Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peran

penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari

banyaknya penduduk yang bekerja pada sektor pertanian. Pertanian memiliki dua

pengertian yaitu arti luas dan arti sempit. Arti sempit merupakan usaha pertanian

keluarga dimana diproduksinya bahan makanan utamanya sedangkan pertanian arti

luas dibedakan menjadi lima sektor yaitu tanaman pangan, perkebunan,

perternakan, perikanan, dan kehutanan. Sebagian besar hasil pertanian dikonsumsi

sendiri dan sebagian seluruhnya hasil perkebunan adalah ekspor. Wilayah pedesaan

yang bercirikan pertanian sebagai basis ekonomi sedangkan wilayah perkotaan

yang tidak lepas dari aktivitas ekonomi baik yang sifatnya industri, perdagangan

maupun jasa mengalami pertentangan luar biasa di dalam rata-rata pertumbuhan

pembangunan. Dengan kemajuan yang dicapai sektor pertanian tanaman pangan,

maka pembangunan sektor industri yang didukung sektor pertanian juga semakin

maju (Alkadri, 1999:10)

Hasil pertanian di Indonesia antara lain padi, jagung, ubi, ketela pohon,

tebu, Kelapa Sawit, Kakao, tembakau, karet, rosella, kopi, kina dan lain sebagainya.

Kelapa sawit merupakan produk pertanian paling sukses kedua di Indonesia setelah

padi, Kelapa sawit juga merupakan komoditas ekspor pertanian terbesar.

Komoditi kelapa sawit mempunyai peran strategis dalam

perekonomian nasional. Industri ini menjadi kunci bagi perekonomian

Indonesia, karena ekspor minyak kelapa sawit merupakan penghasil devisa

yang besar setelah migas.


2

Kelapa sawit mampu memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan

ekonomi dan sosial secara signifikan di Indonesia. Industri kelapa sawit ini menjadi

sarana meraih nafkah dan perkembangan ekonomi bagi sebagian besar masyarakat

di pedesaan Indonesia. Industri kelapa sawit Indonesia diperkirakan akan terus

berkembang pesat. Kebutuhan minyak sawit dunia mengalami pertumbuhan pesat

dalam beberapa dasawarsa terakhir dengan produksi minyak sawit saat ini

diperkirakan lebih dari 45 juta ton. Indonesia merupakan salah satu produsen dan

eksportir minyak sawit terbesar di dunia, dengan produksi lebih dari 18 juta ton

minyak sawit per tahun.

Crude Palm Oil (CPO) adalah hasil gilingan dari daging sawit yang

merupakan jenis minyak kelapa sawit yang menjadi unggulan ekspor Indonesia

dengan penggunaan utamanya sebagai bahan pangan (contohnya minyak goreng,

sabun, dan margarin) dan oleokimia (bahan kimia yang mengandung lemak).

Produk oleokimia memiliki nilai tambah lebih tinggi dan harga yang stabil, namun

sebagian besar CPO di Indonesia tersebut di ekspor dalam bentuk mentah

(Djoehana, 2006).

Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit nomor satu di dunia

dengan kapasitas produksi mencapai 31,10 juta ton per tahun. Negara Jiran

Malaysia menempati urutan kedua, setelah beberapa tahun silam kokoh di posisi

pertama, dengan produksi per tahun sebanyak 19,2 juta ton. Kedudukan keempat

diisi oleh Thailand dengan total produksi 2,18 juta ton/tahun yang diikuti oleh

Columbia sebanyak 1,23 juta ton/tahun. Posisi kelima dihuni oleh salah satu negara

di Afrika yaitu Nigeria dengan kemampuan produk sekitar 930 ribu ton/tahun (BPS
3

Sumut, 2016). Volume produksi CPO menurut Provinsi di Indonesia pada tahun

2015 dapat di lihat dari tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Luas lahan dan produksi CPO menurut Provinsi di Indonesia Tahun
2015
Provinsi Luas Tanam (Ha) Produksi (Ton)
ACEH 430.903 896.684
SUMATERA UTARA 1.444.687 4.959.128
SUMATERA BARAT 399.120 1.145.432
RIAU 2.398.328 6.646.997
KEPULAUAN RIAU 19.036 36.774
JA M B I 657.929 1.749.617
SUMATERA SELATAN 1.060.573 2.690.620
KEP. BANGKA BELITUNG 201.091 508.125
BENGKULU 290.633 787.050
LAMPUNG 158.045 424.054
JAWA BARAT 13.611 32.643
BANTEN 20.101 27.077
KALIMANTAN BARAT 914.835 1.794.466
KALIMANTAN TENGAH 1.099.692 3.127.138
KALIMANTAN SELATAN 475.739 1.244.040
KALIMANTAN TIMUR 816.257 1.514.504
SULAWESI TENGAH 140.882 244.074
SULAWESI SELATAN 36.262 49.818
SULAWESI BARAT 96.318 282.738
SULAWESI TENGGARA 45.418 71.278
MALUKU 33.981 14.740
PAPUA 50.720 93.476
PAPUA BARAT 38.976 53.716
(Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2016)

