Anda di halaman 1dari 98

BUKU AJAR

MATEMATIKA
REKAYAS
OLEH : NUR ASIYAH
Matematika rekayasa dapat
memecahkan masalah masalah yang
terkait dengan teknologi dan alam
yang timbul dari persoalan/ proses
ilmiah dalam pemodelan matematika
mengenai kehidupan nyata.

JURUSAN MATEMATIKA
F M I P A ITS
SURABAYA, 2 0 1 6
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan
hingga buku Matematika Rekayasa dapat diselesaikan. Buku teks ini dimaksudkan untuk
membantu penyelenggaraan materi mata kuliah Matematika Rekayasa (Matrek) yang
merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa jurusan Teknik Mesin. Sejalan dengan
tujuan penyelenggaraan Pendidikan, kami menganggap perlu pembuatan buku ajar, agar
memotivasi mahasiswa untuk lebih tertarik mempelajari Matematika Rekayasa itu dengan
menunjukkan bahwa mata kuliah tersebut dapat memecahkan masalah masalah yang
terkait dengan teknologi dan alam yang timbul dari persoalan/ proses ilmiah dalam
pemodelan matematika mengenai kehidupan nyata. Dalam hal ini, setelah mengikuti
materi buku ini yang akan melanjutkan ke jenjang materi kuliah lebih tinggi tidak akan
mengalami banyak kesulitan.

Materi yang diberikan dalam buku teks ini cukup untuk satu semester di
semester tiga setelah memahami kalkulus 1 dan Kalkulus 2. Untuk itu, materi dalam buku
ini diberikan dengan cara sederhana dan contoh singkat, mengingat bahwa semua materi
harus diserap sendiri. Untuk itu diharapkan masiswa dengan tekun dan sungguh-sungguh
mengikuti buku ini dan aktif mengerjakan soal-soal.

Penyusun buku menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membantu hingga tersusunnya buku ini. Tak lupa, kritik dan saran untuk
menyempurnakan buku ini sangat diharapkan. Harapan kami, semoga buku ini
bermanfaat bagi masiswa matematika , Teknik Mesin dan Jurusan Teknik lainnya yang
memerlukan konsep Matematika Rekayasa dalam rangka peningkatan kualitas proses
belajar mengajar.

Surabaya, Oktober 2016

Penyusun

i
Kompetensi Dasar
:
- Kemampuan memahami dan mengidentifikasi PD
- Kemampuan menyelesaikan PD tk 1
- Kemampuan menyelesaikan PD tk 2
- Kemampuan mengaplikasikan PD pada masalah nyata

Pada baba ini akan dipelajari Persamaan Diferensial Biasa yang memainkan peranan penting
sebagai bahasa didalam merumuskan dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang melibatkan ilmu
pengetahuan dan keteknikan. Dalam bab ini pembicaraan dimulai dengan pernyataan yang jelas dari
definisi prinsip dan teorema yang berkaitan dengan Persamaan Diferensial Tingkat Satu beserta ilustrasi
dan deskriptif lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan metode menyelesaikan PD tingkat dua.

Suatu Persamaan Diferensial adalah suatu persamaan yang menghasilkan fungsi yang tak
diketahui terhadap turunannya terhadap satu atau lebih peubah bebas Diklasifikasikan ada 2 jenis, yaitu
Persamaan Diferensial Biasa dan Persamaan Diferensial Parsial. Salah satu klasifikasi yang jelas adalah
dengan melihat apakah fungsi yang tak diketahui bergantung pada satu atau lebih . Bila hanya satu
disebut Persamaan Diferensial Biasa, dan jika fungsi yang tak diketahui bergantung pada lebih dari satu
variabel bebas disebut Persamaan Diferensial Parsial.

Contoh dari Persamaan Diferensial Biasa adalah :


d 2 Qt  dQt   1
1. Rangkaian Listrik seri RLC : L R  Qt  Et
dt 2 dt C
dimana Q(t) = muatan listrik , L= Induktor
R = Tahanan, C= Kapasitor
E(t) = Voltage
d 2y k y  0
2. Persamaan gerak pegas tanpa redaman : 
dt 2 m
dimana y(t) = posisi massa pada saat t
m = massa
k = konstanta pegas

Contoh dari Persamaan Diferensial Parsial


 2U x, y  2U x, y 
  
 

1. 0 Persamaan potensial
x 2 dy 2
 2U x,t  U x,t 
2 
2. Persamaan difusi atau induksi panas.
x2 t

1
A. Pengertian Persamaan Diferensial dan Definisi-Definisi.
Banyak masalah penting dalam teknik, ilmu fisika dan ilmu sosial ketika diformasi dalam bentuk
matematika memerlukan penelitian dari suatu fungsi yang memenuhi suatu permasalahan yang
mengandung satu atau lebih derifatif dari fungsi yang tidak diketahui. Persamaan semacam ini disebut
Persamaan Diferensial. Beberapa gambaran bagaimana terbentuknya suatu Persamaan Diferensial
diberikan dibawah ini :
a. Suatu kurva yang mempunyai koefisien arah (slope) garis singgungnya pada setiap titik (x,y) sama
dengan dua kali jumlah koordinat titik itu diberikan oleh
 2x  y
dy
dx
b. Persamaan diferensial dari berkas kurva parabola . Apabila didiferensialkan diperoleh
pers: . Parameter c dieliminasi dengan menggunakan persamaan berkas parabola
diatas diperoleh PD:
c. Faktor utama yang mempengaruhi mendinginnya suhu benda dengan suhu media sekelilingnya,
menurut hukum pendingin Newton.

Laju perubahan suhu dari suatu benda sebanding dengan


perbedaan suhu antara benda dan media sekelilingnya
Misalkan T adalah suhu benda pada waktu t dan Tm sebagai suhu media sekelilingnya maka hukum
Newton dapat dinyatakan sebagai persamaan diferensial: dT  k T  Tm 
dt

Setelah memahami bagaimana terbentuknya suatu Persamaan Diferensial akan diberikan suatu definisi
dari Persamaan Diferensial.:

Definisi : Suatu Persamaan Diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih
turunan dari fungsi yang tak diketahui..

Suatu Persamaan Diferensial Biasa orde n dapat ditulis dalam bentuk.


 
F x, y, y', y",....., yn  0
Sedangkan yang dimaksud derajad dari sebuah Persamaan Diferensial adalah pangkat dari turunan
tertinggi pada Persamaan Diferensial tersebut.
1
Contoh : y' y  5x Persamaan Diferensial orde 1 derajat 1
x
y"3y'4y  0 Persamaan Diferensial orde 2 derajat 1
 y'3  yy' x Persamaan Diferensial orde 1 derajat 3

Penyelesaian suatu Persamaan Diferensial :


Penyelesaian suatu Persamaan Diferensial adalah suatu hubungan antara variabel-variabel tanpa
turunan dan yang memenuhi Persamaan Diferensial tersebut.

2
Penyelesaian Umum Persamaan Diferensial (PUPD) :
Adalah penyelesaian Persamaan Diferensial yang mengandung konstanta sebarang yang banyaknya
sama dengan tingkat dari Persamaan Diferensial tersebut.

Penyelesaian Khusus/Partkelir Persamaan Diferensial (PKPD)


Adalah penyelesaian Persamaan Diferensial yang diperoleh dari PUPD jika kedua konstanta-konstanta
sebarangnya diberi harga tertentu.
Contoh :
Persamaan Diferensial : y" y'2y  0
Penyelesain Umum Persamaan Diferensial (PUPD) : y  c1ex  c2e2x
Jika c1 dan c2 masing-masing diberi harga c1 = 2 dan c2 = 1, maka Penyelesaian Khusus/Partkelir
x 2x
Persamaan Diferensial (PKPD) : y  2e  e

B. Penyelesaian PD Tingkat Satu.

1.1.1 Persamaan Diferensial Variabel Terpisah

- Persamaan Diferensial Variabel Terpisah


Bentuk Umum :

PUPD :  f xdx   gydy  0


- Persamaan Diferensial Dengan Variabel Yang Dapat Dipisahkan.
Bentuk Umum :
f xV ydx  gxU ydy  0
Dibagi dengan fungsi gx V y  diperoleh Persamaan Diferensial dengan variabel terpisah
yaitu :
f x U  y
dx  dy  0
gx V y
f x U y
PUPD :  gx  V y dy  0
dx 

Contoh :
dy  x 2
1. Selesaikan Persamaan Diferensial : 
dx 1  3y 2
 
Penyelesaian dapat ditulis : 1 3y 2 dy  x2 dx  0

 1 3y dy   x dx  0
2 2

1
PUPD : y  y3  x3  c
3
2. x y 1dx  y x 1dy  0
2 2

3
x2 y2
diubah menjadi dx  dy  0 maka dengan mengintegralkan
x 1 y 1
 1   1 
 x  1  x 1  dx   y 1  y  1  dy  0
   
diperoleh x 1   y 1  2 ln x 1 y 1  C
2 2

1.1.2 Persamaan Diferensial Homogen

Persamaan Diferensial tingkat satu dan derajat satu disebut Persamaan Diferensial Homogen,
Jika Persamaan Diferensial tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk :

dy  
 f y / x (2.1)
dx

Untuk menyelesaikan Persamaan Diferensial (2.1) dengan substitusi y  vx mereduksi


Persamaan Diferensial (2.1) menjadi Persamaan Diferensial terpisah.

Contoh :

1. Selesaikan Persamaan Diferensial :

x2  y2 dx  2xy dy  0


Penyelesaian :

dy

x2  y2

1  y / x 2

dx 2xy 2 ( y / x)

Substitusi y  vx dan dy  v dx  x dv : maka Persamaan Diferensial menjadi :

1 v2 dx  2v(vdx  x dv)  0


2v dv  dx  0
1  3v2 x

 
1 d 1 3V 2  dx  C
3  1  3V
2  
x

  3
 
ln 1 3v2 x3  C maka
y2
PUPD : 1  3 2 x
  C
 x 

4
 y
2. e y / x   dx  dy  0
 x 
Penyelesaian :

Misalkan y  vx

ev  vdx  v dx  x dv  0


evdx  x dv  0

dx  v
 x 
 e dv  C ,

diperoleh PUPD : ln x  ey / x


C

y  x2  y2
3. Selesaikan : y' 
x
y
PUPD : arc sin  ln Cx
x
y
arcsin
Atau Cxe x

1.1.3 Persamaan Diferensial Linier Tingkat Satu.

Bentuk umumnya :

px dx
Cara mendapatkan Penyelesaian umumnya : Gandakan Persamaan Diferensial dengan e
Didapat :

dy  px dx
 y P(x) e  Q(x) e
px dx px dx
e
dx
d   Q(x) e px dx
y e
px dx

 

dx

5

PUPD : y e
px dx 
  Q(x) e
px dx
C

px dx
Dimana : e dinamakan faktor pengintegral dari Persamaan Diferensial.

Contoh :

1. Selesaikan Persamaan Diferensial y'x1 y  4x2

Penyelesaian :

 e
px dx
Faktor Pengintegral e
1
x dx
= eln x  x


PUPD : y  x  4x 2  x dx  C

atau xy  x4  C

dy
2. Selesaikan PD : Cos x  y sin x  1
dx

Penyelesaian :

dy
Persamaan Diferensialnya dapat ditulis :  y tg x  sec x
dx


Faktor pengintegral e
pdx
 e tg xdx  elnsecx  sec
x 
y sec x   sec x  sec x dx atau
PUPD :

y  cos xtg x  C cos x

y  sin x  C cos x

1.1.4 Persamaan Diferensial Bernouli

Bentuk umumnya:

Substitusi : Z  y1n maka Z  1 ny n y

Persamaan Diferensialnya menjadi : Z  1 n Px  Z  1 n  Qx 



Yang merupakan Persamaan Diferensial Tingkat Satu.

6
Contoh : Selesaikan Persamaan Diferensial :

1. y  x 1 y  y 3 x 3
Penyelesaian : Substitusi z  y13  y 2

z'  2y 3 y'

Persamaan Diferensial menjadi : z'2x1z  2x3

Faktor Pengintegral e:
 2 x 1
dx
 ln x
2 

2
e x
PUPD : z x2    2x 3 x2 dx  C  x2  C

z  y 2  PUPD : y 2 x2  x2  C

atau y 2  x4  cx 2

dy
2.  y tg x  y 3 sec x
dx
Buktikan PUPDnya : 2 1
y 
C sec2 x  2tg xsec x

1.1.5 Persamaan Diferensial Eksak.

Suatu Persamaan Diferensial dengan bentuk :

Disebut Persamaan Diferensial Eksak ; Jika ada suatu fungsi Fx, y yang diferensial totalnya
sama dengan M x, ydx  Nx, ydy yaitu :

F F
dF  dx  dy  M x, ydx  N x, ydy
x y

Teorema :

Syarat perlu dan cukup agar persamaan M x, ydx  Nx, ydy  0 merupakan
Persamaan Diferensial Eksak adalah : M  N
y x

PUPD Eksak berbentuk Fx, y   C , dimana

F x, y
 M x, y dan F x, y  N x, y
x y

7
Dari kedua hubungan ini dapat dicari Fx, y sebagai berikut :

F
 M x, y maka F x, y   M x, ydx  Ry atau
x
Dari
x 
y
F
 N x, ymaka F x, y   N x, ydy  Qx,
y 
x

Dimana :  M menyatakan bahwa dalam integrasi y dipandang konstanta dan dalam hal ini
y

Ry adalah konstanta integrasi.  N x, y menyatakan bahwa dalam integrasi x dipandang

konstan dan dalam hal ini Qx adalah konstanta integrasi.

x y

Jadi F x, y   M dx  R  y atau F x, y   N dy  Qx. (2.2)

R(y) atau Q(x) ditentukan sebagai berikut :


F  x  dR( y)
 M dx   N x, y
y y 
 (2.3)
 dy

Maka dari persamaan (2.3) diatas dapat ditemukan : R(y) atau Q(x) lalu substitusi ke (2.2) dan
didapat :

PUPD : Fx, y   C

Contoh : Selesaikan Persamaan Diferensial :

1. 3x
 4xy 2 dx  2y  3y 2  4x 2 y dy  0
2

Penyelesaian :

Disini : M x, y   3x 2  4xy 2 dan Nx, y   2y  3y 2  4x 2 y

M N
  8xy
y x

Jadi Persamaan Diferensial adalah Eksak.

PUPD Eksak berbentuk Fx, y  C

8
 3x  4xy 2 dx  R( y)  x3  2x2 y 2  R( y)
x x

Fx, y  M dx  R( y)  2

F dR
 4x2 y   2 y  3y 2  4x2 y
y dy

dR
 2 y  3y 2  4x2 y  4x2 y
dy

Ry  y 2  y3

Jadi PUPD : Fx, y  x3  y2  y3  2x2 y2  C


 1 sin x
2. Persamaan Diferensial cos x ln  y  4     y  4 dy  0
dx
 x

Penyelesaian :
1 sin x
M x, y   cos x lny  4  ; N x, y  
x y 4

M N  cos x , Persamaan Diferensial diatas adalah eksak.



y x y  4

Dimisalkan PUPD : Fx, y  C maka

PUPD : Fx, y  sin x ln y  4  ln x  C

1.1.6 Persamaan Diferensial Dengan Faktor Pengintegral :

Apabila Persamaan Diferensial M x, ydx  Nx, ydy  0 tidak eksak, yaitu :

maka salah satu cara digunakan faktor pengintegral sedemikian Persamaan Diferensial menjadi eksak.

Suatu fungsi yang tidak nol vx, y  disebut faktor pengintegral untuk M x, ydx  Nx, ydy  0 , jika
persamaan diferensial V x, yM x, ydx  V x, yNx, ydy  0 adalah eksak.

9
Syarat perlu dan cukup untuk ini adalah :

(VM (VN ) V M V N
 atau M V N V
y x y y x x

Menentukan Faktor Pengintegral :

1. Jika V  f (x) saja, maka :


V dV dan V  0 , sehingga

x dx y

V M  N V  V N , berubah menjadi
M V
y y x x
M dV N dV
V  N V ; atau VM y  N  VN x
y dx x dx
dV My  Nx
Jadi :  dx
V N
My  Nx
Karena V  f (x) ; maka juga hanya merupakan fungsi dari x saja katakanlah h(x) .
N

 dV
Sehingga  h(x)
V
lnV   h(x) dx

V  e
h( x) dx

Jadi jika V  f (x) , maka Persamaan Diferensial mempunyai faktor pengintegral

V  e
h( x) dx

 Buktikan bahwa jika adalah sebuah fungsi y saja , maka

factor pengintegral untuk adalah

 Buktikan Jika atau dimana maka


factor pengintegral untuk adalah

10
Contoh Soal :

1. Selesaikan Persamaan Diferensial : x 2


 x  y dx  x dy  0
Penyelesaian :
M 
M  x 2  x y   
 

1
Disini : y M  N Pers. Dif. Tidak Eksak
 
N y x
Nx  
1 
x 

M N

Sedangkan y x  1  1  2
 
N x x

2
 dx 1
Faktor pengintegral : v  e x
 e2 ln x 
x2
1
Persamaan Diferensial (i) dikalikan dengan v  menjadi
x2
 1 y 1
1   2  dx  dy  0  Persamaan Diferensial Eksak
 x x  x

PUPD. Berbentuk Fx, y  C


 1 y
F x, y     dx  dx  Ry  x  ln x   Ry
1 y
1
  
x x 
2
 2 x
 F 1 dR( y) 1
   maka Ry   C
y x dy x
y
 PUPD  x  ln x   C
x


2. 2xy dx  y 2  3x 2 dy  0 
Penyelesaian :

M 
M  2xy  y  2x  M N
  Pers. Dif. Tidak Eksak
N  y x
N  y 2  3x 2   6x 
x 

11
 
3. ( y  xy2 ) dx  x  x2 y dy  0
Penyelesaian :

M
 1  2xy 
 M

y N dan v= f(x,y)
 
N y x
 1  2xy 
x 
 

z z
Misalkan z= xy maka y dan  x diperoleh
x y

v 2 2
  dz =  dz
v xy z

2

 z dz  e2 ln 
1 1
 2 2
Faktor pengintegral v  e
z
2
z x y

 y  xy2   
dx  x  x y  dy  0
2
Dengan demikian , PD eksaknya adalah  

 x2 y2   x2 y2  


1 x
Yang mempunyai penyelesaian F (x, y)    ln  C
xy y

1.1.7 Aplikasi PD tingkat Satu

Banyak masalah ilmu pengetahuan dan Rekayasa yang bilamana dirumuskan secara matematis
menjadi masalah nilai batas (Boundary-Value Problems). Yaitu persamaan diferensial dan syarat-syarat
yang berhubungan dengannya.

Penyelesaian masalah ini sangat bernilai bagi seseorang yang ingin mendalami masalah fisika,
mekanika biologi, kedokteran dan sebagainya.

Dalam perumusan matematis suatu masalah fisis dipilih suatu model matematis dan seringkali
mendekati situasi sebenarnya. Sebagai contoh dalam gerakan perputaran bumi mengelilingi matahari,
kita memandang matahari dan bumi itu sebagai suatu titik.

Jika suatu model matematis dan perumusan matematis yang berkaitan menjadi sangat baik
dengan yang diramalkan dari pengamatan atau percobaan, maka model itu baik. Sebaliknya suatu model
baru mungkin dipilih.

12
A. Pertumbuhan Populasi
Banyak masalah terapan cenderung memperhatikan perilaku suatu besaran, sebut saja X t 
yang mana laju perubahan terhadap waktu sebanding dengan lengan X , digambarkan dalam
persamaan diferensial sebagai :
dX
 k X , k = konstanta ; t = waktu
dt

Persamaan diferensial terpisah ini mempunyai penyelesaian :

X  X0 , X 0 = konstanta integrasi sebagai nilai awal X 0.


ekt

Hasil ini disebut peningkatan eksponen atau penurunan eksponen, tergantung apakah konstanta
k nya positip atau negatip sesuai dengan yang diketahui. Sket dari fungsi penyelesaian ini berupa fungsi
eksponensial. Kasus x0  0 diberikan oleh gambar (1)

X(t)
X(t
X0

X0 t
t
Gambar 1(a) Gambar 1(b)

Peningkatan Eksponen Penurunan Eksponen

Model sederhana untuk pertumbuhan populasi diperoleh dengan memperkirakan bahwa laju
pertambahan populasi pada tiap waktu adalah sebanding terhadap ukuran populasi pada waktu
tersebut. Jika P(t) adalah populasi pada waktu t, maka
dP
 kP (3.1)
dt

dimana k adalah konstanta positip, yang mempunyai penyelesaian

P  P0 ekt (3.2)

dimana P0 menunjukkan populasi pada t  0 . Rumus ini memperkirakan peningkatan


eksponensial populasi terhadap waktu yang memberikan diskripsi yang akurat pada pertumbuhan alga
dan pertumbuhan bakteri sampai berukuran dua kali disebut Doubling Time (waktu kelipatan dua) yang
dinotasikan waktu td yaitu ketika P  2P0 . Substitusikan P  2P0 ke dalam persamaan (3.2) diperoleh
2P0  P0 e kt d

13
bagi kedua sisi dengan P0 dan cari logaritmanya td , adalah: k td  ln 2

sehingga waktu kelipatan dua adalah

1
td  ln 2
k

sifat dari sistem adalah td tidak bergantung P0

TUGAS 2:

Diketahui jumlah bakteri dalam suatu koloni berkembang


dengan laju yang sebanding dengan jumlah bakteri yang ada.
Jika jumlahnya meningkat dari 500 ke 2000 dalam 2 jam.
Tentukan jumlahnya setelah 12 jam dan juga cari waktu
kelipatan duanya.

Kunci Jawaban :

Jumlah bakteri dalam koloni setelah 12 jam :

B. Peluruhan Radioaktif

Misal N( t ) menunjukkan jumlah atom-atom radioaktif di dalam sampel dari bahan radioaktif,
kemudian melalui eksperimen diperoleh kenyataan bahwa N meluruh dengan laju yang sebanding
terhadap jumlah atom-atom radioaktif yang ada. Secara matematis dapat dituliskan rumus peluruhan
radioaktif sebagai persamaan diferensial :
dN
 KN
dt
dimana K adalah konstanta negatif.Penyelesaian umum dari PD diatas adalah :
N  N 0ekt
dimana N0 menunjukkan pada jumlah atom-atom radioaktif pada saat awal karena K negatif
dapat dilihat bahwa N( t ) meluruh secara eksponensial terhadap waktu. Waktu yang diperlukan tepat
separuh dari jumlah atom-atom radioaktif yang dibagian awal ada dalam sampel untuk meluruh disebut
Waktu Paruh Bahan.
1 1
Ambil N  2 N 0  N 0 e K1 / 2
N 0 sehingga 2
1
t  ln 2
1
2 K
Perhatikan bahwa t 1 tidak bergantung N0 yang memenuhi sifat dari bahan radioaktif.
2

14
Aplikasi dari peluruhan radioaktif adalah penentuan umur organisme. Selama masa hidup
organisme ditemukan bahwa rasio dari radio aktif 14C (Carbon 14) terhadap carbon yang ada dalam
organisme, mendekati nilai konstan dan sama dengan rasio pada medium yang mengelilingi. Namur
demikian, ketika organisme mati, jumlah carbon 14 yang ada didalamnya berkurang karena peluruhan
radioaktif. Karena diketahui waktu paruh dari carbon 14 adalah mendekati 5600 tahun, dengan
mengukur jumlah 14C didalam organisme Sangat memungkinkan untuk memastikan umur organisme
itu.

Tugas mandiri 3

Fosil tulang ditemukan memiliki 70% yang ada ditulang


semasa hidupnya, diketahui waktu paruh dari 14C adalah
5600 tahun, Tunjukkan bahwa umur fosil tersebut umur fosil
itu kira-kira : 2882 tahun.

C. Hukum Pendingin Newton


Salah satu aplikasi persamaan diferensial satu dengan menggunakan hukum fisika adalah
perubahan suhu dari suatu benda yang berada dalam ruangan yang berbeda suhunya. Faktor utama
yang mempengaruhi mendinginnya suhu benda tersebut dengan ruangan sesungguhnya, menurut
hukum pendingin Newton.
Laju perubahan suhu dari suatu benda sebanding dengan
perbedaan suhu antara benda dan media sekelilingnya
Misalkan T adalah suhu benda pada waktu t dan Tm sebagai suhu media sekelilingnya maka hukum
Newton dapat dinyatakan sebagai persamaan diferensial
dT
 k T  Tm  (4.1)
dt
dimana k adalah konstan. Tanda minus didepan konstanta k adalah hal yang biasa diberikan. Untuk
meyakinkan bahwa k selalu bernilai positif. Diasumsikan bahwa Tm adalah konstan. Jika demikian maka
penyelesaian umumnya:
T  Tm  C ekt (4.2)

dari persamaan (4.2) jika t   maka suhu benda mendekati media sekelilingnya T  Tm . Hal ini
pasti konstan dengan pengalaman kita sehari-hari. Lihat gambar 2 yang menjelaskan bahwa menurut
hukum pendingin Newton benda mendekati suhu ruangan secara eksponensial.

T0
Benda mendingin
Tm
T0 Benda memanas

Gambar 2

15
Tugas mandiri 4
Sebuah batang besi panas yang suhunya
diletakkan dalam ruangan yang suhunya 700F setelah 2
menit suhu besi menjadi 2100F. Berapa suhu batang
besi

setelah 4 menit Waktu yang diperlukan untuk


mendingin menjadi dan waktu yang
dibutuhkan untuk mendingin menjadi 1000F.

Kunci jawaban :

Tingkat Persamaan Diferensial dapat dilihat dari turunan tertinggi yang termuat dalam
Persamaan Diferensial itu. Dalam bab ini pusat perhatian dititik beratkan pada unsur-unsur dari teori
tentang penyelesaian Persamaan Diferensial linier dan membicarakan metode untuk memperoleh
penyelesaian umum.

Tentu saja penyelesaian umum persamaan diferensial linier tingkat satu dengan koefisien
konstan ataupun koefisien peubah sudah diketahui pada bab 1. Selanjutnya oleh karena ada beberapa
kesulitan aljabar, yang akan dicari dalam penyelesaian ini adalah Persamaan Diferensial linier tingkat n
dengan koefisien konstan dan bentuk khusus. Adapun Persamaan Diferensial linier dengan koefisien
peubah secara eksplisit sulit dicari penyelesaiannya tetapi dapat diselesaikan dengan metoda deret
kuasa atau secara numerik.

1.2.1 Persamaan Diferensial Tingkat dua Homogen dengan Koefisien konstan.

Bentuk Umum :
d2y dy
a0  a1  a2 y  0 (2.6)
dx2 dx
dengan a0, a1, a2 adalah konstan. Misalkan y = emx merupakan penyelesaian dari PD tersebut, maka
harus memenuhi (2.6):
a m2emx  a memx  a emx  0
0 1 2

16
emx (a m2  a m  a )  0
0 1 2

emx  maka (a m2  a m  a )  0
0 1 2

dan persamaan : (mn  a1 mn1  ...  a n1m  an )  0

disebut persamaan karakteristik, dengan m1, m2 merupakan akar-akar karakteristiknya. Dengan melihat
keadaan akar-akar karakteristiknya, ada tiga kondisi :
1) Jika m1  m2 (aka-akarnya real dan berbeda) maka PUPD :

y = c1 e m1 x + c 2 e m2 x
2) Jika m1  m2 = m (merupakan akar-akar yang real dan kembar yaitu bernilai m) , maka PUPD :

y = em x ( c +1 c x 2)
3) Jika terdapat akar komplek sekawan m12 = a  b i , sedangkan yang lain real dan berbeda ,
maka PUPD :

y = ea x ( c1 cos bx + c2 sin bx )

Untuk penyelesaian PD Linier tingkat n dengan koefisien konstan tereduksi caranya sama dengan
tingkat dua tersebut diatas , hanya tinggal menjeneralisir saja.

Contoh :

1) Selesaikan PD y  5y  6y  0 , dengan syarat awal y(0)  0, y(0)  1


Penyelesaian :
Subtitusi y = emx diperoleh :

persamaan karakteristik : m2 + 5 m + 6 = 0

akar-akar karakteristik : m = -3 dan m = -2

PUPD : y = c 1e3 x + c e2


2
x

y(0)  0  0 = c1 + c2 …( i )

y(0)  1  y(x)   3c e 3 x  2c e 2 x 1 = -3 c - 2 c ( ii )
1 2 1 2

dari (i) dan (ii) diperoleh c1= -1 dan c2 = 1

jadi PPPD : y = - e3 x + e2 x

Tugas Mandiri

17
1) Selesaikan , dengan syarat awal

Kunci jawaban :

Akar-akar pers. Karakteristik : m12 = 3

2) Selesaikan

Kunci Jawaban :

Akar-akar karakteristik : m1= -1 , m23 = 2 3 i

3) Selesaikan

Kunci jawaban :

Akar-akar karakteristik : m12= 2i , m34 = 2 3i

1.2.2 Metode Variasi Parameter

Penyelesaian umum dari PD tingkat dua linier nonhomogen dengan koefisien konstan :
d2y dy
a0 a  a y  F (x) …( 2.7)
1 2
dx2 dx
dengan a0, a1, a2 konstan, kita peroleh dari penyelesaian PD tereduksi (PD homogen) , yaitu yc , dan
penyelesaian partikulirnya yaitu yp.
PUPL : y = yc + yp.
Persamaan 2.7 dapat pula ditulis sebagai berikut : y  py  qy  F(x) (2.8)
dina p dan q adalah konstan. Misalkan y1(x) dan y2(x) adalah dua penyelesaian yang bebas linier yang
berkaitan dengan PD homogen : y  py  qy  0
maka penyelesaian umum dari PD homogen : yc = c1 y1(x) + c2 y2(x)
Metoda variasi parameter meletakkan kembali konstanta c1 dan c2 sebagai fungsi L1(x) dan L2(x)
sedemikian hingga yp penyelesaian dari PD (2.8) :
Yp = L1(x) y1(x) + L2(x) y2(x)
Dimana L1(x) dan L2(x) mengikuti sifat :

(x) y1(x) + (x) y2(x) = 0

(x) (x) + (x) (x) = F(x)

18
Dua persamaan dengan 2 bilangan anu L1 (x) dan L2 (x) pasti dapat diselesaikan dengan aturan Cramer
1 2
: L1 (x) = dan L2 (x) = .
 
Contoh :
Dapatkan penyelesaian umum dari y  4y  4y  e 2x ln x
Penyelesaian :
Penyelesaian umum dari PD homogen yang berkaitan adalah :
yc = c1 e-2x + c2 x e-2x
sehingga penyelesaian partikulir dari PD Lengkap diatas adalah :
yp = L1(x) e-2x + L2(x) x e-2x
dimana :
L1(x) e-2x + L 2(x) x e-2x =0
L1(x) (-2 e-2x ) + L 2(x) e-2x (-2x +1) = e-2x ln x
atau L1 (x) + L2 (x) x = 0
L1 (x) (-2 ) + L2 (x) (-2x +1) = ln x
0x
ln x 1  2x  x ln x

12
L1 (x) = = = -x lnx  L1(x) = x ln x dx = x (1-2lnx)
1x 1 4
 2 1  2x
1 0
 ln x dx = x ( lnx – 1 )
ln x 
L (x) =  2 ln x = 
= lnx  L (x) =
2 2
1 x 1
 2 1  2x
sehingga penyelesaian partikulir dari PD Lengkap diatas adalah :
1 2 -2x -2x
yp = x (1-2lnx) e + x ( lnx – 1 ) x e
4
12
= x e-2x (2 lnx – 3 )
4
-2x 1 2
Jadi PUPL y = c1 e -2x + c2 x e + x e-2x (2 lnx – 3 ) .
4

19
Contoh:

Dapatkan penyelesaian umum :

PUPR: y = ex (c1 + c2 x + c3 x2 ).

PUPL : y = c ex + c x ex + c x2ex + x3 ex (6 lnx -11)

1.2.3 Metode Operator D


d dy d 2y
Operator D adalah operator diferensial. Jika dapat ditulis sebagai D maka = Dy dan
dx dx dx 2
= D2y . Sedangkan D-1adalah operator integral: D-1y =  y dx atau D-1 =  dx dengan demikian D-2y
berarti mengintegralkan y dua kali.

d2y dy
Padang kembali PD lengkap (2.9): a0 a  a y  F (x)
1 2
dx2 dx
dengan a0, a1 dan a2 konstan , berubah menjadi :
a D2 y  a D1 y  a y  F(x) (2.11)
0 1 2

Jika dimisalkan F(D ) = a D  a D  a 2 1

0 1 2

F(D ) disebut Polonomial operator D . Dan persamaan (2.11) dapat ditulis menjadi :
F(D ) y = F(x) (2.12)
PD homogen dapat ditulis : F(D ) y = 0 (2.13)
yp adalah penyelesaian partikulir yang merupakan penyelesaian dari (2.11).
Metode operator D dapat digunakan untuk mendapatkan penyelesaian partikulir :
1
yp = F (x) (2.14)
F (D)
Sekarang perhatikan (2.14), F(D ) dapat diuraikan menjadi :
F(D)  (D  m1 )D  m2 
1 1
maka yp = F (x)
(D  m1 ) (D  m2 )
dimana masing masing pecahan operator dioperasikan terhadap R(x), misalkan pada bagian
1
R(x) = u atau Du – mn u = R(x) merupakan PD linier tingkat satu, dengan bentuk
(D  mn )

20
e
m x mn x
penyelesaian : u = e n R(x)dx , dan kemudian hasilnya dioperasikan kembali pada operator
berikutnya sehingga didapat penyelesaian partikulir. Diberikan teorema berikut yang sangat bermanfaat
untuk memperoleh penyelesaian PD lengkap, namun untuk kemudahan pembuktian kita terapkan pada
PD order 2:
(D2  pD  q) y  F(x)
yang kemudian dapat di generalisasi pada F(D) derajat n.
Teorema 2.5 :
1 1
1. [ eax ] = eax , dimana F(a)  0
F (D) F (a)
1 1
2. [ eax f(x) ] = eax f(x).
F (D) F (D  a)

1 1
3. 2
[ sin(ax+b) ] = 2
sin(ax+b) , dimana F( -a2 )  0
F (D ) F (a )

1 1
2 [ cos(ax+b) ] =
cos(ax+b) , dimana F( -a2 )  0
F (D ) F (a 2 )

1
4. Pn(x) = ( a0 + a1 D + a2 D2 + … + an Dn ) Pn (x).
F (D)

1 1 F ( D)
5. [ x V(x) ] = x V(x) - V(x).
F (D) F (D) {F (D)}2

Rumus berikut ini akan banyak penggunaannya :

Euler : eiax = cos ax + i sin ax .


1
Mac’Laurint :  1  x  x 2  x 3  x 4  x 5  ...
1x
1  1  x  x 2  x 3  x 4  x 5  ...
1 x
contoh:

1. Dapatkan penyelesaian umum dari y  y  e 2x

Penyelesaian :
PR : D2 + 1 = 0
PK : m2 + 1 = 0
Akar-akar : m12 =  i
PUPR : yc = c1 cos x + c2 sin x.

21
1 2x 1
PP : yp = e = e2x
D 1
2
5
1 2x
PUPL : y = c1 cos x + c2 sin x + e
5
2. Dapatkan penyelesaian umum dari y  y  12cos 2x  sin x
Penyelesaian :
PUPR : yc = c1 cos x + c2 sin x.
PP : yp = 1 (12cos 2x  sin x )
D2 1

yp = 1 1
12 cos 2x  2 sin x )
D 12
D 1
= 1 12 cos 2x  Im{ 1
ei x
3 (D  i)(D  i)
1 1
=  4 cos 2x  ei x =  4 cos 2x  ei x .1
Im{ Im{
(D  i)2i 2i (D  i)
ix 1
=  4 cos 2x  Im{ 1
ei x .1 =  4 cos 2x  Im{e 1}
2i (D  i) 2i D
i
=  4 cos 2x  Im{ ei x x} =  4 cos 2x  Im{ i x(cos x i sin x)}
2 2
1
=  4 cos 2x  x cos x
2
1
PUPL : y = c1 cos x + c2 sin x  4 cos 2x  x cos x
2

Dapatkan penyelesaian umum :


Dapatkan penyelesaian umum :

PUPR yc = e2x (c1 cosx + c2 sinx)

1.2.4 Persamaan Diferensial Linier dengan Koefisien Tidak konstan.

Sering kali persamaan diferensial yang diselesaikan merupakan persamaan diferensial dengan
koefisien tidak konstan sehingga untuk menyelesaikannya diperlukan teknik teknik tersendiri. Dalam bab
ini akan dicari penyelesaian dari persamaan diferensial linier tingkat n dengan koefisien tidak konstan

22
yang berbentuk khusus, yaitu PD Cauchy-Euler. Adapun Persamaan Diferensial linier dengan koefisien
peubah yang diluar bentuk khusus tadi secara eksplisit sulit dicari penyelesaiannya tetapi dapat
diselesaikan dengan metoda deret kuasa atau secara numerik.

