Anda di halaman 1dari 17

KEHILANGAN TEKANAN AKIBAT RUGI

GESEKAN DALAM ALIRAN

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Transportasi Fluida
Disusun Oleh
Kelompok 1 (4 EGC)
1.
2.
3.
4.

Agung Aditya Pratama


Candra Purna
Deli Kusuma Wardani
Oki Maman Suyadi

Tingkat / Program

: I / D-IV Teknik Energi

Dosen Pembimbing

: Ir. Aida Syarif, M.T.

Mata Kuliah

: Transportasi Fluida

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2016
KATA PENGANTAR

( 061440411695 )
( 061440412034 )
( 061440411699 )
( 061440411711 )

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
karunia yang telah dilimpahkan-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan Makalah
Tranportasi Fluida yang berjudul Kehilangan Tekanan Akibat Rugi Gesekan Dalam
Aliran. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pembelajaran
di mata kuliah Transportasi Fluida. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut hingga akhir zaman.
Kami sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
baik dari segi isi maupun penulisan yang kurang sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik dan saran kepada para pembaca yang sifatnya membangun agar sempurnanya
makalah ini dan juga sebagai bekal bagi kami untuk membuat makalah yang akan datang.

Palembang , Mei 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................3
1.2.
Tujuan..........................................................................................................4
1.3. Rumusan
Masalah.......................................................................................4

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Definisi Fluida............................................................................................5
2.2. Aliran Fluida ............................................................................................5
2.3. Rugi-rugi Aliran........................................................................................8

BAB III SOAL DAN PEMBAHASAN


3.1. Soal.............................................................................................................13
3.2. Pembahasan..............................................................................................13
Bab IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Head loss merupakan suatu fenomena rugirugi aliran di dalam sistem pemipaan.
Rugirugi aliran selalu terjadi pada sistem pemipaan dengan menggunakan berbagai

10.684 Q1
macam fluida, seperti fluida cair dan gas. Pada umumnya, rugi aliran yang terbesar
D
terjadi pada fluida cair, hal ini dikarenakan sifat molekulnya yang padatCdibandingkan
1.85

4.8

gas dan memiliki gesekan lebih besar terhadap media yang dilaluinya, terutama jika
koefisien gesek media yang dilalui itu lebih besar, maka gesekan yang terjadi pun
akan semakin besar. Head losses sangat merugikan dalam aliran fluida di dalam sistem
pemipaan, karena head losses dapat menurunkan tingkat efisiensi aliran fluida.
Salah satu penyebab head losses adalah konstruksi desain dari sistem pemipaan
tersebut. Jika konstruksi memiliki percabangan yang lebih banyak maka akan
memperbesar rugi alirannya, selain itu aliran yang semula dalam keadaan laminar
pada saat melalui pipa lurus yang koefisien geseknya besar akan berubah menjadi
aliran turbulen. Kondisi aliran turbulen inilah yang dapat merugikan dalam sistem
pemipaan tersebut, seperti akan menimbulkan getaran dan juga pengelupasan dinding
pipa. Selain itu akibat yang paling mendasar dengan adanya rugi-rugi aliran (head
losses) ialah dapat menyebabkan besarnya energi yang dibutuhkan untuk
menggerakan aliran fluida yang berdampak meningkatnya penggunaan listrik pada
mesin penggerak fluida seperti pompa. Head losses (rugi aliran) sering terjadi pada
sistem pemipaan untuk seluruh perusahaan, industri rumah tangga, dan tempat lainnya
yang menggunakan pipa sebagai distribusi aliran fluida.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.


