Anda di halaman 1dari 20

ALIRAN FLUIDA

Disusun Oleh :

Feby Maryanti (2017430020)

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2019
I. Judul
Aliran Fluida
II. Prinsip
Asetilasi adalah reaksi subtitusi gugus asetil (CH3CO-) dengan atom H pada gugus
amino (NH2).
III. Maksud dan Tujuan
1. Menentukan hubungan pressure drop dengan kecepatan aliran menggunakan
suatu orificemeter dan venturimeter.
2. Mengamati efek perubahan diameter orifice terhadap diameter pipa secara seri
maupun paralel, elbow, tee dan valves terhadap head loses (Δh).
3. Memepelajari aliran fluida dan peralatan-peralatan yang berkaitan dengan
transportasi fluida.
4. Menentukan parameter-parameter untuk :
 Karakteristik Sight Gage
 Karakteristik Venturimeter
 Karakteristik Orificemeter
 Karakteristik Elbow
 Karakteristik Tee
 Karakteristik Gate Valve
 Karakteristik Pipa Tunggal
 Karakteristik Pipa Paralel
IV. Landasan Teori
 FLUIDA
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk secara permanen.
Adanya usaha mengubah bentuk suatu massa fluida, maka di dalam fluida itu akan
terbentuk lapisan – lapisan yang satu meluncur di atas lainnya sehingga mencapai
bentuk baru. Selama perubahan bentuk terdapat tegangan geser yang besarnya
tergantung viskositas dan laju luncur fluida. Jika kesetimbangan tercapai semua
tegangan geser akan hilang.
Fluida dapat mengalir di dalam pipa atau saluran menurut dua cara berlainan.
Pada laju aliran rendah, penurunan tekanan di dalam fluida bertambah secara
langsung berdasarkan kecepatan fluida tersebut, sedangkan pada laju aliran tinggi
maka pertambahan itu jauh lebih cepat, yaitu kira-kira menurut kuadrat kecepatan.
Perbedaan kedua jenis aliran ini pertama kali dipelajari oleh Osborne Reynolds
(1883).
Reynolds mempelajari kondisi dimana satu jenis aliran berubah menjadi aliran
jenis lain dan menemukan bahwa kecepatan kritis, dimana aliran laminer berubah
menjadi aliran turbulen, bergantung pada empat buah besaran yaitu diameter
tabung, viskositas, densitas, dan kecepatan linier rata-rata zat cair.
Pada pengamatan selanjutnya ditunjukkan bahwa transisi dari aliran laminar
menjadi aliran turbulen dapat berlangsung pada kisaran angka Reynolds yang
cukup luas. Aliran laminar selalu ditemukan pada angka Reynolds dibawah 2100,
tetapi bisa terdapat pada angka Reynolds sampai beberapa ribu, yaitu dalam kondisi
khusus dimana lubang masuk tabung sangat baik kebundarannya, dan zat cair di
dalam tangki sangat tenang.
Pada kondisi aliran biasa, antara 2100 dan 4000, terdapat suatu daerah transisi,
dimana jenis aliran itu mungkin laminar dan mungkin pula turbulen, tergantung
pada kondisi di lubang masuk tabung dan jaraknya dari lubang masuk tersebut.
Fluida biasa ditransportasikan di dalam pipa atau tabung yang penampangnya
bundar dan terdapat di pasaran dalam berbagai ukuran, tebal dinding dan bahan
konstruksi yang penggunaannya cepat dengan kebutuhan prosesnya.
Untuk menyambung potongan-potongan pipa atau tabung bergantung antara
lain pada sifat-sifat bahan yang digunakan, tetapi ditentukan juga oleh tebalnya
pipa. Bagian-bagian tabung yang berdinding tebal biasanya dipersambungkan
dengan penyambung ulir, flens atau las. Tabung-tabung berdinding tebal biasanya
dipersambungkan dengan solder atau dengan sambungan jolak. Pipa yang terbuat
dari bahan rapuh, seperti gelas atau besi cor dipersambungkan dengan sambungan
flens. Bila menggunakan pipa sambung berulir bagian luar ujung pipa dibuat
berulir dengan alat pembuat ulir. Untuk menjamin rapatnya sambungan itu pada
ujung berulir pipa itu dibalutkan terlebih dahulu oleh pita politetrafluoro etilen.
Laju alir fluida merupakan fungsi dari waktu, disamping merupakan fungsi
diameter lubang dan panjang fluida, persamaan-persamaan dasar fluida dan lain
sebagainya.
Fluida itu dapat didefinisikan sebagai suatu benda yang tidak menahan distorsi
(perubahan bentuk) secara permanen. Secara umum aliran fluida dapar dibedakan
menjadi :
1. Fluida Incompressible (Fluida yang tidak dipengaruhi tekanan/tak
termampatkan)
Pada kondisi ini fluida tidak mengalami perubahan dengan adanya perubahan
tekanan, sehingga fluida tak termampatkan. Contohnya Air.
2. Fluida Compressible (Fluida yang dipengaruhi tekanan/termampatkan)
Pada keadaan ini, fluida mengalami perubahan volume dengan adanya
perubahan tekanan, sehingga fluida ini secara umum disebut fluida
termampatkan. Contohnya Gas.
Suatu massa fluida yang mengalir selalu dapat dibagi-bagi menjadi tabung
aliran, bila aliran tersebut adalah tunak, waktu tabung-tabung tetap tidak berubah
bentuknya dan fluida yang pada suatu saan berada didalam sebuah tatung akan
tetap berada dalam tabung ini seterusnya. Kecepatan aliran didalam tabung aliran
adalah sejajar dengan tabung dan mempunyai besar berbanding terbalik dengan
luas penampangnya.
Konsep aliran fluida yang berkaitan dengan aliran fluida dalam pipa adalah :
1. Hukum kekentalan massa
2. Hukum kekentalan energy
3. Hukum kekentalan momentum
4. Katup
5. Orifacemeter
6. Arcameter (rotarimeter)
Aliran dapat diklasifikasikan (digolongkan) dalam banyak jenis seperti:
turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak
seragam, rotasional, tak rotasional. Aliran fluida melalui instalasi (pipa) terdapat
dua jenis aliran yaitu : aliran laminar dan aliran turbulensi.
1. Aliran Laminar
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan–lapisan, atau lamina–
lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar . Dalam aliran laminar ini
viskositas berfungsi untuk meredam kecendrungan terjadinya gerakan
relative antara lapisan. Sehingga aliran laminar memenuhi hukum viskositas
Newton yaitu: τ = µ dy/du2.
2. Aliran Turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel – partikel fluida sangat tidak
menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar
lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida
kebagian fluida yang lain dalam skala yang besar. Dalam keadaan aliran
turbulen maka turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang
merata diseluruh fluida sehingga menghasilkan kerugian – kerugian aliran.

