL = XC
kecil terjadi saat
ωL = 1 / ωC
atau
ω= = = 2,24 × 10 4 rad/s
1 1
LC (0,2 × 10 −3 )(10 × 10 −6 )
tetap sebesar θ. Jika amplitudo (6 cm), frekuensi (100 Hz), dan panjang gelombang (20
4. Dua buah gelombang harmonik bergerak pada sumbu x positif, dengan beda fase selalu
Jawab
a) Untuk gelombang yang merambat ke arah x positif
y1 = A cos(kx − ωt )
y 2 = A cos(kx − ωt + θ )
y = y1 + y 2 = A cos(kx − ωt ) + A cos(kx − ωt + θ )
Superposisi kedua gelombang
= 2 A cos
(kx − ωt + θ ) + (kx − ωt ) cos (kx − ωt + θ ) − (kx − ωt )
= 2 A cos(kx − ωt + θ / 2 ) cos(θ / 2 )
2 2
= AR cos(kx − ωt + θ / 2 )
b) Amplitudo maksimum terjadi jika cos θ / 2 = ±1 . Ini dipenuhi oleh θ/2 = 0 atau θ/2 = π.
261
5. Sebuah batang konduktor dengan panjang L = 0,04 m bergerak memasuki medan
magnetik B yang besarnya 0,5 T dengan arah masuk bidang gambar. Batang tersebut
bergerak dengan laju tetap v = 6 cm/s ke bawah seperti yang ditunjukkan pada gambar di
bawah.
L
konduktor
P Q
v
a) Berapa besar ggl induksi pada batang selama bergerak dalam medan B
b) Ujung mana pada batang yang potensialnya lebih tinggi, P atau Q? Jelaskan
Jawab
a) Untuk memudahkan dalam menentukan ggl serta arus induksi yang dihasilkan, kita
buat loop virtual sebagai berikut
P Q
v x
B
A = Lx
φ = BA = BLx
262
dφ
ε =− = − ( BLx) = − BL = − BLv
d dx
b) Ketika batang bergerak turun maka luas loop makin kecil sehingga fluks makin kecil.
Berdasakan hokum Lentz, aus induksi yang dihasilkan melawan perubahan fluks dengan
cara memperbesar fluks. Untuk ini maka medan yang dihasilkan arus induksi searah
dengan medan yang telah ada. Agar ini terjadi maka dengan aturan tangan kanan, aliran
arus dalam loop harus searah putaran jarum jam
P Q
Saat batang bergerak turun dalam medan magnet maka batang berperan sebagai sebuah
baterei. Agar arus dalam loop virtual bergeral searah putaran jarum jam maka kutub
positiuf baterei harus titik Q dan kutub negatif titip P. Jadi titik Q memiliki potensial
lebih tinggi dari titik P.
Penjelasan lain
Batang konduktor memiliki elektron yang dapat bergerak bebas. Ketika batang bergerak
ke bawah maka electron dalam batang juga ikut bergerak ke bawah. Kerana gerakan
el;ektron berlangsung dalam medan magnet maka electron mengalami gaya Lorentz.
Dengan aturan tangan kanan maka arah gaya pada elekteron adalah ke arah kiri batang.
Akibatnya electron menyimpang ke ujung kiri batang dan menyisakan muatan piositif di
ujung kanan batang. Dengan demikian potensial di ujung kiri batang lebih rendah
daripada potensial di ujung kanan.
6. Pola interferensi dihasilkan oleh gelombang koheren yang keluar dari empat buah
celah sempit dengan jarak antara celah seragam
a) Dengan menggunakan diagram fasor, tentukan beda fase gelombang yang keluar dari
dua buah celah berurutan agar dihasilkan
i) interferensi maksimum
ii) interferensi minimum
b) Buatlah sketsa pola interferensi terhadap beda fase
Jawab
263
a)
d sin θ
celah layar
Beda fase gelombang dari dua celah berdekatan adalah δ = kd sin θ . Amplitudo
gelombang superposisi dapat ditentukan dengan diagram fasor dengan cara
berurutan adalah δ.
menjumlahkan empat vektorn yang panjangnya sama dan sudut antara dua vektor
i) Inteferensi maksimum utama terjadi ketika penjumlahan empat vector sebagai berikut
δ=0 AT = 4A
δ δ = π/2 AT = 0
264
δ=π AT = 0
δ = 3π/2 AT = 0
δ
0 π/2
π
3π/2
2π
265