1. Dapat memahami definisi dari fluida
2. Dapat mengetahui jenis-jenis aliran fluida
3. Dapat mengetahui faktor penyebab kekasaran pipa

1.3. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
1. Apa definisi dari fluida?
2. Bagaimana jenis-jenis aliran fluida serta fungsi dan kegunaannya?
3. Bagaimana mengetahui faktor penyebab kekasaran pipa?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Fluida


Fluida merupakan suatu zat yang dalam keadaan setimbang tak dapat menahan
gaya atau tegangan geser (shear force). Definisi lain dari fluida adalah zat yang dapat
mengalir yang mempunyai partikel yang mudah bergerak dan berubah bentuk tanpa
pemisahan massa. Ketahanan fluida terhadap perubahan bentuk sangat kecil sehingga
fluida dapat dengan mudah mengikuti bentuk ruang.
Berdasarkan wujudnya, fluida dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

Fluida gas, merupakan fluida dengan partikel yang renggang dimana gaya tarik
antara molekul sejenis relatif lemah dan sangat ringan sehingga dapat melayang
dengan bebas serta volumenya tidak menentu.

Fluida cair, merupakan fluida dengan partikel yang rapat dimana gaya tarik antara
molekul sejenisnya sangat kuat dan mempunyai permukaan bebas serta cenderung
untuk mempertahankan volumenya.

2.2.

Aliran Fluida
Aliran fluida dapat dikategorikan menjadi :
1. Aliran Laminar
2. Aliran Turbulen
3. Aliran Transisi
2.2.1. Aliran Laminar
Adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikel-partikel fluidanya
sejajar dan garis-garis arusnya halus. Dalam aliran laminer, partikel-partikel fluida
seolah-olah bergerak sepanjang lintasan-lintasan yang halus dan lancar, dengan
satu lapisan meluncur secara mulus pada lapisan yang bersebelahan. Sifat
kekentalan zat cair berperan penting dalam pembentukan aliran laminer. Aliran
laminer bersifat steady maksudnya alirannya tetap. Tetap menunjukkan bahwa di
seluruh aliran air, debit alirannya tetap atau kecepatan aliran tidak berubah menurut
waktu.

Aliran fluida pada pipa, diawali dengan aliran laminer kemudian pada fase
berikutnya aliran berubah menjadi aliran turbulen. Fase antara laminer menjadi
turbulen disebut aliran transisi. Aliran laminar mengikuti hukum Newton tentang
viskositas yang menghubungkan tegangan geser dengan laju perubahan bentuk
sudut. Tetapi pada viskositas yang rendah dan kecepatan yang tinggi aliran laminar
tidak stabil dan berubah menjadi aliran turbulen.
Bisa diambil kesimpulan mengenai ciri- ciri aliran laminar yaitu: fluida
bergerak mengikuti garis lurus, kecepatan fluidanya rendah, viskositasnya tinggi
dan lintasan gerak fluida teratur antara satu dengan yang lain.

Gambar 2.1 Aliran Laminar


Dalam aliran laminar ini viskositas berfungsi untuk meredam kecenderungan
terjadinya gerakan relatif antara lapisan. Sehingga aliran laminar memenuhi hukum
viskositas newton yaitu :
dy
=
du

2.2.2. Aliran Turbulen


Kecepatan aliran yang relatif besar akan menghasilkan aliran yang tidak
laminar melainkan komplek, lintasan gerak partikel saling tidak teratur antara satu
dengan yang lain. Sehingga didapatkan Ciri dari lairan turbulen: tidak adanya
keteraturan dalam lintasan fluidanya, aliran banyak bercampur, kecepatan fluida
tinggi, panjang skala aliran besar dan viskositasnya rendah. Karakteristik aliran
turbulen ditunjukkan oleh terbentuknya pusaran-pusaran dalam aliran, yang
menghasilkan percampuran terus menerus antara partikel partikel cairan di seluruh
penampang aliran.

Gambar 2.2 Aliran Turbulen


Untuk membedakan aliran apakah turbulen atau laminer, terdapat suatu angka
tidak bersatuan yang disebut Angka Reynold (Reynolds Number). Angka ini
dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
d V
=
atau

d V
v

Dimana :
Re = Bilangan Reynold (tak berdimensi)
V = Kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
D = Diameter pipa (ft atau m)
= Viskositas dinamik fluida (kg/m s)
2
v = Viskositas kinematik ( m /s )

Menurut hasil percobaan oleh Reynold, apabila angka Reynold kurang


daripada 2000, aliran biasanya merupakan aliran laminer. Apabila angka Reynold
lebih besar daripada 4000, aliran biasanya adalah turbulen. Sedang antara 2000 dan
4000 aliran dapat laminer atau turbulen tergantung pada faktor-faktor lain yang
mempengaruhi.
Aliran dimana pergerakan dari partikel partikel fluida sangat tidak menentu
karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang
mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida kebagian fluida
yang lain dalam skala yang besar. Dalam keadaan aliran turbulen maka turbulensi
yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang merata diseluruh fluida sehingga
menghasilkan kerugian kerugian aliran.
2.2.3. Aliran Transisi
merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen. Aliran berdasarkan

bisa tidaknya dicompres :


Compressible flow, dimana aliran ini merupakan aliran yang mampu mampat.
Incompressible flow, aliran tidak mampu mampat.
Empat faktor penting dalam pengukuran aliran fluida dalam pipa adalah :
Kecepatan fluida
Friksi/gesekan fluida dengan pipa

2.3.

Viskositas/kekentalan fluida
Densitas/kerapatan fluida

Rugi-rugi Aliran
Salah satu hal yang terkena pengaruh oleh berbagai variasi instalasi pipa seperti
perubahan ketinggian, perubahan kecepatan akibat perubahan penampang dan gesekan
fluida adalah adanya perubahan tekanan pada fluida yang mengalir dalam pipa.
Pada aliran tanpa gesekan, perubahan tekanan dapat dianalisa dengan persamaan
Bernoulli yang memperhitungkan perubahan tekanan ke dalam perubahan ketinggian
dan perubahan kecepatan. Sehingga perhatian utama dalam menganalisa kondisi aliran
nyata adalah pengaruh dari gesekan. Gesekan akan menimbulkan penurunan tekanan
atau kehilangan tekanan. Berdasarkan lokasi timbulnya kehilangan, secara umum
kehilangan tekanan akibat gesekan atau kerugian ini dapat digolongkan menjadi 2
yaitu: kerugian mayor dan kerugian minor.
Kehilangan energi akibat gesekan dapat dihitung dengan menggunakan salah satu
dari dua rumus berikut, yaitu :

Persamaan Hazen - Williams


Rumus ini pada umumnya dipakai untuk menghitung kehilangan energi dalam
pipa yang relatif sangat panjang seperti jalur pipa penyalur air minum.
Persamaan ini tidak dapat digunakan untuk liquid selain air dan digunakan

untuk aliran turbulen.


Persamaan Darcy Weisbach
Persamaan Darcy Weisbach dikombinasikan dengan tambahan Diagram
Moody adalah metode yang digunakan untuk menghitung energi yang hilang
akibat dari gerakan fluida di dalam pipa dan saluran tertutup lainnya.

2.3.1. Kerugian Mayor


Kerugian mayor adalah kehilangan tekanan akibat gesekan aliran fluida pada
sistem aliran penampang pipa yang konstan. Bilangan reynolds menerangkan rezim
atau profil aliran fluida dalam pipa seperti :

Aliran laminar NRe < 2300

Aliran transisi 2300 < NRe < 4000

Aliran turbulent NRe > 4000


Kehilangan tinggi tekan akibat gesekan dalam pipa tergantung dari :
1. Tidak tergantung dari tekanan pada aliran air
2. Berbanding lurus dengan panjang pipa (L)
3. Berbanding terbalik dengan diameter pipa (D)
4. Berbanding lurus dengan kecepatan rata - rata (V)
5. Tergantung dari kekasaran pipa, bila aliran turbulen
Kehilangan energi untuk seluruh regim atau profil aliran dapat dianalisa
dengan menggunakan bilangan Reynolds yang diestimasi dari diagram moody.
1. Head Loss pada aliran laminar Re < 2000
Persamaan Darcy Weisbach
2
f L V
H L=
d 2 g
Dimana :
HL

= Kehilangan energi dalam pipa (m)

= Faktor gesekan Diagram Moody

= Diameter (m)

= Panjang pipa (m)

= Kecepatan (m/s)

2
= Kecepatan gravitasi (m/ s )

Nilai f dapat ditentukan dengan mengacu kepada diagram Moody dan diagram
kekasaran relatif. Ini berlaku pada aliran dalam pipa bulat ataupun piapa tidak bulat
dan untuk aliran pipa saluran tertutup. Data dapat diadaptasi dengan perkiraan aliran
lapisan batas. Daerah yang dinaungi pada diagram Moody itu diindikasikan dimana
batas transisi dari laminar untuk aliran turbulen. Jadi faktor gesekan tidak dapat
dipercaya pada range ini, 2000 < Re < 4000. Catatan bahwa kurva kekasaran
mendekati garis horizontal regim kekasaran penuh untuk garis yang kanan.

