Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2019
I. Judul
Aliran Fluida
II. Prinsip
Asetilasi adalah reaksi subtitusi gugus asetil (CH3CO-) dengan atom H pada gugus
amino (NH2).
III. Maksud dan Tujuan
1. Menentukan hubungan pressure drop dengan kecepatan aliran menggunakan
suatu orificemeter dan venturimeter.
2. Mengamati efek perubahan diameter orifice terhadap diameter pipa secara seri
maupun paralel, elbow, tee dan valves terhadap head loses (Δh).
3. Memepelajari aliran fluida dan peralatan-peralatan yang berkaitan dengan
transportasi fluida.
4. Menentukan parameter-parameter untuk :
Karakteristik Sight Gage
Karakteristik Venturimeter
Karakteristik Orificemeter
Karakteristik Elbow
Karakteristik Tee
Karakteristik Gate Valve
Karakteristik Pipa Tunggal
Karakteristik Pipa Paralel
IV. Landasan Teori
FLUIDA
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk secara permanen.
Adanya usaha mengubah bentuk suatu massa fluida, maka di dalam fluida itu akan
terbentuk lapisan – lapisan yang satu meluncur di atas lainnya sehingga mencapai
bentuk baru. Selama perubahan bentuk terdapat tegangan geser yang besarnya
tergantung viskositas dan laju luncur fluida. Jika kesetimbangan tercapai semua
tegangan geser akan hilang.
Fluida dapat mengalir di dalam pipa atau saluran menurut dua cara berlainan.
Pada laju aliran rendah, penurunan tekanan di dalam fluida bertambah secara
langsung berdasarkan kecepatan fluida tersebut, sedangkan pada laju aliran tinggi
maka pertambahan itu jauh lebih cepat, yaitu kira-kira menurut kuadrat kecepatan.
Perbedaan kedua jenis aliran ini pertama kali dipelajari oleh Osborne Reynolds
(1883).
Reynolds mempelajari kondisi dimana satu jenis aliran berubah menjadi aliran
jenis lain dan menemukan bahwa kecepatan kritis, dimana aliran laminer berubah
menjadi aliran turbulen, bergantung pada empat buah besaran yaitu diameter
tabung, viskositas, densitas, dan kecepatan linier rata-rata zat cair.
Pada pengamatan selanjutnya ditunjukkan bahwa transisi dari aliran laminar
menjadi aliran turbulen dapat berlangsung pada kisaran angka Reynolds yang
cukup luas. Aliran laminar selalu ditemukan pada angka Reynolds dibawah 2100,
tetapi bisa terdapat pada angka Reynolds sampai beberapa ribu, yaitu dalam kondisi
khusus dimana lubang masuk tabung sangat baik kebundarannya, dan zat cair di
dalam tangki sangat tenang.
Pada kondisi aliran biasa, antara 2100 dan 4000, terdapat suatu daerah transisi,
dimana jenis aliran itu mungkin laminar dan mungkin pula turbulen, tergantung
pada kondisi di lubang masuk tabung dan jaraknya dari lubang masuk tersebut.
Fluida biasa ditransportasikan di dalam pipa atau tabung yang penampangnya
bundar dan terdapat di pasaran dalam berbagai ukuran, tebal dinding dan bahan
konstruksi yang penggunaannya cepat dengan kebutuhan prosesnya.
Untuk menyambung potongan-potongan pipa atau tabung bergantung antara
lain pada sifat-sifat bahan yang digunakan, tetapi ditentukan juga oleh tebalnya
pipa. Bagian-bagian tabung yang berdinding tebal biasanya dipersambungkan
dengan penyambung ulir, flens atau las. Tabung-tabung berdinding tebal biasanya
dipersambungkan dengan solder atau dengan sambungan jolak. Pipa yang terbuat
dari bahan rapuh, seperti gelas atau besi cor dipersambungkan dengan sambungan
flens. Bila menggunakan pipa sambung berulir bagian luar ujung pipa dibuat
berulir dengan alat pembuat ulir. Untuk menjamin rapatnya sambungan itu pada
ujung berulir pipa itu dibalutkan terlebih dahulu oleh pita politetrafluoro etilen.
Laju alir fluida merupakan fungsi dari waktu, disamping merupakan fungsi
diameter lubang dan panjang fluida, persamaan-persamaan dasar fluida dan lain
sebagainya.
Fluida itu dapat didefinisikan sebagai suatu benda yang tidak menahan distorsi
(perubahan bentuk) secara permanen. Secara umum aliran fluida dapar dibedakan
menjadi :
1. Fluida Incompressible (Fluida yang tidak dipengaruhi tekanan/tak
termampatkan)
Pada kondisi ini fluida tidak mengalami perubahan dengan adanya perubahan
tekanan, sehingga fluida tak termampatkan. Contohnya Air.
2. Fluida Compressible (Fluida yang dipengaruhi tekanan/termampatkan)
Pada keadaan ini, fluida mengalami perubahan volume dengan adanya
perubahan tekanan, sehingga fluida ini secara umum disebut fluida
termampatkan. Contohnya Gas.
Suatu massa fluida yang mengalir selalu dapat dibagi-bagi menjadi tabung
aliran, bila aliran tersebut adalah tunak, waktu tabung-tabung tetap tidak berubah
bentuknya dan fluida yang pada suatu saan berada didalam sebuah tatung akan
tetap berada dalam tabung ini seterusnya. Kecepatan aliran didalam tabung aliran
adalah sejajar dengan tabung dan mempunyai besar berbanding terbalik dengan
luas penampangnya.
Konsep aliran fluida yang berkaitan dengan aliran fluida dalam pipa adalah :
1. Hukum kekentalan massa
2. Hukum kekentalan energy
3. Hukum kekentalan momentum
4. Katup
5. Orifacemeter
6. Arcameter (rotarimeter)
Aliran dapat diklasifikasikan (digolongkan) dalam banyak jenis seperti:
turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak
seragam, rotasional, tak rotasional. Aliran fluida melalui instalasi (pipa) terdapat
dua jenis aliran yaitu : aliran laminar dan aliran turbulensi.
1. Aliran Laminar
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan–lapisan, atau lamina–
lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar . Dalam aliran laminar ini
viskositas berfungsi untuk meredam kecendrungan terjadinya gerakan
relative antara lapisan. Sehingga aliran laminar memenuhi hukum viskositas
Newton yaitu: τ = µ dy/du2.
2. Aliran Turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel – partikel fluida sangat tidak
menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar
lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida
kebagian fluida yang lain dalam skala yang besar. Dalam keadaan aliran
turbulen maka turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang
merata diseluruh fluida sehingga menghasilkan kerugian – kerugian aliran.
3. Aliran Transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran
turbulen.
VALVE
Sistem instalasi pipa biasanya terdiri dari banyak sekali valve dengan ukuran
dan bentuk yang beragam. Beberapa jenis valve sangat cocok untuk membuka dan
menutup penuh aliran, ada valve yang cocok untuk mengurangi tekanan dan laju
aliran fluida, ada pula valve yang berfungsi mengatur agar aliran fluida terjadi pada
satu arah saja.
Dua jenis valve yang paling dikenal adalah gate valve dan globe valve. Pada
gate valve, bukaan tempat aliran fluida hampir sama besar dengan pipa sehingga
aliran fluida tidak berubah. Akibatnya, gate valve yang terbuka penuh hanya
menyebabkan penurunan tekanan sedikit. Dalam gate valve terdapat piringan tipis
yang berada pada dudukan yang tipis pula. Bila gate valve dibuka, piring naik ke
selongsong atas, sehingga seluruhnya berada di luar lintasan fluida. Valve ini tidak
cocok digunakan sebagai pengendali aliran, dan biasanya dipakai dalam keadaan
terbuka atau tertutup penuh.
Sebaliknya, globe valve banyak digunakan sebagai pengendali aliran.
Bukaannya bertambah secara hampir linear menurut posisi batang valve, sehingga
keausan di sekeliling piringan terdistribusi secara seragam. Fluida mengalir melalui
bukaan yang terbatas dan berubah arah beberapa kali. Akibatnya, penurunan
tekanan pada globe valve cukup besar.
Pada ball valve, elemen penutup ini berbentuk bola. Daerah kontak antara
elemen yang bergerak dan dudukannya biasanya besar, dan valve ini dapat
digunakan untuk menurunkan laju alir fluida atau mengendalikan tekanan.
Check valve menyebabkan aliran hanya berlangsung pada satu arah saja. Valve
terbuka oleh tekanan fluida pada arah yang dikehendaki, bila aliran berhenti atau
akan berbalik, valve menutup otomatis karena gravitasi atau dengan bantuan pegas
yang menekannya ke piringan.
POMPA
Pemindahan fluida melalui pipa, peralatan, atau udara terbuka dilakukan dengan
pompa, kipas, blower, dan kompresor. Alat-alat tersebut berfungsi meningkatkan
energy mekanik fluida. Tambahan energi itu lalu digunakan untuk meningkatkan
kecepatan, tekanan, atau elevasi fluida. Metoda yang umum untuk penambahan
energi tersebut adalah dengan positive displacement dan aksi sentrifugal yang
diberikan dengan gaya dari luar. Kedua metoda tersebut menyebabkan ada 2 jenis
utama peralatan pemindah fluida, yaitu menggunakan tekanan langsung pada fluida
dan menggunkaan momen puntir untuk membangkitkan rotasi.
Pompa digunakan untuk mengalirkan fluida (umumnya cair) dari satu unit
operasi ke unit operasi yang lain. Fluida mengalir akibat terjadinya perpindahan
energi. Driving force yang umum digunakan untuk mengalirkan fluida adalah
gravitasi, displacement, gaya sentrifugal, gaya elektromagnetik, perpindahan
momentum, impuls mekanik, atau kombinasinya. Saat ini, yang paling umum
diaplikasikan adalah gaya sentrifugal dan gravitasi.
1 1
𝑃1 + 2𝜌𝑣1 2 + 𝜌. 𝑔. ℎ1 = 𝑃2 + 2𝜌𝑣2 2 + 𝜌. 𝑔. ℎ2
1 𝑣2
𝑃1 − 𝑃2 = 𝜌 ( 2 ) (𝐴1 2 − 𝐴2 2 )
2 𝐴2
Sustitusi persamaan (1) ke (2) maka persamaan kecepatan fluida pada pipa
besar :
2. 𝑔. ℎ(𝜌′ − 𝜌)
𝑣 = 𝐴2 √
𝜌(𝐴1 2 − 𝐴2 2 )
Orifice Meter
Meteran Orifice mempunyai kelemahan tertentu dalam praktek pabrik pada
umumnya. Alat ini cukup mahal, mengambil tempat cukup besar, dan
diameter leher terhadap diameter pipa tidak dapat diubah-ubah. Untuk
meteran tertentu dengan sistem manometer tertentu pula, laju aliran
maksimum yang dapat diukur terbatas sehingga apabila laju aliran berubah,
diameter leher mungkin menjadi terlalu besar untuk memberikan bacaan
yang teliti, atau terlalu kecil untuk dapat menampung laju aliran maksimum
yang baru. Meteran Orifice dapat mengatasi keberatan-keberatan terhadap
venturi, tetapi konsumsi dayanya lebih tinggi.
Prinsip meteran orifice identik dengan prinsip venturi, Penurunan
penampang arus aliran melalui orifice itu menyebabkan tinggi tekan
kecepatan meningkat tetapi tinggi tekan menurun, dan penurunan tekanan
antara kedua titik sadap diukur dengan manometer.
Persamaan Bernoulli memberikan dasar untuk mengkorelasikan peningkatan
tinggi tekan kecepatan dengan penurunan tinggi tekan tekanan. Ada satu
kesulitan pokok yang terdapat pada meteran orifice yang tidak terdapat pada
venturi. Oleh karena orifice itu tajam, arus fluida itu memisah disebelah hilir,
disitu terbentuk vena kontrakta.
Jet itu tidak dipengaruhi oleh dinding padat, seperti halnya pada venturi, dan
luas penampang jet itu bervariasi antara besarnya lubang orifice dan vena
kontrakta. Luas penampang pada setiap titik tertentu, umpamanya pada posisi
sadap hilir tidak mudah ditentukan, sedangkan kecepatan jet pada lokasi
sadap hilir tidak dapat dihubungkan dengan mudah dengan diameter orifice.
Koefisien orifice lebih empirik sifatnya daripada venturi, dan pengolahan
kuantitatif untuk meteran orifice harus dimodifikasikan berhubungan dengan
itu. Persamaan untuk aliran orifice adalah sebagai berikut :
𝐶𝑜 2𝑔𝑐(𝑃𝑎 + 𝑃𝑏 )
𝑈𝑜 = √
√1 − 𝛽 4 𝜌
4 1,04 x 10 -4 2,6 x 10 -5
5 1,18 x 10 -4 2,36 x 10 -5
Orificemeter
Waktu No Volume Q Rata
No. H H
(detik) Valve (m3) (m3/detik) – rata
Venturimeter
Waktu No Volume Q Rata
No. Hc Hc
(detik) Valve (m3) (m3/detik) – rata
Elbow
Waktu No Volume Q Rata
No. Hc Hc
(detik) Valve (m3) (m3/detik) – rata
Tee
Waktu No Volume Q Rata
No. Hc Hc
(detik) Valve (m3) (m3/detik) – rata
Pipa Seri
Waktu No Volume Q Rata
No. Hc Hc
(detik) Valve (m3) (m3/detik) – rata
= 2,336 Vo =
𝐶𝑜 2 𝑥 𝑔𝑐 𝑥 ∆𝐻
𝑥√
√1− 𝛽4 𝜌
𝐶𝑜 1− 𝛽 4
Co = √
𝐴 2 𝑔𝑐
0,013 1− (0,6021)4
= 2,336 √ = 1,704 x 10-3
2 𝑥 9,81
a. t = 3 sekon
1,704 𝑥 10−3 2 𝑥 9,81 𝑥 0,3
V21 = 𝑥√
√1− (0,6021)4 1
1,704 𝑥 10−3
= x 2,4261
0,931
= 4,4404 x 10-3
1,704 𝑥 10−3 2 𝑥 9,81 𝑥 0,2
V22 = 𝑥√
√1− (0,6021)4 1
1,704 𝑥 10−3
= x 1,9809
0,931
= 3,6256 x 10-3
b. t = 4 sekon
1,704 𝑥 10−3 2 𝑥 9,81 𝑥 0,3
V21 = 𝑥√
√1− (0,6021)4 1
1,704 𝑥 10−3
= x 2,4261
0,931
= 4,4404 x 10-3
1,704 𝑥 10−3 2 𝑥 9,81 𝑥 0,25
V22 = 𝑥√
√1− (0,6021)4 1
1,704 𝑥 10−3
= x 2,2147
0,931
= 4,0536 x 10-3
c. t = 5 sekon
1,704 𝑥 10−3 2 𝑥 9,81 𝑥 0,5
V21 = 𝑥√
√1− (0,6021)4 1
1,704 𝑥 10−3
= x 3,1321
0,931
= 5,7327 x 10-3
1,704 𝑥 10−3 2 𝑥 9,81 𝑥 0,9
V22 = 𝑥√
√1− (0,6021)4 1
1,704 𝑥 10−3
= x 4,2021
0,931
= 7,6911 x 10-3
Venturimeter
𝑘𝑣 1− 𝛽 4 𝐶𝑜 2 𝑥 𝑔𝑐 𝑥 ∆𝐻
Cv = 𝑥 √9 𝑥 𝑔𝑐 Vc = 𝑥√
𝐴 √1− 𝛽4 𝜌
a. t = 3 sekon
3,505 10−5 2 𝑥 9,81 𝑥 2,4
V19 = 𝑥√
√1− (0,5323)4 1
3,505 10−5
= x 6,8621
0,959
= 2,508 x 10-4
3,505 10−5 2 𝑥 9,81 𝑥 2,7
V20 = 𝑥√
√1− (0,5323)4 1
3,505 10−5
= x 7,2783
0,959
= 2,6601 x 10-4
b. t = 4 sekon
3,505 10−5 2 𝑥 9,81 𝑥 2,5
V19 = 𝑥√
√1− (0,5323)4 1
3,505 10−5
= x 7,004
0,959
= 2,5598 x 10-4
3,505 10−5 2 𝑥 9,81 𝑥 2,8
V20 = 𝑥√
√1− (0,5323)4 1
3,505 10−5
= x 7,4119
0,959
= 2,7089 x 10-4
c. t = 5 sekon
3,505 10−5 2 𝑥 9,81 𝑥 1,7
V19 = 𝑥√
√1− (0,5323)4 1
3,505 10−5
= x 5,7753
0,959
= 2,1108 x 10-4
3,505 10−5 2 𝑥 9,81 𝑥 1,7
V20 = 𝑥√
√1− (0,5323)4 1
3,505 10−5
= x 5,7753
0,959
= 2,1108 x 10-4
Menentukan Karakteristik Pipa
θ0 = Ko x √∆𝐻
= 0,20958356
Maka, θ0 = θP
θ0 = Kp x √∆𝐻
θ0
Kp =
√∆𝐻
1. Pipa Tee
t = 3 sekon t = 4 sekon t = 5 sekon
θ0 θ0 θ0
Kp3 = Kp4 = Kp5 =
√∆𝐻 √∆𝐻 √∆𝐻
0,20958356 0,20958356 0,20958356
= = =
√0,905 √0,75 √1,04
3. Pipa Seri
t = 3 sekon t = 4 sekon t = 5 sekon
θ0 θ0 θ0
Kp3 = Kp4 = Kp5 =
√∆𝐻 √∆𝐻 √∆𝐻
0,20958356 0,20958356 0,20958356
= = =
√2,345 √2,255 √2,135
4. Paralel
t = 3 sekon t = 4 sekon t = 5 sekon
θ0 θ0 θ0
Kp3 = Kp4 = Kp5 =
√∆𝐻 √∆𝐻 √∆𝐻
0,20958356 0,20958356 0,20958356
= = =
√0,945 √0,925 √0,81
X. Kesimpulan
1. Faktor-faktor kesalahan yang terjadi dalam praktek terdiiri dari :
Pengamatan, yaitu adalah kurang teliti dalam membaca manometer
Peralatan, diantaranya adalah alat-alat yang sudah tua dan mempunyai ketelitian
yang sangat kurang (manometer).
Pengerjaan, misalnya pemasangan orifice kurang sempurna sehingga terjadi
kebocoran pada fllange. Kemudian penadahan volume dan pencatatan waktu
kurang teliti.
Lain-lain, seperti tegangan (voltase) listrik yang tidak konstan, sehingga
mengakibatkan laju aliran fluida tidak konstan pula.
2. Semakin besar diameter orifice maka volume yang tertampung dalam waktu
konstan akan semakin banyak.
3. Semakin besar diameter orifice maka waktu yang dibutuhkan untuk menampung
aliran fluida pada volume konstan semakin cepat.
4. Presure drop yang terjadi dipengaruhi oleh diameter orifice, dimana semakin
besar diameter orifice pressure dropnya akan semakin kecil.
5. Kecepatan aliran fluida juga dipengaruhi oleh diameter orifice, dimana semakin
besar diameter orifice maka kecepatan alirannya semakin pelan.
XI. Daftar Pustaka
Ariesta. 2017. Aliran Fluida. Jakarta : Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Fatma Sari ST., MT. 2019. Modul Praktikum Operasi Teknik Kimia 4. Jakarta :
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
McCabe, Warren L & Smith, J.C. 1999. “Operasi Teknik Kimia”. Alih Bahasa
Jasiji, E.Ir. Edisi ke-4. Penerbit Erlangga : Jakarta.