Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH AGAMA ISLAM

ETIKA, MORAL DAN AKHLAK

Disusun Oleh :

Vara Fauziyah Soraya

17031010018

Paralel A

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

2017

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami ucapkan ke Hadirat Allah SWT yang selalu senantiasa
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan lancar.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai etika, moral dan akhlak.

Tidak lupa kami sampaikan terima kasih yang tiada terhingga kepada :

1. Ibu dan Ayah penulis yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini
2. Bapak Drs. Saifuddin zuhri, M.Si. selaku dosen mata kuliah agama yang telah
membimbing pembuatan makalah ini

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah selanjutnya. Penulis berharap semoga karya
ilmiah ini bisa bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Surabaya, 27 September 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ ii

1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

1.3 Tujuan .................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

2.1 Pengertian ............................................................................................................ 3

2.2 Jenis Akhlak ........................................................................................................ 5

2.3 Perbedaan Akhlak,Etika dan Moral ................................................................... 11

2.4 Kaitan Akhlak dengan Tasawuf serta Ilmu Lainnya ........................................ 11

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 14

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 14

3.2 Saran .................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Allah SWT menciptakan manusia bukanlah tanpa tujuan. Manusia


sebagai makhluk paling sempurna di muka bumi ini diciptakan-Nya sebagai
khalifah, pemimpin dan penjaga amanat Sang Khalik. Manusia diberikan
akal untuk berpikir, hati untuk merasakan kasih sayang Allah, dan tubuh
yang menjadi sarana untuk beribadah. Nilai-nilai moral sangat diperlukan
bagi manusia, baik kapasitasnya sebagai pribadi (individu) maupun sebagai
anggota suatu kelompok (masyarakat dan bangsa).
Peradaban suatu bangsa dapat dinilai melalui karakter moral
masyarakatnya. Mengkaji masalah moral, maka akan terkait dengan etika dan
akhlak, Dewasa ini, telah muncul gejala yang kurang baik yang
menimbulkan kegoncangan dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan
bangsa, diantaranya adalah kenakalan remaja, tauran, korupsi oleh para
pejabat negara. Salah satu faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja,
karena kurangnya perhatian orang tua terhadap anak, utamanya pembinaan
akhlak.
Pembinaan akhlak adalah mutiara hidup yang membedakan makhluk
manusia dan makhluk hewani. Manusia tanpa akhlak akan hilang derajat
kemanusiaannya sebagai mahkluk mulia, sesuai dengan fitrah, dan yang
memiliki peran sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi. Oleh
karena itu, nilai-nilai akhlak harus ditanamkan sejak dini baik melalui
pendidikan keluarga, masyarakat, maupun lembaga pendidikan formal yaitu
sekolah. Karena satu hal yang menjadi ukuran derajat seorang manusia
dimuka bumi, yaitu akhlak. Akhlak yang baik adalah cerminan baiknya
akidah dan syariah yang diyakini seseorang. Buruknya akhlak merupakan
indikasi buruknya pemahaman seseorang terhadap akidah dan syariah.

4
Rasulullah shallallahu‟alaihi wasallam merupakan suri tauladan bagi seluruh
ummat. Akhlak beliau adalah Al-Qur‟an. Sebagaimana pernyataan Aisyah
ra,”Akhlak beliau (Rasulullah) adalah Alquran.” (HR Abu Daud dan
Muslim).

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka dapat
ditentukan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penjelasan akhlak, etika dan moral itu?
2. Bagaimanakah perbedaan antara akhlak, etika dan moral?
3. Bagaimanakah kaitan akhlak dengan tasawuf dann ilmu lain?

1.3. Tujuan
1. Mendiskripsikan penjelasan akhlak, etika dan moral.
2. Mendiskripsikan perbedaan antara akhlak, etika dan moral.
3. Mendiskripsikan kaitan akhlak dengan tasawuf dann ilmu lain.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
a) Akhlak
Kata “Akhlak” berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang
artinya budi pekerti, tingkah laku, perangai atau tabiat. Kata akhlak berasal
dari kata kerja khalaqa yang artinya menciptakan. Khaliq maknanya pencipta
atau Tuhan dan makhluq artinya yang diciptakan, sedangkang khalaq
maknanya penciptaan.
Kata khalaqa yang mempunyai kata yang seakan mengandung maksud
bahwa akhlak merupakan jalinan yang mengikat atas kehendak Tuhan dan
manusia. Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
macam-macam perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Akhlak juga merupakan bagian yang membicarakan masalah
baik dan buruk dengan ukuran wahyu atau al-Qur’an.
Akhlak merupakan barometer yang menyebabkan seseorang mulia
dalam pandangan Allah dan manusia. Seseorang akan berakhlak baik atau
sebaliknya karena dipengaruhi oleh hati (al qalb) yang ada pada sanubari yang
terdalam. Artinya, bahwa perbuatan baik atau buruk dalam kategori akhlak
bukan didasarkan kepada pertimbangan akal, tradisi atau pengalaman, tetapi
karena bisikan hati sanubari yang ada pada setiap orang itu. Akhlak dalam
Islam memiliki fungsi utama.

Pengertian akhlak secara terminologis menurut :


 Imam Ghozali : Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
(manusia) yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa
memerlukan pemikiran maupun pertimbangan.

6
 Ibnu Maskawaih : Akhlak adalah gerak jiwa yang mendorong kearah
melakukan perbuatan dengan tidak membutuhkan pikiran.
 Menurut Ahmad Amin : Khuluqun (akhlak) adalah membiasakan
kehendak
b) Etika
Secara bahasa etika ialah tingkah laku, tata krama, sopan santun.
Sedangkan menurut istilah etika adalah kebaikan atau kejahatan, dimana jiwa
manusia diatribusikan(disifatkan) dengannya,serta terjadi lewat pengusahaan
dan kebiasaan, sesuai dengan standar-standar kebaikan yang dibuat oleh
manusia untuk dirinya sebagai makhluk yang berakal dan berhak merdeka.
Etika adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang persoalan baik dan buruk
berdasarkan akal pikiran manusia. Etika juga dapat diartikan sebagai ilmu
tentang tingkah laku manusia prinsip-prinsip yang disistimatisir tentang
tindakan moral yang betul. Etika dalam islam akan melahirkan konsep ihsan,
yaitu cara pandang dan perilaku manusia dalam hubungan sosial dan hanya
untuk mengabdi pada Allah SWT, bukan ada pamrih di dalamnya.

c) Moral
Secara bahasa moral ialah ajaran yang mengajarkan agar mengetahui
baik dan buruk. Sedangkan menurut istilah moral adalah ajaran tentang baik
buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban. Moral juga berarti suatu hal
yang berkenaan dengan baik dan buruk dengan ukuran tradisi dan budaya
yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang. Dalam moral diatur segala
perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang
dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan
untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan
demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku. Moral Islam

7
adalah tingkah laku seseorang yang muncul secara otomatis berdasarkan
kepatuhan dan kepasrahan pada pesan (ketentuan) Allah Swt.

2.2. Jenis akhlak


Akhlak terbagi menjadi dua, yaitu akhlah mahmudah dan akhlak
madzmumah.
a) Akhlak mahmudah
Akhlak terpuji dalam islam disebut sebagai akhlak mahmudah.
Beberapa contoh akhlak terpuji antara lain adalah bersikap jujur, bertanggung
jawab, amanah, baik hati, tawadhu. Allah sangat menyukai hambanya yang
mempunyai akhlak terpuji. Sebagai umat islam kita mempunyai suri-tauladan
yang perlu untuk dicontoh atau diikuti yaitu Nabi Muhammad SAW. Ia adalah
sebaik-baik manusia yang berakhlak sempurna. Ketika Aisyah ditanya
bagaimana akhlak rasul, maka ia menjawab bahwa akhlak rasul adalah Al-
Qur‟an. Artinya rasul merupakan manusia yang menggambarkan akhlak
seperti yang tertera di dalam Al-Qur‟an.SuratYunus ayat 36.

‫ع ِلي ٌم بِ َما‬ َّ ‫ش ْيئًا ۚ إِ َّن‬


َ َ‫َّللا‬ ِ ‫الظ َّن ََّل يُ ْغ ِني ِمنَ ْال َح‬
َ ‫ق‬ َّ ‫ظنًّا ۚ إِ َّن‬
َ ‫َو َما َيتَّبِ ُع أ َ ْكث َ ُر ُه ْم ِإ ََّّل‬
َ‫يَ ْفعَلُون‬

Artinya :”Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja.


Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai
kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan”

Contoh akhlak mahmudah , yaitu :


 Ikhlas
Ikhlas adalah inti dari setiap ibadah dan perbuatan seorang muslim.
Allah Ta‟ala berfirman dalam Al-Qur‟an surat Al-Bayyinah ayat 5.

8
َّ ‫صينَ لَهُ الدِينَ ُحنَفَا َء َويُ ِقي ُموا ال‬
‫ص ََلة َ َويُؤْ تُوا‬ َّ ‫َو َما أ ُ ِم ُروا ِإ ََّّل ِل َي ْعبُدُوا‬
ِ ‫َّللاَ ُم ْخ ِل‬
ُ ‫الز َكاة َ ۚ َو َٰذَ ِل َك د‬
‫ِين ْالقَ ِي َم ِة‬ َّ

Artinya :”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah


dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus”

 Amanah

Secara bahasa amanah bermakna al-wafa‟ (memenuhi) dan wadi‟ah


(titipan) sedangkan secara definisi amanah berarti memenuhi apa yang
dititipkankan kepadanya. Hal ini didasarkan pada firman Allah Ta‟ala dalam
Al-Qur‟an surat An-Nisa ayat 58

‫اس أ َ ْن‬ِ َّ‫ت ِإلَ َٰى أ َ ْه ِل َها َو ِإذَا َح َك ْمت ُ ْم بَيْنَ الن‬ ِ ‫َّللا يَأ ْ ُم ُر ُك ْم أ َ ْن ت ُ َؤدُّوا ْاْل َ َمانَا‬
َ َّ ‫ِإ َّن‬
‫يرا‬ً ‫ص‬ َ َ‫َّللاَ َكان‬
ِ َ‫س ِميعًا ب‬ َّ ‫ت َ ْح ُك ُموا ِب ْال َع ْد ِل ۚ ِإ َّن‬
ُ ‫َّللاَ ِن ِع َّما َي ِع‬
َّ ‫ظ ُك ْم ِب ِه ۗ ِإ َّن‬

Artinya :”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat


kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”

Amanah yang diberikan Allah kepda manusia meliputi :


o Amanah Fitrah: Yaitu amanah yang diberikan oleh Sang Pencipta
Allah Ta‟ala sejak manusia dalam rahim ibunya, bahkan jauh sejak dimasa
alam azali, yaitu mengakui bahwa Allah Ta‟ala sebagai Pencipta, Pemelihara
dan Pembimbing.

9
o Amanah Syari‟ah/Din: Yaitu untuk tunduk patuh pada aturan Allah
Ta‟ala dan memenuhi perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA,
barangsiapa yang tidak mematuhi amanah ini maka ia zhalim pada dirinya
sendiri, dan bodoh terhadap dirinya, maka jika ia bodoh terhadap dirinya
maka ia akan bodoh terhadap Rabb-nya.

o Amanah Hukum/Keadilan: Amanah ini merupakan amanah untuk


menegakkan hukum Allah Ta‟ala secara adil baik dalam kehidupan pribadi,
masyarakat maupun bernegara. Makna adil adalah jauh dari sifat ifrath
(ekstrem/berlebihan) maupun tafrith (longgar/berkurangan).

o Amanah Ekonomi: Yaitu bermu‟amalah dan menegakkan sistem


ekonomi yang sesuai dengan aturan syariat Islam, dan menggantikan ekonomi
yang bertentangan dengan syariat serta memperbaiki kurang sesuai dengan
syariat.
o Amanah Sosial: Yaitu bergaul dengan menegakkan sistem
kemasyarakatan yang Islami, jauh dari tradisi yang bertentangan dengan nilai
Islam, menegakkan amar ma‟ruf dan nahi munkar, menepati janji serta saling
menasihati dalam kebenaran, kesabaran dan kasih-sayang.
o Amanah Pertahanan dan Kemanan: Yaitu membina fisik dan mental,
dan mempersiapkan kekuatan yang dimiliki agar bangsa negara dan ummat
tidak dijajah oleh imperialisme kapitalis maupun komunis dan berbagai
musuh Islam lainnya.
 Adil
Adil berarti menempatkan/meletakan sesuatu pada tempatnya. Adil
juga tidak lain ialah berupa perbuatan yang tidak berat sebelah. Para Ulama
menempatkan adil kepada beberapa peringkat, yaitu adil terhadap diri sendiri,
bawahan, atasan/ pimpinan dan sesama saudara.

 Bersyukur

10
Syukur menurut kamus “Al-mu‟jamu al-wasith” adalah mengakui
adanya kenikmatan dan menampakkannya serta memuji (atas) pemberian
nikmat tersebut.Sedangkan makna syukur secara syar‟i adalah : Menggunakan
nikmat Allah Ta‟ala dalam (ruang lingkup) hal-hal yang dicintainya. Allah
berfirman dalam Al-Qur‟an surat Ibrahim ayat 7.

َ ‫شدِيد ٌ ۖ َوإِ ْذ تَأَذَّنَ َربُّ ُك ْم لَئِ ْن‬


‫ش َك ْرت ُ ْم َْل َ ِزيدَنَّ ُك ْم‬ َ َ‫عذَابِي ل‬
َ ‫َولَئِ ْن َكفَ ْرت ُ ْم ِإ َّن‬

Artinya :”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;


"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih"

 Sabar
Sabar yaitu sifat tahan menderita sesuatu (tidak lekas marah; tidak
lekas patah hati; tidak lepas putus asa, tenang dsb). Di dalam menghadapi
cobaan hidup, ternyata kesabaran ini sangat penting untuk membentuk
individu/ pribadi unggul. Manusia diciptakan dengan disertai sifat tidak sabar
dan karenanya ia banyak berbuat kesalahan. Akan tetapi, agama meminta
setiap orang agar bersabar karena Allah. Orang beriman harus bersabar
menunggu keselamatan yang besar yang Allah janjikan. Seperti firman Allah
dalam QS. Al-Baqarah (2): 155-156.

‫ف ِمنَ ِبش َۡىء َولَن َۡبلُ َونَّ ُكم‬ ِ ‫ٍون َۡقص َو ۡٱل ُجوعِ ۡٱلخ َۡو‬
َ ٍ َ‫َو ۡٱْلَنفُ ِس ۡٱْل َ ۡم َوٲ ِل ِمن‬
ِ ‫ٍوٱلث َّ َم َرٲ‬
‫ت‬ َ ۗ َ‫ص َٰـ ِب ِرين‬
َّ ‫َو َبش ِِرٱل‬
َ‫ص َٰـ َب ۡت ُهم ِإذَا ٱلَّذِين‬
َ َ ‫صي َبةٌ أ‬
ِ ‫ٲجعُونَ َو ِإنَّا ِهٍٍَ ِلل ِإنَّا قَالُواْ ُّم‬
ِ ‫ِإلَ ۡي ِه َر‬

artinya :”Dan berikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.

11
Siapakah orang-orang yang sabar? Mereka itulah yang mendapat keberkatan
yang besar, curahan rahmat Allah dan hidupnya dibimbing oleh Allah. Dua,
Innalillahi Wainailaihi Rojiun. Sesungguhnya, kami adalah milik Allah dan
kembali kepada Allah”

 Jujur
Secara morfologi, akar kata shiddiq berasal dari kata shadaqa,
yashduqu, shadqun, shidqun. Ungkapan shaddaqahu mengandung arti qabila
qauluhu „pembicarannya diterima‟.
Firman Allah dalam (QS. Al-Ahzab:8)

‫عدَّ ِل ْل َكافِ ِرين‬


َ َ ‫ص ْدقِ ِه ْم ۚ َوأ‬
ِ ‫ع ْن‬ َّ ‫عذَابًا أ َ ِلي ًما ٍَ ِليَسْأ َ َل ال‬
َ َ‫صا ِدقِين‬ َ

Artinya :”Agar Dia menanyakan kepada orang-orang yang benar tentang kebenaran
mereka dan Dia menyediakan bagi orang-orang kafir siksa yang pedih”

b) Akhlak madzmumah.
Akhlak madzmumah adalah akhlak yang dikendalikan oleh Syetan dan
kita sama sekali tidak boleh memiliki akhlak yang demikian, karena akhlak
madzmumah adalah akhlak yang tercela dan sangat harus kita jauhi. Bersabda
Rasulullah SAW: “Ketahuilah, didalam tubuh manusia ada segumpal daging.
Apabila segumpal daging itu baik, seluruhnya baik dan apabila daging itu
buruk, buruklah seluruhnya Ketahuilah olehmu bahwa segumpal daging itu
adalah kalbu (hati).” (HR. Bukhari). Adanya penyakit hati pada diri seseorang
menandakan ia memiliki akhlak tercela (madzmumah). Penyakit hati antara
lain disebabkan karena ada perasaan iri. Iri adalah sikap kurang senang
melihat orang lain mendapat kebaikan atau keberuntungan. Sifat iri tidak
membawa kepada kebaikan, bahkan pasti membawa akibat buruk.

12
Akibat dari sifat iri tersebut antara lain :
a. Merasa kesal dan sedih tanpa ada manfaatnya bahkan bisa dibarengi dosa.
b. Merusak pahala ibadah
c. Masuk Neraka
d. Mencelakakan orang lain
e. Menyebabkan buta hati
f. Mengikuti ajakan syetan
g. Meresahkan orang lain

Namun apabila kita punya iri terhadap suatu kebaikan ini di perbolehkan yang
mencakup dua hal yaitu :
a. Melihat orang lain mempunyai atau melakukan amalan – amalan yang
baik yang sesuai dengan perintah Allah subhanallaahu wa ta'ala, 'azza wa jalla
dan RasulNya misalnya : menghafal Al Qur‟an.
b. Melihat orang kaya yang berinfaq di jalan Allah subhanallaahu wa ta'ala,
'azza wa jalla.
Penyakit hati disebabkan karena perasaan dengki.Dengki artinya
merasa tidak senang jika orang lain mendapatkan kenikmatan dan berusaha
agar kenikmatan tersebut cepat berakhir dan berpindah kepada dirinya, serta
merasa senang kalau orang lain mendapat musibah. Sifat dengki ini berkaitan
dengan sifat iri. Hanya saja sifat dengki sudah dalam bentuk perbuatan yang
berupa kemarahan, permusuhan, menjelek-jelekkan, menjatuhkan nama baik
orang lain. Orang yang terkena sifat ini bersikap serakah, rakus, dan zalim.
Adapun hasad ( iri & dengki ) bisa kita hindari dengan cara banyak
istighfar dan bertobat kepada Allah subhanallaahu wa ta'ala, 'azza wa jalla.
Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu
(dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).
Yakin bahwa semua perbuatan manusia telah tercatat di Lauh Mahfuz. Ingat
kalau kita hasad kepada orang lain hanya akan menyempitkan diri.

13
2.3. Perbedaan Akhlak, Etika, dan Moral
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa akhlak berbeda dengan etika
dan moral. Kalau akhlak lebih bersifat transcendental karena berasal dan
bersumber dari Allah, maka etika dan moral bersifat relatif, dinamis, dan nisbi
karena merupakan pemahaman dan pemaknaan manusia melalui elaborasi
ijtihadnya terhadap persoalan baik dan buruk demi kesejahteraan hidup
manusia di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. Berdasarkan perbedaan
sumber ini maka etika dan moral senantiasa bersifat dinamis, berobah-obah
sesuai dengan perkembangan kondisi, situasi dan tuntutan manusia. Etika
sebagai aturan baik dan buruk yang ditentukan oleh akal pikiran manusia
bertujuan untuk menciptakan keharmonisan. Begitu juga moral sebagai aturan
baik buruk yang didasarkan kepada tradisi, adat budaya yang dianut oleh
sekelompok masyarakat juga bertujuan untuk terciptanya keselarasan hidup
manusia. Etika, moral dan akhlak merupakan salah satu cara untuk
menciptakan keharmonisan dalam hubungan antara sesama manusia
(hablminannas) dan hubungan vertikal dengan khaliq (habl minallah).

2.4. Kaitan Akhlak dengan Tasawuf serta Ilmu Lainnya


Lafal Tasawuf merupakan mashdar (kata jadian) bahasa Arab dari fi‟il
(kata kerja) tashowwafa – tashowwafu menjadi tashowwufan. Tasawuf adalah
upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia
dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT. Imam Al-Ghazali
mengemukakan pendapat Abu Bakar Al- Kataany yang mengatakan:
“Tasawuf adalah mencari hakikat dan meninggalkansesuatu yang ada
ditangan makhluk(kesenangan duniawi)‖. Menurut Zun Nun al Misri salah
seorang sufi terkenal, bahwa hati yang suci bukan hanya bisa dekat dengan
Tuhan tetapi bahkan bisa mengenal dan melihat Tuhan (al Ma’rifah). (Hamka,
1778) Menurutnya, pengetahuan manusia itu terbagi tiga, yaitu; pengetahuan
orang awam yang mengenal Allah hanya dengan cara mengucap dua kalimat

14
Syahadat, pengetahuan ulama, yaitu mengenal Allah dengan menggunakan
akal pikirannya (ra’yu), dan pengetahuan orang sufi, dimana mengenal dan
mendekati Allah dengan menggunakan hati sanubarinya yang terdalam
(Basyirah). Dalam konteks inilah dapat dipahami bahwa antara akhlak dan
tasawuf memiliki hubungan yang erat dan saling mendukung. Artinya, bahwa
akhlak yang baik, terpuji (mahmudah) dan mulia (karimah) bukanlah didasari
oleh ucapan dan akal pikiran semata, tetapi melainkan oleh bisikan dan
kilauan hati sanubari yang terdalam.
Selain dengan tasawuf, akhlak juga berkaitan dengan ilmu tauhid,
psikologi, dan ilmu pendidikan. Kalau ilmu tauhid tampil dalam memberikan
landasan terhadap ilmu akhlak, maka akhlak tampil dengan memberikan
penjabaran dan pengalaman dari Tauhid. Tauhid tanpa akhlak yang mulia
tiada artinya, dan akhlak yang mulia tanpa tauhid maka tidak akan kokoh.
Selain itu tauhid memberikan arah terhadap akhlak, dan akhlak memberi isi
terhadap arahan tersebut. Kaitan akhlak dengan ilmu Jiwa ada pada pokoh
bahasannya, yaitu sama-sama membicarakan gejala-gejala kejiwaan yang
tampak dalam tingkah laku. Melalui ilmu jiwa dapat diketahui psikologis
yang dimiliki seseorang. Jiwa yang bersih dari dosa dan maksiat serta dekat
dengan Tuhan, akan melahirkan perbuatan yang baik, dan benar, sebaliknya
jiwa yang kotor, banyak berbuat kesalahan dan jauh dari Tuhan akan
melahirkan perbuatan yang jahat, sesat dan digolongkan sebagai akhlak buruk
(mazmumah).
Hubungan akhlak dengan pendidikan juga sangat erat. Tujuan
pendidikan dalam pandangan Islam adalah berhubungan dengan kualitas
mansuia yang berakhlak. Ahmad D. Marimba misalnya mengatakan bahwa
tujuan pendidikan adalah identik dengan tujuan hidup seorang muslim, yaitu
menjadi hamba Allah yang mengandung implikasi kepercayaan dan
penyerahan diri kepada-Nya. Sementara itu Mohd. Athiyah al-Abrasyi,
mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti adalah adalah jiwa dari

15
pendidikan islam, dan islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi
pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. (Azmi, 2006). Mencapai
suatu akhlak yang sempurna adalah tujuansebenarnya dari pendidikan.
Selanjutnya al-Attas mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
manusia yang baik. Kemudian Abdul fatah jalal mengatakan bahwa tujuan
umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah.

16
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
macam-macam perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Akhlak terbagi menjadi dua : Akhlak mahmudah dan akhlak
madzmumah. Akhlak madzmumah adalah akhlak yang dikendalikan oleh
Syetan dan kita sama sekali tidak boleh memiliki akhlak yang demikian,
karena akhlak madzmumah adalah akhlak yang tercela dan sangat harus kita
jauhi. Akhlak terpuji dalam islam disebut sebagai akhlak mahmudah. Etika
adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang persoalan baik dan buruk
berdasarkan akal pikiran manusia. moral ialah ajaran yang mengajarkan agar
mengetahui baik dan buruk. Antara akhlak, etika dan moral, memiliki
persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah sama-sama mengkaji
masalah baik dan buruk, sedangkan perbedaanya adalah terletak pada
landasan yang dipakai.
Tasawuf adalah upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh
kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah Swt. Dalam
konteks sejarah, antara akhlak dan tasawuf memiliki tujuan dan esensi yang
sama, yaitu sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Indikator
orang berakhlak adalah beriman atau tidaknya seseorang. Salah satu karakter
seseorang dikatakan beriman adalah ketika ia mampu melahirkan kedamaian
dan ketenteraman bagi alam lingkungannya.
3.2. Saran
Makalah yang kami buat merupakan makalah yang bersumber dari
materi-materi yang ada dalam dunia maya serta buku-buku agama.
kekurangan, kesalahan ketik, ataupun kejanggalan materi merupakan salah

17
satu peluang kesalahan kami. Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami
perlukan demi peningkatan kualitas maklah ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

Sanggar. 2011. “Akhlaq”. (http://nasiroh-ilmu.blogspot.co.id/2011/01/akhlaq.html).


Diakses pada 27 September 2017 pukul 20.00 WIB.

Rosyid, Sulaiman. 2012. “Akhlak Mahmudah (Terpuji) Dan Akhlak Mazmumah


(Tidak Terpuji)”. (http://grupsyariah.blogspot.com/2012/05/akhlak-mahmudah-
terpuji-dan-akhlak.html#ixzz4u0HDUnOA). Diakses pada 27 September pukul
20.20 WIB.

Tifa. 2016. “Etika Agama (Akhlak Tasawuf)”. (https://indrienola.wordpress.


com/2016/03/14/etika-agama-akhlak-tasawuf/). Diakses pada 27 September
2017 pukul 20.40 WIB.

19

Anda mungkin juga menyukai