Anda di halaman 1dari 13

INISIASI 2

Penerapan Dalil-Dalil Matematika Dalam Mekanika Kuantum dan


Ungkapan Gelombang dalam 1 D
Dr. Artoto Arkundato

Pada Tutorial Online Inisiasi 2 ini kita akan mendiskusikan dan membahas perangkat
matematika yang kita butuhkan untuk menangani solusi persamaan Schrodinger. Persamaan
Schrodinger adalah persamaan diferensial yang akan kita gunakan untuk menelaah fenomena
kuantum obyek mikroskopis. Dari sisi konsep baru mulai dari munculnya dualisme
gelombang-partikel sampai terbentuknya rumusan persamaan Schrodinger pada umumnya
dapat diikuti mahasiswa. Namun demikian pada umumnya mahasiswa akan terbentur pada
penuasaan Fisika Matematik dalam mencari solusi persamaan Schrodinger. Meskipn
mahasiswa diharapkan sudah pernah mengambil matakuliah Fisika Matematik namun sangat
perlu kiranya kita berikan lagi perangkat matematika yang diperlukan untuk menangani
persamaan Schrodinger.

Silahkan Anda aktif di kegiatan tutorial online ini. Keaktifan anda akan sangat membantu
yang lain dalam kelas tutorial ini.

SELAMAT BERDISKUSI
Modul 2
KB1. Basis Eksponen e dan Bilangan Imajiner i

Pada kenyataanya dalam menyelesaikan problem kuantum kita memang sering memerlukan
bilangan eksponensial (e) baik untuk mewakili rumusan perambatan gelombang (ingat bahwa
persamaan Schrodinger nantinya tidak lain adalah persamaan gelombang) maupun untuk
menuliskan operator (yang nanti juga Anda pelajari) dalam mekanika kuantum. Pada
umumnya Anda dapat menggunakan bentuk eksponensial fungsi gelombang () sebagai solusi
persamaan gelombang, namun dalam fisika kuantum maka terdapat beberapa kebiasaan (untuk
alasan kemudahan) dalam pemanfaatan bilangan eksponeisial. Sebagai gambaran adalah
sebagai berikut.
Jika Anda menyelesaikan kasus keadaan terikat (bound state)(yang Anda pelajari nanti) maka
biasanya kita akan berusaha mengubah bentuk eksponensial menjadi bentuk fungsi
sinus/cosinus. Misalnya kasus partikel terjebak dalam medan potensial sehingga partikel tidak
dapat lepas dari medan ini. Kita dapat menggunakan bentuk fungsi gelombang (x) = A cos
(kx) misalnya.
Jika Anda menjumpai problem hamburan (ubbound state) seperti hamburan elektron oleh atom
maka biasanya Anda akan lebih meudah jika menggunakan bentuk eksponensial fungsi
gelombang. Misalnya berbentuk (x) = Aeikx atau (x) = Aexp(ikx).
Pada lain saat maka operator dalam fisika kuantum yang Anda gunakan juga perlu diubah
dalam bentuk eksponensial.
Matematika bilangan eksponensial ini dapat Anda baca pada buku BMP Fisika Kuantum kita
dengan beberapa contoh penggunaan.

Berkaitan dengan bilangan imajiner (i).


