Anda di halaman 1dari 50

Berkelas

BAB 10
GELOMBANG BUNYI
DAN CAHAYA
Standar Kompetensi:
Menerapkan konsep dan prinsip gejala
gelombang dalam menyelesaikan masalah.

Kompetensi Dasar:
• Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri
gelombang bunyi dan cahaya.
• Menerapkan konsep dan prinsip gelombang
bunyi dan cahaya dalam teknologi.
1. Perambatan Bunyi

 Kesan mendengar disebabkan


adanya gelombang bunyi yang
merambat pada suatu medium
sampai ke telinga kita.

 Tanpa zat perantara, geta-


ran dari sumber bunyi tidak
Proses mendengar pada manusia
mungkin dapat diteruskan
ke telinga kita.
 Getaran sebuah sumber bunyi menggetarkan medium
di sekitarnya, sehingga getaran molekul-molekul
medium menggetarkan selaput gendang telinga.
A. Gelombang Bunyi

 Bunyi adalah satu bentuk


energi.
 Sumber bunyi berupa objek
yang bergetar.
 Bunyi merambat dalam bentuk
gelombang mekanik.
 Bunyi berupa gelombang
Suling dapat menghasilkan
longitudinal. bunyi
 Medium gelombang bunyi
dapat berupa zat padat, cair,
ataupun gas.

 Bunyi merambat memerlukan


medium.

Percobaan untuk
menunjukkan bahwa bunyi
tidak dapat merambat di
ruang hampa
2. Cepat Rambat Bunyi

 Cepat rambat bunyi tergantung pada jenis


dan suhu zat perantaranya.

 Kecepatan bunyi pada materi juga sangat


bergantung pada modulus elastis dan tingkat
kerapatan materinya.
3. Interferensi Bunyi
 Apabila dua gelombang bunyi yang frekuensinya sama,
datang di suatu tempat secara bersamaan, kedua
gelombang itu akan berinterferensi.
 Hasil interferensi gelombang bunyi menyebabkan
timbulnya penguatan bunyi
dan pelemahan bunyi.
 Salah satu percobaan
untuk memperlihatkan
peristiwa interferensi
gelombang bunyi ialah
percobaan Quincke.

Pesawat Quincke
 Gejala penguatan terjadi apabila selisih fase
kedua gelombang 0, 1, 2, ..., dan seterusnya serta
selisih lintasannya:
Keterangan:
∆S = selisih lintasan (m)
∆S = n   = panjang gelombang (m)
n = bilangan cacah 0, 1, 2, ...

 Gejala pelemahan bunyi terjadi jika selisih fase


kedua gelombang ½ dan selisih lintasannya:

1
S  2n  1  
2
4. Efek Doppler

Frekuensi sirine terdengar lebih


tinggi ketika ambulans bergerak
mendekati kita dan terdengar
lebih rendah ketika ambulans
bergerak menjauhi kita

v  vp
fp  fs
v  vs
Keterangan: fp = frekuensi yang diterima pendengar (Hz)
fs= frekuensi sumber bunyi (Hz)
v = cepat rambat bunyi di udara (m/s)
vs= kecepatan sumber bunyi (m/s)
vp = kecepatan gerak pendengar (m/s)
Penentuan tanda vp dan vs pada sebagai
berikut.
1) Jika pendengar mendekati sumber:
ƒp > ƒs → vp bertanda (+)
2) Jika pendengar menjauhi sumber:
ƒp < ƒs → vp bertanda (–)
3) Jika sumber mendekati pendengar:
ƒp > ƒs → vs bertanda (–)
4) Jika sumber menjauhi pendengar:
ƒp < ƒs → vs bertanda (+)
 Jika pengaruh angin diperhitungkan, misalnya
angin bertiup dengan kecepatan va , didapatkan
sebagai berikut.
1) Untuk angin yang bergerak searah dengan
perambatan gelombang (dari sumber menuju
pendengar), cepat rambat gelombang
menjadi:
v' = v + va ,
sehingga rumus efek Doppler menjadi:

 v  vs   vp
fp  fs
 v  vs   vs
2) Untuk angin yang bergerak berlawanan
dengan arah perambatan gelombang (dari
pendengar menuju sumber), cepat rambat
gelombang menjadi:
v' = v – va ,
sehingga rumus efek Doppler menjadi:

v  vs   vp
fp  fs
 v  vs   vs
5. Nada

 Nada adalah sumber bunyi dengan frekuensi yang


teratur, misal bunyi yang dihasilkan alat-alat
musik.

 Desah adalah sumber bunyi yang frekuensinya


tidak teratur, misalnya bunyi yang ditimbulkan oleh
tiupan angin pada daun-daun, benturan ombak pada
pantai, atau setumpuk kaleng yang berjatuhan.


a. Tinggi Nada

 Tinggi rendahnya nada


ditentukan oleh frekuensi getaran
sumber bunyi.

 Semakin besar frekuensinya


semakin tinggi nada yang
dihasilkan.
b. Batas Pendengaran Manusia

 Frekuensi gelombang bunyi yang dapat diterima


telinga manusia normal berkisar antara
20-20.000 Hz.
 Gelombang bunyi yang mempunyai frekuensi
kurang dari 20 Hz disebut infrasonik .
 Gelombang bunyi yang frekuensinya lebih dari
20.000 Hz disebut ultrasonik.
ultrasonik
 Anjing dapat mendengar bunyi yang frekuensinya
sampai 50.000 Hz,
 Kelelawar dapat mengetahui
getaran yang frekuensinya
100.000 Hz.
c. Kuat atau Nyaring Nada

 Kuat atau nyaringnya sebuah nada ditentukan


oleh amplitudo getaran sumber bunyi.

 Gambar di samping memperlihatkan perbedaan


yang dihasilkan oleh getaran sumber bunyi.
 Amplitudo gelombang A
lebih besar dibanding
gelombang B. Nada yang
dihasilkan getaran A
lebih kuat daripada
getaran B.

Perbedaan kuat nada


6. Pelayangan

 Pelayangan merupakan hasil dari


penggabungan dua gelombang bunyi yang
memiliki beda frekuensi sedikit. Pelayangan
yang dimaksud adalah terdengarnya nada bunyi
keras-lemah-keras.
 Satu pelayangan adalah bunyi keras-lemah-
keras .
 Satu layangan terjadi apabila kita
memulainya pada saat mendengar bunyi yang
terkuat, kemudian mendengar bunyi ini
sekuat-kuatnya lagi.
7. Resonansi Bunyi

Peristiwa resonansi bunyi merupakanperistiwa


bergetarnya suatu benda akibat getaran benda
lain.

Percobaan resonansi Hubungan antara panjang kolom


udara di atas air dan panjang
gelombangnya saat terjadi resonansi
8. Kuat Bunyi

 Kuat bunyi diukur dengan menggunakan besaran


yang dikenal dengan taraf intensitas bunyi.
bunyi

 Intensitas bunyi adalah arus energi atau daya


gelombang bunyi per satuan luas.

Keterangan
P
I I = intensitas bunyi (watt/m2)
A P = daya dari perambatan gelombang (watt)
A = luas permukaan bunyi (m2)
Intensitas bunyi yang masih dapat terdengar oleh
telinga manusia adalah sekitar 10–12watt/m2.
Intensitas ini disebut batas pendengaran atau
harga ambang intensitas bunyi.
bunyi

Keterangan:
I TI = taraf intensitas bunyi (dB)
TI  10 log I = intensitas bunyi (watt/m2)
Io I0 =harga ambang intensitas bunyi(10–12 watt/m2)

 Satuan dari taraf intensitas adalah desibell,


yang disingkat dB. Dengan 1 dB =0,1 bell.
 Satuan bell diambil dari nama seorang penemu
Amerika Serikat terkenal, yaitu Graham Bell.
9. Aplikasi Gelombang Bunyi
Beberapa pemanfaatan gelombang ultrasonik
antara lain sebagai berikut.

1. Sonar (Sound Navigator and Ranging)


Sonar digunakan dalam dunia kelautan untuk
navigasi sebuah kapal agar tidak karam, menemukan
letak kumpulan ikan, menentukan kedalaman laut
tertentu, dan pemetaan bentuk dasar laut

Pemanfaatan ultrasonik
pada sonar
2. Nondestructive Testing-NDT (uji tak merusak)

Yaitu salah satu teknik analisa di bidang industri


untuk evaluasi sifat dan karakterisrik sebuah bahan,
komponen, atau sistem tanpa menyebabkan
kerusakan pada bahan, komponen, atau sistem
tersebut.

Salah satu metode NDT


adalah ultrasonic testing.

Uji tak merusak menggunakan


gelombang ultrasonik
3. Pencuci ultrasonik (ultrasonic cleaner)

 Yaitu, sebuah alat yang menggunakan gelombang


ultrasonik (berfrekuensi 15-400 kHz) dan cairan
pembersih khusus digunakan untuk membersihkan
benda berbahan halus dan mudah pecah, seperti
berlian, lensa, dan komponen optik lainnya, arloji,
peralatan operasi, serta beberapa
komponen industri.
 Alat ini mampu menghasilkan
kualitas pencucian yang lebih
baik dibandingkan alat pencuci
manual lainnya.

Pencuci ultrasonik
4. Pengelasan ultrasonik (ultrasonic welding)

 Yaitu, salah satu teknik pengelasan dalam


bidang industri yang menggunakan frekuensi
tinggi getaran akustik gelombang ultrasonik
yang dipancarkan secara lokal pada potongan dua
buah benda atau lebih yang akan disambung.

 Pada umumnya, teknik ini


digunakan untuk benda
berbahan plastik dan
untuk menyambungkan dua
buah benda dengan bahan
yang berbeda.
Pengelasan ultrasonik
5. Ultrasonografi (USG)

Digunakan dalam bidang kedokteran untuk:


 mengamati keadaan dan kondisi janin di dalam
uterus seorang wanita hamil;
 mendiagnosa dan pengobatan, misalnya, untuk
menghancurkan jaringan dalam tubuh yang
tidak diinginkan (seperti tumor atau batu ginjal)
B. Gelombang Cahaya

Cahaya memiliki sifat-sifat umum gelombang,


antara lain:
1. Dalam suatu medium homogen, cahaya
merambat pada satu garis lurus.
2. Pada bidang batas antar dua medium, cahaya
dapat mengalami pemantulan atau pembiasan.
3. Jika melewati celah sempit, cahaya dapat
mengalami lenturan atau defraksi.
4. Cahaya dapat mengalami interferensi.
5. Cahaya dapat mengalami polarisasi
1. Pemantulan dan Pembiasan Cahaya

Pembiasan cahaya pada prisma


1. Interferensi Cahaya
Syarat dua atau lebih cahaya yang berinterferensi
haruslah koheren, yaitu cahaya yang memiliki beda fase
yang konsisten (tetap) sepanjang waktu.

Interferensi Cahaya Melalui Celah Ganda

(a) Percobaan Young dan (b) skema percobaan Young


Cahaya yang melalui celah S menjalar ke P dan Q,
kemudian kedua berkas cahaya koheren itu
bergabung (berinterferensi) pada layar.
Hasil interferensi dapat berupa garis terang atau
garis gelap.

1) Garis terang
d sin Ө = m 

Keterangan:
d = jarak antara kedua celah PQ
θ = sudut lenturan cahaya
p = jarak terang pusat ke terang ke-m
m = nomor garis
λ = panjang gelombang cahaya
ℓ = jarak atau celah ke layar
2) Garis gelap

d sin Ө = (m – ½) 

Percobaan Young membuktikan bahwa cahaya


dapat melakukan interferensi, seperti halnya
gelombang. Hal itu memperkuat teori gelombang
cahaya dari Christian Huygens dan Robert
Hooks.
2. Difraksi Cahaya

Difraksi adalahPeristiwa perubahan atau


penyimpangan arah gerak cahaya saat melewati
celah.

Lenturan gelombang permukaan air pada tangki


riak melalui (a) celah lebar, (b) celah cukup
lebar, dan (c) celah sempit
a. Difraksi Celah Tunggal

1) Garis terang

d sin  = (2m + 1)½

Keterangan:
m = orde terang = 1, 2, 3, 4
d = lebar celah
Difraksi celah tunggal sin θ = p/l
2) Garis gelap

d sin  = m 

Keterangan:
m = orde gelap= 1, 2, 3, 4
d = lebar celah
sin θ = p / l
b. Difraksi pada Kisi

d sin = m 

Keterangan:
d = konstanta kisi
 = panjang gelombang cahaya yang
digunakan
m = orde
Difraksi cahaya pada
kisi
c. Difraksi pada Tepi Sebuah Benda

Jika cahaya mengenai suatu rintangan, akan terjadi


efek yang disebut efek difraksi,
difraksi menjadikan
bayang-bayang benda tidak jelas dan tidak tajam,
seperti gambar berikut.

Benda tidak tembus cahaya


diletakkan antara sumber
cahaya dan layar
(a) Bayang-bayang silet diletakkan di antara lubang kecil
yang disinari
cahaya monokromatik dengan film dan (b) perluasan daerah
di sekitar bayang-bayang pinggir pisau silet
d. Difraksi pada Sistem Alat Optik

1) Pola difraksi dua benda yang berdekatan

Bayangan hasil
pemotretan pada film
(a) Pengamatan dua objek yang berdekatan
dengan alat optik tertentu, pola difraksi untuk
diafragma, (b) kecil, (c) sedang, dan (d) besar
2) Daya urai lensa
Pada malam hari, Anda mengamati dua lampu mobil yang
bergerak mendekati Anda. Awalnya, kedua lampu tampak
menyatu. Setelah semakin dekat, lampu tersebut semakin
jelas dan terpisah.

Pengamatan dua lampu mobil dengan mata, kedua


lampu (a) tampak menyatu, (b) tampak mulai terpisah,
dan (c) terpisah sempurna pada jarak lebih dekat
Jadi, daya urai suatu alat optik adalah kemampuan
alat optik untuk menghasilkan bayangan yang terpisah
dari dua benda yang berdekatan.

Daya urai atau daya pisah sudut (angular) dari dua buah
titik sumber dirumuskan:

Keterangan:
θ = jarak sudut satu dengan yang lain (rad)
 = panjang gelombang (m)
D = diameter apertur lingkaran (m)
Daya urai atau daya pisah linier dirumuskan:

d0 = L Ө

Keterangan:
d0 = daya urai linier (m)
L = jarak fokus lensa (m)
4. Polarisasi

Jika arah getar dan fase gelombang-gelombang


cahaya mengikuti pola yang teratur atau searah maka
cahaya semacam itu disebut cahaya terpolarisasi.
terpolarisasi

Polarisasi cahaya dapat terjadi dengan cara:


1) pemantulan,
2) bias kembar,
3) absorpsi selektif,
4) hamburan, dan
5) pemutaran bidang getar.
a. Mempelajari Sifat Transversal Cahaya Melalui
Sebuah Polarisator dan Analisator

Percobaan untuk menunjukkan


bahwa cahaya adalah gelombang
b. Filter Polarisasi

Cahaya yang menyimpang ke satu arah atau


sumbu saja disebut terpolarisasi linier. Bidang
yang dilalui cahaya itu disebut bidang polarisasi.
polarisasi
c. Polarisasi karena Pemantulan

Persamaan diatas dinyatakan oleh David


Brewster, selanjutnya disebut dengan hukum
Brewster.

tan ip = n

Keterangan:
ip= sudut polarisasi
n = indeks bias
d. Pemutaran Bidang Getar oleh Larutan

Sudut putaran bidang


getar cahaya yang
dilakukan oleh larutan
gula adalah

∆ϕ = ϕ1 – ϕ2

Polarimeter
Berdasarkanpercobaan, besarnya sudut putar bidang
getar sebagai berikut:
1) berbanding lurus dengan panjang larutan;
2) berbanding lurus dengan konsentrasi larutan;
3) bergantung pada panjang gelombang cahaya yang
digunakan.

Dari kesimpulan di atas, dapat


dirumuskan:
ϕ1 – ϕ2 = cl
Keterangan:
ϕ1– ϕ2 = sudut putar bidang getar
l = panjang larutan
c = konsentrasi larutan
 = sudut putaran jenis larutan

Anda mungkin juga menyukai