Anda di halaman 1dari 2

Polemik penggusuran kampung Pulo, mana

yang lebih benar?


Semarang, 23 Agustus 2015
Sebelum
penggusuran
dilakukan di kampung pulo,
warga dan gubernur DKI
Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama
(Ahok), membuat kesepakatan
bahwasannya warga kampung
pulo sudah mempunyai solusi
dan konsep tersendiri untuk
mengatasi masalah ini, selain
itu warga kampung pulo juga
sudah mempresentasikan konsepnya itu kepada Ahok. Ahok setuju dengan apa yang telah
warga presentasikan, akan tetapi tak lama setelah itu, Ahok berubah pikiran dan mengirimkan
petugasnya untuk membongkar paksa kampung pulo. Sebelumnya warga sudah diberitahu
sebelumnya bahwa tanggal 20 Agustus 2015 rumah warga sudah harus dikosongkan. Tetapi
malah bukan pengosongan, melainkan pembongkaran paksa. Bentrokan pun tak bisa
dihindarkan antara warga dan aparat kepolisian. Hal ini yang menjadikan para warga
meminta ganti rugi atas apa yang menimpa kampungnya. Lalu siapa yang lebih benar? warga
kampung pulo kah, atau bahkan pemerintah?
Dilihat dari kasusnya, memang kita tidak bisa menyebutkan bahwa warga kampung pulo
bersalah atau bahkan sebaliknya pemerintah-lah yang salah. Oleh karena itu saya akan
membahas hal ini dari dua sudut pandang yang berbeda. Agar kita bisa lebih tahu apa yang
sebenarnya terjadi di kampung pulo, dan kenapa kasus ini makin memanas.
Di satu sisi, penggusuran paksa kampung pulo memang tidak manusiawi. Seperti yang
disebutkan oleh pak Thamrin bahwa penggusuran itu idealnya dilakukan setelah warga
menempati rumah baru, tetapi faktanya masih banyak warga yang belum menempat rusun
ketika penggusuran dilakukan. Nah, disini mungkin warga yang kesal kemudian
memberontak dengan melawan petugas kepolisian. Bukan hanya itu, warga yang kecewa
dengan penggusuran paksa yang dilakukan pemerintah meminta agar mereka menerima ganti
rugi.
Dilihat dari faktor sosial, menurut Robertus Robert, Sosiolog UI, bahwa tidak mudah untuk
menerima tempat tinggal baru. Sebab, mereka tidak memiliki referensi tentang tempat
tinggal yang baru tersebut.
Warga kampung pulo pun berpendapat bahwa mereka yang memiliki rumah semi permanen
mungkin bagai mendapatkan durian runtuh, tapi tidak bagi kami, yang memiliki rumah

permanen di kampung pulo. Pasalnya, warga kampung pulo akan direlokasikan ke rusunawa
Jatinegara yang memiliki banyak fasilitas didalamnya.
Di sisi lain, tujuan pemerintah dilakukannya penggusuran kampung di bantaran kali ciliwiung
di klaim sebagai upaya untuk mensejahterakan warga kampung pulo. Wakil Presiden Jusuf
Kalla menegaskan bahwa penggusuran yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
semata-mata untuk memberikan kehidupan yang lebih baik kepada warga Kampung Pulo,
Jatinegara, Jakarta Timur. Menurut dia, wilayah Kampung Pulo tidak lagi layak untuk
menjadi permukiman warga karena rawan banjir dan kebakaran.
Mirisnya, warga tidak mau direlokasikan ke rusunnawa Jatinegara karena mereka menuntut
ganti rugi kepada pemerintah atas penggusuran yang dilakukan. Tetapi secara hukum, warga
tidak berhak meminta ganti rugi atas penggusuran yang dilakukan. Karena tanah yang mereka
tempati untuk dijadikan tempat tinggal adalah tanah Negara. Sehingga warga tidak bisa
menuntut kerugian yang di derita kecuali jika warga mampu menunjukan sertifikat tanah
kepada pemerintah. Dan apabila pemerintah menuruti keinginan warga untuk membayar ganti
rugi, itu sama saja warga memaksa agar pemerintah melakukan korupsi. Dimana uang Negara
yang digunakan jika tidak untuk peruntukannya maka ini bias juga disebut korupsi. Sehingga
pemerintah menegaskan tidak ada uang gati rugi kepada warga kampung pulo.
Dari kasus diatas, kita bisa tahu bahwa pada dasarnya baik pemerintah maupun warga
kampung pulo tidak bisa dikatakan benar ataupun salah. Karena jawabanya relatif, dari segi
mana kita memandang kasus ini. Akan tetapi secara keseluruhan, pemerintah sedikit lebih
benar. Karena kebijakan kebijakan yang dibuat tentunya sudah difikirkan matang matang.
Begitupun dengan penggusuran kampung pulo yang bertujuan untuk mensejahterakan
rakyatnya agar bisa terhindar dari banjir maupun kebakaran yang sering terjadi di daerah
tersebut. Pemerintah juga sudah menyediakan rusunawa bagi warga kampung pulo, agar
nantinya setelah penggusuran warga kampung pulo bisa menempati rumah yang memang
layak untuk di huni.

Anda mungkin juga menyukai