Anda di halaman 1dari 10

1.1.

Sejarah Lapisan Batas


Lapisan batas diperkenalkan pertama kali oleh Ludwig Prandtl pada tahun 1904 saat
berlangsungnya kongres matematika internasional ketiga (The Thrid International
Mathematics Congress) di Jerman. Konsep ini dipresentasikan oleh Prandtl hanya dalam
waktu 10 menit, dan mampu menjawab permasalahan Hidrodinamika yang hingga akhir abad
19 tidak terpecahkan yakni D'Alembert's Paradox.

1.2. Karakteristik umum Lapisan Batas
Lapisan Batas didefinisikan sebagai daerah aliran yang tipis di dekat permukaan
dimana aliran diperlambat oleh pengaruh gesekan antara permukaan dengan aliran. Pengaruh
gesekan, dinyatakan oleh tegangan geser (shear stress, ), tersebut disebabkan adanya
velocity gradient yang sangat besar. Sedangkan Velocity gradient muncul akibat adanya
kondisi tidak slip (no-slip condition) dimana kecepatan fluida tepat diatas permukaan adalah
nol. Dengan demikian tegangan geser mencapai harga maksimumnya pada permukaan dan
semakin menjauhnya jarak dari permukaan maka velocity gradient semakin mengecil
sehingga pengaruh tegangan geser dapat diabaikan. Hubungan antara tegangan geser dengan
velocity gradient secara matematis diberikan oleh persamaan sebagai berikut:
u
y
t
| | c
=
|
c
\ .
(1)

Salah satu parameter lapisan batas yang penting adalah local skin-friction coefficient
yang menunjukkan besaran tak berdimensi dari tegangan geser pada permukaan atau secara
matematis diberikan oleh persamaan sebagai berikut:
2
1
2
w
f
c
u
t


=


(2)
Dimana:
0
w
y
u
y
t
=
| | c
=
|
c
\ .




Jarak dari permukaan hingga suatu tempat di dalam medan aliran dimana pengaruh
tegangan geser dapat diabaikan didefinisikan sebagai tebalan lapisan batas (boundary layer
thickness), yang dilambangkan oleh o . Posisi dimana efek tegangan geser dapat diabaikan
dinyatakan oleh kondisi kecepatan alirannya yakni telah mencapai 0, 99
e
u , dimana
e
u
adalah kecepatan aliran di bagian terluar dari lapisan batas dimana efek viskos sudah tidak
berpengaruh lagi.
Secara umum, tebal lapisan batas dipengaruhi oleh beberapa parameter yakni sebagai
berikut:
- Characteristic Length (L)
Tebal lapisan batas di suatu tempat tertentu yang berjarak L dari titik stagnasi
dipengaruhi oleh intensitas interaksi antara molekul fluida dengan permukaan
benda di bagian hulunya atau dengan kata lain tebal lapisan batas berbanding
lurus dengan panjang karakteristik ( L o ).
- Kinematic Viscosity (

u

)
Tebal lapisan batas juga dipengaruhi oleh jenis fluida yang berinteraksi dengan
permukaan benda atau dengan kata lain tebal lapisan batas berbanding lurus
dengan kinematic viscosity (o u ).
- Local Velocity Outside Boundary Layer (Ue)
Tebal lapisan batas disuatu tempat tertentu akan semakin kecil dengan
bertambahnya kecepatan luar dari lapisan batas. Hal ini disebabkan suku-suku
tegangan inersia menjadi semakin besar, sedangkan viskositasnya konstan
sehingga profil kecepatan di dalam lapisan batas akan lebih terdorong ke
permukaan. Dengan kata lain tebal lapisan batas berbanding terbalik dengan akar
kuadrat kecepatan luar dari lapisan batas (
1
e
u
o ).
Dengan demikian, tebal lapisan batas dapat hubungkan dengan bilangan Reynolds sebagai
berikut:

Re
L
L
o

Sedangkan bilangan Reynolds sendiri merupakan kuantitas tak berdimensi yang secara fisik
dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara energi inersia dan energy viskos (gesekan)
dari suatu aliran. Secara matematis, bilangan Reynolds dapat didefinisikan dalam persamaan
berikut:

. . .
Re
x
V x V x inertia
viscous

u


= = =

Selain boundary layer thickness (o ), terdapat dua definisi lain yang biasa digunakan
untuk menyatakan ketebalan lapisan batas yakni sebagai berikut:
- Displacement Thickness ( * o ) adalah besaran yang menyatakan terjadinya
pengurangan aliran massa (missing mass-flow) akibat kehadiran lapisan batas.
Displacement Thickness dinyatakan oleh persamaan berikut:
0
* 1
e
u
dy
u
o
o
| |
=
|
\ .
}
(3)
- Momentum-Loss Thickness (u ) adalah besaran yang menyatakan terjadinya
pengurangan momentum akibat kehadiran lapisan batas. Momentum-Loss
Thickness dinyatakan oleh persamaan berikut:
0
1
e e
u u
dy
u u
o
u
| |
=
|
\ .
}
(4)

Kedua definisi diatas, digunakan untuk menganalisis benda dengan persamaan
Laplace (inviscid flow) dimana efek viskos telah dimasukkan ke dalamnya. Dengan definisi
displacement thickness, distribusi tekanan disekitar benda dapat dihitung, untuk kemudian
gaya angkat pada benda tersebut dapat diperoleh. Sedangkan definisi momentum-loss
thickness digunakan untuk memperoleh gaya hambat.

1.3. Klasifikasi Lapisan Batas
Lapisan batas terbagi menjadi tiga daerah yakni lapisan batas laminar, daerah transisi
dan lapisan batas turbulen. Fenomena-fenomena aliran di dalam lapisan batas laminar, daerah
transisi dan lapisan batas turbulen akan dijelaskan sebagai berikut.


Gambar 1
Lapisan Batas Laminar, Daerah Transisi, dan Lapisan Batas Turbulen di dalam Lapisan Batas

Pada lapisan batas laminar, aliran atau lapisan fluida (fluid layers) bergerak secara
halus antara satu sama lainnya atau dengan kata lain lapisan batas laminar memiliki
streamline yang saling paralel satu sama lainnya. Pengaruh gesekan yang timbul akibat
velocity gradient diakibatkan oleh viskositas fluida itu sendiri, sehingga perpindahan massa
dan momentum antara aliran fluida terjadi dalam tingkat molekular saja. Hal ini juga dapat
dilihat dari persamaan (1) dimana tegangan geser diakibatkan oleh velocity gradient dan
viskositas fluida.
Sedangkan pada lapisan batas turbulen, gerakan molekul fluida yang acak
menyebabkan terjadinya fluktuasi kecepatan (baik pada arah paralel maupun tegak lurus
terhadap aliran). Fluktuasi kecepatan pada arah tegak lurus aliran menyebabkan perpindahan
massa dan momentum terjadi dalam jumlah yang sangat besar antar lapisan fluida. Hal inilah
yang menyebabkan tegangan geser pada lapisan batas turbulen lebih besar jika dibandingkan
pada lapisan batas laminar. Dengan kata lain tegangan geser di dalam lapisan batas tidak
hanya dipengaruhi oleh viskositas fluida itu sendiri, karena viskositas fluida berharga konstan
di seluruh medan aliran fluida, melainkan oleh Reynolds Shear Stresses. Reynolds shear
stresses atau turbulent stresses sendiri merupakan besaran yang menunjukkan fluktuasi
kecepatan molekul fluida. Pada lapisan batas turbulen, efek reynolds stresses terhadap
tegangan geser lebih besar jika dibandingkan pada lapisan batas laminar. Akan tetapi terdapat
suatu lapisan aliran yang sangat tipis di dekat permukan dimana fluktuasi kecepatan pada
arah tegak lurus terhadap permukaan dapat diredam. Lapisan aliran ini disebut Viscous
Sublayer. Di dalam viscous sublayer, tegangan geser hanya diakibatkan oleh viskositas aliran
saja namun velocity gradient cukup besar yang menyebabkan tegangan geser pada
permukaan untuk lapisan batas turbulen lebih besar dibanding lapisan batas laminar.
Boussinesq memperkenalkan istilah eddy viscosity () untuk menganalogikan
pengaruh antara viskositas dengan reynolds stresses terhadap tegangan geser. Eddy viscosity
ini digunakan sebagai dasar bagi metode perhitungan tegangan geser di dalam lapisan batas
turbuen. Sehingga persamaan tegangan geser pada lapisan batas turbulen dapat dinyatakan
sebagai berikut:
( )
turbulen
u
y
t c
| | c
= +
|
c
\ .
(5)

Harga bervariasi dari satu tempat ke tempat lain di dalam medan aliran. Selain itu harga
jauh lebih besar dibandingkan dengan harga , yakni antara 10-100 kali lebih besar.
Perbedaan efek viskositas dan reynolds stresses terhadap tegangan geser juga
mempengaruhi profil kecepatan (velocity profile) di dalam lapisan batas. profil kecepatan
merupakan variasi kecepatan aliran dari jarak 0 y = hingga y o = . Profil ini berbeda-beda di
tiap titiknya. Pada lapisan batas laminar, perpindahan energi dari luar lapisan batas dialirkan
ke bagian dalam aliran di dekat permukaan melalui medium viskositas saja sehingga
menghasilkan penetrasi yang kecil. Konsekuensinya sebagian besar daerah di dalam lapisan
batas mengalami pengurangan keceatan. Sedangkan pada lapisan batas turbulen, perpindaan
energi yang terjadi lebih mudah karena tidak hanya melalui medium viskositas melainkan
juga reynolds stresses. Konsekuensinya velocity profile di dekat permukaan cenderung lebih
penuh dan kecepatan aliaran bukan di dekat permukaan lebih dekat dengan kecepatan aliran
di luar lapisan batas. Ilustrasi perbedaan velocity profile antara lapisan batas laminar dengan
turbulen diberikan pada gambar 2 sebagai berikut.


Gambar 2
Profil Kecepatan di Dalam Lapisan Batas Laminar dan Turbulen


Reynolds Stresses yang menjadi efek utama dalam meningkatkan tegangan geser
dalam lapisan batas turbulen mulai muncul pada daerah transisi. Proses transisi dari lapisan
batas laminar menjadi turbulen hingga saat ini masih dalam penelitian dan merupakan proses
yang sangat kompleks. Proses transisi yang banyak dijadikan dasar pegangan dalam metode
analisis lapisan batas adalah Prandtl Hypothesis. Dalam hipotesis ini, lapisan batas dianggap
seagai sebuah Complex Non-Linear Oscilator dan memiliki kondisi awal yakni Linear Wave-
Like Response. Pada kondisi lingkugan tertentu seperti free-flight atau high-quality wind
tunnel, proses transisi dapat terjadi dalam beberapa tahapan yakni sebagai berikut:
- Tahap 1: terjadi konversi dari external stimuli atau disturbances menjadi low-
amplitude waves yang kemudian merambat ke arah hilir (downstream) di dalam
lapisan batas. Low-amplitude waves ini akan bertambah besar untuk kemudian
berubah menjadi turbulen atau bahkan hilang, bergantung dari kondisi
lingkungannya.
- Tahap 2: jika gangguan bertambah dan tumbuh secara cepat, maka amplitudo
gangguan ini akan meningkatkan respon di dalam lapisan batas sehingga lapisan
batas menjadi bersifat non-linear/kompleks.
External stimuli atau disturbances yang menjadi input bagi transisi biasanya berupa free-
stream turbulence, sound waves, surface roughness dan vibration. Proses konversi pada tahap
1 masih belum dipahami dengan benar. Salah satu kesulitannya adalah panjang gelombang
(wave-length) dari external disturbances ini selalu lebih besar dibandingkan dengan panjang
gelombang dari respon pada lapisan batas.


Gambar 3
Proses Terjadinya Transisi di Dalam Lapisan Batas Pada Pelat Data


Hipotesis Prandtl ini kemudian diformulasikan oleh Tollmien dan Schlichting yang
dikenal dengan Tollmien-Schlichting Waves. Asumsi-asumsi yang digunakan yakni
amplitudo gelombang sangat rendah sehingga dapat dianggap sebagai gelombang linear, dan
terjadi pada 80% dari total daerah transisi di dalam lapisan batas. Dengan asumsi-asumsi ini
tahap 1 dapat dianggap sebagai tollmien-schlichting waves. Dalam tollmien-schlichting waves
ini, viskositas berpengaruh secara halus namun memiliki peran dalam meningkatkan
pertumbuhan bahkan menghilangkan disturbance. Pertumbuhan disturbance dikarenakan
terjadinya perpindahan energi dari aliran sekitar ke dalam disturbance atau yang dikenal
dengan proses energy production by the reynolds stress. Sedangkan viskositas juga dapat
menyebabkan teredamnya disturbance yakni melalui efek dari viskositas yang lain yakni
dissipative dimana energi di dalam disturbance dibuang.
Teori mengenai tollmien-schlichting waves ini dibuktikan oleh hasil eksperimental dari
schubauer dan skramstadt. eksperimen ini menggunakan vibating ribbon sebagai external
disturbances dan dihasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
- Untuk getaran dengan frekuensi rendah, wave response merambat dan tumbuh
menjadi turbulence atau dengan kata lain Reynolds Stresses yang muncul lebih
besar dibandingkan Viscous Dissipation
- Untuk getaran dengan frekuansi tinggi, wave response teredam atau dengan kata
lain Reynolds Stresses yang muncul lebih kecil dibandingkan Viscous Dissipation.
- Tollmien-Schlichting waves tidak dapat dihasilkan dari natural disturbances. hal
ini dikarenakan natural disturbances memiliki sifat yang sulit diprediksi dan
berubah-ubah tiap waktunya.


Gambar 3
Hasil dari Schubauer and Skramstadt Experiment


1.4. Pertumbuhan Lapisan Batas Pada Pelat Datar
Untuk aliran yang melewati pelat datar, maka lapisan batas tumbuh dari ketebalan nol
pada Leading Edge hingga pada daerah tertentu dimana transisi dengan cepat ke lapisan batas
turbulen terjadi. Daerah transisi ini diikuti dengan penebalan lapisan batas secara cepat.
Proses penebalan ini berlanjut pada lapisan batas turbulen hingga Trailing Edge.
Seperti telah disebutkan diatas bahwa tegangan geser mencapai harga maksimumnya
pada permukaan benda dan memperlambat lapisan atau aliran fluida di dekat permukaan.
Aliran fluida ini lebih lambat dibandingkan dengan aliran diatasnya dan akan mempengaruhi
aliran fluida di atasnya, dan seterusnya. Dengan demikian, makin membesarnya jarak dari
leading edge pelat, aksi saling memperlambat aliran fluida akan bertambah. Hal ini
disebabkan lapisan atau aliran fluida di dekat permukaan telah lebih dahulu "lelah",
sedangkan pada arah tegak lurus terhadap permukaan, aksi ini berkurang akibat pengaruh
tegangan geser yang semakin berkurang. Sehingga gradien kecepatan pada arah tegak lurus
berkurang dan tebal lapisan batas makin meningkat.
Dalam menganalisis lapisan batas sepanjang pelat datar beberapa penyederhanaan
dilakukan yakni sebagai berikut:
- Sepanjang pelat datar berlaku zero pressure gradient.
- Kecepatan terluar dari lapisan batas sama dengan kecepatan aliran tak terganggu
(freestream velocity)
Penyederhanaan tersebut menjadikan lapisan batas sepanjang pelat datar lebih mudah
dipelajari baik secara eksperimental maupun teoritik. Hasil penelitian berkaitan dengan
lapisan batas sepanjang pelat datar banyak digunakan untuk memprediksi gaya gesek pada
benda sembarang.
Solusi pendekatan dari persamaan lapisan batas ntuk kasus pelat datar telah
dikembangkan oleh Prandtl dan Blasius. Blasius memecahkan persamaan lapisan batas
laminar pada pelat datar dengan asumsi-asumsi yakni aliran stasioner (steady) dan
inkompresibel. Penurunan secara rinci dapat dilihat pada referensi 1 dan 2. Sehingga
menurut Blasius, parameter-parameter pada lapisan batas laminar dapat di dekati dengan
persamaan sebagai berikut:
5, 2
Re
x
x
o

=
(6)
1, 7208
*
Re
x
x
o

=
(7)
0, 664
Re
x
x
u

=
(8)
0, 664
Re
f
x
c =
(9)
1, 328
Re
f
L
C =
(10)

Sedangkan untuk pendekatan bagi lapisan batas turbulen, Prandtl mengasumsikan
bahwa distribusi kecepatan di dalam lapisan batas pada pelat datar identik dengan lapisan
batas pada pipa sirkular (circular pipe). Asumsi ini tidak pasti benar karena distribusi
kecepatan di dalam sebuah pipa dibentuk akibat pengaruh gradient tekanan (pressure
gradient), sedangkan pada pelat datar pressure gradient adalah nol. Akan tetapi hasil
eksperimen oleh Hansen dan Burgers menunjukkan bahwa asumsi ini sesuai pada rentang
moderat dari bilangan Reynolds yang besar (Re
L
< 10
6
) dan berlaku bahwa profil kecepatan
dari lapisan batas pada pelat datar dinyatakan oleh power law formula. Untuk profil
kecepatan pada pelat datar berlaku
1
/
7
-th-power law yang merupakan distribusi kecepatan di
dalam sebuah pipa atau dapat dinyatakan sebagai berikut
1
7
e
u y
u o
| |
=
|
\ .

(11)
Demikian pula dengan shearing-stress equation pada permukaan diambil dari circular pipe
sebagai berikut:
1
4
0
2
0, 0255
e e
u u
t u
o
| |
=
|

\ .

(12)

Penurunan secara rinci dapat dilihat pada referensi 2. Dengan demikian parameter-parameter
pada lapisan batas turbulen dapat di peroleh dengan persamaan-persamaan sebagai berikut:
( )
1
5
0, 37
e
u x
x x o
u

| |
=
|
\ .

(13)
( )
1
5
* 0, 04625
e
u x
x x o
u

| |
=
|
\ .

(14)
( )
1
5
0, 036
e
u x
x x u
u

| |
=
|
\ .

(15)
( )
1
5
0, 074 Re
f L
C

=

(16)
( )
1
5
0, 0592 Re
f X
c

=
(17)

Persamaan-persamaan diatas hanya berlaku untuk rentang moderat dari bilangan Reynolds
yang besar yakni 5x10
5
< Re
L
< 10
7
. Hal ini dikarenakan adanya batasan pada Blasius pipe
resistance formula dimana pada Re
L
< 5x10
5
, lapisan batas di pelat datar adalah fully
laminar.
Sedangkan untuk memprediksi daerah transisi pada pelat datar dapat digunakan
beberapa hasil eksperimen sebagai berikut:
- Michels Criteria (ref. 1), untuk permukaan pelat datar yang halus, dengan
0
p
x
c
=
c
di dalam aliran dengan turbulensi rendah, transisi mulai terjadi pada
bilangan Reynolds sekitar Re
X
= 2,8x10
6
.
- Hansen Experiment (ref. 2), untuk pelat datar yang halus dengan sudut 0
0
, transisi
mulai terjadi pada bilangan Reynolds sekitar Re
X
= 3,2x10
5
.
- Secara rule of thumb (ref. 3), suatu daerah lapisan batas dapat ditentukan dari
bilangan Reynolds dari aliran tersebut. Untuk aliran dengan bilangan Reynolds
kurang dari 500.000 (Re < 500.000) maka lapisan batas tersebut adalah lapisan
batas laminar. Untuk aliran dengan bilangan Reynolds lebih dari 500.000 (Re >
500.000) maka lapisan batas tersebut adalah lapisan batas turbulen. Sehingga
daerah transisi adalah daerah dimana aliran memiliki bilangan Reynolds sekitar
500.000 (Re
X
= 5x10
5
).



DAFTAR PUSTAKA

1. Sardjadi, Djoko. Mekanika Fluida. Bandung: Art Pro Bandung, 2003.
2. Schlichting, H. Boundary Layer Theory 4
th
edition. New York: McGraw-Hill, 1960.
3. Jenie, Said, D. Diktat Kuliah Pengantar Teknik Penerbangan. Bandung: Institut
Teknologi, Bandung, 2004.
4. Gemba, K. Measurement of Boundary Layer on a Flat Plate. Long Beach: California
State University: California, 2007.
5. Anderson Jr, John D , Fundamentals of Aerodynamics 4
th
edition. New York: McGraw-
Hill, 2007.
6. Houghton, E.L., Carpenter, P.W. Aerodynamics for Engineering Students 5
th
Edition.
Oxford: Butterworth-Heinemann, 2002.

Anda mungkin juga menyukai