Dari tabel dilatas dapat dilihat bahwa Sumatera Utara merupakan sentra

produksi kelapa sawit ke 2 terbesar di Indonesia setelah Riau, diikuti oleh

Kalimantan Tengah sebagai sentra produksi ke 3, dan Sumatera Selatan sebagai

sentra produksi ke 4 di Indonesia. Volume produksi dan luas tanam kelapa sawit di

Sumatera Utara dari tahun 2011-2015 dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut.
4

Tabel 2.2 Produksi dan Luas Lahan Minyak Kelapa sawit tahun 2001-2015
Tahun Luas Tanam (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kg/Ha)
2001 867.074 2.467.597 2,84
2002 886.612 2.619.217 2,95
2003 919.680 2.763.862 3,00
2004 987.754 3.317.259 3,36
2005 1.040.303 3.690.480 3,55
2006 1.099.641 3.869.718 3,52
2007 1.108.020 3.712.052 3,35
2008 1.026.644 3.200.673 3,12
2009 1.081.644 3.433.795 3,17
2010 1.139.597 3.899.623 3,42
2011 1.050.013 4.001.150 3,81
2012 1.076.017 4.147.650 3,85
2013 1.340.348 4.549.202 3,39
2014 1.392.532 4.753.488 3,41
2015 1.444.687 4.959.128 3,43

(Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan, 2016)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa produksi kelapa sawit Sumatera Utara

dari tahun 2001-2015 terus mengalami peningkatan. Produksi tertinggi pada tahun

2015, dan terendah pada tahun 2001.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, dari sembilan komoditas

unggulan perkebunan, kelapa sawit menempati urutan pertama dalam ekspor di

tahun 2011 sebesar 53,57 persen dengan nilai 17,23 miliar dolar AS. Kelapa sawit

merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memberikan kontribusi paling

besar untuk devisa Indonesia, karena tanaman perkebunan ini memiliki nilai

ekonomis yang cukup tinggi dan merupakan salah satu tanaman penghasil minyak

nabati.

Sumatera Utara merupakan salah satu daerah pengekspor minyak sawit

(CPO), melalui Pelabuhan Belawan sebagai salah satu pintu keluar ekspor yang

ada di Sumatera.Perkembangan volume ekspor tersebut dapat dilihat pada tabel 1.2

berikut.
5

Tabel 1.3 Perkembangan volume ekspor CPO Sumut tahun 2001-2015


Tahun Volume FOB US($)
Ekspor (Ton)
2001 1.359.270 306.414
2002 1.093.967 346.249
2003 713.093 267.110
2004 1.111.796 415.933
2005 1.195.687 425.235
2006 1.251.007 492.250
2007 1.695.531 1.143.157
2008 2.302.009 1.892.152
2009 2.054.349 1.250.368
2010 1.528
2011 1.593.688 1.644.142
2012 1.195.827 1.075.223
2013 879.281 671.102
2014 372.435 266.855
2015 517.990 344.813

(Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2016)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa volume ekspor CPO Sumut dari tahun

2001-2015 berfluktuasi. Volume ekspor terbesar pada tahun 2008, sedangkan

volume ekspor terendah pada tahun 2010. Negara tujuan ekspor terbesar ke Negara

India, Republik Rakyat Tiongkok, dan Eropa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini antara lain:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor CPO di Sumatera Utara.

2. Apa Standart Operasional Prosedur (SOP) CPO sebagai komoditi ekspor

di Sumatera Utara.

3. Apa peran lembaga pertanian dalam ekspor CPO di Sumatera Utara.

4. Masalah apa yang dihadapi dalam ekspor CPO di Sumatera Utara.


6

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka penelitian dilakukan

bertujuan:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO di

Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui Standart Operasional Prosedur (SOP) CPO sebagai

komoditi ekspor di Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui peran lembaga pertanian dalam ekspor CPO di Sumatera

Utara.

4. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam ekspor CPO di Sumatera

Utara.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk melakukan

penelitian guna memperoleh gelar sarjana pertanian pada program studi

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia.

2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pelengkap dan menambah

pengetahuan tentang perdagangan ekspor CPO di Sumatera Utara.


7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,


KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis memaparkan penelitian terdahulu yang relevan

dengan permasalahan yang akan diteliti tentang Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Ekspor CPO di Sumatera Utara.

Novita Akhryana (2005) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Minyak Kelapa Sawit Sumatera Utara.

Memapakarkan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO Sumatera Utara

terdiri dari Ekspor minyak kelapa sawit sumatera utara (Ton) (Y), harga ekspor

minyak kelapa sawit (US$/Ton) (X1), Total produksi minyak kelapa sawit

Sumatera Utara(Ton) (X2), Nilai kurs (X3). Jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Library research yaitu

penelitian melalui kepustakaan. Analisis data dilakukandengan menggunakan Uji

Asumsi Klasik.

Dari hasil uji t dilakukan untuk melihat signifikan dari pengaruh variabel

independent secara individu terhadap variabel dependent, koefisien Determinasi R

dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel independent secara bersama

mampu memberi penjelasan tentang variabel dependent. Uji F digunakan untuk

mengetahui seberapa besar nilai-nilai variabel independent secara bersama mampu

mempengaruhi variabel dependen.

Simpulan yang didapat dari penelitian ini adalah Koefisien Determinasi (R)

variabel X1,X2,X3 mampu memberikan penjelasan terhadap Y sebesar 68%. Dan


8

uji t menyimpulkan bahwa perubahan total produksi CPO Sumatera Utara

berpengaruh nyata terhadap volume CPO sebesar 95%, sedangan uji F

menyimpilkan bahwa variabel X1,X2,X3 secara bersama-sama mempengaruhi

variabel Y.

Dalam penelitian ini penulis memaparkan penelitian terdahulu yang relevan

dengan permasalahan yang akan diteliti tentang Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Ekspor CPO di Sumatera Utara.

Anika Kania (2014) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Daya Saing

Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia

Ke India Dan Belanda. Memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor

CPO Indonesia ke India dan Belanda terdiri dari (Y) Volume ekspor CPO Indonesia

ke negara tujuan ekspor (Ton), (X1) Harga ekspor CPO Indonesia ke negaratujuan

ekspor (US$/Ton), (X2) Harga minyak kedelai dunia (US$/Ton), (X3) Kurs rupiah

terhadap dollar Amerika (Rp/US$), (X4) Nilai RCA CPO Indonesia di negara

tujuan ekspor.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam

bentuk data deret waktu (time series) selama 24 tahun, yaitu periode tahun 1989

hingga 2012. Sumber data yang diperoleh berasal dari Badan Pusat Statistik,

Direktorat Jendral Perkebunan Kementrian Pertanian Republik Indonesia

(Ditjenbun Kementan RI), United Nations Commodity of Trade (UN Comtrade),

United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), International

Monetary Fund (IMF), United States Department of Agriculture (USDA), Pusat

Data dan Sistem Informasi Pertanian, Kementerian Perdagangan (Kemendag),

Kementerian Keuangan, penelitian terdahulu, jurnal-jurnal penelitian, buku, serta


9

literatur-literatur yang berkaitan dengan daya saing dan perdagangan imternasional

CPO. Data-data sekunder yang digunakan meliputi volume ekspor CPO Indonesia

ke India dan Belanda, nilai ekspor CPO Indonesia ke India dan Belanda, nilai

ekspor total CPO Indonesia ke India dan Belanda, harga ekspor CPO, harga minyak

sawit dunia, kurs rupiah terhadap dollar Amerika, dan nilai RCA CPO Indonesia di

pasar India dan Belanda.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dan

metode kuantitatif. Metode deskritif digunakan untuk menginterpretasikan data-

data mengenai perkembangan ekspor dan daya saing CPO Indonesia di India dan

Belanda. Metode kuantitatif yang digunakan yaitu metode RCA (Revealed

Comparative Advantage) untuk menganalisis daya saing dan metode Ordinary

Least Square (OLS) untuk mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh

terhadap volume ekspor CPO Indonesia ke India dan Belanda. Proses pengolahan

data dilakukan menggunakan software microsoft excel 2013 dan software SPSS 20

menggunakan uji parsial dan uji serempak dan uji asumsi klasik.

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah koefiesien Determinasi

(R) variabel X1,X2,X3, dan X4 variasi volume ekspor CPO Indonesia ke India

dapat dijelaskan bersama-sama sebesar 62.5 persen oleh harga ekspor CPO

Indonesia ke Belanda, harga minyak kedelai dunia, kurs rupiah terhadap dollar,

nilai RCA CPO Indonesia di Belanda, dan pajak progresif. Dan uji t menyimpulkan

bahwa terdapat dua variabel yang berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5 persen,

yaitu variabel harga minyak kedelai dunia dan pajak progresif, dua variabel yang

berpengaruh signifikan pada taraf nyata 10 persen, yaitu harga ekspor CPO

Indonesia ke Belanda dan nilai RCA CPO Indonesia di India dan Belanda,
10

sedangkan variabel kurs rupiah terhadap dollar tidak berpengaruh signifikan. Hasil

uji F adalah model regresi secara keseluruhan signifikan pada taraf nyata 5 persen.

Hal ini berarti variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependenpada taraf 5 persen. Hasil uji Asumsi klasik dengan uji

normalitas bahwa data berdistribusi dengan normal, uji multikolinearitas bahwa

model regresi linier tidak mengalami masalah multikolinearitas, uji autokorelasi

bahwa tidak ada keputusan model regresi linier berganda terbebas atau tidak

terbebas dari autokorelasi dan uji Heteroskedastisitas bahwa tidak terdapat

heteroskedastisitas pada model regresi.

2.1.2 Crude Palm Oil (CPO)

Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit adalah minyak nabati

edibel yang didapatkan dari mesocarp buah pohon kelapa sawit, umumnya dari

spesies Elaeis guineensis dan sedikit dari spesies Elaeis oleifera dan Attalea maripa.

(Reeves,1979). Minyak sawit secara alami berwarna merah karena kandungan beta-

karoten yang tinggi. Minyak sawit berbeda dengan minyak inti kelapa sawit (palm

kernel oil) yang dihasilkan dari inti buah yang sama. Minyak kelapa sawit juga

berbeda dengan minyak kelapa yang dihasilkan dari inti buah kelapa (Cocos

nucifera). Perbedaan ada pada warna (minyak inti sawit tidak memiliki karotenoid

sehingga tidak berwarna merah), dan kadar lemak jenuhnya. Minyak sawit

mengandung 41% lemak jenuh, minyak inti sawit 81%, dan minyak kelapa 86%.

(Harold McGee, 2004) Minyak sawit (Crude Palm Oil) merupakan minyak kelapa

sawit mentah yang diperoleh dari hasil ekstraksi atau dari proses pengempaan

daging buah kelapa sawit dan belum mengalami pemurnian. Minyak sawit biasanya

digunakan untuk kebutuhan bahan pangan, industri kosmetik, industri kimia, dan
11

industri pakan ternak. Kebutuhan minyak sawit sebesar 90% digunakan untuk

bahan pangan seperti minyak goreng, margarin, shortening, pengganti lemak kakao

dan untuk kebutuhan industri roti, cokelat, es krim, biskuit, dan makanan ringan.

Kebutuhan 10% dari minyak sawit lainnya digunakan untuk industri oleokimia

yang menghasilkan asam lemak, fatty alcohol, gliserol, dan metil ester serta

surfaktan.

Standar mutu merupakan hal yang terpenting untuk menentukan minyak

kelapa sawit yang bermutu baik. Mutu minyak kelapa sawit yang baik harus

mempunyai beberapa faktor yang menentukan standar mutunya, seperti kandungan

air, kandungan kotoran, maupun kandungan asam lemak bebasnya (Ketaren, 2008).

Tabel 2.1 Standar Kualitas Minyak Kelapa Sawit


No. Karakteristik Syarat Cara Pengujian
1. Warna Kuning jingga Visual
smpai
kemerahan
2. Asam lemak bebas (sbg asam 5,0 BS 684-1958
palmitat)
3. Kadar kotoran 0,05 SNI 01 3184
1992
4. Kadar air 0,45 BS 684-1958
(Sumber: SNI 1992 dalam Rochimi)

2.1.3 Prospek CPO di Indonesia

Era Komoditi 2000-an membawa berkat bagi Indonesia karena

berlimpahnya sumberdaya alam negara ini. Harga minyak sawit naik tajam setelah

tahun 2005 namun krisis global menyebabkan penurunan tajam harga CPO di tahun

2008. Terjadi rebound yang kuat namun setelah tahun 2011 harga CPO telah

melemah, terutama karena permintaan dari RRT telah menurun, sementara

rendahnya harga minyak mentah (sejak pertengahan 2014) mengurangi permintaan


12

biofuel berbahan baku minyak sawit. Karena itu, prospek industri minyak sawit

suram dalam jangka waktu pendek, terutama karena Indonesia masih terlalu

bergantung pada CPO dibandingkan produk-produk minyak sawit olahan.

Pada saat permintaan global kuat, bisnis minyak sawit di Indonesia menguntungkan

karena alasan-alasan berikut:

Margin laba yang besar, sementara komoditi ini mudah diproduksi

Permintaan internasional yang besar dan terus berkembang seiring kenaikan

jumlah penduduk global

Biaya produksi minyak sawit mentah (CPO) di Indonesia adalah yang

paling murah di dunia

Tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan produk minyak nabati

Penggunaan biofuel diduga akan meningkat secara signifikan, sementara

penggunaan besin diperkirakan akan berkurang.

Masalah-masalah yang menghalangi perkembangan industri minyak sawit dunia

Kesadaran bahwa penting untuk membuat lebih banyak kebijakan ramah

lingkungan

Konflik masalah tanah dengan penduduk lokal karena ketidakjelasan

kepemilikan tanah

Ketidakjelasan hukum dan perundang-undangan

Biaya logistik yang tinggi karena kurangnya kualitas dan kuantitas

infrastruktur.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Perdagangan Internasional


13

Menurut Purwito (2015), Perdagangan Internasional adalah kegiatan yang

terkait dengan perdagangan antara suatu tempat dengan tempat lain dan melewati

batas batas negara, bersifat interdependensi dengan menerapkan aturan tradisional,

bilateral, regional maupun yang telah disepakati secara internasional melalui

perjanjian atau dalam keanggotan dalam suatu institusi global. Perdagangan ini

merupakan suatu kejadian dari eksistensi pelaku bisnis, individu dan pemerintah

yang ingin melakukan transaksi jual beli barang atau jasa yang diproduksi di

negara lain. Kebebasan untuk memilih dan menentukan produk-produk tersebut

ditentukan oleh kondisi ketersediaan serta harga barang dan jasa.

Perdagangan internasional memberikan manfaat kepada negara-negara yang

mempunyai sumber daya alam yang besar. Sehingga dapat menjamin adanya

pasar yang lebih stabil dan berpotensi untuk dapat bersaing dalam pasar

internasional dengan fluktuasi harga yang terkendali dan stabil, terutama dalam

era perdagangan bebas. Kelancaran produksi dan didistribusikan ke negara yang

memerlukan, perdagangan menjadi lebih bermakna bagi masing-masing negara,

melalui pemerintahannya. Kebijakan perdagangan merupakan suatu tindakan yang

diambil oleh pemerintah guna mengantisipasi kepentingan negara dalam

mempercepat pertumbuhan ekonomi dalam upaya memperoleh nilai tambah bagi

produk yang dihasilkan di dalam negeri, terutama untuk meningkatkan daya saing

2.2.1.1 Manfaat Perdagangan Internasional


14

Menurut Sadono Sukirno, manfaat perdagangan internasional adalah

sebagai berikut.

Memperoleh barang yang tidak dapat di produksi di negeri sendiri.

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di

setiap negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat

penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap

negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.

Memperoleh keuntungan dari spesialisasi.

Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh

keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat

memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara

lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut

dari luar negeri.

Memperluas pasar dan menambah keuntungan.

Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat

produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan

produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya

perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara

maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.

Transfer teknologi modern.

Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari

teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern.
15

2.2.1.2 Peranan Perdagangan Internasional

Adapun peranan perdagangan Internasional adalah sebagai berikut:

1. Tukar menukar barang dan jasa

2. Pergerkan sumber daya melalui batas-batas negara

3. Pertukaran dan perluasan penggunaan teknologi sehingga dapat

mempercepat pertumbuhan ekonomi negara-negara yang terlibat di

dalamnya.

4. Bagi Indonesia, mempengaruhi dalam perkembangan ekspor dan impor

serta neraca pembayaran internasional (NPI) Indonesia (Indrawaty dkk,

2016).

2.2.2 Ekspor

Ekspor adalah aliran perdagangan suatu komoditi dari dalam negeri ke luar

negeri. Ekspor dapat diartikan, suatu total penjualan barang yang dapat dihasilkan

oleh suatu negara, kemudian diperdagangkan kepada negara lain dengan tujuan

mendapatkan devisa. Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang

dihasilkan ke negara lain yang tidak dapat menghasilkan barang-barang yang

dihasilkan negara pengekspor. Ekspor merupakan suatu kegiatan yang banyak

memberikan keuntungan-keuntungan bagi para pelakunya, adapun keuntungan-

keuntungan tersebut antara lain adalah: meningkatkan laba

perusahaan dan devisa negara, membuka pasar baru di luar negeri, memanfaatkan

kelebihan kapasitas dalam negeri, dan membiasakan diri bersaing dalam pasar

international. Ekspor dapat meningkatkan dan menciptakan pembagian lapangan

kerja dan skala setiap produsen domestik agar mampu menghadapi persaingan dari

yang lainnya.
16

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor CPO

2.2.3.1 Volume Ekspor

2.2.3.2 Harga Domestik

Harga mempengaruhi secara simultan pada permintaan dan penawaran.

Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa permintaan dan penawaran CPO

memberikan pengaruh yang berbeda pada tingkat harga CPO. Sekiranya

permintaan CPO meningkat, cateris paribus maka harga CPO akan

meningkat (positif), sedangkan jika penawaran CPO meningkat, akan

memberikan pengaruh kepada turunnya harga CPO (negatif). Elastisitas harga

atas penawaran mengandung efek subsitusi dan efek pendapatan. Dalam efek

subsitusi suatu penurunan harga (misalnya harga CPO), mengakibatkan petani

mengganti tanaman Kelapa sawit dengan tanaman lain yang relatif lebih

menguntungkan. Sebaliknya kenaikan harga CPO dapat merangsang petani

untuk memperluas tanaman kelapa sawitnya dan mengurangi tanaman lain. Pada

sisi lain, efek pendapatan dari suatu perubahan harga terhadap penawaran dapat

bersifat positif maupun negatif. Harga domestik merupakan harga CPO yang

berlaku di Sumatera Utara (Purwinto,2015).

2.2.3.3 Harga Ekspor

Definisi harga menurut Kotler dan Armstrong (2001: 439) adalah sejumlah

uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang

ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan

produk atau jasa tersebut. Harga mempunyai peranan penting bagi perusahaan
17

karena harga mempunyai pengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk dapat

bersaing.

Harga merupakan bagian yang sangat penting dari pemasaran. Harga adalah

suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan

moneter. Menetapkan harga yang terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan

menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat

diperoleh oleh produsen. Semakin tinggi harga suatu barang maka permintaan

akan barang tersebut akan menurun, dan sebaliknya semakin rendah harga suatu

barang maka permintaan akan barang tersebut akan meningkat (cateris paribus)

(Sadono Sukirno,2003).

Salah satu faktor yang mempengaruhi ekspor CPO di Sumatera Utara adalah

harga ekspor. Harga ekspor merupakan jumlah uang yang diterima oleh eksportir

atau orang yang mengekspor dari barang yang di ekspor. Harga ekspor biasanya

tidak menetap bisa berubah-ubah.

2.2.3.4 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah

barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan pekonomian diseluruh daerah

dalam tahun tertentu atau periode tertentu dan biasanya satu tahun. Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan alat pengukur dari pertumbuhan

ekonomi dimana alat pengukur pertumbuhan ekonomi adalah PDB, PDB perkapita

dan Pendapatan per jam Kerja. PDRB juga memiliki empat komponen sebagai

berikut (Anonimous, 2007).

Komponen-Komponen Produk Domestik Regional Bruto:

a. Konsumsi rumah tangga


18

b. Investasi

c. Konsumsi pemerintah

d. Ekspor bersih, yang merupakan selisih dari total ekspor dan impor.

2.2.4 Standart Operasional Prosedur (SOP)

Standart Operasional Prosedur yang selanjutnya dikenal dengan istilah

SOP adalah penetapan tertulis mengenai apa yang harus dilakukan, kapan, dimana

dan oleh siapa. SOP dimaksudkan untuk menghindari terjadinya bias/variasi yang

ekstrim dalam proses pelaksanaan kegiatan yang apabila terjadi akan dapat

mengganggu kinerja organisasi secara keseluruhan. Jadi dapat dikatakan bahwa

SOP adalah perangkat atau instrumen sebagai penggerak organisasi / lembaga agar

dapat berjalan dan berfungsi secara efektif dan efisien.

Menurut (Tambun,2 011) secara umum Standart Operasional Prosedur

(SOP) memiliki peran dan manfaat sebagai acuan untuk semua kegiatan-kegiatan

yang akan dilakukan diantaranya adalah:

1. Menjadi pedoman kebijakan yang menjadi dasar semua kegiatan-kegiatan

organisasi, operasional, dan administratif.

2. Menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan organisasi baik operasional

maupun administratif.

3. Menjadi pedoman validasi langkah-langkah organisasi.

4. Menjadi pedoman penggunaan formulir, blanko, dokumen dan laporan-

laporan yang terkait dalam kegiatan-kegiatan organisasi.

5. Menjadi penilaian efektivitas kegiatan organisasi

6. Menjadi pedoman pengintegrasian kegiatan-kegiatan dalam organisasi yaitu

dalam konteks mencapai tujuan organisasi.


19

2.2.5 Lembaga Pertanian

Kelembagaan pertanian adalah norma atau kebiasaan yang terstruktur dan

terpola serta dipraktekkan terus menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota

masyarakat yang terkait erat dengan penghidupan dari bidang pertanian di

pedesaan. Dalam kehidupan komunitas petani, posisi dan fungsi kelembagaan

petani merupakan bagian pranata sosial yang memfasilitasi interaksi sosial atau

social interplay dalam suatu komunitas. Kelembagaan pertani juga memiliki titik

strategis (entry point) dalam menggerakkan sistem agribisnis di pedesaan.

Untuk itu segala sumberdaya yang ada di pedesaan perlu

diarahkan/diprioritaskan dalam rangka peningkatan profesionalisme dan posisi

tawar petani (kelompok tani). Saat ini potret petani dan kelembagaan petani di

Indonesia diakui masih belum sebagaimana yang diharapkan. Peran kelembagaan

dalam membangun dan mengembangkan sektor pertanian di Indonesia terutama

terlihat dalam kegiatan pertanian tanaman pangan, dan hortikultura (Suradisastra,

2008).

Beberapa lembaga pertanian yang terkait dalam ekspor Crude Palm Oil

(CPO) antara lain adalah Dinas Perkebunan, Dinas perindustrian dan perdagangan,

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), PT Pelabuhan Indonesia,

dan lembaga pertanian lainnya adalah: Koperasi Unit Desa (KUD), Kelompok Tani,

dan pemerintah (Mardikanto, 2007).

Didalam kegiatan ekspor, lembaga pertanian juga memiliki peran dalam

mendukung kegiatan ekspor diantaranya (Cahyono, 2011).

1. Memberikan kemudahan kepada para eksportir dalam mengekspor barang

ke luar negri yaitu berupa penyederhanaan prosedur ekspor, penghapusan


20

berbagai biaya ekspor, pemberian fasilitas produksi barang-barang ekspor,

dan penyediaan sarana ekspor.

2. Mengawasi jalannya proses ekspor ke luar negri.

3. Menjaga kestabilan kurs valuta asing

4. Pembuatan perjanjian dagang internasional.

5. Peningkatan promosi dagang di luar negeri

6. Mengendalikan harga produk ekspor di dalam negeri

7. Memberi fasilitas kepada produsen barang ekspor

2.2.6 Masalah-masalah Ekspor

Menurut Nazarudin (2002) hambatan ekspor secara umum adalah sebagai berikut:

1. Peraturan Ekspor

Peraturan ekspor dibuat demi kepentingan penyelenggaranya. Pihak

pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai perdagangan ekspor

biasanya untuk membantu agar tata cara perdagangan ekspor berjalan tertib

serta mempertimbangkan pula kepentingan pihak eksportir-importir

pemerintah mengenai komoditi yang diperdagangkan.

2. Kebijaksanaan Perdagangan Negara Tujuan Ekspor

Setiap negara memiliki kepentingan tertentu dalam perdagangan luar

negerinya yang menyangkut masalah didalam negeri. Kepentingan ini

terutama untuk kelangsungan kehidupan ekonomi negaranya yang sehat.

Meskipun demikian kadang-kadang kepentingan ini dikaitkan dengan hal-

hal tertentu dengan tidak melibatkan ha-hal tersebut. Bisa saja karena

masalah politis, usaha menarik keuntungan atau menekan harga jual, tingkat
21

ekonomi negara yang membaik atau memburuk, usaha melindungi

komoditas sejenis dalam negeri dan masih banyak hal lainnya.

3. Standar Mutu

Kemampuan memenuhi mutu komoditi sesuai yang diinginkan pasar adalah

sebuah masalah yang besar pengaruhnya dalam dunia ekspor-impor. Bagi

banyak negara berkembang hal ini memang masih dirasa agak sulit

terpenuhi. Akibatnya beberapa komoditi yang masih sangat potensial

menyerap devisa dalam jumlah besar mendapat devisa yang sangat sedikit.

4. Jalur Tatat Niaga dan Transportasi

Jalur tata niaga yang mesti diikuti seorang eksportir hingga produknya dapat

diterima oleh konsumen dinegara importir biasanya cukup panjang. Rantai

tata niaga yang panjang memiliki permasalahan tambahan dengan jarak

antara negara pengekspor dan negara pengimpor. Jarak yang jauh akan

menambah resiko kelambatan dan bisa menurunkan mutu produk yang

hendak diekspor, sementara transportasi ekspor menuntut kecepatan dan

penanganan yang baik.

Hambatan ekspor menjadi masalah yang menghambat kelancaran kegiatan

ekspor. Hal ini akan berdampak pada volume ekspor yang menurun sehingga devisa

yang dihasilkan dari kegiatan ekspor tersebut akan menurun.

2.3 Kerangka Pemikiran

Dalam kegiatan ekspor Crude Palm Oil (CPO) Sumatera Utara di pengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu produksi CPO, harga domestik, harga ekspor, dan PDB

Sumut sebagai variabel bebas dan nilai ekspor Crude Palm Oil (CPO) sebagai

variabel terikat.
22

Dari kegiatan ekspor CPO terdapat Standart Opersional Prosedur (SOP)

yang harus dipenuhi untuk keberlangsungannya kegiatan ekspor tersebut. Dan

campur tangan lembaga pertanian juga ada dalam kegiatan tersebut yang di sebut

peran lembaga pertanian dalam kegiatan ekspor CPO. Dan dalam kegiatan ekspor

tersebut pasti ada masalah-masalah yang dihadapi. Untuk lebih jelasnya dapat

digambarkan skema pemikiran pada gambar 2.1 berikut:


23

Produksi CPO
di Sumatera
Utara

Faktor-Faktor yang SOP


mempengaruhi:
- Volume Ekspor Ekspor

- Harga Domestik
- Harga Ekspor
- Nilai Tukar
- PDRB Sumut Nilai
Ekspor

Lembaga
Pertanian

Masalah-
Masalah

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan:
Menyatakan Hubungan
Menyatakan Pengaruh
24

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka teoritis maka dalam penelitian

ini dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

Ada pengaruh volume ekspor, harga domestik, harga ekspor, nilai tukar dan PDRB

Sumatera Utara terhadap nilai ekspor Crude Palm Oil (CPO) secara serempak dan

secara parsial.
25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara teritorial atau wilayah yaitu di wilayah

Provinsi Sumatera Utara. Daerah penelitian ini dipilih secara purposive (sengaja),

hal ini didukung oleh adanya data dari Badan Pusat Statistik Indonesia dan

Direktorat Jendral Perkebunan yang menunjukkan bahwa Provinsi Sumatera Utara

merupakan sentra produksi CPO terbesar kedua di Indonesia.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah eksportir Crude Palm Oil

(CPO) yang ada di Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penentuan

sampel tersebut adalah metode purposive sampling yaitu dimana populasi ada 5 dan

yang dijadikan sample adalah eksportir yang bersedia untuk dijadikan sampel

dalam penelitian yaitu PT. SOCFINDO.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah menggunakan data

sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistika

(BPS) Sumatera Utara, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Sumatera Utara,

Dinas Perkebunan Sumatera Utara, Balai Karantina Sumatera Utara, Bea Cukai

Belawan, dan berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Dan data

primer diperoleh dari Eksportir Crude Palm Oil (CPO) yang ada di Sumatera Utara

khususnya di Kota Medan.


26

3.3 Metode Analisis Data

Untuk menguji hipotesis 1 dalam penelitian ini menggunakan Uji Regresi

Linear Berganda. Dimana Uji Regresi Linear Berganda digunakan untuk

menganalisis tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor Crude

Palm Oil (CPO) di Sumatera Utara.

Analisis Regresi Linear Berganda adalah hubungan secara linier antara dua

atau lebih variabel independen (X1, X2,...Xn) dengan variabel dependen (Y).

Analisis ini untuk mengukur pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat

(Y). Adapun contoh persamaan regresi linear berganda adalah:

Y = a + b1.X1 + b2.X2+b3.X3+B4.X4+b5.X5+ei

Keterangan:

Y = Nilai Ekspor CPO

b1-bn = Koefisien Variabel Regresi

a = Koefisien Intersep

X1 = Volume Ekspor

X2 = Harga Domestik

X3 = Harga Ekspor

X4 = Nilai Tukar

X5 = PDRB Sumatera Utara

= Random error
27

Uji F (Uji Serempak)

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-

sama (simultan) terhadap variabel terikat. Signifikan berarti hubungan yang terjadi

dapat berlaku untuk populasi.

Hipotesis : H0: variabel bebas secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap

variabel terikat; H1: variabel bebas secara serempak berpengaruh nyata terhadap

variabel terikat.

Kriteria Uji SPSS:

Signifikansi F > (0,05) : maka terima H0 tolak H1 Signifikansi F (0,05) : maka

tolak H0 terima H1 Jika signifikansi F (0,05) maka tolak H0 artinya variabel

bebas dalam model secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat

pada taraf nyata 5%, demikian pula sebaliknya.

F= Rk

(1-R(n-k-1))

Keterangan:

R = Koefisien Regresi

n = Jumlah Sampel

k = Jumlah variabel independen

Uji t (Uji Parsial)


Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara

individu berpengaruh secara nyata atau tidak terhadap variabel terikat.


28

Hipotesis : H0: variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap

variabel terikat; H1: variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata terhadap

variabel terikat.

Kriteria Uji SPSS: Signifikansi t > (0,05) : maka terima H0 tolak H1 Signifikansi

t (0,05) : maka tolak H0 terima H1 Jika signifikansi t (0,05) maka tolak

H0 artinya variabel bebas dalam model secara parsial berpengaruh nyata terhadap

variabel terikat pada taraf nyata 5%, demikian pula sebaliknya.

Untuk menguji hipotesis 2,3, dan 4 dianalisis secara deskriptif dengan

menggunakan informasi tentang Standart Operasional Prosedur (SOP) CPO

sebagai komoditi ekspor, peran lembaga pertanian dalam ekspor CPO dan

Masalah-masalah yang dihadapi dalam CPO.


29

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

3.5.1 Definisi

1. Produksi Crude Palm Oil (CPO) adalah jumlah CPO yang dihasilkan

per tahun dalam satuan Ton.

2. Harga Domestik adalah harga pasaran Crude Palm Oil (CPO) yang

berlaku di Sumatera Utara. Satuan yang digunakan Rp/Kg.

3. Harga Internasional adalah harga rata-rata relatif CPO yang di ekspor

pertahun, dihitung dengan satuan US$/Ton.

4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah

barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan pekonomian di

Sumatera Utara dalam periode tertentu dan biasanya satu tahun dalam

satuan miliar.

5. Volume Ekspor adalah Crude Palm Oil (CPO) yang diekspor dalam

satuan Ton per tahun.

6. Nilai Tukar adalah Perbandingan nilai tukar rupiah terhadap dollar US$

7. Standart Operasional Prosedur (SOP) adalah penetapan atau ketentuan

tertulis tentang apa yang seharusnya dilakukan dalam suatu kegiatan

tertentu.

8. Lembaga Pertanian adalah Kelompok, Organisasi atau Instansi yang

terkait dengan bidang pertanian.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Sumatera Utara

2. Waktu penelitian dilakukan pada Maret 2017 s.d selesai.

3. Jenis komoditi yang diteliti adalah Crude Palm Oil (CPO).


30

4. Responden yang dijadikan sebagai sampel adalah eksportir Crude Palm Oil

(CPO) di Sumatera Utara khususnya Medan.

Anda mungkin juga menyukai