10

Pada aliran turbulent harga koefisien gesekan tergantung pada kekasaran


permukaan pipa dan bilangan reynolds yang diestimasi dari diagram moody.
Dengan menggunakan persamaan Darcy, faktor gesekan pada aliran laminer
dapat ditentukan faktor gesekan f

untuk aliran laminer adalah f =64 / dan

tidak bergantung dengan kekasaran relatif pipa c / D .

Pers. Hagen

Poiseeuille

HL

32 L V
D2

...(1)

Pers. Darcy

HL

f L V 2
d2g

...(2)
f

d 2 g
2
L V

HL

d 2 g
L V 2

32 L V
D2

64 g
V D
64

V D

g =

64
V D

V D

...(3)

...(4)

d 2 g
2
L V

HL

11

64

Diagram Moody
Rumus tersebut diplot pada tahun 1944 oleh Moody ke dalam apa yang disebut
Diagram Moody (Gambar 2.20). Diagram Moody adalah diagram faktor gesekan fungsi
bilangan Reynold dan kekasaran relatif pipa. Nilai-nilai kekasaran yang khas untuk
berbagai permukaan pipa ditampilkan pada tabel berikut.

12

2. Untuk aliran turbulen Re>4000


a. Untuk daerah complete roughness, rough pipes
3,7
2 log
1
=

f
d

( )

=kekasaran (m)

b. Untuk pipa halus seperti glass dan plastic(pipa licin)


0,316
f =
=3000100.000
0,25
1) Blassius

2) Van Karman

1
=
f

c. Untuk pipa kasar


1
=
Van Karman
f

2,0 log

( 2,51 f )

2 ,0 log ( f )

2,0 log

0,8

1,74

d. Untuk pipa antara kasar dan halus(transisi)

Corelbrook White

2.3.2.

1
=
4

d 2,51
2,0 log
+
3,7 f

Kerugian Minor
Kerugian minor adalah kehilangan tekanan akibat gesekan yang terjadi pada alat
kelengkapan pipa seperti katup, belokan,tee,filter dan pada penampang pipa yang konstan.

13

BAB III
SOAL DAN PEMBAHASAN

3.1.

Soal
1. Hitung kehilangan tenaga karena gesekan di dalam pipa sepanjang 1400 ft dan
diameter 8 in, apabila air mengalir dengan kecepatan 6,56 ft/s. Koefisien gesekan
Darcy

Weisbach

f =0, 02

2. Udara pada kondisi standar mengalir melalui pipa saluran(drawn tubing)


berdiameter 5,0 mm dengan kecepatan rata-rata V= 60 m/s. Untuk kondisi seperti
itu biasanya aliran akan turbulen. Namun demikian,jika dilakukan tindakan untuk
menghilangkan gangguan pada aliran(sisi masuk pada pipa sangat mulus, udara
bebas dari debu, pipa tidak bergetar, dan lain-lain), masih dimungkinkan untuk
mempertahankan suatu aliran laminar.
a. Tentukan penurunan tekanan sepanjang jarak 0,2 m pada pipa jika alirannya
laminar
b. Ulangi perhitungan jika alirannya turbulen
3.2. Pembahasan
1. Diketahui :
Panjang pipa : L = 1400 ft
Diameter pipa : D = 8 in = 2/3 ft
Kecepatan aliran : V = 6,56 ft/s
Koefisien gesekan : f = 0,02
Jawab :
Kehilangan tenaga dihitung dengan rumus berikut :
f L V 2
H L=
d 2 g

H L=

HL

0,02 1400 ft ( 6,56 ft / s)2


2/3 ft 2(32,2 ft / s2 )
28,06 ft

14

2. Pada kondisi temperatur dan tekanan standar, kerapatan dan viskositas udara adalah
=1,23 kg /m2 dan

=1,79 105 N s /m2 .

