Anda di halaman 1dari 51

Bab 2 Persamaan Shroedinger-Tidak Bergantung Waktu 2

Bab 2

PERSAMAAN SCHROEDINGER-
TIDAK BERGANTUNG WAKTU
(Griffiths, 1995)

2.1 Keadaan Stasioner

Pada pertemuan sebelumnya kita telah berbicara banyak mengenai fungsi


gelombang dan bagaimana kita menggunakannya untuk menghitung berbagai
kuantitas fisis. Pada saat waktu tercipta, dan akan berjalan maka kita tidak
akan bisa untuk menghentikannya. Biasanya pertanyaan yang sering muncul
berkaitan dengan fenomena ini adalah: bagaimana cara kita mendapatkan
pada waktu pertama kali gelombang tersebut tercipta dan apa yang
akan kita lakukan dengan
tersebut untuk menyelesaikan persamaan Schroedinger? Sebelum
menjawab pertanyaan ini, harus kita tanamkan dalam pikiran kita bahwa
1
potensial , , adalah sebuah kuantitas yang independen terhadap waktu
(tidak bergantung waktu). Pada kasus di atas, persamaan Schroedinger
dapat diselesaikan dengan menggunakan metode separasi variabel
(kebanyakan fisikawan akan menggunakan metode ini jika berhadapan
dengan persamaan diferensial terpisah):kita akan membagi solusi persamaan
berdasarkan variabelnya.

[2.1]

Di mana (huruf kecil) adalah fungsi x tersendiri dan f adalah fungsi t tersendiri.
Tampaknya ini merupakan pembatasan yang mustahil, dan kelihatannya kita tidak
bisa berharap banyak dari solusi dengan cara seperti ini. Tapi tunggu dulu, karena
solusi yang ditampilkan dalam persamaan 2.1 di atas, menghilangkan banyak

1
Biasanya ditulis Fungsi energi potensial, karena dirasa terlalu panjang penulisannya,
maka kebanyakan orang menyingkatnya dengan , potensial walaupun ini dikawatirkan
akan mendatangkan salah pengertian dengan potensial listrik karena memiliki simbol yang
sama, dengan arti yang sebenarnya adalah energi persatuan muatan.
Bab 2 Persamaan Shroedinger-Tidak Bergantung Waktu 3

langkah-langkah penting, dan nanti pada saatnya kita akan tahu bahwa
dengan menggabungkan solusi separasi maka kita akan mendapatkan solusi
umunya. Tapi untuk sekarang cukuplah kita tahu bahwa solusi umum dari
metode separasi variabel adalah seperti yang ditampilkan dalam persamaan 2.1.

Untuk solusi separabel dapat kita tuliskan:

Dan persamaan Schroedinger yang telah dibahas pada BAB 1 (persamaan 1.1)
berubah menjadi:

Apabila dibagi dengan :

[2.2]

Sekarang, dapat kita lihat pada persamaan 2.2, pada sisi kiri hanya
2
merupakan fungsi , sedangkan pada sisi kanan hanya merupakan fungsi ,
dengan kata lain, persamaan 2.2 hanya akan terpenuhi jika kedua sisinya
konstan, maka dengan memvariasi nilai t, kita bisa mengubah nilai pada bagian
sisi kiri, tanpa mengubah nilai atau mengganggu sisi kanan, dan keduanya
masih tetap konstan. (hal ini merupakan pernyataan yang krusial, jika ini
merupakan hal baru bagimu, maka berhentilah sejenak dan pikirkan dengan
seksama). Karena ini mungkin akan dipakai pada beberapa waktu ke depan,
kita akan menggunakan simbol untuk
menyebutkan konstanta pada kedua sisi, maka:

atau bisa juga dituliskan:

[2.3]

Dan sisi kanan:

2
Ingat bahwa V (Fungsi energi potensial, telah dijelaskan pada catatan kaki sebelumnya)
hanya merupakan fungsi dan bukan merupakan fungsi , oleh karena itu V indepeden
terhadap waktu.
Bab 2 Persamaan Shroedinger-Tidak Bergantung Waktu 4

Atau

[2.4]

Separasi variabel telah mengubah persamaan diferensial parsial


menjadi dua buah persamaan diferensial orde pertama (persamaan 2.3
dan 2.4). Persamaan 2.3 kelihatan lebih mudah untuk diselesaikan (hanya
mengalikannya dengan dan mengintegrasikannya), solusi umumnya
adalah
tetapi kita bisa mengabsorbsi C dan memasukkannya ke dalam (selama solusi
umumnya adalah produk dari maka ini masih berlaku). Oleh karena itu:

[2.5]

Bagian yang kedua (persamaan 2.4) dinamakan persamaan Shroedinger-


tidak bergantung waktu, kita tidak bisa melakukan apa-apa lagi lebih jauh
selama kita belum menentukan dengan lebih spesifik.

Pada bagian ini kita akan menyelesaikan persamaan Shroedinger-tidak


bergantung waktu, untuk beberapa potensial yang sederhana, tetapi sebelum kita
mencobanya, sebaiknya kita menjawab dulu pertanyaan di bawah ini agar
nanti kedapannya kita lebih memahami konsep ini: Apa yang menjadi begitu
hebatnya mengenai separasi variabel, tetapi kebanyakan solusi persamaan
Schroedinger (khususnya yang bergantung terhadap
waktu) tidak menggunakan bentuk . Ada tiga
jawaban yang mungkin, salah satunya matematis dan dua lainnya fisis.

1. Solusi separasi merupakan keadaan stasioner, walaupun fungsi


gelombang dengan sendirinya:

[2.6]
Rapat probabilitasnya adalah:

[2.7]
Bab 2 Persamaan Shroedinger-Tidak Bergantung Waktu 5

3
Dengan sendirinya, kebergantungan terhadap waktu akan menghilang . Hal
yang sama terjadi pada perhitungan nilai ekspektasi pada variabel dinamik
yang lain, misalnya pada persamaan 1.36 akan menjadi:

[2.8]

Setiap nilai ekspektasi suatu besaran pastilah akan konstan terhadap waktu, kita
mungkin akan menghilangkan begitu saja faktor , dan dengan sederhana
menggantikan variabel dengan .(ini akan menjadi biasa untuk merujuk
sebagai fungsi gelombang, tetapi ini adalah bahasa yang buruk yang dapat
mengakibatkan kesalahpahaman, oleh karena itu penting untuk diingat bahwa
fungsi gelombang yang sebenarnya selalu melibatkan faktor kebergantungan
eksponensial waktu). Dengan demikian, adalah sebuah konstanta, dan oleh
sebab itu (persamaan 1.33) . Tidak akan pernah terjadi pada keadaan
stasioner.

2. Solusi separasi merupakan keadaan dari energi total tertentu. Dalam


mekanika klasik, energi total (kinetik dan potensial) dinamakan
dengan Hamiltonian:

[2.9]

Hubungannya dengan operator Hamiltonian, disebutkan secara lugas


dengan substitusi yang telah dijelaskan dalam BAB 1 bahwa , oleh karena
4
itu ,

[2.10]

Dengan demikian persamaan Schroedinger-tidak bergantung waktu (persamaan


2.4) dapat ditulisakan sebagai:

[2.11]
Dan nilai ekspektasi dari energi total adalah

[2.12]

3
Untuk solusi normalisasi, E harus real.
4
Untuk selanjutnya, kita akan menggunakan tanda topi (^) yang menunjukkan bahwa
sombol tersebut adalah sebuah operator yang membedakan dengan variabel dinamis.
Bab 2 Persamaan Shroedinger-Tidak Bergantung Waktu 6

(ingat bahwa normalisasi dapat pula dianggap sebagai normalisasi ), selain itu,

Oleh sebab itu,

Standar deviasi dari diberikan oleh

[2.13]

Tetapi ingat, jika , maka setiap anggota dari pengukuran sampel harus
memberikan nilai yang sama (distribusi memiliki sebaran nol). Kesimpulan:
solusi separabel memiliki sifat bahwa setiap pengukuran dari energi total pasti
akan menghasilkan nilai E. (itulah mengapa saya pilih tanda tersebut untuk
konstanta separasi)

3. Solusi umumnya adalah kombinasi linier dari solusi separabel.


Seperti yang telah kita dapatkan sebelumnya, persamaan Schroedinger-tidak
bergantung waktu menghasilkan deret solusi tak hingga ( ) masing-
masing yang berkaitan dengan konstanta separasinya ( ), dengan
demikian terdapat fungsi gelombang yang berbeda-beda yang
berhubungan dengan energi-energi yang diijnkannya.

, , ...

Sekarang (kita dapat memeriksanya sendiri) bahwa persamaan Schrodinger


5
(bergantung waktu) memiliki sifat-sifat bahwa setiap kombinasi linier dari
solusi adalah dengan sendirinya solusi itu tersebut. Sekali kita
menemukan solusi separasinya, maka kemudian kita dapat dengan mudah
untuk membangun solusi umumnya dalam bentuk

. [2.14]

Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap solusi dari persamaan Shrodinger


(bergantung waktu) dapat ditulis dalam bentuk seperti itu (Persamaan 2.14),
menentukan nilai konstanta ( ) adalah perkara yang mudah, hanya dengan

5
Kombinasi linier dari fungsi merupakan ekspresi dalam bentuk

Di mana adalah merupakan sembarang kontanta (kompleks).


Bab 2 Persamaan Shroedinger-Tidak Bergantung Waktu 7

memasukkan syarat batas untuk kasus yang kita hadapi. Akan kita lihat bagaimana
mekanisme ini bekerja dalam subbab berikutnya dalam bebapa kasus, dan dalam
BAB 3 kita akan melakukannya dengan cara yang lebih elegan. Tetapi inti
dari semua ini adalah, sekali kita menyelesaikan persamaan Shroedinger
tidak bergantung waktu, sebenarnya tugas kita sudah selesai, mendapatkan
solusi persamaan Shroedinger dari situ adalah perkara yang mudah dan langsung.

2.2 Sumur Potensioal Tak Berhingga

Misalkan terdapat potensial dengan fungsi:

[2.15]

(gambar 2.1) Partikel yang berada dalam potensial ini pasti merupakan partikel
bebas, kecuali apabila berada di luar dinding potensial ( dan ) di mana
terdapat gaya yang tak terhingga yang menghalangi partikel tersebut untuk lolos
dari dinding potensial. Dalam model klasik, hal ini seperti kereta mainan yang
berada di atas trek udara (biasanya terdapat pada praktikum fisika dasar
universitas) dengan tumbukan elastik sempurna, sehingga akan memantul secara
terus menerus (potensial ini sebenarnya sangat dibuat-buat, tetapi saya berharap
kita dapat membayangkannya. Meskipun potensial ini sangat sederhana, tetapi
akan mmenjadi sangat berarti karena kesederhanannya, di mana hasilnya akan
sangat dibutuhkan untuk memahami bentuk-bentuk potensial lain yang lebih
rumit).
Bab 2 Persamaan Shroedinger-Tidak Bergantung Waktu 8

Gambar 2.1: Sumur potensial tak berhingga (Persamaan 2.15).

Di luar dinding potensial, (Probabilitas menemukan partikel adalah nol).


Di dalam dinding, dimana , persamaan Schroedinger tidak-bergantung
waktu (Persamaan 2.4) menjadi:

[2.16]

atau

di mana [2.17]

(dengan menuliskan demikian, kita semua tahu bahwa E harus lebih dari nol,
, karena kita tahu bahwa E tidak mungkin bernilai negatif) Persamaan 2.17
adalah persamaan osilator harminik sederhana (klasik) yang memiliki solusi umum:

[2.18]

Di mana A dan B adalah konstanta sembarang. Biasanya, konstanta tersebut


ditentukan dari syarat batas dari permasalahan yang ada. Apakah syarat batas
yang tepat untuk ? Biasanya dan bersifat kontinu, tetapi ketika
potensial menjadi tak terhingga maka yang dapat diaplikasikan hanyalah (kita
akan membuktikan hal ini, dan menghitung untuk pengecualian ketika
untuk sekarang cukuplah kita percaya kalau hal ini adalah benar.)

Kontinuitas membutuhkan syarat-syarat:

[2.19]

Dengan begitu untuk yang berada di luar dinding potensial, nilainya pasti nol,
apabila syarat-syarat tersebut dimasukkan ke dalam persamaan 2.18, maka

maka karenanya

[2.20]
Bab 2 Persamaan Shroedinger-Tidak Bergantung Waktu 9

Kemudian , jika (hal ini akan mendapatkan solusi yang


tidak ternormalisasi di mana , yang berarti partikel tidak berada di mana-
mana, juga tidak ada artinya apa-apa), atau hasil yang lain , yang berarti

[2.21]

Tetapi jika (ini akan kembali menghasilkan ) dan karena fungsi


sinus merupakan fungsi ganjil, maka tanda minus dalam sinus dapat dihilangkan,
dan solusi yang tepat adalah:

, dengan [2.22]

Sekarang coba kita perhatikan, syarat batas pada tidak menghasilkan


nilai konstanta A, tapi jangan dulu khawatirkan hal itu, coba kita hitung nilai E
dengan menggunakan konstanta k yang telah kita dapatkan

[2.23]

Perhatikan! Terdapat perbedaan yang mencolok dengan mekanika klasik, partikel


kuantum pada sumur potensial tak berhingga tidak dapat mengijinkan semua
energi, tetapi hanya keadaan energi-energi tertentu saja yang dapat diijinkan yang
sesuai dengan Persamaan 2.23. Nah, sekarang bagaimana caranya agar
kita mendapatkan nilai A? Jawabannya adalah dengan menormalisikan

maka

Tetapi ini hanya menghasilkan nilai magnitude A, untuk menghasilkan nilai


akar positif, , maka di dalam dinding potensial, solusi
persamaannya adalah

[2.24]
Bab 2 Persamaan Shroedinger-Tidak Bergantung Waktu

Gambar 2.2: Visualisasi fungsi gelombang tiga keadaan yang pertama pada sumur
potensial tak hingga (persamaan 2.24)

Seperti yang telah dijanjikan sebelumnya, persamaan Schroedinger-tak bergantung


waktu memiliki satu set solusi tak hingga untuk setiap nikai integer n. Grafik solusi
persamaan Shroedinger-tak bergantung waktu untuk beberapa nilai n pertama
ditampilkan dalam gambar 2.2, yang kelihatan seperti gelombang berdiri pada
seutas tali yang terbentang dengan panjang a. yang memiliki tingkat energi yang
paling rendah dinamakan dengan ground state (keadaan dasar), sedangkan
yang lainnya dengan tingkat energi yang lebih tinggi, yang meningkat sebanding
dengan nilai , dinamakan dengan keadaan tereksitasi. Sebagai sebuah
kumpulan fungsi gelombang, fungsi memiliki beberapa sifat-sifat khusus
dan menarik:

1. Fungsi adalah fungsi genap dan ganjil terhadap dinding potensial (


adalah fungsi genap, adalah fungsi ganjil, adalah fungsi genap, dan
6
begitu seterusnya )

2. Masing-masing keadaan secara berturut-turut memiliki node (titik potong


dengan sumbu x) yang jumlahnya bertambah satu berkaitan dengan
bertambahnya nilai n. tidak ada, ada satu, ada tiga dan seterusnya.

3. bersifat ortonormal satu sama lain. sesuai dengan pernyataan tersebut


maka:

[2.25]

apabila . Bukti:

6
Untuk membuat simetri ini kelihatan lebih nyata, beberapa penulis memusatkan sumur
potensial pada pusat koordinat (sehingga batasnya dari hingga ). Fungsi
genapnya kemudian adalah cosinus, dan fungsi ganjilnya adalah sinus. Lihatlah soal 2.4.
Bab 2 Persamaan Shroedinger-Tidak Bergantung Waktu

Ingat bahwa argumen ini tidak akan bekerja jika , pada kasus normalisasi
yang memberitahukan kita bahwa nilainya adalah 1. Oleh karena itu, kita bisa
7
mengkombinasikan ortogonalitas dengan normalitas ke dalam satu pernyataan

[2.26]

di mana (dinamakan dengan delta kroneker) didefinisikan oleh:

[2.27]

4. adalah fungsi komplit. Dalam pengertian bahwa setiap fungsi lain, ,


dapat diekspresikan sebagai kombinasi linier dari

[2.28]

Di sini kita tidak berbicara mengenai kekomplitan fungsi ,


tetapi jika kita telah mempelajari kalkulus lanjut, kita akan tahu bahwa Persamaan
2.28 bukanlah suatu persamaan yang penting, tetapi hanyalah merupakan deret
Fourier dari , dan fakta bahwa setiap fungsi dapat diekspansi dengan
8
cara seperti ini yang kadang kala disebut dengan teorema Dirichlet .
Koefisien ekspansi ( ) dapat ditaksir dengan metode yang dinamakan
dengan Trik Fourier, yang menggunakan sifat ortonormalitas : Kalikan
kedua sisi pada persamaan 2.28 dengan dan kemudian integralkan

[2.29]

7
Dalam kasus ini adalah real, maka tanda * pada menjadi tidak begitu penting, tetapi
untuk tujuan ke depan, adalah lebih bagus apabila tetap menuliskan tandad tersebut.
8
Untuk lebih jelasnya lihatlah, Mary Boas, Mathematcal Methods in the Physical Science,
2nd ed. (New York: John Wiley & Sons, 1983), halaman 313; f bahkan mempunyai
bilangan terbatas dari diskontinuitas tertentu.
Bab 2 Persamaan Shroedinger-Tidak Bergantung Waktu

(Ingat, bagaimana delta kronecker menghilangkan setiap bentuk rumusan di dalam


tanda jumlah kecuali pada saat ) Di mana koefisien ekspansi ke-m
untuk diberikan oleh

[2.30]

Ke empat sifat tersebut sangat melekat pada kasus sumur potensial tak berhingga.
Sifat pertama benar karena memang potensial adalah fungsi genap, sifat yang
kedua adalah sifat yang universal walaupun dengan mengabaikan bentuk
9
potensial , Ortogonalitas adalah sifat yang umum, kita akan membuktikannya nanti
pada BAB 3, kekomplitan memegang semua potensial yang kita hadapi dalam
permasalahan mekanika kuantum, tetapi pembuktiannya cenderung sulit dan
buruk, kebanyakan fisikawan membuktikannya dengan mudah mengasumsikan
kekomplitan dan berharap yang terbaik.

Keadaan stasioner (persamaan 2.6) untuk sumur potensial tak berhingga dengan
jelas menjadi

[2.31]

Dan, biasanya, kebanyakan solusi umum dari persamaan Shroedinger (Tak


bergantung waktu) adalah kombinasi liner dari keadaan stasioner
(berdasarkan persamaan 2.14)

[2.32]

Jika kamu meragukan pernyataan di atas, mari kita buktikan bersama. Coba
kita hitung persamaan Shroedinger mula-mula ( ) dengan
pendekatan koefisien berdasarkan Persamaan 2.32, kita dapatkan:

Kekomplitan dari (dikonfirmasikan dengan teorema Dirichlet) menjamin bahwa


kita dapat selalu mengekspresikan dengan cara seperti ini, dan sifat

9
Untuk lebih jelasnya, silahkan lihat, John L. Powell dan Bernd Crasemann, Quantum
Mechanics (Reading, MA: Addison-Wesley, 1961), halaman 126.
Bab 2 Persamaan Shroedinger-Tidak Bergantung Waktu

ortonormalitasnya mengijinkan kita untuk menggunakan trik Fourier untuk


menghitung nilai koefisien yang sebenarnya

[2.33]

Ini berarti: setelah diberikan fungsi gelombang mula-mula, , langkah


pertama yang kita lakukan adalah menghitung koefisien ekspansi menggunakan
Persamaan 2.33 dan kemudian memasukkan hasilnya ke dalam persamaan
2.32 untuk mendapatkan fungsi gelombang . Dengan bersenjatakan
fungsi gelombang, kita bisa menghitung semua variabel
dinamik lain dengan menggunakan prosedur yang
telah dijelaskan dalam BAB 1. Metode ini dapat diaplikasikan ke dalam semua
model potensial, yang berbeda hanyalah fungsi
dan persamaan energi yang diijinkan.

2.3 Osilator Harmonik

Paradigma dari osilator harmonik klasik adalah sebuah benda dengan massa
m, yang dipaksa untuk bergetar dengan gaya F dan kontanta k. Gerakannya
diatur oleh hukum Hooke:

(tentunya dengan mengabaikan gaya friksi) dan solusi umumnya adalah

di mana

[2.36]

yang merupakan frekuensi (anguler) osilasi. Energi potensialnya adalah

[2.37]

merupakan bentuk kurva parabola.


Bab 2 Persamaan Shroedinger-Tidak Bergantung Waktu

Tentunya, tak ada yang sesempurna seperti pada kasus osilator harmonik
sederhana ini. Jika kita membentangkan pegas terlalu panjang, bisa-bisa pegas
tersebut akan berhenti bergetar karena sudah melewati titik elastisitasnya dan
juga hukum Hooke tidak akan berlaku untuk kasus yang demikian.
Tetapi praktisnya, potensial dapat didekati dengan fungsi parabola, di
dalam titik tetangga dari titik minimum (Gambar 2.3), Formalnya, jika kita
mengekspansi ke dalam deret Taylor di sekitar titik minimum, maka

Bagilah dengan [Kita juga bisa menambah konstanta sembarang pada


selama tidak mengubah gaya], dengan menganggap bahwa
(selama adalah titik minimum), dan hilangkan turunan dengan orde yang lebih
besar [yang dapat diabaikan selama tetap bernilai kecil], maka potensialnya
menjadi

yang menggambarkan gerak oslilasi selaras sederhana (di sekitar titik x0), dengan
10
konstanta pegas efetif . Inilah kenapa oslilator selaras
sederhana menjadi sangat penting dalam mekanika kuantum, secara kasat
mata gerak osilator adalah selaras sederhana selama nilai amplitudonya kecil.

10
Ingat bahwa , karena asumsi bahwa adalah minimu. Hanya pada kasus
yang jarang terjadi pada , yaitu osilasi yang tidak harmonik sederhana.
Bab 2 Persamaan Shroedinger-Tidak Bergantung Waktu

Gambar 2.3: Pendekatan parabolik (kurva putus-putus) pada potensial sembarang,


di antara titik minimum.

Permasalahan kuantum kali ini adalah menyelesaikan persamaan Shroedinger


untuk potensial

[2.38]

Seperti yang telah kita lihat, tujuan kita adalah menyelesaikan persamaan
Shroedinger tidak bergantung waktu.

[2.39]

Pada kebanyakan literatur, kita akan menjumpai dua pendekatan berbeda


untuk permasalahan seperti ini. Yang pertama adalah solusi dengan penekanan
langsung pada persamaan diferensial menggunakan metode ekspansi power
series, cara
ini sangat baik karena dapat digunakan untuk menyelesaikan berbagai potensial
lain(misalnya potensial coulomb, tetapi akan kita bahas dalam BAB 4). Yang kedua
adalah menggunakan teknik aljabar, dengan menggunakan metode yang
dikenal dengan nama ladder operator. Tetapi kita akan membahas dulu metode
aljabar,
karena lebih cepat dan sederhana (juga lebih menarik), tetapi jika kamu ingin
melewatinya sekarang silahkan, tetapi saya sarankan untuk mempelajarinya
lain waktu

2.3.1 Metode Aljabar

Untuk memulainya, marilah kita tulis ulang persamaan 2.39 dengan bentuk yang
sedikit berbeda

[2.40]

Idenya adalah faktor dari bentuk yang ada di dalam tanda kurung kotak, jika kita
ganti dengan simbol, maka akan kelihatan lebih familiar
Bab 2 Persamaan Shroedinger-Tidak Bergantung Waktu

Di sini, bagaimanapun juga, solusinya tidak sesederhana yang kita bayangkan,


karena u dan v adalah operator, dan operator tidak bersifat komut (uv tidak sama
dengan vu). Tetapi ada baiknya kita lihat dulu ekspresi di bawah ini:

[2.41]

Apakah produk dari ? Catatan: operator bisa dengan mudah bekerja dengan
variabel abstrak,dan kita akan mendapatkan kesalahan terkecil dengan
memberikan fungsi coba, . Pada akhirnya kita bisa mengabaikan fungsi
coba dan kita bisa mengambil operatornya saja.

(Kita menggunakan pada langkah yang terakhir.)


Dengan menghilangkn fungsi coba kita dapatkan:

[2.42]

Jelas sekali bahwa persamaan 2.40 tidak difaktorkan dengan sempurna,


karena terdapat ektra , tetapi jika kita memindahkan ekstra tersebut ke
11
bagian kiri pada persamaan 2.42, persamaan Shroedinger akan menjadi:

[2.43]

Ingat bahwa penempatan fator dan mejadi sangat penting, dengan cara
yang sama apabila kita menempatkan di sebelah , akan dihasilkan

[2.44]

11
Saya mulai jenuh dengan menuliskan Persamaan Shroedinger tidak bergantung waktu,
sehingga jelaslah dari teks apa yang saya maksudkan, saya hanya menuliskan persamaan
Shroedinger.
Bab 2 Persamaan Shroedinger-Tidak Bergantung Waktu
Bab 2 Persamaan Shroedinger-Tidak Bergantung Waktu
dengan demikian

[2.45]

persamaan Shroedinger dapat juga dituliskan

[2.46]

Sekarang, di sini terdapat beberapa langkah krusial.Saya menganggap bahwa jika


kita mengoperasikan pada persamaan Shroedinger kita akan
mendapatkan energi E, tetapi apabila kita mengoperasikan pada
persamaan Shroedinger, maka kita akan mendapatkan energi . Bukti:

dengan cara yang sama, adalah solusi dengan energi

Di sini, kita telah menemukan suatu operator baru yang dapat memberikan solusi
atas permasalahan di atas, yang berkaitan dengan perubahan tingkat energi,
energi lebih tinggi ataupun lebih rendah, kita namakan operator dengan
ladder operator (operator tangga) karena dapat mengijinkan untuk
berpindah level energi, sementara operator kita namakan dengan raising
operator dan
di sebut dengan lowering operator. Gambaran kerja dari ladder operator ini
bisa dilihat dalam gambar 2.4.
Gambar 2.4: Tangga keadaan stasioner untuk osiltor selaras sederhana.

Tetapi tunggu dulu, bagaimana jika kita mengoperasikan lowering


operator berulang-ulang? Logikanya, pasti pada suatu saat kita akan
mendapatkan nilai energi yang berada di bawah nol, dan ini tidak diijinkan dalam
mekanika kuantum (hal ini telah kita bahas dalam BAB 1). Oleh karena itu harus
ada suatu alat baru yang membatasi agar lowering operator tidak berlaku lagi
apabila keadaan energi sudah berada pada level terendah (katakanlah bernilai
nol). Bagaimana ini bisa terjadi? Selama ini kita tahu bahwa adalah
solusi baru dari persamaan Shroedinger, tetapi tidak ada yang bisa menjamin
kalau solusi ini masih tetap ternormalisasi, mungkin akan nol, atau
mungkin nilai akanya menjadi tak terhingga. Solusi dari ini semua adalah
harus ada tangga keadaan terbawah (mari kita namakan ini dengan ), maka
dari itu

[2.47]

yang berarti

atau
di mana persamaan diferensial ini cukup mudah untuk kita selesikan

maka

[2.48]

Untuk mendapatan energi pada keadaan ini, kita masukkan fungsi gelombang
keadaan terendah ke dalam persamaan Shroedinger (dalam bentuk persamaan
2.46) , karena maka akan kita dapatkan

[2.49]

Dengan ini, kita akan mendapatkan keadaan diatasnya[12] hanya dengan


memanfaatkan raising operator untuk mendapatkan keadaan tereksitasi[13].

dengan [2.50] Metode

ini juga secara tidak langsung menghitung faktor normalisasi misalnya (2.51)

[2.51]

Saya tidak berharap untuk menghitung dengan cara seperti ini, tetapi
pada intinya kita sudah mengetahui bagaimana menentukan keadaan dan
energinya dengan cara yang seperti ini.

2.3.2 Metode Analitik

Sekarang kita kembali pada persamaan Shroedinger untuk osilator harmonik


(Persamaan 2.39):
.

Ini akan kelihatan lebih sederhana dan jelas jika kita mengenalkan variabel tak
berdimensi

[2.55]

; [2.55]

dalam bentuk menjadi

[2.56]

di mana K adalah energi dalam satuan :

. [2.57]

Permasalahan kita adalah untuk menyelesaikan persamaan 2.56 dan dalam


prosesnya untuk mendapatkan nilai K yang diijinkan (tentunya juga E).

Untuk memulainya, ingat bahwa untuk yang sangat besar (yang juga dapat
dikatakan, pada nilai x yang sangat besar), menjadi sangat dominan dari
pada kontanta K, maka persamaan 2.56 bisa dreduksi menjadi

, [2.58]

yang mempunyai solusi taksiran (jika kamu berminat silahkan buktikan!)

[2.59]

Kontanta B jelas sekali tidak ternormalisasi (karena nilainya akan menjadi tak
terhingga pada ; solusi yang dapat diterima secara fisika, adalah pada
bagian yang pertama dan memiliki bentuk yang asimtotik)

, pada yang besar. [2.60]


Ini berkesan kalau kita mengupas habis bagian eksponensial,

, [2.61]

dengan harapan bahwa apa yang sudah saya tuliskan [ ] memiliki bentuk
fungsional yang lebih sederhanya dari pada itu sendiri.[14]Dengan
mendiferensialkan persamaan 2.61 kita dapatkan

dan

maka persamaan Shroedinger (Persamaan 2.56) menjadi

. [2.62]

Saya menyarankan untuk mencari solusi dari Persamaan 2.62 dalam bentuk deret
[15]:

. [2.63]

Kita diferensialkan terhadap kita dapatkan

dan

.
Kita masukkan ini ke dalam Persamaan 2.62, didapatkan

. [2.64]
Ini berarti bahwa (dari keunikan ekspansi deret[16]) koefisien dari masing-masing
anggota deret haruslah nol,

maka dari itu

. [2.65]

Formula rekursi ini seluruhnya ekuivalen dengan persamaa Shroedinger itu sendiri.
Diberikan memungkinkan kita (prinsipnya) untuk membangkitkan ,
dan diberikan akan membangkitakan . Sekarang marilah kita
tuliskan

, [2.66]

di mana

adalah fungsi genap dari , yang dibangun dari , dan

adalah fungsi ganjil, yang dibangun dari . Dengan demikian Persamaan 2.65
menghasilkan dalam dua bentuk konstanta sembarang ( dan ), yang kita
harapkan untuk persamaan diferensial orde dua.

Bagaimanapun, tidak semua solusi yang diperoleh ternormalisasi. Pada j yang


sangat besar, formula rekursi menjadi (perkiraan)

dengan solusinya (perkiraan)

,
untuk suatu konstanta C, dan ini menghasilkan (pada , di mana deret yang besar
yang paling dominan)

Sekarang, jika berbanding lurus dengan , maka (Ingat ?, yang kita


coba untuk hitung) berbanding lurus dengan (Persamaan 2.61), yang
secara presisi memiliki sifat asimtotik yang tidak kita inginkan.[17] Hanya ada
satu cara untuk bisa keluar dari permasalahan yang pelik ini: Untuk solusi
ternormalisasi, deret harus berhent pada suatu ttik. Harus ada nilai j
tertinggi (namakan dengan n) yang membuat formula rekursi tersebut
hingga menjadi (ini akan memotong salah satu dari dua deret, deret
ataukah deret , sehingga salah satunya harus bernilai nol dari
awal). Solusi fisis dari pernyataan tersebut adalah

untuk suatu nilai integer n, yang dikatakan (sesuai dengan Persamaan 2.57) bahwa
energi harus dalam bentuk

, untuk . [2.67]

Ini membuktikan, dengan metode yang sama sekali berbeda, kondisi kuantisasi
energi yang kita temukan secara alagbar dalam Persamaan 2.50.

Untuk nilai K yang diijinkan, formula rekursi menjadi

. [2.68]

jika , hanya ada satu bentuk dalam deret (kita harus mengambil nilai
untuk menghilangkan , dan dalam Persamaan 2.68 menghasilkan nilai
):

,
maka dari itu

(yang menghasilkan persamaan 2.48). Untuk kita ambil , [18], dan


Persamaan 2.68 dengan menghasilkan , sehingga

maka dari itu

(mengkonfirmasikan Persamaan 2.51). Untuk , , menghasilkan


dan menghasilkan , jadi

dan

dan seterusnya. (Bandingkan dengan Soal 2.13, di mana dengan hasil yang sama
telah didapatkan dengan pengertian aljabar.)

Pada prinsipnya, akan berupa polinomial sudut n dalam , di mana berupa


deret genap saja, jika n adalah integer genap, dan berupa deret ganjil saja jika
n adalah integer ganjil. Terlepas dari semua ini, sebenarnya deret yang telah
kita hitung adalah sebuah deret yang dinamakan dengan Polinomial Hermite,

.[19] Beberapa diantaranya ditampilkan dalam tabel 2.1. Di mana nilai koefisien
deret terbesar pangkat tertinggi dari adalah . Dengan faktor konvensi ini,
normalisasi[20]keadaan stasioner untuk osilator harmonik adalah

. [2.69]
Hasil yang sama (tentu saja) telah kita dapatkan sbelumnya secara aljbar dalam
Persamaan 2.50. Gambar 2.5a merupakan plot dari untuk beberapa nilai
n yang pertama.

Osilator kuantum jauh berbeda dengan yang klasik, bukan hanya karena energinya
yang terkuantisasi, tetapi juga posisi distribusinya yang memiliki
keistimewaan. Misalnya, probabilitas untuk menemukan partikel di luar
batasan yang diijinkan secara klasik (di mana, dengan x yang lebih besar dari
pada amplitudo klasik untuk energi) adalah tidak nol (Lihat Soal 2.15), dan
dalam semua keadaan ganjil, probailitas untuk menemukan partikel pada
pusat dinding potensial adalah nol. Hanya dengan n yang relatif besar kita akan
menemui beberapa kemiripan dengan kasus klasik. Dalam Gambar 2.5b saya
telah menambahkan distribusi posisi klasik pada plot osilator kuantum (untuk n
= 100); tampak bahwa antara kasus klasik dengan kasus kuantum terdapat
kemiripan(walaupun dalam kasus klasik yang kita bicarakan adalah mengenai
distribusi posisi pada setiap waktu untuk satu kali osilasi saja, sedangkan
pada kasus kuantum kita berbicara mengenai distribusi pada satu set sistem
yang identik).[21]

Soal 2.15 Pada keadaan terendah dari osilator harmonik, berapakah probabilitas
(sampai ketelitian 3 angka) untuk menemukan partikel di luar batasan yang
diijinkan secara klasik? Petunjuk: Lihatlah tabel matatika pada Distribusi Normal
atau Fungsi Error.

Soal 2.16 Gunakan formula rekursi (Persamaan 2.68) untuk menghitung dan
.

Soal 2.17 Sebuah partikel di dalam potensial osilator harmonik memiliki fungsi
gelombang mula-mula

dengan suatu konstanta A.


1. Normalisasikan .
2. Cari dan .
3. Cari nilai ekspektasi x sebagai fungsi waktu. Ingat bahwa gerakannya
adalah terosilasi secara sinusoidal. Berapakah amplitudo osilasinya?
Berapakah Frekuensi angulernya?
4. Gunakan hasil pada (3) untuk menghitung nilai ekpektasi momentum.
Periksa bahwa theorema Ehrenfest sesuai dengan fungsi gelombang ini.
5. Berdasaarkan Gambar 2.5, sketsakan grafik pada
dan . (Grafiknya jangan terlalu detil, hanya
sketsa kasar saja untuk menunjukkan osilasinya.)

Soal 2.18 Pada soal kali ini kita mengeksplorasi beberapa teori yang sangat
bermanfaat serta polinomial Hermite.

1. Formula Rodrigues menyatakan bahwa

, [2.70]
Gunakanlah untuk mendapatkan dan .

2. Rekursi di bawah ini memberikan nilai dalam bentuk dua polinomial


Hermite:

. [2.71]

Gunakanlah secara bersama-sama dengan hasil pada no. 1 untuk


menghitung nilai dan .

3. Jika kamu mendiferensialkan plinomial orde ke-n, kamu akan


mendapatkan polinomial dengan orede (n 1). Untuk polinomial Hermita,
faktanya,

. [2.72]

Periksalah kebenarannya dengan mendiferensialkan dan .


4. derivatif z ke-n pada z = 0, dengan membangkitkan fungsi
, atau dengan cara lain, di mana koefisien dari dalam
ekspansi deret Taylor untuk fungsi

. [2.73]

Gunakanlah untuk menderivasi ulang , , dan .

2.4 Partikel Bebas

Telah sampailah kita pada apa yang seharusnya menjadi kasus yang
paling sederhana dari semua yang telah kita pelajari, partikel bebas di
manapun]. Seperti apa yang telah kita lihat baru saja, kasus partikel bebas
ini cukup aneh bagi kita. Oleh karena itu, persamaan Shroedinger menjadi

, [2.74]

atau

, di mana . [2.75]

Sejauh ini kelihatan sama dengan yang di dalam sumur potensial tak
berhingga (Persamaan 2.17), di mana potensialnya juga nol, kali ini, saya
lebih suka untuk menuliskan solusi umumnya dalam bentuk eksponensia (sebagai
ganti dari sin dan cos) untuk alasan bahwa ini akan serupa dengan apa yang biasa
kita lakukan:

. [2.76]

Tidak seperti pada sumur potensial tak berhingga, di sini tidak terdapat
syarat batas yang membatasi nilai k yang memungkinkan (dan juga E tentunya),
partikel bebas bisa membawa sembarang energi (positif). Berdasarkan
pada standar kebergantungan waktu,

. [2.77]
Sekarang, setiap fungsi x dan t yang bergantung pada variabel
tersebut dalam kombinasi khusus ( )(untuk suatu konstan) yang
merepresentasikan profil gelombang, merambat pada arah pada kecepatan .
Suatu titi tertentu pada bentuk gelombang (misalnya pada titik maksimum atau
titik minimum) yang berhubungan dengan nilai-nilai tertentu dan juga pada nilai
dan , maka

, atau ,

Adalah formula untuk gerak pada arah dengan kecepatan . Selama setiap titik
dalam bentuk gelombang bergerak bersama dengan kecepatan yang sama, maka
bentuknya tidak akan berubah selama merambat. Dengan demikian,
bagian pertama dalam Persamaan 2.77 merepresentasikan gelombang yang
merambat ke kanan, dan bagian yang kedua merepresentasikan gelombang
(dengan energi yang sama) yang merambat ke kiri. Oleh karena itu, selama arah
perambatannya hanya dibedakan oleh tanda di depan k, kita mungkin bisa
menuliskannya sebagai

, [2.78]

Dan bila negatif maka itu menandakan bahwa gelombang bergerak ke kiri:

, dengan [2.79]

Kecepatan dari gelombang (koefisien di antara dan ) adalah

. [2.80]

Tetapi di lain pihak, kecepatan klasik partikel bebas dengan energi diberikan oleh
(murni hanya kinetik, karena ), maka

. [2.81]

Dengan jelas bahwa fungsi gelombang mekanika kuantum merambat dengan


kecepatan setengah dari partikelnya, hingga saat ini pernyataan tersebut
masih benar. Tetapi kita akan kembali pada paradok ini sebentar lagi, ada
permasalahan lain yang bahkan lebih penting yang harus kita hadapi
pertama kali: Fungsi gelombang ini tdak ternormalisasi! Untuk itu

. [2.82]
Pada kasus partikel bebas, solusi separasi tidak merepresentasikan keadaan
fisis yang sebenarnya. Partikel bebas tidak dapat berada dalam keadaan stasioner,
atau kita bisa menggunakan kata-kata lain, tdak ada materi apapun sepert
partkel bebas dengan energi yang tertentu.

Tetapi ini tidak berarti bahwa solusi separasi tidak berguna untuk
kita. Oleh karena solusi separasi memainkan aturan matematis yang
seluruhnya tidak bergantung pada interpretasi fisisnya: Solusi umum dari
persamaaan Shroedinger bergantung waktu masih merupakan kombinasi liner
dari solusi separasi (hanya kali ini integralnya terhadap variable kontinu ,
sebagai ganti dari penjumlahan pada indeks diskret ):

. [2.83]

[kuantitas adalah faktor dari convenience, yang memainkan aturan


dari koefisien dalam Persamaan 2.14 adalah kombinasi dari .]
Sekarang fungsi gelombangnya dapat dinormalisasikan [untuk lebih
tepatnya]. Tetapi perlu mengunakan range dan juga range energi dan kecepatan.
Kita namakan ini dengan paket gelombang.

Dalam permasalahan kuantum utama, ketika kita diberikan , maka


kita akan dapat menemukan . Untuk partikel bebas, solusinya memiliki
bentuk 2.83, pertanyaan yang kembali dipertanyakan adalah
bagaimana menentukan dengan cara yang sama diberikan fungsi
gelombang awal:

. [2.84]

Ini adalah permasalahan klasik dalam analisis fourier, jawabannya disajikan oleh
teorema Plancherel:

.[2.85]

dinamakan dengan transformasi Fourier dari , dan dinamakan


dengan invers transformasi Fourier dari (perbedaannya hanya pada tanda di
dalam eksponensial). Tentunya terdapat syarat-syarat tertentu untuk fungsi
yang
12
diijinkan: Integralnya haruslah ada. Untuk tujuan kita, ini dijamin oleh syarat fisis
bahwa dengan sendirinya ternormalisasi. Maka solusi dari
permasalahan kuantum untuk partikel bebas adalah persamaan 2.83, dengan

. [2.86]

Sebenarnya saya lebih suka untuk memberikan sebuah contoh padamu,


dimulai dengan fungsi spesifik dimana kita dapat menghitung nilai yang
sebenarnya, dan kemudian mengerjakan integral dalam persamaan 2.83 untuk
mendapatkan secara utuh. Tetapi sayangnya, kasus dengan bentuk
yang teratur sangat sulit untuk dibuat, maka saya ingin menyimpan contoh ini dan
ingin untuk kalian mengerjakannya sendiri. Kerjakan Soal 2.22 secara hati-hati.

Kita kembali pada paradok yang telah kita perhatikan sebelumnya, fakta
bahwa solusi separasi merambat pada kecepatan yang salah untuk
partikel, itu tidak merepresentasikan kejadian yang sebenarnya. Sebuah perkataan
yang kasar, bahwa permasalahan yang muncul ketika kita menemukan
sebenarnya merupakan keadaan yang tidak dapat diterima secara fisis.
Bagaimanapun juga ini menarik untuk dicari tahu bagaimana informasi yang
berkaitan dengan kecepatan partikel dibawa oleh fungsi gelombang (Persamaan
2.83). Gagasan utamanya adalah ini: Paket gelombang adalah fungsi sinusoidal di
mana amplitudonya termodualasi oleh (Gambar 2.6); yang terdiri dari riak
yang berada di dalam sampul. Apa yang berhubungan dengan kecepatan partikel
bukanlah kecepatan dari riak secara individu (yang dinamakan dengan kecepatan
fase), tetapi merupakan kecepatan sampul (kecepatan grup), yang tergantung
pada sifat alami dari gelombang, bisa lebih besar, lebih kecil, atau sama
dengan kecepatan riaknya. Untuk gelombang pada tali, kecepatan grup sama
dengan kecepatan fase. Untuk gelombang air adalah setengah dari kecepatan fase,
seperrti yang mungkin kamu ingat ketika kamu melemparkan batu pada sebuah
kolam air: jika kamu memperhatikan riak, kamu akan melihat riak akan terbentuk
dari bagian belakang, bergerak ke depan melewati grup dan lama-lama pudar di
bagian depan, sementara itu, grup secara keseluruhan
merambat dengan kecepatan setengahnya. Apa yang ingin saya
tunjukkan adalah bahwa untuk partikel bebas

12
Keperluan dan kondisi yang cukup pada adalah bahwa haruslah
terbatas. (Pada kasus juga terbatas, dan faktanya bahwa kedua intehralnya
adalah sama.) Lihatlah Arfken (catatan kaki 15), subbab 15.5
dalam mekanika kuantum, kecepatan grupnya dua kali dari kecepatan fase, hali ini
dimaksudkan untuk merepresentasikan kecepatan partikel klasik.

Gambar 2.6 : Sebuah paket gelombang. sampulnya merambat pada


kecepatan grup, riaknya merambat pada kecepatan fase.

Permasalahannya kemudian adalah untuk menentukan kecepatan grup


paket gelombang dengan bentuk umumnya

[dalam kasus ini , tetapi apa yang saya katakan tersebut dapat
diaplikasikan pada semua jenis paket gelombang, tanpa memperhatikan relasi
dispersinya-formula sebagai fungsi dari .] Marilah kita asumsikan bahwa
berada di sekitar nilai . [Tidak ada yang salah mengenai penyebaran yang
lebar, tetapi untuk paket gelombang, perubahan bentuk dengan cepat (selama
komponen yang berbeda merambat pada kecepatan yang berbeda), akan
menyebabkan kerugian yang berarti.] Selama integrannya dapat diabaikan kecuali
di sekitar , kita bisa menggunakan ekspansi Taylor untuk fungsi pada titik
tersebut dan mengambil hanya bagian yang utama:

Di mana adalah turunan terhadap , pada titik .

Dengan mengubah variabel dari menjadi , pusat integral pada


, kita dapatkan
.

Pada ,

Dan pada akhir waktu

Kecuali untuk pergeseran dari ke , integral ini adalah sama dengan


integral yang berada di atasnya dalam bentuk . Maka dari itu

. [2.87]

Terpisah dari faktor fasa yang berada di depan (yang tidak akan mempengaruhi
pada setiap waktu), paket gelombang dengan jelas bergerak dengan
kecepatan

[2.88]

(dengan menganggap ), yang sangat berbeda dengan kecepatan fasa

. [2.89]

Dalam kasus ini, , maka , di mana


, yang berarti bahwa kecepatan grupnya dua kali kecepatan fasa. Ini
menegaskan bahwa kecepatan grup paket gelombang bukanlah kecepatan fasa
dari keadaan stasioner, yang sesuai dengan kecepatan partikel klasik:

. [2.90]

2.5 Potensial Fungsi Delta

Kita telah mempelajari dua jenis solusi Persamaan Shroedinger-


tidak bergantung waktu yang sangat berbeda: Untuk sumur potensial tak
berhingga dan osilator harmonik memiliki solusi yang ternormalisasi, dan ditandai
dengan indeks diskret n, untuk partikel bebas, solusinya tidak ternormalisasi, dan
ditandai dengan
variabel kontinu k. Kasus yang pertama (sumur potensial tak berhingga dan
osilator harmonik) menggambarkan keadaan yang dapat tercapai secara fisis pada
batasannya, sedangkan yang kedua (partikel bebas) tidak, tetapi pada kedua kasus,
solusi umum dari persamaan Shroedinger-tidak bergantung waktu merupakan
kombinasi linier dari keadaan stasioner, pada kasus pertama, kombinasi liniernya
dalam bentuk tanda sum ( ) sepanjang nilai n, sedangkan yang kedua merupakan
bentuk integral (sepanjang k). Tetapi apakah sebenarnya arti fisis dari perbedaan
ini?
Gambar 2.7: (a) Keadaan terikat. (b) Keadaan hamburan. (c) keadaan terikat klasik
tetapi keadaan hamburan kuantum

Dalam mekanika klasik, potensial-tidak bergatung waktu satu dimensi


dapat menghasilkan dua jenis gerak yang cukup berbeda. Jika ketinggian
lebih tinggi dari pada energi total partikel (E) pada kedua sisi (Gambar 2.7a), maka
partikel akan terjebak di dalam dinding potensial, partikel akan turun kembali
setelah mendekati titik balik (turning point) dan akan begitu seterusnya, tetapi
partikel tidak akan dapat keluar dari dinding potensial (kecuali kalau, kita
memberikan tembahan energi, seperti dengan sebuah motor, tetapi kita tidak
membicarakan mengenai hal ini). Kita menyebut ini dengan keadaan terikat
(Bound State). Pada sisi lain, jika E melebihi pada salah satu sisi (atau
keduanya), dan partikel datang pada titik tak terhingga, maka partikel akan
bergerak melambat atau semakin cepat di bawah pengaruh dari potensial,
dan kembali ke tak terhingga (Gambar 2.7b). (Partikel tidak akan terjebak ke
dalam potensial kecuali kalau terdapat suatu mekanisme, seperti friksi
untuk menghilangkan energi, tetapi sekali lagi kita tidak membicarakan mengenai
hal ini). Kita menyebut hal ini deangan keadaan hamburan (scattering state).
Beberapa potensial hanya berlaku untuk keadaan terikat (misalnya, osilator
harmonik), dan beberapa yang lainnya hanya untuk keadaan hamburan
(misalnya sebuah bukit potensial tanpa lubang didalamnya), beberapa lagi
berlaku keduanya, bergantung pada energi partikel.

Seperti yang telah kita perkirakan, dua macam solusi persamaan


Shroedinger-tidak bergantung waktu sesuai dengan keadaan terikat
dan hamburan. Perbedaannya hanya berada pada ranah kuantum, karena
fenomena tunneling (yang akan kita bahas sebentar lagi) mengijinkan
partikel untuk menembus ke dalam potensial barier berhingga, maka dari
itu, satu-satunya permasalahannya adalah potensial yang tak berhingga (Gambar
2.7c):

[2.91]

Dalam kehidupan nyata semua potensial akan habis pada titik tak berhingga,
pada kasus ini dapat dengan sederhana dinyatakan dengan:

[2.92]
Karena potensial pada sumur potensial tak berhingga dan osilator
harmonik menjadi tak berhingga pada , keduanya hanya berlaku
keadaan terikat saja, karena potensial partikel bebas adalah nol di mana-
13
mana, maka hanya berlaku keadaan hamburan . Pada subbab ini (dan juga
berikutnya) kita sebaiknya memeriksa potensial yang menghasilkan kedua jenis
keadaan.

Fungsi delta Dirac, didefinisikan secara informal seperti di bawah ini:

dengan [2.93]

Mempunyai ketinggian tak terhingga, dengan lebar yang sangat sempit terletak
pada titik pusat koordinat, dan dengan luas area 1 (Gambar 2.8). teknisnya,
ini bukanlah sebuah fungsi, karena tidak terbatas pada (matematikawan
14
menyebut ini dengan fungsi tergeneralisasi, atau distribusi) . Meskipun demikian,
ini sangat berguna untuk membangun fisika teori. (Misalnya, dalam
elektrodinamika, rapat muatan dalam muatan titik adalah sebuah fungsi delta.)
Ingat bahwa adalah merupakan sebuah spike dengan luas area 1 pada
titik a. Jika kita mengalikan dengan sebuah fungsi , adalah sama
dengan bila kita mengalikannya dengan :

, [2.94]

karena perkalian produknya adalah nol di setiap titik, kecuali pada titik a. Dengan
kata lain,

. [2.95]

13
Jika kamu sangat berhati-hati dan sangat tidak puas mengenai pernyataan ini, mungkin
kamu harus ingat bahwa teorema umum yang mensyaratkan (Soal 2.2) tidak
dapat diterapkan pada keadaan hamburan, karena keadaan tersebut tentunya tidak
ternormalisasi. Jika ini mengganggumu, cobalah untuk menyelesaikan persamaan
Shroedinger dengan , untuk partikel bebas, dan ingat bahwa kombinasi linier genap
dari solusi ini tidak dapat ternormalisasi. Energi positifnya merupakan set yang komplit.
14
Fungsi delta dapat dapat didefinisikan sebagai sekumpulan dari beberapa fungsi, seperti
fungsi kotak (atau segitiga) dengan ketinggian yang sangat tinggi dan lebar yang sangat
sempit.
Gambar 2.8: Fungsi delta Dirac (Persamaan 2.93).

Itu adalah sifat dari fungsi delta yang paling penting: Di bawah tanda integral, itu
akan mengangkat nilai pada titik a. (Tentunya, integral sebenarnya tidak
membutuhkan batas dari hingga , semua itu hanyalah merupakan domain
integrasi pada titik a, maka hingga , untuk setiap .)

Sekarang marilah kita misalkan potensial dalam bentuk

, [2.96]

Di mana adalah sebuah kontanta. Ini adalah potensial buatan (sumur potensial
juga demikian), tetapi ini sederhana, dan cukup mendekati keadaan nyata
dari pada bentuk potensial lain yang telah kita pertimbangkan sebelumnya.
Persamaan Shroedinger kemudian menjadi

. [2.97]

Potensial ini menghasilkan keadaan terikat ( ) dan keadaan hamburan (


);kita akan diskusikan dulu untuk kasus keadaan terikat.

Pada daerah , , maka

, [2.98]

di mana

. [2.99]
(Dengan asumsi bahwa E adalah negatif, maka bersifat real dan positif.) Solusi
umum dari Persamaan 2.98 adalah

, [2.100]

Tetapi bentuk yang pertama akan menjadi tak terhingga pada , maka kita
harus memilih :

, ( ). [2.101]

Jika pada daerah , akan kembali lagi bernilai nol, dan solusi umumnya
adalah ; kali ini bagian kedua yang menjadi tak terhingga
(pada ), maka dari itu

, ( ). [2.102]

Dua fungsi ini dapat digabungkan menjadi sebuah fungsi bersama, menggunakan
syarat batas yang tepat pada . Saya memberikan kutipan lebih awal
syarat batas standar untuk :

[2.103]

Pada kasus ini syarat batas yang pertama mengatakan kepada kita bahwa
, maka

[2.104]

[Sketsa grafik dapat dilihat dalam gambar 2.9.] Syarat batas yang kedua tidak
memberikan petunjuk apa-apa kepada kita, ini (yang mirip dengan sumur potensial
tak berhingga) adalah kasus pengecualian di mana adalah tak terhingga pada
titik gabungan, dan dengan jelas pada grafik bahwa fungsi ini memiliki titik temu
pada . Selain itu, hingga titik ini, fungsi delta belum juga muncul sampai saai
ini. Dengan jelas, fungsi delta harus menentukan diskontinuitas dalam turunan ,
pada . Akan kita sajikan kali ini bagaimana fungsi delta bekerja, dan kita akan
melihat mengapa sebenarnya kontinu.
Gambar 2.9: Fungsi gelombang keadaan terikat untuk potensial fungsi delta
(Persamaan 2.104).

Gagasannya adalah dengan mengintegrasikan persamaan Shroedinger,


dari hingga , dan mengambil nilai limit pada :

. [2.105]

Integral yang pertama hilang, yang tersisa hanyalah , terevaluasi pada


kedua titik akhir, integral yang terakhir nol, dalam limit , selama area
perpotongannya dengan lebar yang tipis dan tinggi yang berhingga.
Dengan demikian

. [2.106]

Sebenarnya, limit pada sebelah kanan sekali lagi nol, dan kemudian
menjadi kontinu. Tetapi ketika adalah tak terhingga pada batas, maka
argumen tersebut runtuh. Sederhana saja, jika , Persamaan
2.95 menghasilkan

. [2.107]

Untuk kasus yang kita hadapi (Persamaan 2.104)

Dan oleh sebab itu, . Dan . Maka dari Persamaan


2.107 dapat dikatakan bahwa

, [2.108]
Dan energi yang diijinkan (Persamaan 2.99) adalah

. [2.109]

Akhirnya, yang harus kita lakukan adalah menormalisasikan :

Maka (dengan memilih akar real positif):

. [2.110]

Dengan jelas dinding fungsi delta, berdasarkan pada kekuatan , memiliki satu
keadaan terikat:

[2.111]

Bagaimana dengan keadaan hamburan, dengan ? Untuk persamaan


Shroedinger menjadi

Di mana

[2.112]

Adalah real dan positif. Solusi umumnya adalah

, [2.113]

Dan kali ini kita tidak dapat melakukan cara yang sama seperti yang telah
kita lakukan pada keadaan terikat, karena kedua bagian dalam Pesamaan 2.113
tidak menuju nilai tak berhingga pada . Hasil yang sama untuk ,

. [2.114]
Kontinuitas pada mensyaratkan kita bahwa

. [2.115]
Turunan dari solusinya adalah
Dan karenanya . Sementara itu ,
maka syarat batas kedua (Persamaan 2.107) menjadi

, [2.116]

Atau, lebih sederhananya

, di mana . [2.117]

Dari penentuan syarat batas, sekarang kita menghasilkan dua


buah persamaan (Persamaan 2.115 dan 2.117) dengan empat konstanta yang
tidak kita ketahui ( , , , dan ) atau lima buah apabila kita
menghitung nilai . Normalisasi tidak akan membantu, karena kita tahu bahwa
ini adalah keadaan yang tidak ternormalisasi. Mungkin sebaiknya kita berhenti
sejenak dan menguji secara fisis semua konstanta tersebut. Perlu diingat bahwa
menandakan untuk fungsi gelombang yang merambat ke
kanan (apabila dipasangkan dengan faktor kebergantungan waktu ), dan
menandakan fungsi gelombang yang merambat ke . Ini berari
bahwa (dalam Persamaan 2.113) adalah amplitudo fungsi gelombang
yang datang dari arah kiri, adalah amplitudo fungsi gelombang yang
terpantul kembali ke kiri, (dalam persamaan 2.114) adalah ampliudo fungsi
gelombang yang merambat ke kanan, dan adalah amplitudo fungsi
gelombang yang datang dari arah kanan (Gambar 2.10). Dalam model
percobaan hamburan partikel yang ditembakkan dari satu arah, katakanlah dari
arah kiri. Dalam kasus tersebut, Amplitudo gelombang yang datang dari arah
kanan adalah nol:

(untuk hamburan yang datang dari kiri). [2.118]

Maka, adalah amplitudo gelombang datang (incident wave), adalah amplitudo


gelombang pantul (reflected wave), dan adalah amplitudo gelombang transmisi
(transmitted wave). Dengan menyelesaikann Persamaan 2.115 dan Persamaan
2.117 untuk B dan F, kita dapatkan

, . [2.119]
(jika kamu ingin mempelajari hamburan yang datang dari arah sebelah kanan,
tetapkan , kemudian G adalah amplitudo gelombang datang, F
adalah amplitudo gelombang pantul, dan B adalah amplitudo gelombang
transmisi.)

Sekarang, probabilitas untuk menemukan partikel pada suatu titik tertentu


15
diberikan oleh , maka probabilitas relatif bahwa partikel datang
akan terpantul kembali adalah

. [2.120]

dinamakan dengan koefisien refeksi (reflecton coeficient). (jika kita


memiliki seberkas partikel, ini berarti bahwa fraksi dari jumlahan partikel datang
yang akan terpantul kembali.) sementara itu, probabilitas transmisi diberikan
oleh koefisien transmisi (transmission coeficient)

. [2.121]

Tentunya, jumlah dari kedua probabilitas tersebut adalah 1, dan karenanya

. [2.122]

Ingat bahwa dan adalah fungsi dari yang tentunya juga fungsi dari
(Persamaan 2.112 dan 2.117):

[2.123]

Dengan energi yang lebih besar, maka probabilitas transmisi menjadi lebih besar
(yang kelihatan lebih beralasan).

Semua ini kelihatan sangat rapi, tetapi terdapat beberapa prinsip yang cukup alot
yang tidak bisa kita abaikan begitu saja: Fungsi gelombang hamburan ini tidaklah
ternormalisasi, sehingga fungsi gelombang tersebut tidak
merepresentasikan keadaan partikel sebenarnya. Tetapi kita semua tahu bahwa
pemecahan masalah
ini adalah: kita harus membentuk kombinasi linier ternormalisasi dari keadaan

15
Ini bukanlah normalisasi fungsi gelombang, sehingga probabilitas absolut untuk
menemukan partikel pada sutu titik tertentu tidaklah terdefinisi dengan benar, namun
demikian, rasio dari probalitas untuk dua lokasi yang berbeda dapat diterima. Untuk
keterangan lebih ada pada paragrap selanjutnya.
stasioner, sama seperti yang telah kita lakukan pada kasus partikel bebas, partikel
fisis yang sebenarnya direpresentasikan oleh paket gelombang yang
dihasilkan. Pemecahan masalah secara langsung adalah sesuatu yang sangat sulit,
dan kali ini cara yang paling baik adalah memecahkan masalah tersebut dengan
menggunakan komputer. Sementara itu, selama tidak mungkin untuk
menghasilkan partikel bebas ternormalisasi tanpa memasukkan jangkauan
energi, R dan T sebaiknya diinterpretasikan sebagai perkiraan probabilitas
refleksi dan transmisi untuk partikel dalam jangkauan sempit energi di
sekitar nilai E. Biasanya, ini akan menjadi gangguan kita dalam
menganalisis permasalahan kebergantungan terhadap waktu secara esensial
menggunakan keadaan stasioner(partikel datang, terhambur oleh potensial, dan
kemudian bergerak menuju titik tak terhingga). Sehingga, (dalam Persamaan
2.113 dan 2.114) secara sederhana adalah fungsi sinusoidal komplek, tidak
bergantung terhadap waktu, perluasan menuju kedua titik tak berhingga
(dengan konstanta amplitudo). Dan sebelumnya, dengan menentukan syarat
batas yang sesuai pada fungsi tersebut, kita bisa menentukan probabilitas
bahwa partikel akan terpantul atau melewati dinding potensial (tentunya
direpresentasikan oleh paket gelombang terlokalisasi). Di balik semua ini adalah
hanya keajaiban matematis saja, yang menunjukkan fakta bahwa dengan
menggunakan kombinasi linier dari keadaan yang tersebar dalam semua
ruang, dan secara esensial bergantung terhadap waktu, kita bisa membangun
fungsi gelombang yang terkonsentrasi di suatu titik (bergerak), dengan sedikit
perilaku yang rumit terhadap waktu.

Setelah semua yang kita lakukan, di mana kita telah mempunyai persamaan yang
sesuai dengan keadaannya, marilah sejenak kita lihat kasus rintangan fungsi delta
secara singkat (Gambar 2.11). Formalnya, semua yang harus kita lakukan adalah
mengubah tanda . Tentunya ini akan menghilangkan keadaan terikat.
Dengan kata lain, koefisien transmisi dan refleksi yang hanya bergantung pada
, tidak akan berubah. Dengan kasar dapat kita katakana,
partikel hanya berperilaku ntuk melewati rintangannya seperti menembus dinding.
Secara klasik, tentunya partikel tidak akan bisa melewati dinding yang memiliki
energi potensial yang lebih besar dari pada energi partikel tersebut. Dengan
demikian, permasalahan hamburan klasik adalah sangat tidak sesuai: Jika ,
maka dan dan
partikel benar-benar melewati dinding potensial, sebaliknya jika maka
dan partikel akan terpental dari dinding. Permasalahan
hamburan
kuantum lebih dari itu, partikel memiliki probabilitas tidak nol dalam melalui
dinding potensial walaupun . Kita namakan peristiwa ini dengan
fenomena penembusan (tunneling), inilah mekanisme yang memungkinkan
pada
sebagian besar elektronika modern, yang tidak disebutkan dalam
perkembangan spektakuler terkini dalam mikroskopi. Sebaliknya, bahkan jika ,
terdapat kemungkinan bahwa partikel akan terpantul kembali.

2.6 Sumur Potensial Berhingga


Sebagai contoh kasus yang terakhir, mari kita pertimbangkan sumur
potensial berhingga

[2.127]

Di mana adalah konstanta positif (Gambar2.12). Seperti dinding potensial fungsi


Delta, sumur potensial berhingga berlaku dua keadaan, keadaan terikat (dengan
) dan keadaan hamburan (dengan ). Pertama, kita akan mempelajari
keadaan terikat terlebih dahulu.

Gambar 2.12: Sumur potensial Berhingga (Persamaan 2.127).

Pada daerah potensialnya adalah nol, maka persamaan


Shroedinger menjadi

, atau ,

Di mana

[2.128]
adalah real dan positif. Solusi umumnya adalah ,
tetapi bagian pertama akan bernilai tak berhingga (pada ), maka solusi
fisis yang dapat diterima (seperti sebelumnya, lihat Persamaan 2.101) adalah

, untuk . [2.129]

Dalam daerah , , dan persamaan Shroedinger menjadi

, atau ,

Di mana

. [2.130]

Walaupun negatif, untuk keadaan terikat haruslah lebih besar dari pada
, yang disebabkan oleh teorena klasik yang menyebutkan bahwa
(soal
2.2), oleh karena itu, juga harus real dan positif. Solusi umumnya adalah

, untuk , [2.131]

Di mana dan adalah sembarang konstanta. Akhirnya, dalam daerah


potensialnya kembali lagi nol, solusi umumnya adalah
, tetapi bagian yang kedua akan menjadi tak berhingga (pada ),
maka kita hanya menyisakan

, untuk . [2.132]

Langkah kedua yang harus kita lakukan adalah menentukan syarat batas:
dan kontinu pada dan . Tetapi kita dapat menghemat sedikit waktu
kita dengan mengingat bahwa potensial ini adalah fungsi genap, maka kita dapat
mengasumsikan tanpa ada kekurangan bahwa solusinya adalah juga merupakan
fungsi genap dan ganjil (Soal 2.1c). Keuntungan dari ini adalah bahwa kita hanya
butuh untuk menerapkan syarat batas pada salah satu sisi saja (katakanlah pada
), sisi yang lain secara otomatis akan langsung sama cara penyelesainnya,
karena . Kita akan mengerjakan solusi genapnya saja, maka tugas
kamu adalah mengerjakan sisi ganjilnya pada soal 2.28. Cos adalah fungsi genap
(dan sin adalah fungsi ganjil), maka solusi umumnya adalah
[2.133]

Dari sifat kontinuitas , pada kita dapatkan

, [2.134]

dari kontinuitas , kita peroleh

. [2.135]
Dengan membagi Persamaan 2.135 dengan Persamaan 2.134 kita dapatkan

. [2.136]

Persamaan 2.136 adalah perumusan untuk energi yang diijinkan, karena dan ,
keduanya adalah fungsi . Untuk mendapatkan , kita sebaiknya mengadopsi
beberapa notasi. Misalkan saja

, dan . [2.137]

Berdasarkan persamaan 2.128 dan 2.130, , maka


, dan Persamaan 2.136 menjadi

. [2.138]

Gambar 2.13: solusi grafis untuk Persamaan 2.138, untuk (keadaan genap)

Ini adalah persamaan yang sulit untuk diselesaikan di mana z (dan juga untuk
E) sebagai fungsi (yang merupakan sebuah ukuran dinding). Persamaan tersebut
dapat diselesaikan secara numerik dengan menggunakan kalkulator,
atau
komputer, atau secara grafik dengan menggambarkan tan z dan pada
grafik yang sama, kemudian kita perhatikan titik pertemuan kedua plot tersebut
(Lihat Gambar 2.13). Terdapat dua kondisi spesifik untuk permasalahan ini:

Dinding lebar dan dalam. Jika sangat besar, titik perpotongan hanya terjadi
sedikit di bawah , dengan bilangan ganjil; ini berarti bahwa

. [2.139]

Di sini ( ) adalah energi di atas dasar sumur, dan pada sebelah kanan kita
dapatkan secara tepat energi sumur potensial tak berhingga, untuk sumur dengan
lemar (lihat Persamaan 2.23)atau sebaiknya, setengah darinya, selama
adalah ganjil. (Untuk bagian yang lain, tentunya, datang dari fungsi gelombang
ganjil, sama seperti yang akan kamu temukan dalam soal 2.28.) Sehingga, sumur
potensial berhingga akan menjadi sumur potensial tak berhingga pada ;
bagaimanapun untuk berhingga terdapat hanya banyak keadaan terikat
berhingga pula.

Dinding sempit dan dangkal. Saat menurun, terdapat lebih sedikit dan sedikit
keadaan terikat, hingga akhirnya (untuk , di mana bilangan
ganjil terendah hilang) hanya terdapat satu. Ini menarik untuk dicatat,
bagaimanapun, bahwa selalu terdapat satu keadaan terikat, tanpa memperdulikan
seberapa lemah sumur potensial yang ada.

Sekarang kamu boleh untuk menormalisasikan (Persamaan 2.133), jika kamu


tertarik (lihat Soal 2.29), tapi saya sekarang akan langsung pada keadaan terikat
( ). Di sebelah kiri, di mana , kita punya

, untuk ( ) [2.140]

di mana (seperti biasanya)

. [2.141]

di dalam sumur, di mana ,

, untuk ( ) [2.142]

di mana, sama seperti sebelumnya,

. [2.143]
Pada sebelah kanan, asumsikan tidak terdapat gelombang datang pada daerah ini,
kita dapatkan

. [2.144]

A adalah amplitudo gelombang datang, B adalah amplitudo gelombang


16
terpantulkan, dan F adalah amplitudo gelombang tertransimisi.

Terdapat empat kondisi batas: kontinuitas pada menyatakan

, [2.145]

kontinuitas pada memberikan

, [2.146]

kontinuitas pada pada menghasilkan

, [2.147]

dan kontinuitas Kontinuitas pada mengharuskan

. [2.148]

Kita bisa menggunakannya untuk mengeliminasi dan , dan menyelesaikannya


untuk mendapatkan dan (lihat Soal 2.31):

, [2.149]

. [2.150]

Koefisien transmisi ( ), di ekspresikan dalam bentuk variabel asli,


diberikan oleh

. [2.151]

16
Kita bisa menggunakan istilah fungsi genap dan ganjil, sama seperti yang telah kita
gunakan pada keaadaan terikat, tetapi untuk kali ini sebaiknya kita wakili dengan gelomban
berdiri, dan permasalahan hamburan secara alami lebih diformulasikan dalam bentuk
gelombang merambat.
Ingat bahwa bila (dinding sumur menjadi transparan) bilamana argumen
sinus adalah nol, yang mana dapat dikatakan untuk

, [2.152]

Di mana n adalah integer. Energi untuk transmisi sempurna, diberikan oleh

, [2.153]

yang terjadi pada energi yang diijinkan secara tepat untuk sumur potensial
berhingga. ditunjukkan dalam Gambar 2.14 sebagai fungsi energi.

Gambar 2.14: koefisien transmisi sebagai fungsi energi (Persamaan 2.151).

2.7 Matriks Hamburan

Gambar 2.15: Hamburan pada sembarang potensial terlokalisasi [ kecuali pada


daerah II].
Teori hamburan menghasilkan cara yang nyata untuk potensial
yang terlokalisasi sembarang (Gambar 2.15). Pada bagian kiri (Daerah I), ,
maka dari itu

, di mana . [2.155]

Pada bagian kanan (Daerah III), kembali lagi bernilai nol, maka

. [2.156]

Di tengah-tengahnya (Daerah II), tentunya kita tidak bisa menghitung selama


kita belum menentukan potensialnya secara spesifik, tetapi karena persamaan
Shroedinger adalah linier dan berupa persamaan diferensial orde dua, maka solusi
umumnya memiliki bentuk

, [2.157]
17
di mana dan adalah solusi terpisah yang independen secara linier.
Akan ada empat syarat batas (dua dari gabungan Daerah I dan II, dan dua lagi dari
gabungan Daerah II dan III). Dua diantaranya dapat digunakan untuk
mengeliminasi dan , dan dua lagi yang lainnya dapat diselesaikan untuk B
dan F dalam bentuk A dan G:

, . [2.158]

Empat koefisien , yang bergantung pada (dan tentunya juga pada ),


merupakan matriks 2 x 2

, [2.159]

inamakan dengan matriks hamburan (Scattering matrix) atau matriks-S untuk


lebih singkatnya. Matriks-S memberitahukan kepada kita amplitudo keluaran
(B dan F) dalam bentuk amplitudo masukan (A dan G):

. [2.160]

17
Lihatlah beberapa buku persamaan diferensial, misalnya, J.L. Van Iwaarden, Ordinary
Diferental Equatons with Numerical Techniques (San Diego, CA: Harcourt Brace
Jovanovich, 1985), BAB 3.
Pada kasus hamburan yang datang dari sebelah kiri, , maka koefisien refleksi
dan transmisi adalah

, . [2.161]

Untuk hamburan yang dating dari sebelah kanan, , dan

, [2.162]

Matriks-S memberitahukan kita semuanya yang berhubungan dengan


hamburan dari potensial terlokalisasi. Untungnya, itu juga terdapat
informasi mengenai keadaan terikat (jika ada). Untuk jika , sehingga memiliki
bentuk

[2.163]

dengan

. [2.164]

Kondisi batasnya sama seperti sebelumnya, sehingga matriks S memiliki struktur


yang sama-hanya sekarang -nya negatif, sehingga . Namun kali ini dan
adalah nol, dimana dan tidak, dan oleh sebab itu (Persamaan 2.158)
setidaknya dua elemen dalam matriks S harus infinite. Untuk mendapatkan dengan
cara yang lain, jika kamu telah mendapatkan matriks S (untuk ), dan kamu
ingin menempatkan keadaan terikat; tempatkan , dan lihat energinya yang
mana matriks-S tak berhingga.

Sebagai contoh, pada kasus sumur potensial berhingga,

(Persamaan 2.150). Substitusikan , kita lihat bahwa menjadi tak


berhingga bilamana

Dengan menggunakan identitas trigonometri


.

Akan kita dapatkan

(tanda positif), dan (tanda negatif).

Nilai tersebut secara tepat adalah kondisi untuk keadaan terikat pada sumur
potensial berhingga (Persamaan 2.136 dan Soal 2.28).

Anda mungkin juga menyukai