Bilangan imajiner sering digunakan dalam pembahasan bilangan kompleks dalam matematika.
Bilangan kompleks dan variabel kompleks dapat berguna manakala kita bekerja dalam konteks
fisika klasik. Namun demikian meskipun bilangan kompleks itu diperlukan di fisika klasik
namun peranannya tidak sepenting seperti dalam fisika kuantum. Dalam fisika klasik maka
gaya, posisi, momentum, potensial dan lain lain adalah besaran riil dan persamaan yang
menggambarkannya seperti hukum Newton dan lain-lain adalah persamaan diferensial yang
mengandung besaran riil. Dalam hal ini fisika kuantum adalah berbeda. Nantinya Anda akan
mengetahui bahwa faktor 𝑖 = √−1 akan muncul dimana-mana. Seperti kaidah komutasi
Heisenberg yang terkenal menyatakan bahwa [Q,P] = i dan bahkan dalam persamaan
Schrodinger itu sendiri sejak awal sudah menyerakan bilangan imajiner dalam rumusannya.
Oleh karena itu Anda harap membiasakan bilangan imajiner ini dalam fisika kuantum.
Selain membiasakan diri dengan operasi bilangan kompleks yang mengandung bilangan riil,
membiasakan diri dengan solusi bentuk eksponensial persamaan diferensial, Anda juga perlu
membiasakan diri bekerja dengan: operasi matriks, bentuk deret sebuah fungsi, deret Fourier,
fungsi-fungsi khusus (seperti fungsi Legendre, Hermit, Rodriguess, dll). Dari BMP Fisika
Kuantum ada beberapa contoh operasi matriks yang dapat Anda pelajari.
Hal 2.2
Beberapa hal berikut adalah rumusan-rumusan penting manakala Anda bekerja dalam fisika
kuantum:
exp(i) = cos () + i.sin()
Untuk sembarang fungsi f(x) yang kontinu dan terdeferensiabel maka dapat diubah menjadi
bentuk deretnya menggunakan rumus deret Taylor:

Sehingga dapat diperoleh rumusan-rumusan berikut:

Dapatkah Anda menguraikan fungsi f(x) = sin(x) menggunakan uraian deret Taylor untuk
mendapatkan

KB.2 Dalil-Dalil Fourier


Di dalam fisika dan geometri, ada dua ruang-ruang vektor yang terhubung erat, biasanya 3D
meskipun secara umum ND. Ruang Posisi (biasa disebut ruang riil atau ruang koordinat)
adalah himpunan semua vektor posisi r dalam ruang tersebut dan mempunyai dimensi panjang.
Sebuat vektor posisi seperti Anda ketahui kemudian sering digunakan untuk menunjukkan
sebuah titik dalam ruang tersebut.
Ruang momentum adalah himpunan semua vektor-vektor momentum p dalam ruang
itu.Vektor mementum sebuah partikel berkaitan dengan geraknya. Di dalam fisika kuantum
nanti Anda akan mengetahui bahwa persamaan Schodinger untuk memecahkan problem
kuantum akan dapat dipecahkan baik dalam ruang posisi maupun ruang momentum. Pada
perkuliahan S1 biasanya jarang sekali mahasiswa diberikan porsi berlebih untuk membahas
persamaan Schrodinger dalam ruang momentum dan biasanya sering diberikan persamaan
Schrodinger dalam ruang posisi. Ruang posisi akan memberikan fungsi gelombang (r)
sedang ruang momentum akan memberikan fungsi gelombang (p).
Pertanyaanya bagaimana kita mengharapkan dalam solusi persamaan Schrodinger kita
mengunakan pendekatan ruang posisi atau mometum? Sebenarnya keduanya sama saja untuk
memecahkan problem yang sama. Ibarat Anda membelah sebutir kelapa menggunakan parang
atau kapak Anda sama-sama akan mendapatkan daging buahnya. Pilihannya adalah kemudian
mudah menggunakan yang mana untuk tujuan tertentu. Jika Anda menggunakan kapak maka
akan segera mendapatkan daging buahnya, namunn Anda mungkin akan kehilangan air
kelapanya misalnya.
Oleh karena itu memang dalam memecahkan problem kuantum Anda diberi pilihan
menggunakan pendekatn persamaan Schrodinger yang mana. Sebagai patokan untuk
kebiasaan, biasanya jka problem kuantum terikat menggunakan persamaan Schrodinger ruang
posisi sedang untuk problem analiss hamburan partikel mudah menganalisis dalam raung
momentum. Kemudahan disini maksudnya adalah kemudahan dalam memecahkan persamaan
diferensial Schrodinger untuk kasus yang berkaitan.
Satu hal yang penting, dengan menggunakan dalil Fourier maka ada rumus transform dari
raung posisi ke ruang momentum dan sebaliknya:
Persamaan Schrodinger ruang posisi:

atau dengan  = (x,t)


Persamaan Schrodinger ruang momentum:

dengan  = (p,t)
Dengan transform fourier di antaranya adalah (seperti dalam BMP Fisika Kuantum hal 2.21):

Dalam hal ini p = hk sehingga dp = dk dan . Sampai pada bahasan ini Anda hanya
diminta mengingat-ingat dan memahami konsep penting ini, yang akan sangat Anda perlukan
untuk bekerja dengan persamaan Schrodinger dan aplikasinya.
Selanjutya hal yang perlu Anda ketahui adalah mengenai mekanika Hamiltonian. Persamaan
Newton adalah persamaan Vektor dimana Anda diminta untuk mengetahui gaya-gaya yang
bekerja pada benda dengan pasti. Rumusan vektor dalam fisika kuantum menjadi sulit karena
kita memang tidak melihat benda yang bergerak karena memang mustahil mengikuti gerak
elektron misalnya dalam ruang yang sangat kecl seukuran atom. Bagaimana kita mengatahihal
ini. Maka dalam mekanika kuantum kita mengunakan pendekatan skalar. Persamaan
Schrodinger adalah persamaan Skalar dan yang muncul adalah konsep hamiltonian bahwa
energi total sistem adalah E = Ekinetik + Epotensial. Di dalam mekanika kuantum maka persamaan
Schrodinger adalah sebenarnya apersamaan Operator dengan operator H adalah operator energi
total sistem. Jadi jika kita tuliskan maka persamaan Schdodinger adalah:
H(x,t) = E(x,t)
Dengan operator hamiltonian H adalah H = Ek + V(x). Oleh karena itu yang penting dalam
menyelesaikan problem kuantum adalah bagaimana bentuk fungsi potensial V(x). Makin rumit
bentuk fungsi potensial V(x) maka solusi persamaan Schodinger makin susah bahkan tidak
mungkin secara solusi analitik. Pada kenyataanya hampir semua problem kuantum yang
mengandung penerapan riil memerlukan solusi numerik (menggunakan program komputer).
Sering informasi mengenai sistem adalah gaya yang bekerja pada sistem. Bagaimana Anda
mendapatkan fungsi potensial? Anda dapat mencarinya dari konsep bahwa gaya adalah minus
gradien potensial. Sehingga:
F = - dV/dr => V = -  V(r) dr
Contoh:
Untuk sistem pegas maka berlaku F = -kx , maka fungsi potensial adalah v(x) = 1/2.kx2 .
Sehingga Hamiltonian osilator harmonik adalah:
H = ½ mv2 + ½ kx2
Tentu saja nantinya Anda akan mengetahui bahwa semua variabel fisis dalam persamaan
Schrodinger harus dinyatakan dalam bentuk operator, sehingga persamaan Schrodinger
Osilator Harmonik adalah:

Dengan u adalah fungsi gelombang dengan notasi yang lain ( sama halnya dengan ).
MODUL 3
UNGKAPAN GELOMBANG 1D
Mekanika Kuantum dibangun berdasarkan konsep yang berbeda dengan fisika klasik. Jika
dalam fisika klasik hasil pengukuran-pengukuran besaran fisis bersifat riil maka dalam fisika
kuantum rumusannya bersifat abstrak. Munculnya bilangan imajiner dalam persamaan
Schrodinger itu sendiri sudah memberi gambaran bahwa mekanika kuantum rumusannya
bersifat abstrak. Oleh karena itu dalam bekerja untuk sistem mikroskopis menggunakan
mekanika kuantum kita akan diberikan postulat-postulat/azas-azas mekanika kuantum yang
harus diikuti.

Azas/Postulat Pertama
Kita tidak mengetahui dengan pasti keberadaan obyek dalam sistem mikroskopik dan konsep
dualisme gelombang-partikel menjadi penting. Keberadaan partikel kemudian dapat diketahui
menurut konsep probabilistik. Dipostulatkan bahwa ada sebuah fungsi gelombang (x) yang
memuat segala informasi yang ingin diketahui dari obyek gelombang-partikel. Fungsi ini
secara umum adalah fungsi kompleks dan mempunyai pasangan kompleksnya *(x).
Besaranya peluang untuk mengetahui keberadaan/lokasi sebuah obyek gelombang-partikel
adalah dP(x) = |(x)|2 = (x).*(x)dx untuk peluang antara x dan x+dx. Oleh karena itu
sangat jelas bahwa konsep fisika kuantum sejak awal telah diberikan dalam bentuk konsep
probabilistik dan buka deterministik seperti dalam fisika klasik. Probabilitas P menemukan
partikel diseluruh ruang oleh karena itu adalah

P  C   ( x) dx
2

dengan C adalah tetapan. Jika kita mengharapkan bahwa diseluruh ruang kita menemukan
dengan pasti keberadaan partikel maka kita berarti memiliki relasi:

1  C   ( x) dx
2

Dan C menjadi konstanta normalisasi yang dapat dihitung dengan:


1
C
  ( x)
2
dx

Fungsi gelombang (x) harus berhingga . Jika fungsi gelombang takberhingga di suatu titik
dan pada saat t maka probabilitas menemukan partikel menjadi tak berhingga dan ini tidak
bermakna fisis karena sesuatu yang bermakna fisis adalah sesuatu yang berhingga. Fungsi
gelombang ini juga harus fungsi bernilai tunggal supaya probabilitas menemukan partikel di
suatu ruang bersifat unik dan tidak ganda karena mewakili obyek tunggal.

Azas/Postulat Kedua
Fungsi gelombang secara umum adalah fungsi ruang-waktu yaitu (x,t). Atau lebih umum
lagi adalah fungsi (r,t) untuk ruang 3D. Fungsi gelombang ini memenuhi persamaan gerak
Schrodinger yang secara umum dituliskan dengan:
2 2  ( x, t )
[  V ( x)] ( x, t )  i (untuk 1D)
2m x 2
t

Azas/Postulat Ketiga
Fungsi gelombang harus fungsi kontinu. Ini karena rapat probabilitas dan rapat arus harus
kontinu pada bidang batas. Demikian juga fungsi juga harus mempunyai turunan kontinu di
bidang batas. Kedua syarat ini akan menjamin bahwa fungsi gelombang yang mewakili sebuah
obyek tunggal akan sama baik dilihat dari sebelah kiri bidang batas maupun sebelah kanan
bidang batas dan kedua syarat tersebut akan menjamin bahwa fungsi gelombang akan
bersambung di bidang batas.

Azas/Postulat Keempat
Kita tidak mengetahui dengan pasti keberadaan partikel dan hanya dapat menentukan
probabilitas keberadaan partikel. Namun kita dapat menentukan rata-rata (harga harap atau
harga ekspektasi) keberadaan partikel. Lebih diperluas lagi kita dapat menghitung harga harap
pengukuran besaran fisis sembarang. Dalam mekanika kuantum maka sebuah variabel fisis
sembarang A mempunyai bentuk operatornya 𝐴̂ dan harga harap pengukurannya adalah:

Aˆ   * Aˆ  dx

Sebagai contoh harga harap energi total sistem E dapat dihitung dari:

E = Hˆ   * Hˆ  dx

̂ adalah operator energi total sistem bahwa 𝑯


Dengan 𝑯 ̂ = 𝑻 + 𝑽 dengan T adalah energi
kinetik dan V adalah energi potensial.
Azas/Postulat Kelima
Pengukuran dalam fisika kuantum adalah proses mengganggu sistem. Pada fisika klasik jika
kita mengukur sesuatu variabel maka secara umum kita dapat mengatur sistem sedemikian rupa
kita tidak mengganggu sistem yang kita ukur. Jika kita mengukur panjang benda berkali-kali
maka jikapun ada simpangan hasil maka sistem benda itu sendiri tidak berubah dan faktor alat
ukur atau cara kita mengukur sendiri yang menyumbang simpangan. Namun tidak demikian
halnya dalam sistem kuantum. Misalkan sebuah sistem diwakili oleh fungsi gelombang (x).
Dalam fisika kuantum konsep mengukur adalah mengenakan operator pada fungsi gelombang.
̂ (𝒙).
Misalkan kita mengukur energi sistem maka berarti berlaku 𝑯 Proses ini akan
menghasilkan nilai misalnya E2 namun sekarang sistem telah pindah ke keadaan 2(x). Artiya
kita kehilangan informasi sistem sebelum pengukuran.

Contoh:
Partikel dalam Sumur Potensial Kotak Tak Berhingga 1D
Marilah kita terapkan postulat-postulat kita untuk menelaah sistem kuantum sederhana.
Misalkan partikel bermassa m bergerak dalam ruang satu dimensi dengan lebar L dalam
pengaruh potensialnya berbentuk

Carilah tingkat-tingkat energi sistem?


Skema sistem 1D ini dapat kita gambar seperti dibawah ini

Kita bagi sistem tersebut dalam 3 daerah, I, II dan III dengan batas bidang pada –L/2 dan +L/2.
Penerapan persamaan Schrodinger untuk masing-masing daerah adalah
dengan U0  .
Kita bagi daerah potensial menjadi tiga bagian, I,II dan III yang masing-masing mempunyai
fungsi gelombang  I ,  II dan  III .

(a) Kita tinjau duku kasus U = . Namun sebelumnya ada baiknya kita memandang kasus U
berhingga = U0 > E. Dapat kita nyatakan disini persamaan Schodiner unutk kasus ini:

atau

dengan . Solusi untuk daerah ini adalah

Meskipun nilai tetapan A dan B berhingga tapi kita harus mengatur supaya B = 0 supaya
bermakna fisis karena jika tidak maka fugnsi gelombang akan takberhingga. Jika sekarang kita
pilih bahwa U   maka kita memperoleh

(b) Persamaan yang berlaku untuk daerah I sama dengan darerah III , yaitu

hanya sekarang kita harus mengatur A = 0 supaya fugnsi gelonbamg berhingga. Demikian juga
bila kita ambil U   maka kita peroleh

(c) Pada daerah II maka persmaan Schrodinger yang bearlaku adalah

denagn k memenuhi

Selanjutnya kita dapat memperoelh fungsi gelombang yang berbentuk

Secara fisis karena potensial adalah takhingga tinggi, sedangkan E < U0 maka sudah semestinya
partikel tidak mungkin ada didaerah I dan III. Dari Azas pertama maka keberadaan fungsi
gelombang memberi gambaran adanya partikel. Maka pada daerah I dan III sudah semestinya
karena partikel tidak mungkin ada maka fungsi gelombang harusnya nol. Oleh karena itu
mengingat Azas ketiga mengenai azas kontinuitas fungsi gelombang maka berlaku:
Dan untuk kontinuitas turunan fungsi (syarat kontinuitas ’ tidak diperlukan untuk kasus U 
.) kita peroleh persamaan

Dalam bentuk matriks dapat kita tuliskan lagi menjadi:

Agar dapat diperoleh solusi nontrivial dari matriks ini maka harus dipenuhi bahwa
determinan:

Dari persamaan matriks ini kita dapatlkan bahwa

Tetapan A dan B dapat dicari dari persamaan kontinuitas d atas:

atau

Sehingga fungsi gelombang untuk daerah II adalah

Kemudian menggunakan syarat normalisasi fungsi gelombang (dapatkah Anda


membuktikan?) dapat diperoleh fungsi gelombang solusi di daerah II:
Dengan hasil-hasil ini maka energi keadaan sistem dapat ditarik kesimpuan (dapatkah Anda
menyimpulkan?) diberikan oleh persamaan

Kita lihat disini bahwa untuk sistem kuantum keadaan terikat (bound state) karena potensial
sistem U0 > E maka energi partikel dalam potensial ini akan terkuantisasi, yang dicirikan oleh
adanya tingkat-tingkat energi dengan energi tiap tingkat E n dengan bilangan kuantum n yang
menggambarkan tingkat keberapa dari sistem. Beberapa tingkat energi sistem dapat kita lihat
pada gambar di bawah ini.

Sampai pada tataran ini Anda seharusya sudah memahami bagaimana problem kuantum
dipecahkan secara urut menggunakan azas-azas mekanika kuantum. Selanjutnya dapatkah
Anda menelaah dan mencari tingkat-tingkat energi sebuah osilator harmonik?

Contoh:
Fenomena fisika yang terjadi dalam dunia mikro sudah kita ketahui memerlukan model untuk
menggambarkannya. Vibrasi atom, molekul diatomik dan sistem fisis yang lain tentu
memerlukan model fisis misalnya model osilator, Model osilator inipun bisa osilator harmonik
maupun osilator anharmonik. Model osilator harmonik dapat diberikan untuk vibrasi yang
tidak terlalu besar. Pada telaah mekanika kuantum sebuah osilator maka dapat kita lakukan
sebagai berikut.
ℏ2 𝜕 2 𝜓(𝑥 )
𝐸𝜓 (𝑥 ) = − + V(x)𝜓(𝑥 )
2𝑚 𝜕𝑥 2
1 2 1
𝑉 (𝑥 ) = 𝐾𝑥 = 𝑚𝜔2 𝑥 2
2 2
atau
2𝑚 1 2 2
𝜕 2 𝜓 (𝑥 )
( )
( 𝑚𝜔 𝑥 − 𝐸) 𝜓 𝑥 =
ℏ2 2 𝜕𝑥 2
Dimana perubahan konstanta dari konstanta gaya ke frekuensi sudut diinspirasi dari fisika
klasik (masih ingatkah Anda pada solusi persamaan diferensial untuk sistem osilator?)
Meskipun kita belum mengetahui solusi persamaan Schrodinger, kita boleh mengasumsikan
bentuk fungsi gelombang ansatz,
2 /2
𝜓(𝑥 ) = 𝐴𝑒 −𝛼𝑥
Pada fungsi gelombang ini maka konstanta ini harus ditentukan. Memasukkan fungsi ini ke
persamaan Schrodinger maka:
2𝑚 1 2 2
𝜕
( 𝑚𝜔 𝑥 − 𝐸) 𝜓 ( 𝑥 ) = (−𝛼𝑥𝜓(𝑥))
ℏ2 2 𝜕𝑥
2𝑚 1
2
( 𝑚𝜔2 𝑥 2 − 𝐸) 𝜓(𝑥 ) = (−𝛼 + 𝛼 2 𝑥 2 )𝜓(𝑥 )
ℏ 2
dan

2𝑚2 𝜔2 𝑚𝜔 ℏ2 ℏ𝜔
𝛼=√ = , 𝐸 = 2𝑚 𝛼 =
2ℏ2 ℏ 2

Adalah keadaan energi terendah. Solusi lengkap dinyatakan dalam polinomial Hermite:
𝛼 1/4 1 2
𝜓𝑛 (𝑥 ) = ( ) 𝐻𝑛 (√𝛼𝑥)𝑒 −𝛼𝑥 /2 ; 𝐻𝑛 = 1,2√𝛼𝑥, 4𝛼𝑥 2 − 2, … ; 𝑛 = 0,1,2 …
𝜋 𝑛
√2 𝑛!
Dengan energi terkuantisasi (dapatkah Anda menurunkannya?):
1
𝐸𝑛 = (𝑛 + ) ℏ𝜔; 𝑛 = 0,1,2 …
2

Jika kita gambarkan tingkat-tingkat energi maka adalah sebagai berikut:

Hasil-hasil penting apakah dari osilator kuantum harmonik ini?


1. Sistem dengan gejala osilasi harmonik akan mempunyai tingkat-tingkat energi yang
terpisah sama satu sama lain yaitu besarnya spasi energi antar dua tingkat yang
berdekatan adalah sama
2. Sistem osilator harmonik tidak pernah mempunyai energi nol, selalu ada energi
ℏ𝜔
terendah sebesar 𝐸 = 2
.

Demikian tutorial online kita pada pertmuan kedua pada hari ini, semoga Anda mampu
menyerap inti dari tutorial ini dan mengetahui prosedur bagaimana sebuah persamaan
Schrodinger dipecahkan untuk problem terkait. Selamat bertemu di tutorial online selanjutnya.
Salam

Anda mungkin juga menyukai