OLEH :
MIFTHA AINUN
432 21 036
2B D-4 TKI
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
Unggun Diam ini. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Operasi
Teknik Kimia.
Saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Harapan saya, makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk lebih memahami
tentang Unggun Diam.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar kedepannya kami dapat menjadi lebih
baik.
Miftha Ainun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................1
I.1 Latar Belakang.........................................................................................2
I.2 Rumusan Masalah........................................................................................3
I.3 Tujuan...........................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................3
II.1 Pengertian Unggun Diam.........................................................................3
II.1.1 Porositas Minimum...............................................................................8
II.1.2 Fenomena Fluidisasi..........................................................................9
II.2 Jenis-jenis Fluidisasi.................................................................................16
II.2.1. Fluidisasi Partikulat...........................................................................16
II.2.2. Fluidisasi Agregat/ Fluidisasi Gelembung.........................................16
II.2.3. Fluidisasi Kontinu..............................................................................18
II.3 Sifat dan Karakteristik Partikel Unggun................................................19
II.4 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Fluidisasi.......................................23
II.5 Perilaku Gelembung pada Ketinggian unggun.........................................24
II.5.1. Perilaku Gelembung..........................................................................24
II.5.2. Ketinggian unggun.............................................................................25
II.6 Sifat-sifat Perpindahan Panas Unggun Terfluidisasi................................25
II.7. Penyimpangan dari Keadaan Ideal (Interlock)........................................27
BAB III PENUTUP............................................................................................28
KESIMPULAN...............................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
Fluidisasi berhubungan dengan banyak proses industri kimia, misalnya dalam proses
katalisasi maupun dalam proses pemurnian gas. Proses fluidisasi ini memiliki beberapa hal
penting yang harus diperhatikan, seperti jenis dan tipe fluidisasi, aplikasi dalam industri serta
spesifikasi dan cara kerja alatnya.
Aplikasi fluidisasi dalam proses industri sangat banyak. Hal ini dimulai pada tahun
1926 untuk Gasifier Winkler berskala besar lalu Fluidized-bed Catalytic Cracking (FCC)
crude oil menjadi bensin pada tahun 1942. Aplikasi tersebut semakin berkembang dan pada
tahun 1990 dapat diklasifikasikan menjadi proses-proses kimia katalitik (seperti FCC dan
sintesis Fischer-Tropsch), proses-proses kimia nonkatalitik (seperti thermal cracking dan
gasifikasi batubara), dan proses-proses fisik (seperti pengeringan dan absorpsi). Selain itu,
fluidisasi kontinu banyak dimanfaatkan dalam pabrik pengolahan untuk memindahkan
padatan dari satu tempat ke tempat lain.
Unggun terfluidisasi memiliki aplikasi yang luas karena karakteristik perpindahan
panasnya yang sangat baik. Hal ini didukung oleh berubahnya sifat dari unggun tersebut
menjadi seperti fluida sehingga perpindahan panas yang terjadi adalah secara konveksi.
Dengan demikian, partikel dan gas yang memasuki unggun terfluidisasi segera mencapai
suhu unggun dan partikel dalam unggun bersifat isotermal pada semua situasi. Keadaan
isotermal ini disebabkan oleh pencampuran yang merata dan area kontak yang luas antara gas
dan partikel.
Jadi, kita sebagai mahasiswa Teknik Kimia perlu mempelajari fluidisasi
karena pada proses yang berhubungan dengan katalisasi ataupun hal yang erat kaitanya
dengan perlakuan gas-solid dan liquid-solid, fluidisasi sangat diperlukan.
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Unggun diam
2. Dapat Mengetahui Jenis-jenis Fluidisasi
3. Dapat mengetahui Sifat dan karakteristik partikel unggun.
v
BAB II
PEMBAHASAN
Fluidisasi merupakan salah satu cara untuk mengontakkan butiran padat dengan fluida.
Apabila kecepatan fluida relative rendah, unggun tetap diam karena fluida hanya mengalir
melalui ruang antar partikel tanpa menyebabkan terjadinya perubahan susunan partikel
tersebut ( pada unggun diam, gambarII.1.a ). Apabila kecepatan fluida dinaikkan sedikit demi
sedikit, pada saat tertentu penurunan tekanan akan sama dengan gaya berat yang bekerja
terhadap butiran-butiran padat sehingga unggun mulai bergerak. Ini terjadi pada titik A
( gambar II.2 ). Unggun mengembang, pororsitas bertambah, tetapi butiran-butiran masih
saling kontak satu sama lain. Selanjutnya penurunan tekanan tidak securam pada OA. Sampai
titik B butiran-butiran masih saling kontak tetapi telah berada dalam keadaan saling lepas.
Gambar II.1 Unggun diam (a), unggun mendidih atau terfluidisasi paton (b) dan unggun
terfluidakan kontinyu / berkesinambungan (c)
vi
Gambar II.2 Penurunan tekanan dalam unggun padatan
1. Unggun diam
3. Fluidisasi batch
4. Fluidisasi kontinyu
Pada kondisi butiran yang mobil ini. Sifat unggun akan menyerupai sifat suatu cairan dengan
viskositas tinggi, misalnya ada kecendrungan untuk mengalir, mempunyai sifat dan
sebagainya (gambar II.3 ).
vii
Gambar II.3 Sifat menyerupai cairan dari unggun terfluidisasi
Atas dasar sifat-sifat diatas, maka unggun ini kemudian disebut unggun terfluidakan atau
fluidized bed.
- Dalam system padat-cair, kenaikan kecepatan air sampai diatas fluidisasi minimum akan
menyebabkan pengembangan unggun yang halus dan progresif (terus menerus). Dalam hal
ini ketidak stabilan aliran keseluruhan relative kecil dan tidak terjadi pembentukkan
gelembung yang cukup besar. Unggun yang berkelakuan seperti ini sering disebut unggun
fluidisasi cair (liquid fluidized bed) atau unggun fluidisasi homogeny.
- System padat-gas berkelakuan sangat berbeda. Pada kenaikan laju alir gas dibawah
fluidisasi minimum sudah terjadi pembentukan gelembung dan saluran (chanelling) gas, dan
gerakkan padatan menjadi lebih tidak beraturan. System seperti ini disebut unggun fluidisasi
agregatif atau unggun fluidisasi gas.
Kedua macam fluidisasi tersebut dapat digolongkan kedalam fluidisasi fase padat (ketinggian
unggun masih berada pada batas tertentu).
Pada laju alir fluida yang sanga tinggi (melebihi P), kecepatan akhir (u t) menjadi sangat
besar, sehingga batas atas unggun akan hilang (total entrainment/butiran padatan terbawa
viii
aliran fluida), porositas mendekati 1. Keadaan ini disebut fluidisasi berkesinambungan
(gambar 1.1.c) yang merupakan aliran 2 fase.
1. Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat padat secara
kontinu
2. Kecepatan pencampuran padatan yang tinggi menyebabkan reactor selalu berada
pada kecepatan isothermal, sehingga memudahkan pengendaliannya.
3. Perpindahan massa dan panas antara fluida dan padatan lebih baik dibandingkan
dengan unggun diam.
4. Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah panas yang
baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang mempunyai luas permukaan
lebih kecil.
5. Memungkinkan operasi dalam skala besar.
ix
4. Terjadinya gelembung dan kekosongan local didalam unggun seringkali tidak bisa
dihindarkan. Peristiwa ini mengakibatkan kontak antara fluida dengan padatan tidak
merata sehingga konversi reaksi menjadi kecil.
5. Pencampuran padatan yang terlau cepat akan mengakibatkan ketidak seragaman
waktu tinggal padatan didalam reactor. Untuk proses kontinu, hasil yang didapatkan
tidak seragam dan konversi rendah, khususnya untuk tingkat konversi yang tinggi.
Sedangkan untuk proses batch, pencampuran ini menguntungkan karena diperoleh
hasil yang seragam. Untuk reaksi katalitik, gerakan partikel katalis berpoti yang
menangkap dan membebaskan molekul gas pereaksi secara kontinu akan menambah
pencampuran ulang sehingga menurunkan hasil.
2. Daerah peralihan
x
II.1.2 Fenomena Fluidisasi
Jika suatu aliran udara melewati suatu partikel unggun yang ada dalam tabung, maka
aliran tersebut akan memberikan gaya seret (drag force) pada partikel dan memberikan
pressure drop sepanjang unggun. Pressure drop akan naik jika kecepatan superficial naik
(kecepatan superficial adalah kecepatan aliran jika tabung kosong).
Sementara itu, pressure drop akan tetap walaupun kecepatan superficial terus
dinaikkan dan sama dengan berat efektif unggun persatuan luas. Kecepatan superficial
terendah yang dibutuhkan untuk terjadinya fluidisasi disebut Minimum Fluidization Velocity
(Umf).
Konsep dasar dari suatu partikel unggun yang terfluidisasi dapat diilustrasikan dengan
fenomena yang terjadi saat adanya perubahan laju alir gas seperti pada gambar di bawah ini:
xi
Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat juga dapat diilustrasikan pada gambar
berikut ini:
P2
Bed x
P1
Gas in
Adapun fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi antara lain:
1. Fenomena fixed bed, terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju minimum yang dibutuhkan
untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan tetap diam. Kondisi ini
ditunjukkan pada gambar 3.
xii
2. Fenomena minimum or incipient fluidization, terjadi ketika laju alir fluida mencapai laju alir
minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada kondisi ini partikel-partikel padat
mulai terekspansi. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 4.
3. Fenomena smooth or homogenously fluidization, terjadi saat kecepatan dan distribusi aliran
fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun sama atau homogen sehingga
ekspansi pada setiap partikel padatan seragam. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 5.
xiii
penolakan sehingga partikel-partikel padat seperti terangkat. Kondisi ini dapat dilihat pada
gambar 7.
6. Fenomena chanelling fluidization, terjadi ketika dalam unggun partikel padatan terbentuk
saluran-saluran seperti tabung vertikal. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 8.
7. Fenomena disperse fluidization, terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui kecepatan
maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan terbawa aliran fluida dan
berekspansi mencapai nilai maksimum. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 9.
xiv
Gambar 9. Fenomena disperse fluidization
Pada gambar 2, terlihat bahwa perbedaan tekanan sepanjang unggun secara linear
berbanding lurus dengan laju alir volumetrik selama fluidisasi belum tercapai.
Jika padatan berupa partikel seperti pasir, ketahanan partikel tersebut terhadap
aliran fluida akan menurun dengan meningkatnya porositas partikel tersebut. Pengukuran
P pada sepanjang unggun dapat dinyatakan dengan persamaan sbb:
2
150 V s μ(1−ε ) Δx
−ΔP= 2 3
( Dp) ε
Bila Vs meningkat, meningkat dan P dijaga agar konstan. Dalam hal ini x juga
akan meningkat, akan tetapi pengaruh dari kenaikan x ini lebih kecil dibandingkan
pengaruh yang ditimbulkan oleh perubahan Adapun hubungan x, P dan kecepatan
aliran fluida dapat dilihat pada gambar 10.
Untuk kecepatan yang kurang dari kecepatan fluidisasi minimum (Umf) maka unggun
akan berperilaku sebagai packed bed. Namun, jika kecepatan aliran fluida dinaikkan
xv
melebihi Umf, maka tidak hanya unggun yang terangkat, tetapi partikel akan bergerak dan
akan saling berbenturan satu sama lain dan akhirnya keseluruhan massa partikel akan
menjadi fluida.
m
Δp= ( ρ −ρ )g
ρ p Sb p f
ρp = densitas partikel
ρf = densitas fluida
g = percepatan gravitasi
Jika laju alir ke unggun terfluidisasi diturunkan bertahap, penurunan tekanan akan
tetap konstan dan tinggi unggun akan berkurang.Walaupun demikian, tinggi unggun terakhir
akan lebih besar daripada tinggi mula-mula untuk fixed bed. Hal ini dikarenakan solid di
dalam tabung cenderung berkumpul lebih rapat daripada jika solid diam secara bertahap
dari keadaan terfluidisasi. Penurunan tekanan pada laju alir rendah lebih kecil daripada nilai
awal di fixed bed. Unggun yang terfluidisasi akan bersifat menyerupai liquid, di antaranya:
xvi
Benda yang lebih ringan akan mengapung di atas unggun (yaitu benda-benda yang
densitasnya lebih kecil daripada densitas bulk unggun),
Permukaan akan tetap horizontal bahkan dalam unggun yang miring,
Solid dapat mengalir melalui bukaan di kolom sama seperti liquid,
Unggun memiliki tekanan statis karena gravitasi, nilainya sebesar ρ ogh,
Ketinggian antara dua unggun terfluidisasi yang serupa sama dengan tekanan statik
mereka.
Dalam fluidisasi pasir dengan air, partikel-partikel bergerak menjauh satu sama lain dan
gerakannya bertambah hebat dengan meningkatnya kecepatan, tetapi densitas unggun
rata-rata pada suatu kecepatan tertentu sama di semua bagian unggun. Proses ini disebut
fluidisasi partikulat dan bercirikan ekspansi hamparan yang cukup besar tetapi seragam
pada kecepatan tinggi. (McCabe, 1985:151)
Akan tetapi, tidak semua fluida liquid pasti menghasilkan fluidisasi partikulat, hal ini
dipengaruhi oleh perbedaan densitas. Dalam kasus dimana densitas fluida dan solid tidak
terlalu berbeda, ukuran partikel kecil, dan kecepatan aliran fluida rendah, unggun akan
terluidisasi merata dengan tiap partikel bergerak sendiri-sendiri melewati jalur bebas rata-
rata (mean free path) yang relatif sama. Fase padat ini memiliki banyak karakteristik liquid
dan disebut fluidisasi partikulat. (Foust, 1959:643)
Pada fluidisasi partikulat, ekspansi yang terjadi adalah seragam dan persamaan Ergun,
yang berlaku untuk unggun diam, dapat dikatakan masih berlaku untuk unggun yang agak
xvii
mengembang. Andaikan aliran di antara partikel-partikel itu adalah laminar, persamaan
yang berlaku untuk hamparan yang mengalami ekspansi adalah (McCabe, 1985:152):
ε 3 150 V s μ
=
1−ε g ( ρ p −ρ ) φ 2 D
s p2
Partikel unggun yang lebih ringan, lebih halus, dan bersifat kohesif sangat sukar
terfluidisasi karena gaya tarik antarpartikel lebih besar daripada gaya seretnya. Partikel
cenderung melekat satu sama lain dan gas menembus unggun dengan membentuk channel.
xviii
Pengembangan volume unggun dalam fluidisasi gelembung terutama disebabkan oleh
volume yang dipakai oleh gelembung uap, karena fase rapat pada umumnya tidak
berekspansi dengan peningkatan aliran. Dalam penurunan berikut ini, aliran gas melalui fase
rapat diandaikan sama dengan Umf dikalikan dengan fraksi unggun yang diisi oleh fase
rapat, ditambah sisa aliran gas yang dibawa oleh gelembung (McCabe, 1985:154), sehingga:
V s =f b u b +(1−f b )U mf
dimana: fb = fraksi unggun yang diisi gelembung
Dalam fluidisasi agregat, fluida akan membuat gelembung pada padatan unggun dalam
tingkah laku yang khusus. Gelembung fluida meningkat melalui unggun dan pecah pada
permukaan unggun dan akan tejadi “splashing” dimana partikel unggun akan bergerak ke
atas. Seiring dengan meningkatnya kecepatan fluida, perilaku gelembung akan bertambah
besar. (Brown, 1955:269)
Keberadaan fluidisasi partikulat atau agregatif merupakan hasil dari pengaruh gaya
gravitasi pada fasa-fasa yang ada dalam unggun terfluidisasi dan juga karena mekanika
2
v
fluida ruah dari sistem. Angka Froude, D p g , yaitu rasio antara kinetik dengan energi
gravitasi merupakan salah satu kriteria penentu jenis fluidisasi apa yang terjadi. (Foust,
1959:643)
xix
Ketika laju alir fasa fluida melewati kecepatan terminal partikel, unggun terfluidisasi
akan kehilangan identitasnya karena partikel solid terbawa dalam aliran fluida. Metoda
pengangkutan ini sering digunakan dalam industri, biasanya dengan udara sebagai fasa
fluida, antara lain untuk mengangkut produk dari pengering semprot (spray dryers).
Keuntungan metoda ini adalah kehilangan yang terjadi sedikit, prosesnya bersih, dan
kemampuannya untuk memindahkan sejumlah besar solid dalam waktu singkat. Tetapi
kerugiannya antara lain ada kemungkinan terjadi kerusakan partikel solid serta korosi pada
pipa mungkin besar. (Foust, 1959:647)
Dalam fluidisasi, karena sifat-sifat partikel padat yang menyerupai sifat fluida cair dengan
viskositas tinggi, metode pengontakan fluidisasi memiliki beberapa keuntungan dan kerugian.
Padatan dalam unggun yang terfluidisasi tak pernah sama dalam ukuran dan
mengacu pada distribusi ukuran partikel tersebut. Untuk menghitung ukuran partikel rata-
rata dengan menggunakan diameter rata-rata permukaan (Kirk Othmer,1994:141).
1
d sv =
x
∑ di
pi
dimana: dp = diameter partikel rata-rata yang secara umum digunakan untuk desain
b. Densitas padatan
xx
pori-pori. Jika tidak ada nilai untuk densitas partikel, maka pendekatan untuk densitas
partikel dapat diperoleh dengan membagi dua densitas bulk.
c. Penurunan tekanan
Penurunan tekanan yang terjadi pada campuran dua fasa dinyatakan dalam beragam
bentuk, seperti static head, akselerasi dan kehilangan friksi untuk gas dan padatan. Untuk
aplikasi fluidisasi unggun di luar kondisi ketika akselerasi penurunan tekanan dapat diterima,
penurunan tekanan akan dihasilkan dari static head padatan. Untuk itu, berat suatu partikel
unggun jika dibagi dengan tinggi padatan akan menghasilkan densitas sesungguhnya dari
unggun yang terfluidisasi. Formulanya dirumuskan sebagai berikut :
PLpggc
Salah satu aspek yang akan ditinjau dalam percobaan ini adalah mengetahui besarnya
penurunan tekanan (pressure drop) di dalam unggun padatan yang terfluidakan. Hal tersebut
mempunyai arti yang cukup penting karena selain erat sekali hubungannya dengan besarnya
energi yang diperlukan, juga bisa memberikan indikasi tentang kelakuan unggun selama
operasi berlangsung. Penentuan besarnya hilang tekan di dalam unggun terfluidakan terutama
dihitung berdasarkan rumus-rumus yang diturunkan untuk unggun diam, terutama oleh Balke,
Kozeny, Carman, ataupun peneliti-peneliti lainnya.
gc = faktor gravitasi
μ = viskositas fluida
d. Sphericity
Sphericity merupakan faktor bentuk yang dinyatakan sebagai rasio dari area
permukaan volume partikel bulat yang sama dengan partikel itu dibagi dengan area
permukaan partikel.
d sv
ψ=
dv
Material yang melingkar seperti katalis dan pasir bulat memiliki nilai sphericity sebesar 0.9
atau lebih.
Umf = [(1135.7+0.0408Ar)0.5-33.71]/(gdp)
Ar = gdp3(pgg/2
Suku pertama persamaan Ergun dominan untuk aliran laminer sedangkan suku
kedua dominan pada aliran turbulen. Pengukuran Umf dapat diperoleh dari grafik P vs
Umf, yaitu sesuai titik potong atau antara bagian kurva yang datar seperti yang digambarkan
pada gambar 10.
f. Kecepatan terminal
xxii
Kecepatan terminal suatu partikel (Ut) merupakan kecepatan gas yang dibutuhkan
untuk mengatur partikel tunggal yang tersuspensi dalam aliran gas. Kecepatan terminal
suatu partikel dinyatakan dalam persamaan:
[ ]
1/2
4 gd p ( ρ p −ρ g )
U t=
3 ρg C d
24
C d=
Re p
d p Uρ g
Re p =
μ
Jadi, kecepatan terminal untuk partikel tunggal berbentuk bulat adalah
g( ρ p −ρ g ) d 2
p
U t=
18 μ untuk Rep < 0.4
[ ]
1/2
3,1( ρ p −ρ g )gd p
Ut=
ρg
untuk Rep > 500
Persamaan ini mengindikasikan bahwa untuk partikel yang berukuran kecil viskositas
merupakan faktor dominan setiap gas dan untuk partikel berukuran besar densitas
merupakan faktor yang terpenting. Kedua persamaan di atas mengabaikan gaya antar
partikel. Secara umum kecepatan selip (U selip) atau kecepatan efektif terminal untuk partikel
dalam suspensi (U*t) adalah:
Kekosongan f() dari unggun yang terfluidisasi adalah fraksi mol yang terjadi oleh
gas. Fungsi t dapat dinyatakan dengan pendekatan Kozeny-Charman berikut.
Pendekatan lain yang digunakan untuk sistem banyak fasa yaitu korelasi Richardson-
Zaki untuk partikel tunggal dalam suspensi, yaitu:
xxiii
U/Ut =n
n merupakan fungsi dari dp/D dan bilangan Re yang divariasikan dari 2.4-4.7 (Kirk Othmer,
1994:144).
g. Batas partikel
Partikel halus
Partikel kasar
Kohesif, partikel yang sangat halus
Unggun yang bergerak
h. Gaya antar partikel
Gaya antar partikel sering kali diabaikan dalam fluidisasi meskipun dalam banyak
kasus gaya ini lebih kuat dibandingkan hydrodinamic yang digunakan dalam banyak korelasi.
Gaya antar partikel yang berhubungan atau berkaitan dengan unggun yang terfluidisasi,
misalnya van der waals, elektrostatik, dan kapilaritas.
Pada kecepatan gas rendah, suatu padatan dalam tabung unggun akan berada pada
kondisi konstan seiring dengan bertambahnya kecepatan gas, gaya seret, dan gaya buoyant
mengalahkan berat partikel serta gaya antar partikel tersebut ( Kirk Othmer, 1994:147).
Pada fluidisasi minimum partikel memperlihatkan pergerakan yang minimal dan secara
langsung unggun akan sedikit terangkat.
1. Properti transfer panas yang baik dalam gas-fluidized bed. Gelembung yang
terbentuk menjaga unggun bersifat isotermal dan laju transfer panas yang tinggi
diperoleh antara unggun dan permukaan yang dicelupkan.
2. Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat padat secara
kontinu dan memudahkan pengontrolan.
xxiv
3. Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah panas yang
baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang memiliki luas permukaan
kecil.
4. Perpindahan panas dan kecepatan perpindahan mass antara partikel cukup tinggi.
5. Sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi memungkinkan
pemindahan jumlah panas yang besar dalam reaktor.
Kecepatan suatu gelembung yang bertambah besar melalui fluida unggun dinyatakan
dalam rumus:
Uhr = 0.71(gDb)0.5
Ub = (U-Umf)+Ubr
xxvi
permukaan panas yang tercelup di dalam unggun dengan unggunnya itu sendiri. Tiga
mekanisme yang menyumbangkan transfer panas antara unggun terfluidisasi dan
permukaan adalah :
a. Untuk partikel unggun dengan diameter < 500 dan densitas < 4000 kg/m 3 (kecuali
paertikel halus yang sangat kohesif), mekanisme utama adalah adanya sirkulasi antara
bulk unggun dan partikel yang berdekatan denghan permukaan panas (Particle
Convective Mechanism).
Partikel mampu mentransfer banyak panas karena mempunyai kapasitas panas pada
saat awal partikel berdekatan dengan permukaan panas, terdapat gradien suhu lokal
yang besar yaitu adanya perbedaan suhu yang besar antara bulk unggun dengan
permukaan sehingga laju perpindahan panas sangat besar. Akan tetapi, semakin lama
suhu unggun semakin mendekati suhu permukaan. Jadi untuk selang waktu tertentu
laju transfer panas semakin tinggi jika pertikel bersinggungan dengan permuikaan panas
dalam recident time yang singkat yang dapat diperoleh dengan mengatur kondisi
operasi. Tetapi harus diingat bahwa recident time yang ekstrim kecil untuk memeroleh
koefisien perpindahan panas yang paling tinggi dibatasi oleh konduktivitas panas gas
dan jarak jalur transfer panas terpendek di mana panas mengalir secara konduksi antara
partikel unggun dan permukaan panas.
b. Untuk unggun dalam ukuran atau densitas yang lebih besar, kecepatan interstisial adalah
turbulen yang berarti bahwa transfer panas konveksi melalui gas menjadi penting. Jika
transfer panas mode ini menjadi dominan maka transfer panas akan naik dengan
naiknya diameter partikel (karena makin besar partikel maka makin besar turbulensi
kecepatan interstisial).
c. Untuk suhu yang lebih tinggi akan terdapat perbedaan suhu yang sangat besar antara
unggun dan permukaan panas sehingga transfer panas secara radiasi menjadi penting.
Perpindahan kalor ke permukaan dalam sistem padat-gas koefisien perpindahan panas
ke permukaannya sangat tergantung pada kualitas fluidisasi yang terjadi (Coulson,
1968:215). Untuk menghitung koefisien perpindahan panas tersebut dapat digunakan
persamaan Dow dan Jacob berikut.
xxvii
dimana: h = koefisien perpindahan panas
D = diameter partikel
Dt = diameter tube
L = panjang unggun
sdensitas padatan
viskositas gas
Umf
xxviii
Gambar 11. Kurva karakteristik fluidisasi tidak ideal karena terjadi interlock.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Fluidisasi adalah metode pengontakan butiran-butiran padat dengan fluida baik cair
maupun gas. Dengan metode ini diharapkan butiran-butiran padat memiliki sifat
seperti fluida dengan viskositas tinggi. Sebagai ilustrasi tinjau suatu kolom berisi
sejumlah partikel padat berbentuk bola. Pada laju alir yang cukup rendah butiran
padat akan tetap diam karena gas hanya mengalir melalui ruang antar partikel tanpa
menyebabkan perubahan susunan partikel tersebut. Keadaan yang demikian disebut
unggun diam atau fixed bed. Fluidisasi adalah peristiwa dimana unggun berisi butiran
padat berkelakuan seperti fluida karena di aliri udara.Semakin besar laju alir udara
yang diberikan, maka akan semakin besar pula penurunan tekanannya.
2. Fenomena-fenomena fluidisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
Laju alir fluida dan jenis fluida
Ukuran partikel dan bentuk partikel
Jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel
Porositas unggun
Distribusi aliran,
Distribusi bentuk ukuran fluida
Diameter kolom
Tinggi unggun.
3. Unggun terfluidakan mempunyai beberapa keuntungan dan kekurangan dibandingkan
dengan unggun diam, antara lain :
Keuntungan:
a. Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat
padat secara kontinu
b. Kecepatan pencampuran padatan yang tinggi menyebabkan reactor
selalu berada pada kecepatan isothermal, sehingga memudahkan
pengendaliannya.
xxix
c. Perpindahan massa dan panas antara fluida dan padatan lebih baik
dibandingkan dengan unggun diam.
d. Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah
panas yang baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang
mempunyai luas permukaan lebih kecil.
e. Memungkinkan operasi dalam skala besar.
Kerugian
a. Selama operasi partikel-partikel padat mengalami pengikisan sehingga
karakteristik fluidisasi bias berubah dari waktu ke waktu.
b. Butiran halus akan terbawa aliran fluida sehingga mengakibatkan
kehilangan sejumlah tertentu padatan.
c. Terjadinya erosi terhadap bejana dan system pendingin oleh partikel
padatan.
d. Terjadinya gelembung dan kekosongan local didalam unggun
seringkali tidak bisa dihindarkan. Peristiwa ini mengakibatkan kontak
antara fluida dengan padatan tidak merata sehingga konversi reaksi
menjadi kecil.
e. Pencampuran padatan yang terlau cepat akan mengakibatkan ketidak
seragaman waktu tinggal padatan didalam reactor. Untuk proses
kontinu, hasil yang didapatkan tidak seragam dan konversi rendah,
khususnya untuk tingkat konversi yang tinggi. Sedangkan untuk proses
batch, pencampuran ini menguntungkan karena diperoleh hasil yang
seragam. Untuk reaksi katalitik, gerakan partikel katalis berpoti yang
menangkap dan membebaskan molekul gas pereaksi secara kontinu
akan menambah pencampuran ulang sehingga menurunkan hasil.
xxx
DAFTAR PUSTAKA
A. P. Colburn, Trans. Am. Inst. Chem. Eng., 29, 174 (1933).
T. H. Chilton dan A. P. Colburn, Ind. Eng. Chem., 27, 255 (1935).
N. Froessling, Gerland. Beitr. Geophus ., 52, 170 (1938).
W. E. Kanz, Chem. Eng. Progr., 40, 247 (1952).
W. E. Ranz dan W. R.Marshall, Chem. Eng. Progr., 48, 141 (1952).
L. T. Fan, Y. C. Yang dan C. Y. Wen , AIChE Journal, 6, 482 (1960)
S. Ergun, Chem. Eng. Progr., 48, 89 (1952)
I. Colquhoun, Lee dan J. Stepanek, Chem. Eng., Feb.,108 (1974).
D.Kunii dan O.Levenspiel, "Fluidization Engineering", John Wiley (1979)
P. Le Goff, The Concept of a "Unit of Degradation of Energy" in Fluid Flow, The Chem Eng.
J., 20, 185-195 (1980).
P. Le Goff, Energetique Industrielle, Tcane-1 : Analyse Thermodynamique et mecanique des
economies d'energie. Technique et Documentation, Paris (1982).
N. Midoux, Mecanique et Rheologie des Fluides en Genie Chimique, Technique et
Documentation, Paris (1985).
Mubiar Purwasasmita dan Herri Susanto, Diktat Kuliah Aliran Fluida untuk Teknik Kimia,
Bagian-2: Aliran Fluida dan Butiran, Jurusan Teknik Kimia ITB (1986).
Mubiar Purwasasmita, "Efisiensi dan Performansi Energetik Alat perpindahan dan Reaktor
Heterogen", PAU-Ilmu Rekayasa, Lab.Termodinamika - ITB (1988).
Gal'or, Klinzing dan Tavlardes,"Drops and bubble phenomena", Ind. Eng. Chem., 61, 21
(1969)
Tavlardes, Coulaloglou, Zeitlin, Klinzing dan Gal'or, Ind. Eng. Chem., 62, 6 (1970)
xxxi
xxxii