Jadi bilangan Reynoldsnya

adalah :
3
VD ( 1,23 kg/m ) ( 60 m/s ) ( 0,005 m )
=
=
=20615
5
2

1,79 10 N s/m
Yang secara normal menunjukkan aliran turbulen
(a) Jika alirannya laminar, maka f =64 /=64 /20615=0,00310

dan

penurunan tekanan sepanjang jarak horizontal 0,2 m pada pipa akan menjadi :
fL1
p=
pV 2
D 2
p=

0,00310 0,2 m 1
(1,23 kg /m3)(60 m/ s)2
0,005 m
2

p=0,275 KPa

Perhatikan bahwa hasil yang sama diperoleh dari persamaan

p=

32 L
D2

32 ( 1,79 105 N s/m2 ) ( 0,2m ) ( 60 m/ s )


( 0,005 m)2

(b) Jika alirannya turbulen, maka f =0( , e/ D),

275 N /m2

dimana dari tabel 2.3,

0,0015 mm sehingga /D=0,0015 mm 5,0 mm = 0,0003. Dari diagram


4
Moody dengan Re = 2,0615 10

dan /D=0,0003 kita peroleh

f =0,014. Jadi dalam hal ini, penurunan tekanan akan kira-kira

p=

( 0,2m ) 1
fL1
pV 2=( 0,014 )
(1,23 kg/m 3)(60 m/s)2
D 2
( 0,005 m) 2

p=1,240 KPa

15

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Fluida merupakan suatu zat yang dalam keadaan setimbang tak dapat menahan
gaya atau tegangan geser (shear force). Definisi lain dari fluida adalah zat yang
dapat mengalir yang mempunyai partikel yang mudah bergerak dan berubah
bentuk tanpa pemisahan massa.
2. Aliran fluida dapat dikategorikan menjadi :

Aliran laminar NRe < 2300

Aliran transisi 2300 < NRe < 4000

Aliran turbulent NRe > 4000

3. Untuk dapat menghitung head loss mayor, perlu diketahui lebih awal jenis aliran
fluida yang mengalir.
4. Hal yang memerlukan kehati-hatian dalam menentukan penggunaan diagram
Moody atau rumus Corelbrook yang ekivalen. Karena berbagai ketidakakuratan
inheren yang terlibat (ketidakpastian pada kekasaran relatif, ketidakpastian pada
data eksperimen yang digunakanuntuk menghasilkan diagram Moody dan lainlain.), penggunaan akurasi sampai beberapa desimal dalam masalah aliran pipa
biasanya tidak dijustifikasi. Pada umumnya, akurasi 10% adalah yang
diperkirakan paling baik.
5. Kehilangan tinggi tekan akibat gesekan dalam pipa tergantung dari :
1. Tidak tergantung dari tekanan pada aliran air
2. Berbanding lurus dengan panjang pipa (L)
3. Berbanding terbalik dengan diameter pipa (D)
4. Berbanding lurus dengan kecepatan rata - rata (V)
5. Tergantung dari kekasaran pipa, bila aliran turbulen

16

DAFTAR PUSTAKA

th
Fox, W.Robert, and Mc Donald, Alan T, 1998. Introductions to Fluid Mechanics, 5

edition, JohnWiley and Sons, Inc., Canada.


H. Shames Irving, 2005. Mechanis of Fluids, 4

th

edition, Mc Graw Hill

http://aya-snura.blogspot.co.id/2012/01/aliran-fluida-dalam-pipa.html
http://dokumen.tips/documents/mekanika-fluida-55b345e1288b7.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16249/3/Chapter%20II.pdf
http://tajilapak.wordpress.com/2012/12/08/rugi-rugi-aliran/
Munson, Bruce R., Young, Donald F., and Okiishi, Theodore H. 2003. Mekanika Fluida
Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai