KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Fluida Menurut Raswari (1986), merupakan suatu zat/bahan yang dalam
keadaan setimbang tidak dapat menahan gaya atau tegangan geser (shear
force). Dapat pula didefinisikan sebagai zat yang dapat mengalir bila ada
perbedaan tekanan dan atau tinggi. Suatu sifat dasar fluida, yaitu tahan terhadap
aliran yang diukur sebagai tegangan geser yang terjadi pada bidang geser
yang dikenai tegangan tersebut adalah viskositas atau
kekentalan/kerapatan zat fluida tersebut. Berdasarkan wujudnya, fluida dapat
dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
1. Fluida cair, merupakan fluida dengan partikel yang rapat dimana gaya Tarik
antara molekul sejenisnya sangat kuat dan mempunyai permukaan bebas
serta cenderung untuk mempertahankan volumenya.
2. Fluida gas, merupakan fluida dengan partikel yang renggang dimana gaya tarik
antara molekul sejenis relatif lemah dan sangat ringan sehingga dapat
melayang dengan bebas serta volumenya tidak menentu.
Pada zat cair dan gas, zat cair tidak dapat mempertahankan bentuk yang
tetap, zat cair mengikuti bentuk wadahnya dan volumenya dapat diubah. Zat gas
tidak mempunyai bentuk, maupun volume yang tetap, gas akan berkembang
mengisi seluruh wadah. Karena suatu fase cair dan gas tidak dapat
mempertahankan suatu bentuk yang tetap, keduanya mempunyai kemampuan
untuk mengalir. Oleh karena itu zat cair dan gas sering secara kolektif disebut
sebagai fluida. (Sularso, 1994).
1
1. Carbon steel 3. Galvanees 5. Stainless steel
7. Chrome moly
2. Carbon moly 4. Ferro nikel 6.
PVC(paralon)
Sedangkan bahan-bahan pipa secara khusus dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Vibre glass 5. Red brass (kuningan merah)
2. Aluminium 6. Nickel copper (timah tembaga)
3. Wrought iron (besi tanpa tempa) 7. Nickel Chrom iron (besi timah
chrom)
4. Copper (tembaga)
a. Proses Penyambungan Pipa
Dalam pemakaian pipa, banyak sekali diperlukan sambungan baik sambungan
antara pipa dengan pipa maupun sambungan-sambungan antara pipa dengan
peralatan yang diperlukan seperti katup (valve), instrumentasi, nozel (nozzle)
peralatan atau sambungan untuk merubah arah aliran. Dengan adanya sambungan,
dapat menghambat aliran normal dan menyebabkan gesekan tambahan dalam aliran.
Pada pipa yang pendek dan mempunyai banyak sambungan, fluida yang mengalir
didalamnya akan mengalami banyak kehilangan energi. Salah satu efek yang
ditimbulkan pada aliran yang melewati sebuah sambungan yang berkaitan dengan pola
aliran yaitu adanya ketidakstabilan laju aliran. Fluktuasi aliran yang terjadi secara terus
menerus pada suatu sambungan akan memberikan beban impak secara acak yang
berlangsung terus menerus bisa menyebabkan getaran pada pipa.
Penyambungan ini digunakan pada pipa yang bertekanan tidak terlalu tinggi.
Kebocoran pada sambungan ini dapat dicegah dengan menggunakan gasket tape
pipe. Pada umumnya pipa dengan sambungan ulir digunakan pada pipa dua inci ke
bawah.
• Menggunakan Flens(flange)
2
Kedua ujung pipa yang akan disambung dipasang flens kemudian diikat dengan
baut. Flens adalah mekanisme pengencangan yang tidak permanen, bisa di bongkar
dan dipasang dengan memanfaatkan baut sebagai media pengencang. Pipa yang
mengunakan flens sebagai sambungannya, biasanya pipa tersebut nantinya akan
dilakukan maintenance, jadi agar mudah di bongkar dan dipasang kembali.
Selain proses-proses penyambungan pipa seperti diatas terdapat pula tipe
sambungan cabang. Tipe sambungan ini dikelompokkan sebagai berikut :
1. Sambungan langsung (stub in)
2. Sambungan dengan menggunakan fittings (alat penyambung)
Tipe sambungan cabang dapat pula ditentukan pada spesifikasi yang telah
dibuat sebelum mendesain atau dapat pula dihitung berdasarkan perhitungan
kekuatan, kebutuhan, dengan tidak melupakan faktor efektivitasnya. Sambungan
cabang itu sendiri merupakan sambungan antara pipa dengan pip, misalkan
sambungan antara header dengan cabang yang lain apakah memerlukan alat bantu
penyambung yang lainnya atau dapat dihubungkan secara langsung, Hal ini
tergantung kebutuhan serta perhitungan kekuatan. (Raswari, 1986).
b. Fitting Tee
Tee dalam fitting digunakan untuk membagi aliran, adalah koneksi fitting yang
memiliki cabang. Biasanya cabang ini ukurannya sama dengan ukuran pipa utama,
kita menyebutnya dengan straight tee. Sedangkan kalau berbeda, kita menyebutnya
dengan reducing tee. Adapula tee yang tidak tegak lurus, ia membentuk sudut 45
derajat. Tee yang berbentuk seperti itu disebut dengan lateral Tee, yang
penggunaanya biasanya untuk pressure yang rendah. Fitting tee biasanya
3
diumpamakan sebagai pertigaan, Dalam fitting juga ada perempatan, kita
mengenalnya dengan crosses. Namun pengunaannya amat sangat jarang, karena
hanya digunakan untuk space yang terbatas.
d. Gate Valve
Gate valve adalah jenis valve pada sistem instalasi perpipaan yang berfungsi
untuk menghentikan dan meneruskan aliran. Untuk mencegah lewatnya aliran
fluida, jenis valve ini menggunakan lempengan(stopper) yang digerakkan secara
naik turun. Cara pemasangan gate valve scara prinsip sangat sederhana,
dengan menggunakan dua konektor berulir atau menggunakan dua flange
yang dihubungkan ke sistem pipa. Sedangkan cara kerja gate valve, jika
handle(pegangan) diputar, bagian bonnet bergerak naik ke atas konektor dengan
area stopping wedge merubah dengan memaksa gerakan naik dan turun. Handle
yang menaikkan dan menurunkan stopper menempati ruang bonnet. Ketika
handle diputar maka stopper bergerak di dalam valve. Stopper masuk kedalam
ruang dimana cairan melewatinya. Casing gate valve yang sedikit lebih lebar dari
pipa yang terhubung memungkinkan stopper benar-benar menutupi ruang aliran dan
membuatnya benar-benar tertutup.
4
D. Sifat Dasar Fluida
Adapun sifat-sifat dasar fluida yang perlu diketahui sebelum memahami
aliran fluida yaitu: kerapatan (density) ρ, tekanan (pressure) P, kekentalan (viscosity) µ.
a. Kerapatan (Density)
Pengertian kerapatan(density) ρ adalah jumlah atau kwantitas konsentrasi
suatu zat yang dinyatakan dalam massa per satuan volume. Sifat ini dapat
ditentukan dengan menghitung perbandingan massa zat yang terkandung dalam
bagian tertentu terhadap volume bagian tersebut. Dengan rumus :
m/v
Dimana : v = volume fluida (m3)
m = massa fluida (kg)
= rapat massa (kg/m3)
Massa jenis fluida sangat bervariasi tergantung dari jenis fluida tersebut.
Pada kondisi atmosfer, massa jenis air adalah 1000 kg/m3, untuk massa jenis
udara yaitu 1,22 kg/m3. Khusus untuk fluida gas perubahan tekanan dan
temperatur akan sangat mempengaruhi massa jenisnya. Sedangkan pada fluida
cair, pengaruh tekanan dan temperaturnya kecil. Properti fluida yang lain yang
berhubungan langsung dengan massa jenis adalah berat jenis, volume jenis,
dan spesific gravity. Berat jenis adalah massa jenis fluida yang dikalikan
dengan percepatan gravitasi atau berat fluida per satuan volume. Sedangkan
volume jenis merupakan kebalikan dari massa jenis yakni volume fluida dibagi
dengan massanya (Sularso, 1994).
Maka berat jenis dapat dirumuskan :
Y= g
Dimana : ρ = rapat massa (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/s2)
Y = berat jenis
Volume jenis : V=1/
Adapun untuk spesific gravity yaitu perbandingan antara massa jenis air
dengan massa jenis fluida. Pada kondisi standart (4o C, 1 atm) massa jenis air
ialah ρ = 1000
5
kg/m3 (Olson, 1990).
S= / w
Dimana : S = spesific gravity
ρ = rapat massa (kg/m3)
ρw= kerapatan air (kg/m3)
b. Tekanan (Pressure)
Tekanan adalah besarnya gaya yang bekerja tegak lurus pada suatu
permukaan yang dibagi dengan luasan permukaan, dapat dirumuskan :
P=F/A
6
μ=τ÷ du/dy
2. Viskositas kinematik
7
Aliran turbulen ialah aliran yang dimana pergerakan partikel-partikel suatu fluida
tidak menentu karena mengalami percampuran serta putaran antar lapisan
dalam skala besar. Aliran turbulen terjadi karena kecepatan aliran tinggi, aliran
pada lorong yang besar, fluida yang mengalir encer. Nilai bilangan Reynold aliran
turbulen lebih besar dari 4000 (Re>4000).
3) Aliran Transisi
Aliran transisi ialah aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran
turbulen maupun sebaliknya. Keadaan ini tergantung pada viskositas, kecepatan,
dan hal-hal lain yang berkaitan dengan geometri aliran. Nilai bilangan Reynold
aliran transisi antara 2300 sampai 4000 (2300<Re<4000).
8
c. Dasar Perhitungan Pompa
Dasar perhitungan pompa yang digunakan untuk menganalisis data yang
didapat, adalah dengan menggunkan rumus dibawah ini :
1. Debit
Debit adalah besaran yang menyatakan volume fluida yang mengalir tiap satuan waktu :
Q = v/t
Dimana : Q = Debit (m3/s) V = Volume (m3)
t = Waktu (s)
2. Daya
Dihitung dengan menggunakan rumus : Ppompa = p.g.Q.H
Dimana : p = Kerapatan fluida ( kg/m³ )
g = Percepatan gravitasi ( m/s³) Q = Laju aliran (m³/s)
H = Head pompa (m)
3. Daya Listrik
Dihitung dengan menggunakan rumus :
Plistrik = V.I
Dimana : V = Tegangan listrik
I = Arus Listrik
4. Efisiensi Pompa
Dapat dihitung dengan rumus : Ƞ=Ppompa÷Plistrik X 100 persen Dimana :
Ppompa = Daya hidraulik ( Watt )
Plistrik = Daya listrik (Watt)
G. Head
Head adalah suatu bentuk energi yang dinyatakan dalam satuan panjang(m)
dalam SI. Head terdiri dari head ketinggian(Z), head kecepatan (v²/2g), dan head
tekanan (/g). Head ketinggian menyatakan energi potensial yang dibutuhkan untuk
mengangkat air s etinggi (m) kolom air, head kecepatan menyatakan energi kinetic
yang dibutuhkan untuk mengalirkan air setinggi (m) kolom air, sedangkan head
tekanan adalah suatu energi aliran dari (m) kolom air yang memiliki berat sama
dengan tekanan dari kolom (m) air tersebut. H = ℎ a+ Δℎ p + ℎ 1 + v²/2g
a. Head Total Pompa
9
Head total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air
seperti yang direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan
dialiri air oleh pompa tersebut. Head total pompa dapat dirumuskan :
H = ℎ a+ Δℎ p + ℎ 1 + v²/2g
Dimana : H = Head total pompa (m)
ℎ a= Head statis total (m)
Δℎ p = Beda head tekanan yang bekerja pada kedua permukaan air (m)
ℎ 1 = Berbagai kerugian head pada pipa, katup, belokan, sambungan (m)
v²/2g = Head kecepatan keluar (m)
b. Head Loss ( Head Kerugian)
Head kerugian adalah head untuk mengatasi kerugian-kerugian yang terdiri
dari krugian gesek aliran dalam pipa, dan head kerugia di dalam percabangan,
perkatupan dan belokan pipa.
1. Kerugian Mayor (Mayor Losses)
Kerugian mayor adalah kehilangan energi aliran yang disebabkan oleh gesekan
sepanjang lingkaran pipa. Ada beberapa persamaan yang dapat digunakan dalam
menentukan kehilangan longitudional apabila panjang pipa dan diameter
mengalirkan kecepatan rata-rata V. Menurut White (1986), salah satu persamaan
yang dapat digunakan adalah persamaan Darcy-Weisbach yaitu
ℎ f = f x L/d x v²/2g (m)
Dimana : f = faktor gesekan (Darcy friction factor), nilainya dapat diperoleh dari diagram
Moody.
L = panjang pipa (m)
d = diameter pipa (m)
v²/2g = head kecepatan
2. Kerugian Head Pada Jalur Pipa
Pada saat aliran fluida mengalami gangguan aliran yang menyebabkan kurangnya
energi aliran, hal ini dapat disebut sebagai head kerugian dalam jalur pipa. Secara
umum dapat dirumuskan sebagai berikut :
ℎ f = f. v²/2g
Dimana : ℎ f = Kerugian gesek dalam pipa(m)
f = Koefisien kerugian
v = Kecepatan aliran fluida (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s²) Kerugian head ini sering terjadi di dalam :
a. Pada sambungan belokan (ellbow)
Pada belokan lengkung, koefisien kerugian dapat dihitung dengan rumus :
f = [0,131+ 1,847(D/2R)^3,5] (ᶿ/90)^0,5
10
Dimana : D = Diameter dalam pipa (m)
R = Jari-jari lengkung sumbu belokan (m) ᶿ = Sudut belokan ( ° )
f = Koefisien kerugian b. Pada katup (valve)
Dalam rangkaian sistem perpipaan pemasangan katup atau valve
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mengontrol kapsitas fluida,
akan tetapi dengan pemasangan valve tersebut akan mengakibatkan
kerugian energi aliran, hal ini dikarenakan aliran tersendat. Rumus yang
digunakan untuk menghitung kerugian head karena pemasangan katup yaitu :
hv = fv. v²/2g
Dimana : hv = Kerugian head pada katup (m)
fv = Koefisien kerugian katup
v = Kecepatan aliran fluida (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s²)
Persamaan bernouli menjelaskan tentang konsep dasar aliran fluida (zat cair
dan gas) bahwa peningkatan kecepatan pada suatu aliran zat cair atau
gas, akan mengakibatkan penurunan tekanan pasda zat cair atau gas
tersebut. Artinya, akan terdapat penurunan enrgi potensial pada aliran fluida
tersebut. Prinsip bernouli adalah istilah di dalam mekanika fluida yang menyatakan
bahwa pada suatu aliran fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada
aliran tersebut. Prinsip ini sebenarnya merupakan penyederhanaan dari
persamaan bernouli yang menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik di
dalam suatu aliran tertutup sama besarnya dengan jumlah energi di titik lain
pada jalur aliran yang sama. Prinsip ini diambil dari nama ilmuwan yang
bernama Daniel Bernoulli. Secara matematis persamaan bernoulli adalah sebagai
berikut :
P1/Y1+V1²/2g+Z1=P2/Y2+V2²+Z2+H
Dimana : P1.2 = Tekanan pada penampang 1 dan 2 (N/m2) V1.2 = Kecepatan pada
penampang 1 dan 2 (m/s²) Z1.2 = Tinggi pada permukaan 1 dan 2 (m)
Y1.2 = Berat jenis 1 dan 2 (N/m³)
g = Gravitasi bumi (9,82 m/s²)
b. Persamaan Kontinuitas
11
Pada saat kita akan menyemprotkan air dengan selang, kita akan
melihat fenomena fisika yaitu ketika lubang selang dipencet maka air yang
keluar akan menempuh lintasan yang cukup jauh. Sebaliknya ketika selang
dikembalikan sseperti semula maka jarak pancaran air akan berkurang.
Fenomena fisika tersebut dapat dijelaskan dengan mempelajari bahasan
tentang persamaan kontinuitas berikut. Persamaan kontinuitas berikut.
Persamaan kontinuitas menghubungkan kecepatan fluida di suatu tempat dengan
tempat yang lain. Sebelum menurunkan hubungan ini, Kita harus memahami
beberapa istilah dalam aliran fluida. Garis alir (stream line) didefinisikan
sebagai lintasan aliran fluida ideal (aliran lunak). Garis singgung di suatu titik
pada garis alir. Pada tabung alir, fluida masuk dan keluar melalui mulut tabung.
Fluidfda tidak boleh masuk dari sisi tabung dikarenakan dapat
menyebabkan perpotongan garis-garis alir. Perpotongan ini akan menyebabkan aliran
tidak lunak lagi.
Menurut(White, 1986) persamaan kontinuitas diperoleh dari hukum
kekekalan massa yang menyatakan bahwa untuk aliran yang stasioner massa
fluida yang melalui semua bagian dalam arus fluida tiap satuan waktu adalah
sama. Atau dapat diartikan persamaan kontinuitas menyatakan hubungan antara
kecepatan fluida yang masuk pada suatu pipa terhadap kecepatan fluida yang
keluar.Hubungan tersebut dinyatakan dengan :
Q = A1.V1=A2.V2
Dimana : Q = Debit aliran
A1 = Luas penampang pipa 1 (m²) A2 = Luas penampang pipa 2 (m²) V1 = Kecepatan
fluida pipa 1 (m/s) V2 = Kecepatan fluida pipa 2 (m/s
BAB II
B. Prosedur Kerja
1. Siapkan 1 botol aqua besar berukuran 1,5L, tusuk sate, lakban atau selotip,
gunting, pisau, meteran, dan air
2. Setelah itu potong bagian atas botol
12
3. Lalu botol akan di lubangi (satu arah) sebanyak 4 lubang
4. Setelah itu tutuplah lubang-lubang pada botol tersebut dengan
menggunakan lakban
5. Isi botol tersebut dengan air sampai penuh
6. Sesuaikan arah aqua dan dipanjangkan meter
7. Lepaskan satu persatu lubang tersebut (mulai dari atas sampai bawah)
amati apa yang terjadi
8. Setelah itu ukur seberapa jauh pancuran air yang keluar
9. Kemudian hitunglah kecepatan semburan, waktu semburan, dan jarak rata-rata
semburan
C. Data Pengamatan
a) Tabel Data
b) Analisis Data
1. Kecepatan semburan
V1 = √2(h-h1)g
=√2(81-73)10ˉ².9,8
=√2(8). 10ˉ².9,8
=√16. 10ˉ².9,8
=√156,8x10ˉ²
=√12,5x10ˉ¹
=1,25 m/s
V2 = √2(h-h2)g
=√2(81-68)10ˉ².9,8
=√2(13). 10ˉ².9,8
=√26. 10ˉ².9,8
=√254,8x10ˉ²
=√15,9x10ˉ¹
=1,59 m/s
V3 = √2(h-h3)g
=√2(81-65)10ˉ².9,8
=√2(16). 10ˉ².9,8
13
=√32. 10ˉ².9,8
=√313,6x10ˉ²
=√17,7x10ˉ¹
=1,77 m/s
V4 = √2(h-h4)g
=√2(81-60)10ˉ².9,8
=√2(21). 10ˉ².9,8
=√42. 10ˉ².9,8
=√411,6x10ˉ²
=√20,2x10ˉ¹
=2,02 m/s
2. Waktu semburan
t1 = √2h1÷g
=√2.(34.10ˉ²)÷9,8
=√68. 10ˉ²÷9,8
=√6,93. 10ˉ²
=2,6x10ˉ¹
=0,26 second t2 = √2h2÷g
=√2.(42.10ˉ²)÷9,8
=√84. 10ˉ²÷9,8
=√8,57. 10ˉ²
=2,9x10ˉ¹
=29 second
t3 = √2h3÷g
=√2.(52.10ˉ²)÷9,8
=√104. 10ˉ²÷9,8
=√10,6. 10ˉ²
=3,2x10ˉ¹
=32 second t4 = √2h4÷g
=√2.(59.10ˉ²)÷9,8
=√118. 10ˉ²÷9,8
=√12,0. 10ˉ²
=3,4x10ˉ¹
=34 second
3. Jarak rata-rata semburan
X = X1+X2+X3+X4÷4
= (34+42+52+59)÷4
= 187x10ˉ²÷4
14
= 46,75x10ˉ²
= 4,675 meter
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fluida
Fluida adalah zat yang bisa mengalir dan memberikan hambatan saat diberi
tekanan. Zat yang tergolong sebagai fluida adalah zat cair dan gas. Adapun sifat-
sifat fluida adalah sebagai berikut.
1. Bisa mengalami perubahan bentuk.
2. Bisa mengalir.
3. Memiliki kemampuan untuk menempati suatu wadah atau ruang.
B. Besaran-besaran Fluida
15
Sebenarnya fluida dibagi menjadi dua kelompok, yaitu fluida statis dan
dinamis. Sebelum mempelajari hukum dasar yang berlaku pada fluida statis,
kita akan dikenalkan dengan besaran-besaran yang terkait fluida
1. Kompresibel dan tak kompresibel
Kompresibilitas adalah kemampuan suatu zat untuk dimampatkan akibat
tekanan. Zat kompresibel artinya zat yang bisa dimampatkan karena bisa
mengalami perubahan volume karena tidak mengalami perubahan volume saat
ditekan, contohnya zat cair.
2. Massa jenis
Massa jenis adalah ukuran kerapatan suatu benda. Semakin rapat susunan
partikel di dalamnya, semakin besar massa jenisnya. Secara matematis,
dirumuskan sebagai berikut.
=m÷v
Keterangan:
3
ρ = massa jenis (kg/m );
3
= volume (m ); dan
16
= gaya (N); dan
= panjang permukaan (m).
6. Kapilaritas
Kapilaritas adalah peristiwa meresapnya zat cair di dalam pipa kapiler. Meresap
artinya gerakan naik atau turun zat cair. Kapilaritas ini dipengaruhi oleh adanya
tegangan permukaan, gaya adhesi, dan gaya kohesi antara zat cair dan dinding
kapiler. Jika gaya adhesi lebih besar daripada kohesi, maka zat cair akan naik dalam
pipa kapiler, contohnya air. Jika gaya kohesi lebih besar daripada gaya adhesi, maka
zat cair akan turun, contohnya raksa. Lalu, berapa kenaikan atau penurunannya?
h = 2Y cos ᶿ/ gr
Keterangan:
= kenaikan atau penurunan zat cair dalam pipa kapiler (m);
= tegangan permukaan (N/m);
= sudut kontak;
3
= massa jenis (kg/m );
2
= percepatan gravotasi (m/s ); dan
C. Tekanan Hidrostatis
Semakin dalam posisi berenang, semakin sakit gendang telinga. Hal itu
disebabkan oleh adanya tekanan hidrostatis, yaitu tekanan yang disebabkan oleh
adanya berat fluida tak bergerak. Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.
P=
Keterangan:
P = tekanan hidrostatis (N/m2);
ρ = massa jenis fluida (kg/m3); dan
h = kedalaman (m).
Penjumlahan antara tekanan hidrostatis dan tekanan udara luar akan
menghasilkan besaran baru yang disebut tekanan mutlak. Secara matematis,
dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan:
PT = tekanan mutlak (Pa); dan
P0 = tekanan atmosfer (Pa).
Hukum Utama Hidrostatis
Hukum utama hidrostatis adalah hukum yang berkaitan dengan persamaan
tekanan saat fluida diletakkan di suatu bidang datar. Adapun pernyataan hukum
17
utama hidrostatis adalah “semua titik yang terletak di suatu bidang datar di dalam
fluida, akan memiliki tekanan yang sama”. Berikut ini contohnya.
Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan:
PA = tekanan di penampang A (N/m2);
PB = tekanan di penampang B (N/m2);
A = massa jenis fluida A (N/m3);
B = massa jenis fluida B (N/m3);
hA = tinggi fluida A (N/m3); dan
hB = massa jenis fluida B (N/m3);
Hukum Pascal
Hukum Pascal dicetuskan oleh seorang ilmuwan asal Prancis, yaitu
Blaise Pascal. Dalam hukumnya, Pascal menyatakan bahwa “tekanan yang
diberikan pada suatu fluida dalam ruang tertutup akan diteruskan ke segala arah
dengan sama besar”. Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan:
P1 = tekanan di penampang 1 (N/m2);
P2 = tekanan di penampang 2 (N/m2);
F1 = gaya tekan di penampang 1 (N/m2);
F2 = gaya tekan di penampang 2 (N/m2);
A1 = luas penampang pipa 1 (N/m2); dan
A2 = luas penampang pipa 2 (N/m2);
Hukum Archimedes
Hukum Archimedes ini merupakan salah satu hukum dasar fluida statis yang
mungkin sering Quipperian dengar atau baca. Adapun pernyataan Hukum
Archimedes adalah “ benda yang dicelupkan seluruhnya atau sebagian ke dalam
fluida yang dipindahkan”. Gaya tekan inilah yang kemudian disebut sebagai gaya
apung atau gaya Archimedes. Secara matematis, gaya apung dirumuskan
sebagai berikut.
Keterangan :
FA = gaya apung atau gaya ke atas (N);
ρf = massa jenis fluida (kg/m3);
g = percepatan gravitasi (m/s2); dan
Vbf = volume benda tercelup (m3).
Adanya gaya apung ini menyebabkan suatu benda terapung, melayang, dan
tenggelam di dalam air.
Jika Quipperian pernah mencoba menimbang benda di dalam fluida,
mengapa berat benda di dalam fluida lebih kecil daripada beratnya di udara?
18
Ternyata, hal ini disebabkan oleh adanya gaya apung, lho. Secara matematis, berat
semu dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan:
Wbf = berat benda di dalam fluida (N);
Wu = berat benda di udara (N); dan
FA = gaya apung (N);
Itulah hukum dasar yang bisa Quipperian gunakan di dalam mempelajari fluida
statis.
BAB VI
PENUTUP
A. Penutup
Fluida adalah suatu bentuk materi yang mudah mengalir misalnya
zat cair zat dan gas. Sifat kemudahan untuk menyesuaikan dengan
19
tempatnya berada merupakan aspek yang membedakan fluida
dengan zat benda tegar
Dalam kehidupan sehari-hari, dapat ditemukan aplikasi Hukum
Bernouli yang sudah banyak diterapkan pada sarana dan prasarana
yang menunjang kehidupan manusia masa kini seperti untuk
menentukan gaya angkat pada sayap dan badan pesawat terbang,
penyemprot parfum, penyemprot racun serangga dan lain
sebagainya.
DAFTAR PUSAKA
https://www.coursehero.com/file/40663106/MAKALAH-FISIKA-
FLUIDAdoc/
https://www.scribd.com
20
21