Salah satu PD tingkat dua dengan koefisien tidak konstan adalah :

d2y dy  p y  F (x)
(ax  b)2  P (ax  b) (2.15)
2 1 2
dx dx

disebut dengan Persamaan Diferensial Cauchy-Euler. Pada persamaan tersebut a1, a2 dan an merupakan
konstanta-konstanta dan F adalah fungsi yang kontinu. Untuk menyelesaikan (2.15) dilakukan subtitusi
sehingga (2.15) menjadi PD dengan koefisien konstan. Untuk itu dimisalkan

et = ax + b maka t = ln(ax+b)

dt  a
sehingga 
dx ax  b

selanjutnya turunan tingkat satu dan dua dari y dapat diperoleh :

y = dy  dy dt 
 
a dy = a dy (2.16)
dx dt dx ax  b dt ax  b dt
d  dy  = d  a  dy   = a2  d2 y dy 
  

y    

 


dx  dx  dx  ax  b dt  (ax  b)  dt  dt 
2 2


a2 d d 
y   1 y (2.17)
(ax  b)2 dt  dt 

Misalkan operator d = Ð maka (2.16) , (2.17), (2.18), (2.19) dapat ditulis kembali :
dt

(ax  b) y = a Ð y

(ax  b) 2 y = a2 Ð (Ð-1) y

dan persamaan ( 2.15) menjadi PD linier tingkat n dengan koefisien konstan :

{a2 Ð (Ð-1)+ p1 a Ð y + p2 y = F(x) (2.20)

Contoh

Tentukan penyelesaian dari : (3x+2)2 y + 3 (3x+2) y - 9 y = 6 x

Sebagai kunci jawabannya : PUPL: y=c1(3x+2)+c2(3x+2)-1+ 1 ln(3x  2) (3x  2)


3

23
A. Kelompokkan setiap Persamaan Diferensial berikut ini dengan menuliskan tingkat Persamaan
Diferensial dan Derajat Persamaan Diferensial.
 y"2  3x  2 y'3
1.
dy y
2.  y2
dx x
3. d 2Q 3 dQ
  2q  4 sin 2t
dt 2 dt
4. dy x  y

dx x  y
d 2I dI
5.
2
 3I  2 cos t  4sin t.
2
dt 2 dt
6. 3  d v  dv
x  2   2
dx dx
 

B. Kelompokkan Persamaan Diferensial berikut ini termasuk bentuk Persamaan Diferensial apa.
1. 2x 3
 y 3 dx  3xy 2 dy  0
dy
dx  2 y  x cos 4x
2. x 3

3. 4x  xy 2 dx  y  x 2 y dy  0


4. 3x 2
  
 y cos x dx  sin x  4y 3 dy  0
dy
5.  y  xy 3
dx
6. 3xy 2
 2y dx  2x 2 y  x  dy  0

C. Tunjukkan bahwa fungsi yang diberikan adalah penyelesaian dari suatu Persamaan Diferensial yang
diberikan (C1 , C2 konstanta sembarang) dan tentukan interval maximum agar penyelesaian
Persamaan Diferensial tersebut adalah benar.
1. y  C e x  C e  x , y" y'2y  0
1 2

2. y  1 , y'   y 2
x 4
3. y  C1e x  x 1 , y'x  y  0
4. Q"(t)  4Q'(t)  20Q(t)  16e2t , t  0 ; Q(0)  2 ; Q'(0)  0
dy  2xy
5. x 2 y  y3  C , 
dx 3y2  x2

D. Selesaikan Persamaan Diferensial berikut.


1. dy  2xy
dx
2. y dx  (x  2) dy  0

24
dy xy 2 1

3. 
dx 2x  2x 1
4. dy  1  sin (x  y) , y    
dx sin y cos x  
4 4
 
dy
5. 3x  2 y   3y
6. sin    x   y
y dx
dy
 y  x cos 

    
x dx x
    
dy 2
7.  y  4x , y(1)  2
dx x
dy   
8. sin x  y cos x  sin 2x , y   2
dx  2 
9. dy 2
dx  x y  6 y x
2 4

10. 2xy' y3 x2  y  0
11. cos(xy)  xy sin (xy)dx  x2 sin (xy) dy  0

12. y exy dx  2y  x exy dy  0 
13. (xy 1) dx  (xy  1) dy  0
x y 
dy 
14. ye x
,  ,  adalah konstanta
dx
15. (xy 1) dx  x dy  0
2


16. y dx  2x  y dy  0
4

  
17. 3xy  2y1 dx  x x  y2 dy  0 
dy  2x 1
18.  y
dx 1  x 2
1  x 2 2
19. (x3+y4 )dx+8xy3 dy = 0
20. (2 xy4 ey+ 2xy3+y)dx+( x2y4 ey- x2y2-3x )dy = 0
21. Diberikan model populasi yang mana laju kelahiran per orang,  dan laju kematian per orang
adalah   , konstan. Model Persamaan diferensial yang menggambarkan hal ini dP     P .
dt
Carilah penyelesaian persamaan diferensial dan hitung dan prediksi jumlah populasi untuk t   .
Jika      0 tentukan waktu kelipatan dua.

22. Pada pukul 4 sore batu bara yang panas ditari keluar dari pemanggangan dan kemudian diletakkan di ruangan
yang dingin yang memiliki suhu 75 0 F. Jika setelah 10 menit suhu batu bara 415 0 F, dan setelah 20 menit
temperatur berubah menjadi 347 0 F, hitunglah :
a. Suhu pada pemanggangan.
b. Jam berapa ketika batu bara mendingin mencapai 100 0 F.

25
23. Suatu koloni bakteri bertambah dengan laju yang berbanding lurus dengan jumlah bakteri yang ada. Jika
jumlah bakteri dalam empat jam menjadi tiga kali jumlah semula.
a. Buat model yang mempresentasikan jumlah bakteri N(t) dalam waktu t.
b. Tentukan solusinya.
c. Berapa waktu yang diperlukan agar jumlahnya menjadi 27 kali jumlah semula.
24. Sebuah tangki berisi 600 liter larutan yang mengandung 1500 gram bahan kimia. Sebuah larutan mengandung
5 gram/liter bahan kimia mengalir masuk kedalam tangki dengan kecepatan 6 liter/menit, dan larutan yang
telah diaduk rata dikeluarkan dengan kecepatan 3 liter/menit. Hitung jumlah bahan kimia dalam tangki
setelah 1 jam. Berapa konsentrasi bahan kimia didalam tangki pada waktu itu ?

25. Suatu subtansi yang tidak mudah terbakar pada kondisi awal temperaturnya adalah 50 0 F berada
dalam open yang panas yang mana suhunya adalah 450 0 F. Temperatur subtansi tersebut menjadi
150 0 F setelah 20 menit. Hitung temperatur subtansi setelah 40 menit. Jika subtansi terbakar ketika
suhu mencapai 350 0 F , hitung waktu yang dibutuhkan sampai subtansi tsb terbakar.

Untuk soal 1 – 3.
Tunjukkan bahwa fungsi berikut adalah penyelesaian dari Persamaan Diferensial yang diberikan
dalam  ,  dan tentukan yang mana dari mereka yang merupakan basis dari Persamaan
Diferensial.
1. y" y'6y  0 , y1 e3x , y2  e2
2. y"4y  0 , y1  cos 2x , y2  sin 2x
3. y"2y' y  0 , y1 e x , y2  xe x , y3  e x (x  2)
4. Diberikan Persamaan Diferensial y" y'6y  018e3x
a) Tentukan nilai dari r yang konstan sedemikian hingga y  erx adalah penyelesaian dari
Persamaan Diferensial homogen dalam  ,  dapatkan pula fungsi komplemennya.
b) Dapatkan nilaidari A0 yang konstan sedemikian hingga y p A e03x adalah penyelesaian
partikulir di Persamaan Diferensial.
c) Dengan menggunakan hasil dari a) dan b) tentukan penyelesaian umum
5. Diberikan Persamaan Diferensial y" y'2y  4x2
a) Tentukan nilai dari r yang konstan sedemikian hingga y  erx adalah penyelesaian dari
Persamaan Diferensial homogen dalam  ,  dapatkan pula fungsi komplemennya.
b) Tentukan nilai a0 , a1 , a 2 yang konstan sedemikian hingga y p  a0  a1 x  a2 x2 adalah
penyelesaian partikulir di Persamaan Diferensial.
c) Dengan menggunakan hasil dari a) dan b) tentukan penyelesaian umum.
Untuk nomer 6 – 12 Tentukan penyelesaian umum dari persamaan diferensial yang diberikan:

6. D  4D  2D  3y  0


7. y"5y  6y  0
8. y''' y"4y'4y  0

26
9. y  y  4y  4y  0
10. D  22 y  0
 
11. D 2  6D  34 y  0
12. D  4D 1y  0
2

13. Dapatkan penyelesaian dari MNA y" y'6y 0, y(0)  3 , y'(0)  1
14. Diberikan persamaan Laplace :  u   u 
2 2

0
x 2 y 2

Tunjukkan dengan substitusi ux, y  e  f ( ) dimana   x  y ,


x

2
df q
( ,  konstan positif) menjadi Persamaan Diferensial d f  2 p  f  0
d 2
d  2

 1
Dimana p 

  2  2
 , q   2  2
15. D 2  2D  3y  15e 4 x
16. DD  2y  49ex sin 2x
17. D 2  2D 1y  3xx  4
18. y"2y'2y  4x2
 n 
19. y"9 y  5cos 2x , y(0)  y 2
 2 
d 2x
2  W0 x  F0 cos t
2
20.
dt
dimana 0 dan  baik persamaan konstan, F0 adalah konstan sembarang. Jelaskan dua kasus
yang berbeda   0 dan   0

2e3x
21. y"6 y'9 y 
x 2 1
e2 x
22. y"4 y'4 y  ,x0
x2
64e x
23. y"2 y  17 y 
3  sin 2 (4x)
24.
25.

27
Kompetensi Dasar
:
- Kemampuan mentransformasika fungsi ke bentuk fungsi Laplace
- Kemampuan mengetahui sifat sifat fungsi Laplace
- Kemampuan menyelesaikan PD dengan Laplace

Dalam baba ini akan dibicarakan fungsi fungsi yang penting dalam menyelesaiakan
permasalahan model matematika yang berupa masalah nilai awab/bata syaitu suatu fungsi yang
disebut fungsi Laplace . Untuk itu akan didefinisikan fungsi Laplace beserta sifat sifatnya.

Penyelesaian dari Model matematika suatu sistem atau penyelesaian suatu masalah nilai
awal apakah memuat fungsi fungsi eksponensial, sinus, cosinus atau lainnya yang perilakunya
dianggap penting. Jika formula penyelesaiannya tidak diketahui maka matematikawan dapat
menentukan cara uji untuk mendeteksi bentuk eksponensial. Gagasan atau ide uji yang
dimaksudkan sebagai berikut: Misalkan akan diuji bentuk eksponensial . Kalikan
fungsi tersebut dengan diperoleh

Yang akan terbatas apabila dan konstan apabila . Dengan demikian integral

Menjadi terbatas apabila dan tak terbatas apabila sebagai mana ditunjukkan
oleghgambar 1.

1
2
Contoh 2 Tentuka Transformasi Laplace dari dengan adalah suatu bilangan
konstan
Penyelesaian:
Dari persamaan (1) diperoleh
{}∫∫∫

[( ) ]
Dimana
Teorema 2.1 [Linieritas dari Transformasi Laplace]:

3
4
Dengan menggunakan Teorema 1.1 diperoleh :

5
6
Sifat Transformasi Laplace untuk turunan fungsi disajikan oleh teorema berikut:

Teorema 2.2 [Transformasi Laplace dari turunan fungsi ]:

7
Teorema 2.3 [Transformasi Laplace dari turunan ke-n]:

8
9
10
Teorema 2.4 [Transformasi Laplace dari Integral fungsi ]:

11
12
Teorema 2.5 [Sifat Translasi Pertama]:

Contoh 15 Dapatkan Transformasi laplace dari fungsi

Penyelesaian:

karena { } maka {}

13
Teorema 2.6 [ Sifat Translasi kedua]:

14
Sebagai Latihan, dapatkan fungsi Laplace dengan menggunakan teorema2.5 dan 2.6, untuk
beberapa fungsi berikut ini:
a)
b)
c)

d) {

15
16
17
18
19
20
21
22
23
Penyelesaian PD adalah dimana adalah sama dengan :

24
I. Dapatkan transformasi Laplace untuk fungsi fungsi berikut dimana a, b, c, dan adalah konstanta

II. Berikut diberikan fungsi fungsi yang merupakan pengembangan dafi fungsi yanga ada di Tabel TL.

25
III. Dengan menggunakan sifat sifat dari TL yang telah diberikan, Selesaikanlah masalah yang diberikan
berikut ini.

26
27
Kompetensi Dasar
:
- Kemampuan memahami fungsi diskrit dan transformasi_Z
- Kemampuan mentransformasikan fungsi periodik ke dalam deret Fourier

Dalam baba ini akan dibicarakan fungsi fungsi diskrit yang penting dalam menyelesaiakan
permasalahan model matematika yang variabel bebasnya berupa bilangan bulat seperti hari bulan atau
tahun. Oleh karenanya konsep barisan mutlak dibutuhkan dalam bab ini. Transformasi fungsi ini disebut
transformasi_Z . Untuk itu akan didefinisikan fungsi yang bernilai diskrit atau dikenal dengan barisan
beserta sifat sifatnya. Selain itu akan dipelajari pula Deret Fourier yg digunakan sebagai landasan
menyelesaikan Masalah Nilai batas yang sering muncul pada masalah sains dan teknologi getaran atau
konduksi panas

TRANSFORMASI_Z

1
 MENDAPATKAN DERET FOURIER
Fungsi kontinu sebagian demi sebagian dan periodik dengan periode 2L dapat ditransformasikan ke
bentuk fungsi Sinus/cosinus menjadi sebuah deret yang disebut dengan DERET FOURIER
Teknik untuk mendapatkan koefisien koefisien Fourier bagi fungsi pada interval :

∑( )

Dimana ∫

Contoh :

1. Tentukan deret Fourier untuk fungsi pada interval dan sketsalah fungsi gelombang
tersebut
2. Tentukan deret Fourier untuk fungsi pada interval dan sketsalah fungsi
gelombang tersebut

2
3
FUNGSI GENAP FUNGSI GANJIL

 Apabila merupakan fungsi genap, maka deret fouriernya hanya fungsi cosinus saja,
dalam hal ini nialai dan disebut deret Cosinus Fourier diberikan sebagai berikut :

∑ ( )

Dimana ∫

 Apabila merupakan fungsi ganjil, maka deret fouriernya hanya fungsi sinus saja,
dalam hal ini nialai dan disebut deret sinus Fourier diberikan sebagai
berikut :

∑( )

dimana ∫

Contoh

4
1. Tentukan deret Cosinus Fourier untuk fungsi pada interval [0,1] sertai sketsa
gelonmbangnya.
2. Diberikan fungsi periodic dengan periode 2 satuan, dan .
Dapatkan Deret Fouriernya. Sertai sketsa gelombang fungsi tersebut

5
Kompetensi Dasar :
- Kemampuan memahami persamaan diferensial parsial dan metoda penyelesaiannya
- Kemampuan menurunkan persamaan penerapan rekayasa dan cara
menyelesaikan permasalahan nilai awal dan nilai batas
Persamaan diferensial parsial dijumpai dalam kaitan dengan berbagai masalah fisik dan
geometris bila fungsi yang terlibat tergantung pada dua atau lebih peubah bebas. Tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa hanya sistem fisik yang paling sederhana yang dapat
dimodelkan dengan persamaan diferensial biasa mekanika fluida dan mekanika padat, transfer
panas, teori elektromagnetik dan berbagai bidang fisika lainnya penuh dengan masalah-
masalah yang harus dimodelkan dengan persamaan differensial parsial.Yang sesungguhnya,
kisaran penerapan persamaan diferensial parsial sangatlah besar, dibandingkan dengan kisaran
penerapan persamaan diferensial biasa. Peubah-peubah bebas dapat berupa waktu dan satu atau
lebih koordinat di dalam ruang.

Definisi :
Persamaan Diferensial Parsial (PDP) adalah suatu persamaan yang mengandung satu atau lebih
derivative parsial dari suatu fungsi dari dua atau lebih peubah bebas.

Tingkat derivative parsial tertinggi merupakan tingkat persamaan diferensial parsial tersebut.
Contoh

1
Dalam hal ini adalah konstanta, adalah waktu dan adalah koordinat Kartesius.

Yang dimaksud Penyelesaian suatu Persamaan Diferensial Parsial sdalam daerah R adalah suatu
fungsi yang mempunyai derivative derivative parsial yang tampak didalam persamaan diferensial
parsial itu dan memenuhi persamaan diferensial tersenut.

Penyelesaian persamaan diferensial tidaklah tunggal, namun jika ada informasi tambahan dari
situasi fisik, misalnya, solusi yang diinginkan pada batas Dimain yang diketahui (Syarat atau
Kondisi batas) atau dalam kasus lain, apabila diberikan nilai penyelesaian pada saat = 0
(Syarat Awal ).

Metode Penyelesaian PD Parsial


Beberapa Penyelesaian PD parsial yang akan dibahas adalah:
A. Integral Langsung
B. Pemisalan
C. Pemisahan Variabel

2
3
Penyelesaian PDP dengan Metode Pemisahan Variabel
Persamaan Diferensialparsial linier tingkat tinggi dengan beberapa keistimewaan dapat
diselesaikan dengan menggunakan metode pemisahan variabel .
Bentuk Umum PDP tersebut adalah :

4
Dengan keistimewaan :
1) Tidak terdapat derivative parsial lebih dari satu variabel bebas
2) fungsi x saja, fungsi y saja, fungsi t saja, i=0,1,2,3,…
Penyelesaian PDP dimisalkan sebagai fungsi yang variabelnya terpisah :

Perhatikan bahwa ̇ ̈ ,…,

̇ ̈ ,…,

̇ ̈, … ,

Ini berarti bahwa


̈

Yang merupakan persamaan diferensial biasa, dengan . Jadi penyelesaian PDP adalah
:

Latihan soal PDP:


1. Tunjukkan penyelesaian PDP: , adalah :

2. Selesaikan penyelesaiannya bagi persamaan berikut dengan menggunakan pemisahan


variabel:
a)
b)
c)
d)

3. Tunjukkan Penyelesaian PDP: adalah

5
4. Tunjukkna bahawa Penyelesaian Masalah Nilai Batas :
,
Dengan syarat batas
Syarat awal
adalah:

Dengan ∫( )

∫ ( )

MODEL MATEMATIKA PENERAPAN REKAYASA DAN PENYELESAIANNYA

A. PERSAMAAN GELOMBANG SATU DIMENSI


Berbagai persamaan diferensial penting satu dimensi yang pertama adalah persamaan getaran
dawai. Kita akan turunkan persamaan yang mengatur vibrasi pada seutas dawai elastis, yang
diregangkan sampai panjang Ldan diikatkan pada kedua ujungnya. Misalkan kemudian dawai itu
ditarik dan diganggu dan kemudian dilepaskan pada saat t = 0 agar bergetar. Masalahnya adalah
menentukan vibrasi dawai tersebut, dengan kata lain menentukan penyimpangannya pada
sembarang titik x dan waktu t > 0. Perhatikan gambar 4.1berikut ini.

6
Gambar 4.1

Asumsi asumsi itu sedemikian rupa sehingga kita dapat berharap bahwa solusi
dapat menerangkan dengan cukup baik getaran kecil dawai ”nonideal” yang bermassa
kecil dan homogeny yang mengalami tegangan besar.
Dari keadaan gambar 4.1 diatas diperoleh :

7
Diperoleh :

8
 Penyelesaian Persamaan Gelombang berdimensi Satu dengan Metode Pemisahan
Variabel.

Model Persamaan Gelombang dimensi satu ( Dawai bergetar) telah diketahui :

Dengan menggunakan metode pemisahan variabel , misalkan Penyelesaian gelombang Dawai


adalah :

Maka :
̈ dan ̈
̈ ̈
PD menjadi : ̈ ̈ atau

Hal ini menghasilkan persamaan diferensial biasa linier, yaitu :

9
̈ diperoleh penyelesaian
̈ diperoleh penyelesaian
Dengan
Penyelesaian Umumnya adalah
Dengan memasukkan syarat batas pada penyelesaian untuk semua
Diperoleh nilai A adalan 0 (nol) dan, atau . Dengan mengambil B=1, kita

memperoleh takhingga banyak penyelesaian dengan

Penyelesaian Umumnya adalah:


,

dimana , , dan ,

dinamakan Fungsi Eigen dan dimana merupakan Nilai Eigen


Dengan prinsip superposisi maka :

Yang harus memenuhi syarat awal :

Persamaan diatas membentuk deret Sinus Fourier (DSF) dari pada interval (0, L) dengan
koefisien Fourier :

∫ ( )

selanjutnya syarat kecepatan awal Dawai :

Juga membentuk deret Sinus Fourier dengan

∫ ( )

10
Atau

∫( )

Hasil analisa yang telah diuraikan tersebut diatas dapat diperoleh kesimpulan SBB:
Model Persamaan Gelombang dimensi satu ( Dawai bergetar):

Jika deberikan simpangan awal dan kecepatan awal :

Penyelesaian MNB getaran dawai satu dimensi adalah :

Dimana ∫ ( )

Dan ∫()

Contoh soal
Tentukan persamaan gelombang jika defleksi awal berbentuk segitiga

11
{

Dengan kecepatan awal nol


Jawab.
Karena kecepatan awal: maka Bn =0. Dan selanjutnya buktikan bahwa

∫ ( )

∫ ) ∫ )
( (

( ), n=0,1,2,…

Tentukan penyelesaian MNB dawai yang bergetar yang panjangnya L, dan jika:

1. kecepatan awalnya nol dan simpangan awalnya adalah sbb:

12
2. Simpangan awalnya nol dan kecepatan awalnya diberikan pada fungsi berikut ini:

B. KONDUKSI PANAS SATU DIMENSI


Distribusi temperature pada batang/tongkat satu dimensi mempunyai model matematika :
, dengan
K : Konduktifitas termal
S : Panas jenis
: Kerapatan massa
Dengan syarat batas
Syarat awal
Dengan metode pemisahan variabel didapat penyelesaiannya adalah:

Dimana

dan ∫( )

Contoh permasalahan

13
Penyelesaian

∫ ( )

{ }

{ }

∫ ( )

( )]

Jadi

14
Atau dapat pula dilihat dengan memasukkan Syarat awal menghasilkan persamaan

Dapat dilihat bahwa ,

(
)

Suhu mencapai maksimum jika , maka = 50

( )

C. KONDUKSI PANAS DUA DIMENSI


Distribusi temperature pada pelat empat persegipanjang dua dimensi mempunyai model
matematika :
,
Dengan syarat batas
Syarat awal
Dengan metode pemisahan variabel didapat penyelesaiannya adalah:

∑ ∑ [( ) ( ) ]

Dengan ∫ ∫

Untuk kondisi steady (stabil) temperature tidak terpengaruh oleh waktu : model

perambatan panas dua dimensi menjadi persamaan Laplace

15
penyelesaiannya adalah:

D. GELOMBANG DUA DIMENSI


Menentukan gelombang pada pelat empat persegi panjang yang tepi tepinya diikat/dijepit pada
posisi , dan , , jika pada awalnya membrane digetarkan secara
transfersal membentuk fungsi , kemudian dilepaskan dengan kecepagan awal ,
maka akan diperoleh model matematika dari gelombang dua dimensi tersebut adalah :
( ),
Dengan syarat batas
Syarat awal

Dengan metode pemisahan variabel diperoleh penyelesaiannya adalah sebagai berikut:

∑ ∑

Dengan √
() ()

∫∫()( )

∫ ∫ () ( )

16
Kompetensi Dasar :
- Kemampuan medefinisikan fungsi dengan dua variable bebas dan menggambar
grafiknya
- Kemampuan menyelesaikan integral lipat dua dan lipat tiga
- Kemampuan memahami fungsi vector dan sifat siafat dan turunannya
- Kemampuan menyelesaikan integral garis dengan teorema teorema yang terkait

Pada bab ini akan dibahas masalah integral garis dan integral permukaan dan aplikasinya yang
sering terjadi pada masalah sains dan teknologi. Akan tetapi dalam menyelesaikan permasalahan integral
garis dan integral permukaan dibutuhkan konsep fungsi yang bernilai real dengan dua variabel bebas
dengan derivative parsialnya dan integral lipat

Integral garis dapat diubah menjadi integral lipat dua untuk suatu lintasan yang tertutup atau
integral permukaan dan sebaliknya. Teorema Green, Stokes dan Gauas merupakan suatu teorema yang
amat penting dalam menyelesaikan masalah masalah yang terkain dengan integral vector dengan
ditambah pemahaman fungsi vector, operator gradient, divergensi dan Curl

5.1. Fungsi Dua Peubah atau Lebih.


Sebelum membahas fungsi vektor, perlu dimenegerti dahulu fungsi yang bernilai real untuk dua
peubah bebas, derivativenya maupun integralnya. Tentunya menggunakan integral lipat dua atau lipat
tiga.

 FUNGSI DUA PEUBAH ATAU LEBIH

Pandang fungsi-fungsi berikut ini:


merupakan fungsi bernilai riil dari peubah riil
merupakan fungsi bernilai vektor dari peubah riil
merupakan fungsi bernilai riil dari dua peubah riil

Fungsi bernilai riil dari dua peubah riil adalah fungsi yang memadankan setiap pasangan terurut
dalam daerah asal (Domain) D pada bidang yang bernilai riil

Contoh

Himpunan semua titik titik hasil pemetaan atas daerah asal D, merupakan Daerah Hasil yang geometrinya
berupa bidang dalam ruang tiga dimensi. Seperti yang telah disampaikan diatas bahwa suatu fungsi
dengan dua peubah bebas geometrinya berupa suatu permukaan benda dalam ruang tiga dimaensi. Contoh

1
gambar geometri dari fungsi dan seperti terlihat pada gambar 1a dan gambar
1b dibawah ini

Z
zx2 y2

Gambar 1a Gambar 1b

5.2. TURUNAN PARSIAL

Turunan parsial f terhadap x di dan dinyatakan sebagai

Sebaliknya :

Selanjutnya rumus rumus turunan fungsi dengan satu peubah dapat diterapkan pada turunan parsial ini.

Contoh 1: a) Jika diketahui , carilah dan


b) Jika diketahui , carilah dan
Jawaban
a)

b) Jika maka :

2
 TURUNAN PARSIAL TINGKAT TINGGI

() dan ()

Contoh 2: Carilah , , , , dan dari fungsi ( )


Jawaban :

3
5.3. Integral Lipat Dua dan Tiga

Mengingat kembali bahwa ∫ untuk menyatakan suatu luasan dibawah kurva


dari sampai dengan . Untuk selanjutnya akan didefinisikan integral lipat dua yang dapat
diaplikasikan untuk menghitung luas bidang datar, volume benda dalam ruang 3 dimensi, Pusat masa,
momen inersia dan lainnya.

Gambar 2

Dapat dilihat bahwa :

1. Jika maka ∬ merupakan luas bidang datar atas daerah A.

4
2. Jika yang merupakan bidang atas (perhatikan gambar 2) maka ∬
merupakan Volume benda yang dibatasi oleh alas A, bidang atas dan sisi samping
sempadannya.
3. Jika yang merupakan bidang atas (perhatikan gambar 2) maka

∬ √ ( ) merupakan luas kulit benda yang berada diatas daerah A.

4. Jika maka ∬ merupakan momen inersia bidang datar A


terhadap pusat koordinat.

Contoh 1.

Tentukan Luas daerah yang dibatasi kurva dari sampai dan sumbu .

Penyelesaian.

Apabila daerah integrasi dipotong potong secara vertikal (Gbr.2) berati integral yang berjalan lebih
dahulu adalah terhadap ( dianggap konstan) kemudian dilanjutkan terhadap .

∫ ∫ ∫ ∫

Gambar 2

Contoh 2.

Carilah Volume benda (gambar 3) yang terletak dibawah bidang , yang dibatasi oelh bidang
bidang koordinat dan bidang vertikal

Jawaban

5
A merupakan alas yang berbentuk segitiga, bidang atas adalah dan sisi sampingnya adalah
bidang koordinat XZ, YZ, dan

Apabila daerah integrasi dipotong potong secara vertikal (Gbr.3.a) berati integral yang berjalan lebih
dahulu adalah terhadap ( dianggap konstan) kemudian dilanjutkan terhadap .

∫ ∫ ∫ ∫ ∫

Apabila daerah integrasi dipotong potong secara horizontal (Gbr.3.b) berati integral yang berjalan lebih
dahulu adalah terhadap ( dianggap konstan) kemudian dilanjutkan terhadap .

∫ ∫ ∫ ∫ ∫

∫ ( )

 Transformasi ke sistem Koordinat Lain.


A. Sistem koordinat Kutub
Selain sistem koordinat kartesius adalah sistem koordinat bidang (dalam 2 dimensi)
(gambar 4), ada pula sistem koordinat lain yang dikenal sebagai Sistem Koordinat Kutub yang
mempunyai hubungan sebagai berikut :

6
Gambar 4
B. Sistem Koordinat Silinder
yaitu sistem koordianat untuk 3 dimensi (ruang, gambar 5) yang mempunyai hubungan sebagai
berikut:

Gambar 5
C. Sistem Koordinat Bola
yaitu sistem koordianat untuk 3 dimensi (ruang, gambar 6) yang mempunyai hubungan sebagai
berikut:

Gambar 6

7
 Hubungan Integral lipat dua menjadi bentuk sistem koordinat silinder
dengan bantuan fungsi Jacobian diperoleh hubungan sebagai berikut:

∫ ∫ ∫ ∫

 Hubungan Integral lipat tiga dalam bentuk sistem koordinat silinder


sebagai berikut:

∫ ∫ ∫ ∫ ∫ ∫

 Hubungan Integral lipat tiga dalam bentuk sistem koordinat Bola


sebagai berikut:

∫ ∫ ∫ ∫ ∫ ∫

LATIHAN SOAL

Hitunglah integral berikut:

∫ ∫
∫ ∫


∫ ∫
∫ ∫

∫ ∫

8
Hitunglah Integrak berikut ini:

9
5.4. Fungsi Vektor

Setelah mengenal fungsi yang bernilai skalar dalam ruang, selanjutnya diperkenalkan suatu
fungsi yang bernilai vektor. Ingat kembali suatu aljabar vektor

Contoh dari fungsi bernilai real yang geometrinya berupa bidang parabolaida yang terbuka
kebawah dengan poncak di diberikan oleh persamaan yang
gambar nya diberikan gambar.7, Sedangkan contoh dari fungsi bernilai vektor yang diberikan
oleh persamaan yang gambarnya diberikan oleh gambar 8.

z  costiˆsint ˆj t kˆ
Z

Gambar 7 Gambar 8

Selanjutnya diperkenalkan operator operator yang berlaku pada fungsi vector.

10
Jadi Gradien mengubah fungsi yang bernilai skalar menjadi fungsi yang bernilai vektor.

11
Jadi Divergensi mengubah fungsi yang bernilai vector menjadi fungsi yang bernilai skalar.

12
13
14
15
5.5. Integral Vektor

Integral vektor adalah integral yang arah lintasannya telah ditentukan. Dalam hal
menyelesaikan integral vektor, transformasi menjadi integral lipat atau sebaliknya sangat
membantu penyelesaian integral tersebut dengan memanfatkan teorema Green, Teoprema Stokes
maupun teorema Gauss.

5.5.1. Integral Garis


Sebuah obyek bergerak dari titik A ke titik B dengan lintasan yang tidak lurus (Gambar
9). Jika gaya yang bekerja berubah nilai dan arahnya, maka usaha yang bekerja adalah :
∑ (5.1)

16
Gambar 9
Jika perubahannya kontinu untuk perpindahan titik dari sampai titik
sepanjang lintasan C maka usaha yang dilakukan untuk memindahkan partikel dari
sampai titik persamaan (5.1) menjadi integral garis :
∫ (5.2)
Usaha yang dihasilkan merupakan integral garis dari fungsi vector F.
Usaha yang dilakukan oleh suatu vector gaya sepanjang
kurva C merupakan integral garis :
∫ ∫ (5.3)

Contoh
Hitung Usaha ∫ , dimanaF adalah gaya yang diberikan oleh persamaan
dan C merupakan seperempat lingkara bagian atas yang berpusat di 0 dengan
jari jari 1 (gambar 10)
Jawab.
Kurva C merupakan persamaan lingkaran ( gambar 10) yang dapat diubah
ke bentuk fungsi parametrik dan . Sehingga fungsi vektor
.
Dengan demikian ∫∫

∫ , misalkan

∫ ∫

∫ ∫

( )⌈ ⌈

17
Gambar 10

Teorema Green
Untuk obyek bergerak dengan lintasan tertutup dimana partikel bergerak dari titik A
kembali ke titik A melalui lintasan C seperti ditunjukkan gambar 11, persamaan (5.3)
integral garis dapat diubah menjadi integral lipat dengan menggunakan teorema Green
sebagai berikut.

Jika R suatu daerah tertutup di bidang XY yang dibatasi oleh kurva tertutup
sederhana C dan jika M dan N adalah fungsi fungsi kontinu dari x dan y yang mempunyai
derivative derivative parsial kontinu dalam R, maka:
∮ ∬

Atau
∬ ∮ dimana

Gambar 11

18
5.5.2. Integral Permukaan
Integral garis dari sebuah vector uang mengelilingi sebuah kurva tertutup
sederhana C sama dengan integral permukaan dari Curl melalui sembarang permukaan S
dengan C sebagai batasnya tertuang dalam teorema Stokes sebagai berikut:

Teorema Stokes:
Suatu permukaan S yang dibatasi oleh lintasan tertutup C, yang proyeksinya adalah R
dibidang xy, maka untuk medan vector berlaku :

∮ ∬

Dimana = Unit vector normal positip pada S.


Agar lebih memahami teorema Stiokes, lihat contoh soal berikut ini:

Contoh

Hitung ∬ dengan dimana S adalah


separuh permukaan bola bagian atas dan C pembatasnya.

Penyelesaian:

Perhatikan separuh permukaan bola pada gambar 12.

19
Gambar 12

5.5.2. Integral Volume.


Integral Permukaan dari sebuah medan vector dimana M, N dan P
mempunyai turunan parsial pertama yang kontinu pada benda pejal terutup V dan terbatas
oleh Bidang S sama dengan integral volume dari div atas volume V yang dituangkan
dalam teorema Gauss sebagai berikut:

∫∭
Dengan adalah vector normal satuan S. Atau :

∬ ∭( )

20
Contoh
Hitung ∬
Dengan S adalah permukaan tertutup yang berupa silinder

Jawab:

∬ ∭


∫∫∫

LATIHAN SOAL

1. Tentukan divergensi jika


2. Diketahui , carilah div (grad U)
3. Tunjukkan dan | |
4. Jika dan carilah grad (div ΦA) dititik (1, 1, 1)
5. Jika diketahu i, tentukan Curl F
6. Untuk harga konstanta berapakah vector adalah
medan vektor konservatif
7. Dapatkan div(grad f) jika diketahui:
a)
b)
c)
d)
8. Suatu benda mempunyai massa m, berputar dalam suatu orbit melingkar dengan kecepatan sudut
akan mengalami gaya sentrifugal yang diberikan oleh .
Tunjukkan bahwa adalah fungsi Potensial untuk F.

9. Hitung ∮ Jika
a) dengan C adalah segitiga titik titik sudut
b) dengan C adalah linkaran
c) dengan C adalah irisan
10. Hitung ∬ dengan teorema divergensi jika :
a) dengan S adalah permukaan kubus
b) dengan S adalah permukaan silinder
c) dengan S adalah permukaan
d) dengan S adalah permukaan
e) , S adalah permukaan silinder

21

Anda mungkin juga menyukai