3. Aliran Transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran
turbulen.

 PIPA DAN TABUNG


Fluida biasanya diangkut di dalam pipa dan tabung dengan penampang
lingkaran bundar dan tersedia dalam berbagai macam ukuran, ketebalan dinding
dan bahannya. Tidak ada perbedaan antara pipa dengan tabung. Pada umumnya,
pipa mempunyai panjang yang sedang dari 20 ft - 40 ft. Tabung pada umumnya
berdinding tipis dan sering dijumpai sebagai lilitan (coils) dengan panjang
beberapa ratus feet.
Potongan-potongan pipa disambungkan dengan menggunakan ulir (screw),
flens (flange) atau las (weld). Sedangkan tabung disambung dengan sambungan
kompresi (compresion fitting), flare fitting atau sambungan solder (soldered
fitting).
Ukuran pipa ditentukan oleh diameter dan tebal dindingnya. Tebal pipa
ditunjukkan dengan schedule number. Hal ini berkatitan dengan allowabel stress
dan ultimate strength-nya. Ukuran pipa yang optimum ditentukan oleh biaya relatif
untuk investasi, daya, pemeliharaan, persediaan dan fleksibilitas sambungan.Untuk
instalasi kecil, umumnya kecepatan rendah lebih menguntungkan terutama dalam
aliran gravitasi dari tekanan tinggi.

 VALVE
Sistem instalasi pipa biasanya terdiri dari banyak sekali valve dengan ukuran
dan bentuk yang beragam. Beberapa jenis valve sangat cocok untuk membuka dan
menutup penuh aliran, ada valve yang cocok untuk mengurangi tekanan dan laju
aliran fluida, ada pula valve yang berfungsi mengatur agar aliran fluida terjadi pada
satu arah saja.
Dua jenis valve yang paling dikenal adalah gate valve dan globe valve. Pada
gate valve, bukaan tempat aliran fluida hampir sama besar dengan pipa sehingga
aliran fluida tidak berubah. Akibatnya, gate valve yang terbuka penuh hanya
menyebabkan penurunan tekanan sedikit. Dalam gate valve terdapat piringan tipis
yang berada pada dudukan yang tipis pula. Bila gate valve dibuka, piring naik ke
selongsong atas, sehingga seluruhnya berada di luar lintasan fluida. Valve ini tidak
cocok digunakan sebagai pengendali aliran, dan biasanya dipakai dalam keadaan
terbuka atau tertutup penuh.
Sebaliknya, globe valve banyak digunakan sebagai pengendali aliran.
Bukaannya bertambah secara hampir linear menurut posisi batang valve, sehingga
keausan di sekeliling piringan terdistribusi secara seragam. Fluida mengalir melalui
bukaan yang terbatas dan berubah arah beberapa kali. Akibatnya, penurunan
tekanan pada globe valve cukup besar.
Pada ball valve, elemen penutup ini berbentuk bola. Daerah kontak antara
elemen yang bergerak dan dudukannya biasanya besar, dan valve ini dapat
digunakan untuk menurunkan laju alir fluida atau mengendalikan tekanan.
Check valve menyebabkan aliran hanya berlangsung pada satu arah saja. Valve
terbuka oleh tekanan fluida pada arah yang dikehendaki, bila aliran berhenti atau
akan berbalik, valve menutup otomatis karena gravitasi atau dengan bantuan pegas
yang menekannya ke piringan.
 POMPA
Pemindahan fluida melalui pipa, peralatan, atau udara terbuka dilakukan dengan
pompa, kipas, blower, dan kompresor. Alat-alat tersebut berfungsi meningkatkan
energy mekanik fluida. Tambahan energi itu lalu digunakan untuk meningkatkan
kecepatan, tekanan, atau elevasi fluida. Metoda yang umum untuk penambahan
energi tersebut adalah dengan positive displacement dan aksi sentrifugal yang
diberikan dengan gaya dari luar. Kedua metoda tersebut menyebabkan ada 2 jenis
utama peralatan pemindah fluida, yaitu menggunakan tekanan langsung pada fluida
dan menggunkaan momen puntir untuk membangkitkan rotasi.
Pompa digunakan untuk mengalirkan fluida (umumnya cair) dari satu unit
operasi ke unit operasi yang lain. Fluida mengalir akibat terjadinya perpindahan
energi. Driving force yang umum digunakan untuk mengalirkan fluida adalah
gravitasi, displacement, gaya sentrifugal, gaya elektromagnetik, perpindahan
momentum, impuls mekanik, atau kombinasinya. Saat ini, yang paling umum
diaplikasikan adalah gaya sentrifugal dan gravitasi.

 ALAT UKUR ALIRAN FLUIDA


Untuk melakukan pengendalian pada proses-proses industri, kuantitas bahan
yang masuk dan keluar dari proses perlu diketahui. Karena itu perlu diukur laju alir
fluida pada pipa atau saluran. Berbagai jenis alat ukur digunakan untuk itu,
diantaranya :
1. Alat ukur yang didasarkan pada pengukuran volume langsung
2. Alat ukur dengan tangki tekan variable
3. Alat ukur penampang aliran
4. Alat ukur arus
5. Alat ukur positive displacement
6. Alat ukur magnetic
7. Alat ukur ultrasonic
Yang paling banyak digunakan untuk mengukur aliran adalah beberapa jenis
alat ukur head dan area meter . Contoh alat ukur head adalah venturi meter, orifice
meter, dan tabung pitot.
 Venturimeter
Tabung Venturi adalah suatu alat yang terdiri dari pipa dengan penyempitan
dibagian tengah yang dipasang di dalam suatu pipa aliran untuk mengukur
kecepatan aliran suatu zat cair. Fluida yang digunakan pada venturi meter ini
dapat berupa cairan gas dan uap. Jika aliran melalui tabung venturi benar-
benar tanpa gesekan, maka tekanan fluida yang meninggalkan meteran
tentulah sama persis dengan tekanan fluida yang memasuki meteran dan
keberadaan meteran dalam jalur tersebut tidak akan menyebabkan
kehilangan tekanan yang bersifat permanen dalam tekanan.
Venturimeter adalah alat yang dipasang di dalam suatu pipa aliran untuk
mengukur laju aliran suatu zat cair. Menghitung laju aliran fluida di dalam
pipa menggunakan venturimeter menggunakan persamaan Bernaulli.

1 1
𝑃1 + 2𝜌𝑣1 2 + 𝜌. 𝑔. ℎ1 = 𝑃2 + 2𝜌𝑣2 2 + 𝜌. 𝑔. ℎ2

Dimana nilai kontinuitas dapat dikalkulasi melalui persamaan:


𝐴1 . 𝑉1 = 𝐴2 . 𝑉2

Sehingga jika fluida mengalir pada mendatar maka h1 = h2, sehingga:


𝑃1 − 𝑃2 = 1⁄2 . 𝜌. (𝑉2 − 𝑉1 )

1 𝑣2
𝑃1 − 𝑃2 = 𝜌 ( 2 ) (𝐴1 2 − 𝐴2 2 )
2 𝐴2

Jika tekanan hidrostatis pada manometer :


P1 = ρ'.g.h dan P2 = ρ.g.h Eq : (1)
Maka :
P1 – P2 = g.h (ρ' - ρ) Eq : (2)

Sustitusi persamaan (1) ke (2) maka persamaan kecepatan fluida pada pipa
besar :

2. 𝑔. ℎ(𝜌′ − 𝜌)
𝑣 = 𝐴2 √
𝜌(𝐴1 2 − 𝐴2 2 )

Dimana : v = kecepatan fluida pada pipa besar (𝑚⁄𝑠)


h = beda tinggi cairan pada manometer (m)
A1 = luas penampang pipa besar (m2)
A2 = luas penampang pipa besar (m2)
ρ = massa jenis fluida yang mengalir (𝑘𝑔⁄𝑚3 )
ρ' = massa jenis fluida pada manometer (𝑘𝑔⁄𝑚3 )

 Orifice Meter
Meteran Orifice mempunyai kelemahan tertentu dalam praktek pabrik pada
umumnya. Alat ini cukup mahal, mengambil tempat cukup besar, dan
diameter leher terhadap diameter pipa tidak dapat diubah-ubah. Untuk
meteran tertentu dengan sistem manometer tertentu pula, laju aliran
maksimum yang dapat diukur terbatas sehingga apabila laju aliran berubah,
diameter leher mungkin menjadi terlalu besar untuk memberikan bacaan
yang teliti, atau terlalu kecil untuk dapat menampung laju aliran maksimum
yang baru. Meteran Orifice dapat mengatasi keberatan-keberatan terhadap
venturi, tetapi konsumsi dayanya lebih tinggi.
Prinsip meteran orifice identik dengan prinsip venturi, Penurunan
penampang arus aliran melalui orifice itu menyebabkan tinggi tekan
kecepatan meningkat tetapi tinggi tekan menurun, dan penurunan tekanan
antara kedua titik sadap diukur dengan manometer.
Persamaan Bernoulli memberikan dasar untuk mengkorelasikan peningkatan
tinggi tekan kecepatan dengan penurunan tinggi tekan tekanan. Ada satu
kesulitan pokok yang terdapat pada meteran orifice yang tidak terdapat pada
venturi. Oleh karena orifice itu tajam, arus fluida itu memisah disebelah hilir,
disitu terbentuk vena kontrakta.
Jet itu tidak dipengaruhi oleh dinding padat, seperti halnya pada venturi, dan
luas penampang jet itu bervariasi antara besarnya lubang orifice dan vena
kontrakta. Luas penampang pada setiap titik tertentu, umpamanya pada posisi
sadap hilir tidak mudah ditentukan, sedangkan kecepatan jet pada lokasi
sadap hilir tidak dapat dihubungkan dengan mudah dengan diameter orifice.
Koefisien orifice lebih empirik sifatnya daripada venturi, dan pengolahan
kuantitatif untuk meteran orifice harus dimodifikasikan berhubungan dengan
itu. Persamaan untuk aliran orifice adalah sebagai berikut :

𝐶𝑜 2𝑔𝑐(𝑃𝑎 + 𝑃𝑏 )
𝑈𝑜 = √
√1 − 𝛽 4 𝜌

Dimana : Uo = kecepatan fluida melalui orifice


 = rasio diameter orifice terhadap diameter pipa
Pa-Pb = tekanan pada titik A dan titik B
Co = koefisien orifice.

Pada persamaan di atas Co adalah koefisien orifice, tanpa termasuk


kecepatan datang. Koefisien ini memberikan koreksi atas kontraksi jet fluida
antara orifice dan vena kontrakta , Juga terhadap gesekan dan terhadap Pa
dan Pb. Nilai Co selalu ditentukan d5ari percobaan. Nilainya cukup
bervariasi sesuai dengan b dan Bilangan Reynolds pada orifice, persamaan
Bilangan Reynolds sebagai berikut :
𝐷𝑜 × 𝑈 × 𝜌 4𝑚
𝑁𝑅𝑒 = =
𝜇 𝜇𝐷𝑜 𝜇

Dimana : Nre = Bilangan Reynold


 = Viskositas
Do = Diameter Orifice
m = Laju alir massa
U = Kecepatan fluida melalui orifice
 = Densitas
 Tabung Pitot
Pitot tubes mengukur besaran aliran fluida dengan jalan menghasilkan beda
tekanan yang diberikan oleh kecepatan fluida itu sendiri. Pada dasarnya
prinsip kerja dari keempat alat ini sama yaitu bila aliran fluida yang menglir
melalui alat ini maka akan terjadi perbedaan tekanan sebelum dan sesudah
alat ini. Beda tekanan menjadi lebih besar bila laju arus yang diberikan
kepada alat ini bertambah.

V. Alat dan Bahan


Alat : Bahan :
 Satu Set System Perpipaan a) Air sebagai Fluida
 Stopwatch
 Gelas Ukur

VI. Rangkaian Alat


VII. Prosedur
1. Sambungkan aliran listrik, isikan air pada tabung sampai penuh kemudian
tamping air ke dalam beaker glass 1000 mL untuk menentukan debit alir pada
waktu tertentu
2. Lakukan kalibrasi pada Orifice meter dengan membuka valve 21 can 22. Catat
ketinggian yang terlihat pada manometer dan catat juga volume yang didapat pada
waktu yang ditentukan dan percobaan dilakukan sampai beberapa kali.
3. Untuk kalibrasi Venturi meter dengan membukan valve 19 dan 20. Catat
ketinggian yang terlihat pada manometer dan catat juga volume yang di dapat
pada waktu yang ditentukan dan percobaan dilakukan sampai beberapa kali.
4. Kemudian lakukan percobaan pada pipa baik seri maupun parallel. Catat beda
ketinggiannya.
5. Percobaan diulangi untuk variable diameter pipa yang ebrbeda dengan mencatat
beda ketinggian dan volume penampungan yang diperoleh pada waktu tertentu.
6. Untuk mengetahui karakteristik valve, Tee, dan Elbow lakukan langkah yang
sama pada tahap sebelumnya.

VIII. Data Pengamatan dan Perhitungan


 Debit Fluida
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑣𝑜𝑙)
𝑄=
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑡)

Waktu (Detik) Volume (m3) Q (m3/detik)

3 8,60 x 10 -5 2,87 x 10-5

4 1,04 x 10 -4 2,6 x 10 -5

5 1,18 x 10 -4 2,36 x 10 -5

 Orificemeter
Waktu No Volume Q Rata
No. H H
(detik) Valve (m3) (m3/detik) – rata

21 0,3 0,55 0,5


1 3 7,6 x 10 -5 2,53 x 10 -5
22 0,2 0,45

21 0,3 0,55 0,525


-4 -5
2 4 1,02 x 10 2,55 x 10
22 0,25 0,5

21 0,5 0,71 0,83


3 5 1,22 x 10 -4 2,44 x 10 -5
22 0,9 0,95

 Venturimeter
Waktu No Volume Q Rata
No. Hc Hc
(detik) Valve (m3) (m3/detik) – rata

19 2,4 1,55 1,595


-5 -5
1 3 9,6 x 10 3,2 x 10
20 2,7 1,64

19 2,5 1,58 1,625


2 4 1,06 x 10 -4 2,65 x 10 -5
20 2,8 1,67

19 2,9 1,70 1,70


-4 -4
3 5 1,26 x 10 2,52 x 10
20 2,9 1,70

 Elbow
Waktu No Volume Q Rata
No. Hc Hc
(detik) Valve (m3) (m3/detik) – rata

17 5,4 2,32 2,335


1 3 7,9 x 10 -5 2,63 x 10 -5
18 5,5 2,35

2 4 17 1,13 x 10 -4 2,83 x 10 -5 5,3 2,30 2,325


18 5,4 2,35

17 5,3 2,30 2,30


3 5 1,28 x 10 -4 2,56 x 10 -5
18 5,3 2,30

 Tee
Waktu No Volume Q Rata
No. Hc Hc
(detik) Valve (m3) (m3/detik) – rata

16 1,6 1,26 0,905


-5 -5
1 3 8,2 x 10 2,73 x 10
17 0,3 0,55

16 1,4 1,18 0,75


2 4 1,12 x 10 -4 2,8 x 10 -5
17 0,1 0,32

16 1,9 1,38 1,04


-4 -5
3 5 1,26 x 10 2,52 x 10
17 0,5 0,70

 Pipa Seri
Waktu No Volume Q Rata
No. Hc Hc
(detik) Valve (m3) (m3/detik) – rata

14 2,8 1,67 2,345


1 3 8,4 x 10 -5 2,8 x 10 -5
16 9,1 3,02

14 2,6 1,61 2,255


-5 -5
2 4 9,4 x 10 2,35 x 10
16 8,4 2,90

14 2,2 1,48 2,135


3 5 1,24 x 10 -4 2,48x 10 -5
16 7,8 2,79
 Pipa Paralel
Waktu No Volume Q Rata
No. Hc Hc
(detik) Valve (m3) (m3/detik) – rata

14 1,1 1,05 0,945


-5 -5
1 3 8,5 x 10 2,83 x 10
6 0,7 0,84

14 1,3 1,14 0,925


2 4 9,8 x 10 -5 2,45 x 10 -5
6 0,5 0,71

14 1,7 1,30 0,81


-4 -4
3 5 1,36 x 10 2,72 x 10
6 0,1 0,32

Perhitungan Orificemeter (Co) dan Venturimeter (Vo)


 Orificemeter (Co)
1 𝐷𝑜 1,725
A = 4 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷𝑜2 𝛽= = = 0,6021
𝐷𝑝 2,865
1
= 4 𝑥 3,14 𝑥 (1,725)2 Gc = 9,81 m/s2

= 2,336 Vo =
𝐶𝑜 2 𝑥 𝑔𝑐 𝑥 ∆𝐻
𝑥√
√1− 𝛽4 𝜌

𝐶𝑜 1− 𝛽 4
Co = √
𝐴 2 𝑔𝑐

0,013 1− (0,6021)4
= 2,336 √ = 1,704 x 10-3
2 𝑥 9,81

a. t = 3 sekon
1,704 𝑥 10−3 2 𝑥 9,81 𝑥 0,3
V21 = 𝑥√
√1− (0,6021)4 1

1,704 𝑥 10−3
= x 2,4261
0,931

= 4,4404 x 10-3
1,704 𝑥 10−3 2 𝑥 9,81 𝑥 0,2
V22 = 𝑥√
√1− (0,6021)4 1
1,704 𝑥 10−3
= x 1,9809
0,931

= 3,6256 x 10-3

b. t = 4 sekon
1,704 𝑥 10−3 2 𝑥 9,81 𝑥 0,3
V21 = 𝑥√
√1− (0,6021)4 1

1,704 𝑥 10−3
= x 2,4261
0,931

= 4,4404 x 10-3
1,704 𝑥 10−3 2 𝑥 9,81 𝑥 0,25
V22 = 𝑥√
√1− (0,6021)4 1

1,704 𝑥 10−3
= x 2,2147
0,931

= 4,0536 x 10-3

c. t = 5 sekon
1,704 𝑥 10−3 2 𝑥 9,81 𝑥 0,5
V21 = 𝑥√
√1− (0,6021)4 1

1,704 𝑥 10−3
= x 3,1321
0,931

= 5,7327 x 10-3
1,704 𝑥 10−3 2 𝑥 9,81 𝑥 0,9
V22 = 𝑥√
√1− (0,6021)4 1

1,704 𝑥 10−3
= x 4,2021
0,931

= 7,6911 x 10-3

 Venturimeter
𝑘𝑣 1− 𝛽 4 𝐶𝑜 2 𝑥 𝑔𝑐 𝑥 ∆𝐻
Cv = 𝑥 √9 𝑥 𝑔𝑐 Vc = 𝑥√
𝐴 √1− 𝛽4 𝜌

a. t = 3 sekon
3,505 10−5 2 𝑥 9,81 𝑥 2,4
V19 = 𝑥√
√1− (0,5323)4 1

3,505 10−5
= x 6,8621
0,959

= 2,508 x 10-4
3,505 10−5 2 𝑥 9,81 𝑥 2,7
V20 = 𝑥√
√1− (0,5323)4 1

3,505 10−5
= x 7,2783
0,959

= 2,6601 x 10-4

b. t = 4 sekon
3,505 10−5 2 𝑥 9,81 𝑥 2,5
V19 = 𝑥√
√1− (0,5323)4 1

3,505 10−5
= x 7,004
0,959

= 2,5598 x 10-4
3,505 10−5 2 𝑥 9,81 𝑥 2,8
V20 = 𝑥√
√1− (0,5323)4 1

3,505 10−5
= x 7,4119
0,959

= 2,7089 x 10-4

c. t = 5 sekon
3,505 10−5 2 𝑥 9,81 𝑥 1,7
V19 = 𝑥√
√1− (0,5323)4 1

3,505 10−5
= x 5,7753
0,959

= 2,1108 x 10-4
3,505 10−5 2 𝑥 9,81 𝑥 1,7
V20 = 𝑥√
√1− (0,5323)4 1

3,505 10−5
= x 5,7753
0,959

= 2,1108 x 10-4
 Menentukan Karakteristik Pipa
θ0 = Ko x √∆𝐻
= 0,20958356
Maka, θ0 = θP
θ0 = Kp x √∆𝐻
θ0
Kp =
√∆𝐻
1. Pipa Tee
t = 3 sekon t = 4 sekon t = 5 sekon
θ0 θ0 θ0
Kp3 = Kp4 = Kp5 =
√∆𝐻 √∆𝐻 √∆𝐻
0,20958356 0,20958356 0,20958356
= = =
√0,905 √0,75 √1,04

= 0,2203 = 0,2420 = 0,2055


t = 5 sekon
2. Pipa Elbow
t = 3 sekon t = 4 sekon t = 5 sekon
θ0 θ0 θ0
Kp3 = Kp4 = Kp5 =
√∆𝐻 √∆𝐻 √∆𝐻
0,20958356 0,20958356 0,20958356
= = =
√2,335 √2,325 √2,3

= 0,1372 = 0,1375 = 0,1382

3. Pipa Seri
t = 3 sekon t = 4 sekon t = 5 sekon
θ0 θ0 θ0
Kp3 = Kp4 = Kp5 =
√∆𝐻 √∆𝐻 √∆𝐻
0,20958356 0,20958356 0,20958356
= = =
√2,345 √2,255 √2,135

= 0,1369 = 0,1396 = 0,1434

4. Paralel
t = 3 sekon t = 4 sekon t = 5 sekon
θ0 θ0 θ0
Kp3 = Kp4 = Kp5 =
√∆𝐻 √∆𝐻 √∆𝐻
0,20958356 0,20958356 0,20958356
= = =
√0,945 √0,925 √0,81

= 0,2156 = 0,2179 = 0,232


IX. Pembahasan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pabrik kimia sedapat mungkin dalam keadaan
berupa fluida. Hal ini memungkinkan agar transportasinya mudah dan murah. Oleh
sebab itu praktikum aliran fluida penting untuk dipelajari.
Dalam praktikum ini dipelajari mengenai alat ukur fluida, yaitu berupa orifice. Untuk
keperluan tersebut digunakan variabel-variabel : diameter orifice, volume, dan waktu.
Selain itu juga diketahui debit air yang digunakan untuk pemakaian orificemeter,
venturimeter, elbow, tee, seri, maupun parallel. Rangkaian pipa yang digunakan juga
cukup simple sehingga mengoperasikannya cukup mudah. Digunakan manometer
untuk mengukur ketinggian fluida. Dalam praktikum ini kecermataan saat melihat
perbedaan tekanan pada manometer sangat penting, ketepatan dalam menampung
aliran fluida dengan volume yang tepat serta mengatur waktu dengan cermat juga
menentukan besar kecilnya factor kesalahan.

X. Kesimpulan
1. Faktor-faktor kesalahan yang terjadi dalam praktek terdiiri dari :
 Pengamatan, yaitu adalah kurang teliti dalam membaca manometer
 Peralatan, diantaranya adalah alat-alat yang sudah tua dan mempunyai ketelitian
yang sangat kurang (manometer).
 Pengerjaan, misalnya pemasangan orifice kurang sempurna sehingga terjadi
kebocoran pada fllange. Kemudian penadahan volume dan pencatatan waktu
kurang teliti.
 Lain-lain, seperti tegangan (voltase) listrik yang tidak konstan, sehingga
mengakibatkan laju aliran fluida tidak konstan pula.
2. Semakin besar diameter orifice maka volume yang tertampung dalam waktu
konstan akan semakin banyak.
3. Semakin besar diameter orifice maka waktu yang dibutuhkan untuk menampung
aliran fluida pada volume konstan semakin cepat.
4. Presure drop yang terjadi dipengaruhi oleh diameter orifice, dimana semakin
besar diameter orifice pressure dropnya akan semakin kecil.
5. Kecepatan aliran fluida juga dipengaruhi oleh diameter orifice, dimana semakin
besar diameter orifice maka kecepatan alirannya semakin pelan.
XI. Daftar Pustaka
Ariesta. 2017. Aliran Fluida. Jakarta : Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Fatma Sari ST., MT. 2019. Modul Praktikum Operasi Teknik Kimia 4. Jakarta :
Universitas Muhammadiyah Jakarta.

McCabe, Warren L & Smith, J.C. 1999. “Operasi Teknik Kimia”. Alih Bahasa
Jasiji, E.Ir. Edisi ke-4. Penerbit Erlangga : Jakarta.

Padma. 2018. Aliran Fluida. Jakarta : Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Zeffa. 2011. Aliran Fluida. Jakarta : Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai