Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH TENTANG UNGGUN DIAM

OLEH :
MIFTHA AINUN
432 21 036
2B D-4 TKI

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PRODI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
Unggun Diam ini. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Operasi
Teknik Kimia.
Saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Harapan saya, makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk lebih memahami
tentang Unggun Diam.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar kedepannya kami dapat menjadi lebih
baik.

Makassar, 15 Desember 2022

Miftha Ainun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................1
I.1 Latar Belakang.........................................................................................2
I.2 Rumusan Masalah........................................................................................3
I.3 Tujuan...........................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................3
II.1 Pengertian Unggun Diam.........................................................................3
II.1.1 Porositas Minimum...............................................................................8
II.1.2 Fenomena Fluidisasi..........................................................................9
II.2 Jenis-jenis Fluidisasi.................................................................................16
II.2.1. Fluidisasi Partikulat...........................................................................16
II.2.2. Fluidisasi Agregat/ Fluidisasi Gelembung.........................................16
II.2.3. Fluidisasi Kontinu..............................................................................18
II.3 Sifat dan Karakteristik Partikel Unggun................................................19
II.4 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Fluidisasi.......................................23
II.5 Perilaku Gelembung pada Ketinggian unggun.........................................24
II.5.1. Perilaku Gelembung..........................................................................24
II.5.2. Ketinggian unggun.............................................................................25
II.6 Sifat-sifat Perpindahan Panas Unggun Terfluidisasi................................25
II.7. Penyimpangan dari Keadaan Ideal (Interlock)........................................27
BAB III PENUTUP............................................................................................28
KESIMPULAN...............................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Fluidisasi adalah suatu fenomena berubahnya sifat suatu padatan (bed) dalam
suatu reaktor menjadi bersifat seperti fluida dikarenakan adanya aliran fluida ke dalamnya,
baik berupa liquid maupun gas.
Perkembangan industri dewasa ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Khususnya industri pabrik yang telah banyak menggunakan teknologi modern. Mesin-mesin
produksi yang digunakan dalam sebuah industry menggunakan metode-metode
pengoperasian yang sangat bervariasi. Salah satu contoh metode yang digunakan adalah
fluidisasi. Untuk itu kami menyusun sebuah makalah tentang fluidisasi yang bertujuan untuk
memberikan pelajaran pengetahuan, dan pemahaman tentang fluidisasi. Fluidisasi itu sendiri
adalah proses yang sama dengan pencairan dimana bahan butiran dikonversi dari solid state
seperti statis ke keadaan cairan seperti dinamis. Proses ini terjadi ketika sebuah fluida (cairan
atau gas) dilewatkan ke atas melalui bahan granular.
Dalam dunia industri, fluidisasi diaplikasikan dalam banyak hal seperti transportasi
serbuk padatan (conveyor untuk solid), pencampuran padatan halus, perpindahan panas
(seperti pendinginan untuk bijih alumina panas), pelapisan plastik pada permukaan logam,
proses drying dan sizing pada pembakaran, proses pertumbuhan partikel dan kondensai bahan
yang dapat mengalami sublimasi, adsorpsi (untuk pengeringan udara dengan adsorben), dan
masih banyak aplikasi lain.
Jika suatu aliran udara melewati partikel unggun yang ada dalam tabung, maka aliran
tersebut akan memberikan gaya seret (drag force) pada partikel dan menimbulkan pressure
drop sepanjang unggun. Pressure drop akan naik jika kecepatan superficial naik.
Kecepatan superfisial adalah laju alir udara pada kolom yang kosong, sedangkan
kecepatan interstitial adalah kecepatan udara di antara partikel unggun. Pada kecepatan
superfisial rendah, ungun mula-mula diam. Jika kecepatan superfisial dinaikkan maka pada
suatu saat gaya seret fluida menyebabkan unggun mengembang dan menyebabkan tahanan
terhadap aliran udara mengecil, sampai akhirnya gaya seret tersebut cukup untuk mendukung
gaya berat partikel unggun. Hal ini menyebabkan unggun terfluidisasi dan sistem solid-fluida
menunjukkan sifat-sifat seperti fluida. Kecepatan superfisial terendah yang dibutuhkan agar
terjadi fluidisasi disebut minimum fluidization velocity (Umf).

iv
Fluidisasi berhubungan dengan banyak proses industri kimia, misalnya dalam proses
katalisasi maupun dalam proses pemurnian gas. Proses fluidisasi ini memiliki beberapa hal
penting yang harus diperhatikan, seperti jenis dan tipe fluidisasi, aplikasi dalam industri serta
spesifikasi dan cara kerja alatnya.
Aplikasi fluidisasi dalam proses industri sangat banyak. Hal ini dimulai pada tahun
1926 untuk Gasifier Winkler berskala besar lalu Fluidized-bed Catalytic Cracking (FCC)
crude oil menjadi bensin pada tahun 1942. Aplikasi tersebut semakin berkembang dan pada
tahun 1990 dapat diklasifikasikan menjadi proses-proses kimia katalitik (seperti FCC dan
sintesis Fischer-Tropsch), proses-proses kimia nonkatalitik (seperti thermal cracking dan
gasifikasi batubara), dan proses-proses fisik (seperti pengeringan dan absorpsi). Selain itu,
fluidisasi kontinu banyak dimanfaatkan dalam pabrik pengolahan untuk memindahkan
padatan dari satu tempat ke tempat lain.
Unggun terfluidisasi memiliki aplikasi yang luas karena karakteristik perpindahan
panasnya yang sangat baik. Hal ini didukung oleh berubahnya sifat dari unggun tersebut
menjadi seperti fluida sehingga perpindahan panas yang terjadi adalah secara konveksi.
Dengan demikian, partikel dan gas yang memasuki unggun terfluidisasi segera mencapai
suhu unggun dan partikel dalam unggun bersifat isotermal pada semua situasi. Keadaan
isotermal ini disebabkan oleh pencampuran yang merata dan area kontak yang luas antara gas
dan partikel.
Jadi, kita sebagai mahasiswa Teknik Kimia perlu mempelajari fluidisasi
karena pada proses yang berhubungan dengan katalisasi ataupun hal yang erat kaitanya
dengan perlakuan gas-solid dan liquid-solid, fluidisasi sangat diperlukan.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Unggun diam?
2. Jenis-jenis Fluidisasi?
3. Bagaimana Sifat dan karakteristik partikel unggun ?

I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Unggun diam
2. Dapat Mengetahui Jenis-jenis Fluidisasi
3. Dapat mengetahui Sifat dan karakteristik partikel unggun.

v
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Unggun Diam

Fluidisasi merupakan salah satu cara untuk mengontakkan butiran padat dengan fluida.
Apabila kecepatan fluida relative rendah, unggun tetap diam karena fluida hanya mengalir
melalui ruang antar partikel tanpa menyebabkan terjadinya perubahan susunan partikel
tersebut ( pada unggun diam, gambarII.1.a ). Apabila kecepatan fluida dinaikkan sedikit demi
sedikit, pada saat tertentu penurunan tekanan akan sama dengan gaya berat yang bekerja
terhadap butiran-butiran padat sehingga unggun mulai bergerak. Ini terjadi pada titik A
( gambar II.2 ). Unggun mengembang, pororsitas bertambah, tetapi butiran-butiran masih
saling kontak satu sama lain. Selanjutnya penurunan tekanan tidak securam pada OA. Sampai
titik B butiran-butiran masih saling kontak tetapi telah berada dalam keadaan saling lepas.

Gambar  II.1  Unggun diam (a), unggun mendidih atau terfluidisasi paton (b) dan unggun
terfluidakan kontinyu / berkesinambungan (c)

vi
Gambar II.2   Penurunan tekanan dalam unggun padatan

1.      Unggun diam

2.      Daerah peraliran / intermediate

3.      Fluidisasi batch

4.      Fluidisasi kontinyu

Peningkatan kecepatan selanjutnya akan menyebabkan butiran-butiran terpisah lepas satu


sama lain sehingga bias bergerak dengan lebih mudah ( unggun tersuspensi dalam aliran
fluida yang melewatiya ) dan mulailah unggun terfluidakan ( titik F ). Butiran-butiran
bergerak terus kearah sembarang tetapi masih dalam batas tinggi tertentu ( gambar II.1.b ). Isi
tabung menyerupai cairan mendidih dan diberi istilah “unggun mendidih”. Setelah mencapai
ketinggian tertentu, butiran-butiran akan jatuh kembali. Hanya partikel paling halus terbawa
aliran fluida ( entrainment tidak berarti ) ini disebut fluidisasi batch. Mulai dari titik F,
penurunan tekanan terhadap kecepatan lebih kecil dibandingkan dengan penurunan tekanan
pada unggun diam.

Pada kondisi butiran yang mobil ini. Sifat unggun akan menyerupai sifat suatu cairan dengan
viskositas tinggi, misalnya ada kecendrungan untuk mengalir, mempunyai sifat       dan
sebagainya (gambar II.3 ).

vii
Gambar II.3  Sifat menyerupai cairan dari unggun terfluidisasi

Atas dasar sifat-sifat diatas, maka unggun ini kemudian disebut unggun terfluidakan atau
fluidized bed.

-     Dalam system padat-cair, kenaikan kecepatan air sampai diatas fluidisasi minimum akan
menyebabkan pengembangan unggun yang halus dan progresif (terus menerus). Dalam hal
ini ketidak stabilan aliran keseluruhan relative kecil dan tidak terjadi pembentukkan
gelembung yang cukup besar. Unggun yang berkelakuan seperti ini sering disebut unggun
fluidisasi cair (liquid fluidized bed) atau unggun fluidisasi homogeny.

-    System padat-gas berkelakuan sangat berbeda. Pada kenaikan laju alir gas dibawah
fluidisasi minimum sudah terjadi pembentukan gelembung dan saluran (chanelling) gas, dan
gerakkan padatan menjadi lebih tidak beraturan. System seperti ini disebut unggun fluidisasi
agregatif atau unggun fluidisasi gas.

Kedua macam fluidisasi tersebut dapat digolongkan kedalam fluidisasi fase padat (ketinggian
unggun masih berada pada batas tertentu).

Pada laju alir fluida yang sanga tinggi (melebihi P), kecepatan akhir (u t) menjadi sangat
besar, sehingga batas atas unggun akan hilang (total entrainment/butiran padatan terbawa

viii
aliran fluida), porositas mendekati 1. Keadaan ini disebut fluidisasi berkesinambungan
(gambar 1.1.c) yang merupakan aliran 2 fase.

Penggunaan operasi fluidisasi didalam industry

1. Proses fisika      : transprtasi, penukar panas, pengeringan, pencampuran serbuk halus,


pelapisan bahan plastik pada permukaan logam, pengecilan/pembesaran partikel dan
adsorpso.
2. Proses kimia     :  oksidasi etilena, pembuatan anhidrida ftalat, cracking hidrokarbon
dan lain-lain.

Di dalam pemakaiannya, unggun terfluidakan mempunyai beberapa keuntungan


dibandingkan dengan unggun diam, antara lain :

1. Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat padat secara
kontinu
2. Kecepatan pencampuran padatan yang tinggi menyebabkan reactor selalu berada
pada kecepatan isothermal, sehingga memudahkan pengendaliannya.
3. Perpindahan massa dan panas antara fluida dan padatan lebih baik dibandingkan
dengan unggun diam.
4. Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah panas yang
baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang mempunyai luas permukaan
lebih kecil.
5. Memungkinkan operasi dalam skala besar.

Beberapa kerugian pemakaian unggun terfluidakan :

1. Selama operasi partikel-partikel padat mengalami pengikisan sehingga karakteristik


fluidisasi bias berubah dari waktu ke waktu.
2. Butiran halus akan terbawa aliran fluida sehingga mengakibatkan kehilangan
sejumlah tertentu padatan.
3. Terjadinya erosi terhadap bejana dan system pendingin oleh partikel padatan.

ix
4. Terjadinya gelembung dan kekosongan local didalam unggun seringkali tidak bisa
dihindarkan. Peristiwa ini mengakibatkan kontak antara fluida dengan padatan tidak
merata sehingga konversi reaksi menjadi kecil.
5. Pencampuran padatan yang terlau cepat akan mengakibatkan ketidak seragaman
waktu tinggal padatan didalam reactor. Untuk proses kontinu, hasil yang didapatkan
tidak seragam dan konversi rendah, khususnya untuk tingkat konversi yang tinggi.
Sedangkan untuk proses batch, pencampuran ini menguntungkan karena diperoleh
hasil yang seragam. Untuk reaksi katalitik, gerakan partikel katalis berpoti yang
menangkap dan membebaskan molekul gas pereaksi secara kontinu akan menambah
pencampuran ulang sehingga menurunkan hasil.

II.1.1 Porositas Minimum


Sejak unggun mulai mengembang (gambar II.2, titik A), porositas bertambah dengan
bertambahnya kecepatan (lihat gambar II.4). Porositas naik secara liniear dengan logaritma
kecepatan.

Gambar II.1 : porositas unggun Vs log kecepatan

1.      Daerah unggun statis

2.      Daerah peralihan

3.      Daerah fluidisasi batch

4.      Daerah fluidisasi kontinyu

x
II.1.2 Fenomena Fluidisasi
Jika suatu aliran udara melewati suatu partikel unggun yang ada dalam tabung, maka
aliran tersebut akan memberikan gaya seret (drag force) pada partikel dan memberikan
pressure drop sepanjang unggun. Pressure drop akan naik jika kecepatan superficial naik
(kecepatan superficial adalah kecepatan aliran jika tabung kosong).

Pada kecepatan superficial rendah, unggun mula-mula diam. Jika kecepatan


superficial dinaikkan maka pada suatu saat gaya seret fluida menyebabkan unggun
mengembang dan tahanan terhadap aliran udara mengecil, sampai akhirnya gaya seret
tersebut cukup untuk mendukung gaya berat partikel unggun dan unggun akan terfluidisasi.

Sementara itu, pressure drop akan tetap walaupun kecepatan superficial terus
dinaikkan dan sama dengan berat efektif unggun persatuan luas. Kecepatan superficial
terendah yang dibutuhkan untuk terjadinya fluidisasi disebut Minimum Fluidization Velocity
(Umf).

Konsep dasar dari suatu partikel unggun yang terfluidisasi dapat diilustrasikan dengan
fenomena yang terjadi saat adanya perubahan laju alir gas seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. Fenomena fluidisasi dengan variasi laju alir gas

xi
Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat juga dapat diilustrasikan pada gambar
berikut ini:

P2

Bed x

P1

Gas in

Gambar 2. Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat

Adapun fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi antara lain:

1. Fenomena fixed bed, terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju minimum yang dibutuhkan
untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan tetap diam. Kondisi ini
ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 3. Fenomena fixed bed

xii
2. Fenomena minimum or incipient fluidization, terjadi ketika laju alir fluida mencapai laju alir
minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada kondisi ini partikel-partikel padat
mulai terekspansi. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 4.

Gambar 4 Fenomena minimum or incipient fluidization

3. Fenomena smooth or homogenously fluidization, terjadi saat kecepatan dan distribusi aliran
fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun sama atau homogen sehingga
ekspansi pada setiap partikel padatan seragam. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 5.

Gambar 5. Fenomena smooth or homogrnously fluidization

4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung–gelembung pada unggun


terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen. Kondisi ini ditunjukkan pada
gambar 6.

Gambar 6. Fenomena bubbling fluidization

5. Fenomena slugging fluidization, terjadi ketika gelembung-gelembung besar yang mencapai


lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel padat. Pada kondisi ini terjadi

xiii
penolakan sehingga partikel-partikel padat seperti terangkat. Kondisi ini dapat dilihat pada
gambar 7.

Gambar 7. fenomena slugging fluidization

6. Fenomena chanelling fluidization, terjadi ketika dalam unggun partikel padatan terbentuk
saluran-saluran seperti tabung vertikal. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 8.

Gambar 8. Fenomena chanelling fluidization

7. Fenomena disperse fluidization, terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui kecepatan
maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan terbawa aliran fluida dan
berekspansi mencapai nilai maksimum. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 9.

xiv
Gambar 9. Fenomena disperse fluidization

Fenomena-fenomena fluidisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

a. Laju alir fluida dan jenis fluida


b. Ukuran partikel dan bentuk partikel
c. Jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel
d. Porositas unggun
e. Distribusi aliran,
f. Distribusi bentuk ukuran fluida
g. Diameter kolom
h. Tinggi unggun.

Faktor-faktor di atas merupakan variabel-variabel dalam proses fluidisasi yang akan


menentukan karakteristik proses fluidisasi tersebut. Selain itu, fenomena pada gambar 2 dapat
dijelaskan melalui persamaan Bernoulli dengan aliran laminer sebagai berikut, yaitu:
2
150V s μ(1−ε) Δx
F= 2 3
( Dp) ε ρ dan PgzF

Pada gambar 2, terlihat bahwa perbedaan tekanan sepanjang unggun secara linear
berbanding lurus dengan laju alir volumetrik selama fluidisasi belum tercapai.

Jika padatan berupa partikel seperti pasir, ketahanan partikel tersebut terhadap
aliran fluida akan menurun dengan meningkatnya porositas partikel tersebut. Pengukuran
P pada sepanjang unggun dapat dinyatakan dengan persamaan sbb:
2
150 V s μ(1−ε ) Δx
−ΔP= 2 3
( Dp) ε

Bila Vs meningkat, meningkat dan P dijaga agar konstan. Dalam hal ini x juga
akan meningkat, akan tetapi pengaruh dari kenaikan x ini lebih kecil dibandingkan
pengaruh yang ditimbulkan oleh perubahan Adapun hubungan x, P dan kecepatan
aliran fluida dapat dilihat pada gambar 10.

Untuk kecepatan yang kurang dari kecepatan fluidisasi minimum (Umf) maka unggun
akan berperilaku sebagai packed bed. Namun, jika kecepatan aliran fluida dinaikkan

xv
melebihi Umf, maka tidak hanya unggun yang terangkat, tetapi partikel akan bergerak dan
akan saling berbenturan satu sama lain dan akhirnya keseluruhan massa partikel akan
menjadi fluida.

Gambar 10. Transition from packed bed to fluidized bed

Selama fluidisasi, penurunan tekanan sepanjang unggun akan tetap walaupun


kecepatan superfisial terus dinaikkan dan sama dengan berat efektif unggun persatuan luas:

m
Δp= ( ρ −ρ )g
ρ p Sb p f

dimana: m = massa partikel

ρp = densitas partikel

Sb = luas area unggun

ρf = densitas fluida

g = percepatan gravitasi

Jika laju alir ke unggun terfluidisasi diturunkan bertahap, penurunan tekanan akan
tetap konstan dan tinggi unggun akan berkurang.Walaupun demikian, tinggi unggun terakhir
akan lebih besar daripada tinggi mula-mula untuk fixed bed. Hal ini dikarenakan solid di
dalam tabung cenderung berkumpul lebih rapat daripada jika solid diam secara bertahap
dari keadaan terfluidisasi. Penurunan tekanan pada laju alir rendah lebih kecil daripada nilai
awal di fixed bed. Unggun yang terfluidisasi akan bersifat menyerupai liquid, di antaranya:

xvi
 Benda yang lebih ringan akan mengapung di atas unggun (yaitu benda-benda yang
densitasnya lebih kecil daripada densitas bulk unggun),
 Permukaan akan tetap horizontal bahkan dalam unggun yang miring,
 Solid dapat mengalir melalui bukaan di kolom sama seperti liquid,
 Unggun memiliki tekanan statis karena gravitasi, nilainya sebesar ρ ogh,
 Ketinggian antara dua unggun terfluidisasi yang serupa sama dengan tekanan statik
mereka.

II.2 Jenis-jenis Fluidisasi

II.2.1. Fluidisasi Partikulat

Dalam fluidisasi pasir dengan air, partikel-partikel bergerak menjauh satu sama lain dan
gerakannya bertambah hebat dengan meningkatnya kecepatan, tetapi densitas unggun
rata-rata pada suatu kecepatan tertentu sama di semua bagian unggun. Proses ini disebut
fluidisasi partikulat dan bercirikan ekspansi hamparan yang cukup besar tetapi seragam
pada kecepatan tinggi. (McCabe, 1985:151)

Akan tetapi, tidak semua fluida liquid pasti menghasilkan fluidisasi partikulat, hal ini
dipengaruhi oleh perbedaan densitas. Dalam kasus dimana densitas fluida dan solid tidak
terlalu berbeda, ukuran partikel kecil, dan kecepatan aliran fluida rendah, unggun akan
terluidisasi merata dengan tiap partikel bergerak sendiri-sendiri melewati jalur bebas rata-
rata (mean free path) yang relatif sama. Fase padat ini memiliki banyak karakteristik liquid
dan disebut fluidisasi partikulat. (Foust, 1959:643)

Pada fluidisasi partikulat, ekspansi yang terjadi adalah seragam dan persamaan Ergun,
yang berlaku untuk unggun diam, dapat dikatakan masih berlaku untuk unggun yang agak

xvii
mengembang. Andaikan aliran di antara partikel-partikel itu adalah laminar, persamaan
yang berlaku untuk hamparan yang mengalami ekspansi adalah (McCabe, 1985:152):

ε 3 150 V s μ
=
1−ε g ( ρ p −ρ ) φ 2 D
s p2

II.2.2. Fluidisasi Agregat/ Fluidisasi Gelembung


Unggun yang difluidisasikan dengan udara biasanya menunjukkan fluidisasi agregat.
Pada kecepatan superfisial yang jauh melebihi Umf, kebanyakan gas akan melewati unggun
sebagai gelembung atau rongga-rongga kosong yang tidak berisikan zat padat dan hanya
sebagian kecil gas yang mengalir dalam saluran-saluran yang terbentuk di antara partikel.
Gelembung yang terbentuk berperilaku hampir sama dengan gelembung udara di dalam air
atau gelembung uap di dalam zat cair yang mendidih, dan karena itu fluidisasi jenis ini sering
disebut fluidisasi didih (boiling bed). (McCabe, 1985:151)

Gelembung-gelembung yang terbentuk cenderung bersatu dan menjadi besar pada


waktu naik melalui hamparan fluidisasi itu. Jika kolom yang digunakan berdiameter kecil
dengan hamparan zat padat yang tebal, gelembung itu mungkin berkembang hingga
memenuhi seluruh penampang. Gelembung-gelembung yang beriringan lalu bergerak ke
puncak kolom terpisah dari zat padat yang seakan-akan tersumbat. Peristiwa ini disebut
penyumbatan (slugging). (McCabe, 1985:151)

Penyamarataan bahwa fluida gas pasti menghasilkan fluidisasi gelembung tidak


sepenuhnya benar. Perbedaan densitas merupakan parameter yang penting. Pada kasus
dimana densitas fluida dan solid berbeda jauh atau ukuran partikel besar, kecepatan aliran
fluida yang dibutuhkan lebih besar dan fluidisasi yang terjadi tidak merata. Sebagian besar
fluida melewati unggun dalam bentuk gelembung (bubbles). Di sini, unggun memiliki banyak
karakteristik liquid dengan fasa fluida terjadi pada saat gas menggelembung melewati
unggun. Fluidisasi jenis ini disebut fluidisasi agregat. (Foust, 1959:643)

Partikel unggun yang lebih ringan, lebih halus, dan bersifat kohesif sangat sukar
terfluidisasi karena gaya tarik antarpartikel lebih besar daripada gaya seretnya. Partikel
cenderung melekat satu sama lain dan gas menembus unggun dengan membentuk channel.

xviii
Pengembangan volume unggun dalam fluidisasi gelembung terutama disebabkan oleh
volume yang dipakai oleh gelembung uap, karena fase rapat pada umumnya tidak
berekspansi dengan peningkatan aliran. Dalam penurunan berikut ini, aliran gas melalui fase
rapat diandaikan sama dengan Umf dikalikan dengan fraksi unggun yang diisi oleh fase
rapat, ditambah sisa aliran gas yang dibawa oleh gelembung (McCabe, 1985:154), sehingga:

V s =f b u b +(1−f b )U mf
dimana: fb = fraksi unggun yang diisi gelembung

ub = kecepatan rata-rata gelembung

Dalam fluidisasi agregat, fluida akan membuat gelembung pada padatan unggun dalam
tingkah laku yang khusus. Gelembung fluida meningkat melalui unggun dan pecah pada
permukaan unggun dan akan tejadi “splashing” dimana partikel unggun akan bergerak ke
atas. Seiring dengan meningkatnya kecepatan fluida, perilaku gelembung akan bertambah
besar. (Brown, 1955:269)

Keberadaan fluidisasi partikulat atau agregatif merupakan hasil dari pengaruh gaya
gravitasi pada fasa-fasa yang ada dalam unggun terfluidisasi dan juga karena mekanika
2
v
fluida ruah dari sistem. Angka Froude, D p g , yaitu rasio antara kinetik dengan energi
gravitasi merupakan salah satu kriteria penentu jenis fluidisasi apa yang terjadi. (Foust,
1959:643)

II.2.3. Fluidisasi Kontinu


Bila kecepatan fluida melalui hamparan zat padat cukup besar, maka semua partikel
dalam hamparan itu akan terbawa ikut oleh fluida hingga memberikan suatu fluidisasi
kontinu. Prinsip fluidisasi ini terutama diterapkan dalam pengangkutan zat padat dari suatu
titik ke titik lain dalam suatu pabrik pengolahan di samping ada beberapa reaktor gas zat
padat lama yang bekerja dengan prinsip ini. Contohnya adalah dalam tranportasi lumpur
dan tranportasi pneumatic. (McCabe, 1985:151)

xix
Ketika laju alir fasa fluida melewati kecepatan terminal partikel, unggun terfluidisasi
akan kehilangan identitasnya karena partikel solid terbawa dalam aliran fluida. Metoda
pengangkutan ini sering digunakan dalam industri, biasanya dengan udara sebagai fasa
fluida, antara lain untuk mengangkut produk dari pengering semprot (spray dryers).
Keuntungan metoda ini adalah kehilangan yang terjadi sedikit, prosesnya bersih, dan
kemampuannya untuk memindahkan sejumlah besar solid dalam waktu singkat. Tetapi
kerugiannya antara lain ada kemungkinan terjadi kerusakan partikel solid serta korosi pada
pipa mungkin besar. (Foust, 1959:647)

Dalam fluidisasi, karena sifat-sifat partikel padat yang menyerupai sifat fluida cair dengan
viskositas tinggi, metode pengontakan fluidisasi memiliki beberapa keuntungan dan kerugian.

II.3 Sifat dan Karakteristik Partikel Unggun


a. Ukuran partikel

Padatan dalam unggun yang terfluidisasi tak pernah sama dalam ukuran dan
mengacu pada distribusi ukuran partikel tersebut. Untuk menghitung ukuran partikel rata-
rata dengan menggunakan diameter rata-rata permukaan (Kirk Othmer,1994:141).

1
d sv =
x
∑ di
pi

dimana: dp = diameter partikel rata-rata yang secara umum digunakan untuk desain

dsv = diameter dari suatu bidang

b. Densitas padatan

Padatan dapat dibedakan menjadi 3 bagian berdasarkan densitasnya yaitu bulk,


skeletel, dan particle. Densitas bulk merupakan pengukuran berat dari keseluruhan partikel
dibagi dengan volume partikel. Pengukuran ini menyertakan faktor kekosongan dalam pori-
pori partikel. Skeletel adalah densitas suatu padatan jika porositasnya nol. Adapun densitas
partikel adalah berat dari suatu partikel dibagi dengan volumenya dengan menyertakan

xx
pori-pori. Jika tidak ada nilai untuk densitas partikel, maka pendekatan untuk densitas
partikel dapat diperoleh dengan membagi dua densitas bulk.

c. Penurunan tekanan

Penurunan tekanan yang terjadi pada campuran dua fasa dinyatakan dalam beragam
bentuk, seperti static head, akselerasi dan kehilangan friksi untuk gas dan padatan. Untuk
aplikasi fluidisasi unggun di luar kondisi ketika akselerasi penurunan tekanan dapat diterima,
penurunan tekanan akan dihasilkan dari static head padatan. Untuk itu, berat suatu partikel
unggun jika dibagi dengan tinggi padatan akan menghasilkan densitas sesungguhnya dari
unggun yang terfluidisasi. Formulanya dirumuskan sebagai berikut :

PLpggc

Salah satu aspek yang akan ditinjau dalam percobaan ini adalah mengetahui besarnya
penurunan tekanan (pressure drop) di dalam unggun padatan yang terfluidakan. Hal tersebut
mempunyai arti yang cukup penting karena selain erat sekali hubungannya dengan besarnya
energi yang diperlukan, juga bisa memberikan indikasi tentang kelakuan unggun selama
operasi berlangsung. Penentuan besarnya hilang tekan di dalam unggun terfluidakan terutama
dihitung berdasarkan rumus-rumus yang diturunkan untuk unggun diam, terutama oleh Balke,
Kozeny, Carman, ataupun peneliti-peneliti lainnya.

Korelasi-korelasi matematik yang menggambarkan hubuangan antara hilang tekan


dengan laju alir fluida di dalam suatu sistem unggun diam diperoleh pertama kali pada tahun
1922 oleh Blake melalui metode-metode yang bersifat semi empiris, yaitu dengan
menggunakan bilangan-bilangan tidak berdimensi. Untuk aliran laminer dengan kehilangan
energi terutama disebabkan oleh gaya viscous, Blake memberikan hubungan :
2
ΔP kμS
gc=
L ε3
dimana:

ΔP/L = hilang tekan per satuan panjang/ tinggi unggun

gc = faktor gravitasi

μ = viskositas fluida

ε = porositas unggun yang didefinisikan sebagai perbandingan volume ruang kosong


didalam unggun dengan volume unggun
xxi
u = kecepatan alir superfisial fluida

S = luas permukaan spesifik partikel

d. Sphericity

Sphericity merupakan faktor bentuk yang dinyatakan sebagai rasio dari area
permukaan volume partikel bulat yang sama dengan partikel itu dibagi dengan area
permukaan partikel.

d sv
ψ=
dv

Material yang melingkar seperti katalis dan pasir bulat memiliki nilai sphericity sebesar 0.9
atau lebih.

e. Kecepatan Fluidisasi Minimum (Umf)

Kecepatan fluidisasi minimum adalah kecepatan superficial terendah yang


dibutuhkan untuk terjadinya fluidisasi. Umf dapat dicari dengan menggunakan persamaan

Umf = [(1135.7+0.0408Ar)0.5-33.71]/(gdp)

Di mana bilangan Archimides (Ar) adalah :

Ar = gdp3(pgg/2

Untuk memprediksi Umf, Ergun menurunkan suatu korelasi dengan cara


menyamakan pressure drop pada saat Umf dengan berat unggun persatuan luas dan
diperoleh persamaan sebagai berikut.

Suku pertama persamaan Ergun dominan untuk aliran laminer sedangkan suku
kedua dominan pada aliran turbulen. Pengukuran Umf dapat diperoleh dari grafik P vs
Umf, yaitu sesuai titik potong atau antara bagian kurva yang datar seperti yang digambarkan
pada gambar 10.

f. Kecepatan terminal

xxii
Kecepatan terminal suatu partikel (Ut) merupakan kecepatan gas yang dibutuhkan
untuk mengatur partikel tunggal yang tersuspensi dalam aliran gas. Kecepatan terminal
suatu partikel dinyatakan dalam persamaan:

[ ]
1/2
4 gd p ( ρ p −ρ g )
U t=
3 ρg C d

Dalam aliran laminer dan mengikuti Hukum Stokes:

24
C d=
Re p

d p Uρ g
Re p =
μ
Jadi, kecepatan terminal untuk partikel tunggal berbentuk bulat adalah

g( ρ p −ρ g ) d 2
p
U t=
18 μ untuk Rep < 0.4

Dan untuk partikel besar dengan Cd = 0.43

[ ]
1/2
3,1( ρ p −ρ g )gd p
Ut=
ρg
untuk Rep > 500

Persamaan ini mengindikasikan bahwa untuk partikel yang berukuran kecil viskositas
merupakan faktor dominan setiap gas dan untuk partikel berukuran besar densitas
merupakan faktor yang terpenting. Kedua persamaan di atas mengabaikan gaya antar
partikel. Secara umum kecepatan selip (U selip) atau kecepatan efektif terminal untuk partikel
dalam suspensi (U*t) adalah:

Uselip = U*t = Ut . f()

Kekosongan f() dari unggun yang terfluidisasi adalah fraksi mol yang terjadi oleh
gas. Fungsi t dapat dinyatakan dengan pendekatan Kozeny-Charman berikut.

f() = 0.1 2/(1-

Pendekatan lain yang digunakan untuk sistem banyak fasa yaitu korelasi Richardson-
Zaki untuk partikel tunggal dalam suspensi, yaitu:

xxiii
U/Ut =n

n merupakan fungsi dari dp/D dan bilangan Re yang divariasikan dari 2.4-4.7 (Kirk Othmer,
1994:144).

g. Batas partikel

Partikel diklasifikasikan berdasarkan bagaimana partikel tersebut terfluidisasi dalam


udara pada kondisi tertentu. Partikel tersebut dapat diklasifikasikan menjadi:

 Partikel halus
 Partikel kasar
 Kohesif, partikel yang sangat halus
 Unggun yang bergerak
h. Gaya antar partikel

Gaya antar partikel sering kali diabaikan dalam fluidisasi meskipun dalam banyak
kasus gaya ini lebih kuat dibandingkan hydrodinamic yang digunakan dalam banyak korelasi.
Gaya antar partikel yang berhubungan atau berkaitan dengan unggun yang terfluidisasi,
misalnya van der waals, elektrostatik, dan kapilaritas.

i. Daerah batas fluidisasi (fluidization regimes)

Pada kecepatan gas rendah, suatu padatan dalam tabung unggun akan berada pada
kondisi konstan seiring dengan bertambahnya kecepatan gas, gaya seret, dan gaya buoyant
mengalahkan berat partikel serta gaya antar partikel tersebut ( Kirk Othmer, 1994:147).
Pada fluidisasi minimum partikel memperlihatkan pergerakan yang minimal dan secara
langsung unggun akan sedikit terangkat.

II.4 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Fluidisasi


Kelebihan dari teknik fluidisasi adalah:

1. Properti transfer panas yang baik dalam gas-fluidized bed. Gelembung yang
terbentuk menjaga unggun bersifat isotermal dan laju transfer panas yang tinggi
diperoleh antara unggun dan permukaan yang dicelupkan.
2. Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat padat secara
kontinu dan memudahkan pengontrolan.

xxiv
3. Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah panas yang
baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang memiliki luas permukaan
kecil.
4. Perpindahan panas dan kecepatan perpindahan mass antara partikel cukup tinggi.
5. Sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi memungkinkan
pemindahan jumlah panas yang besar dalam reaktor.

Kekurangan dari teknik fluidisasi adalah:

1. Kecepatan fluida yang digunakan terbatas pada jangkauan dimana unggun


terfluidisasi. Jika kecepatan jauh lebih besar dari Umf, dapat terjadi kehilangan
material yang cukup besar akibat terbawa keluar dari unggun serta ada kemungkinan
terjadi kerusakan partikel karena kecepatan operasi yang terlalu besar.
2. Tenaga untuk memompa fluida sehingga terjadi fluidisasi harus besar untuk unggun
yang besar dan dalam.
3. Ukuran dan tipe partikel yang dapat digunakan dalam teknik ini terbatas.
4. Karena sifat unggun terfluidisasi yang kompleks, seringkali terjadi kesulitan dalam
mengubah skala kecil menjadi skala industri.
5. Adanya erosi terhadap bejana dan sistem pendingin.
6. Butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya sejumlah
tertentu padatan.

II.5 Perilaku Gelembung pada Ketinggian unggun


II.5.1. Perilaku Gelembung
Gelembung yang lebih besar cenderung naik lebih cepat dibanding gelembung yang
kecil sehingga antar gelembung akan terjadi tumbukan dan bergabung (coalescence) dan
gelembung semakin bertambah besar. Dinding tabung juga mempengaruhi gerekan
gelembung sehingga gelembung cenderung bergerak ke arah dalam unggun.

Gelembung terjadi dalam kebanyakan unggun yang terfluidisasi dan peranannya


sangat penting karena akibat laju dari perubahan massa atau energi di antara gas dan
padatan dalam unggun. Gelembung terbentuk dalam unggun yang terfluidisasi dari
ketidakstabilan sistem 2 fasa. Pengontrolan ukuran gelembung dapat diperoleh dengan
mengontrol distribusi ukuran partikel atau dengan meningkatkan kecepatan gas.
xxv
Mengacu pada teori gelembung dua fasa dan fluidisasi, semua gas yang dibutuhkan
untuk fluidisasi minimum melewati unggun dalam proses pembentukan gelembung.
Gelembung meningkat melalui unggun dalam 2 kondisi yang berbeda. Gelembung yang
meningkat secara padat dapat terjadi pada kecepatan gas kurang dari Umf dan hal ini
memberikan kesempatan untuk gas melewati partikel unggun dan sirkuit pendek melalui
gelembung menuju ke permukaan unggun.

Kecepatan suatu gelembung yang bertambah besar melalui fluida unggun dinyatakan
dalam rumus:

Uhr = 0.71(gDb)0.5

Jika terjadi slugging, berlaku persamaan

Uhr = Uslug = 0.35(gD)0.5

Jadi kecepatan aktual peningkatan gelembung dalam unggun yang terfluidisasi


dinyatakan dengan rumus:

Ub = (U-Umf)+Ubr

II.5.2. Ketinggian unggun


Tinggi unggun dapat diplot terhadap kecepatan superficial. Untuk kecepatan
superficial tinggi permukaan berfluktuasi karena pecahnya gelembung di permukaan
sehingga ketinggian unggun hanya dapat diukur dengan perkiraan.

II.6 Sifat-sifat Perpindahan Panas Unggun Terfluidisasi


Unggun yang terfluidisasi oleh gelembung-gelembung tercampur dengan sangat baik
karena pertikel-partikel unggun tersirkulasi oleh gelembung udara yang naik. Akibatnya,
suhu unggun sangat seragam walaupun terdapat reaksi yang sangat eksoterm. Jika luas
permukaan tranfer panas antara gas dan unggun cukup tinggi, gas dan pertikel cepat
mencapai suhu yang sama. Laju transfer panas yang tinggi dapat diperoleh antara

xxvi
permukaan panas yang tercelup di dalam unggun dengan unggunnya itu sendiri. Tiga
mekanisme yang menyumbangkan transfer panas antara unggun terfluidisasi dan
permukaan adalah :

a. Untuk partikel unggun dengan diameter < 500 dan densitas < 4000 kg/m 3 (kecuali
paertikel halus yang sangat kohesif), mekanisme utama adalah adanya sirkulasi antara
bulk unggun dan partikel yang berdekatan denghan permukaan panas (Particle
Convective Mechanism).
Partikel mampu mentransfer banyak panas karena mempunyai kapasitas panas pada
saat awal partikel berdekatan dengan permukaan panas, terdapat gradien suhu lokal
yang besar yaitu adanya perbedaan suhu yang besar antara bulk unggun dengan
permukaan sehingga laju perpindahan panas sangat besar. Akan tetapi, semakin lama
suhu unggun semakin mendekati suhu permukaan. Jadi untuk selang waktu tertentu
laju transfer panas semakin tinggi jika pertikel bersinggungan dengan permuikaan panas
dalam recident time yang singkat yang dapat diperoleh dengan mengatur kondisi
operasi. Tetapi harus diingat bahwa recident time yang ekstrim kecil untuk memeroleh
koefisien perpindahan panas yang paling tinggi dibatasi oleh konduktivitas panas gas
dan jarak jalur transfer panas terpendek di mana panas mengalir secara konduksi antara
partikel unggun dan permukaan panas.

b. Untuk unggun dalam ukuran atau densitas yang lebih besar, kecepatan interstisial adalah
turbulen yang berarti bahwa transfer panas konveksi melalui gas menjadi penting. Jika
transfer panas mode ini menjadi dominan maka transfer panas akan naik dengan
naiknya diameter partikel (karena makin besar partikel maka makin besar turbulensi
kecepatan interstisial).
c. Untuk suhu yang lebih tinggi akan terdapat perbedaan suhu yang sangat besar antara
unggun dan permukaan panas sehingga transfer panas secara radiasi menjadi penting.
Perpindahan kalor ke permukaan dalam sistem padat-gas koefisien perpindahan panas
ke permukaannya sangat tergantung pada kualitas fluidisasi yang terjadi (Coulson,
1968:215). Untuk menghitung koefisien perpindahan panas tersebut dapat digunakan
persamaan Dow dan Jacob berikut.

0,65 0,17 0,25


hd t d  d   (1  e)  s C s  U d  
 0,55   t   t      c t 
k  L  d   e C p    
 

xxvii
dimana: h = koefisien perpindahan panas

k = konduktivitas termal gas

D = diameter partikel

Dt = diameter tube

L = panjang unggun

= kekosongan unggun

sdensitas padatan

 densitas gas

Cs = kapasitas panas padatan

Cp = kapasitas panas gas pada tekanan konstan

viskositas gas

Uc = kecepatan superficial dalam tube kosong

II.7. Penyimpangan dari Keadaan Ideal (Interlock)


Karakteristik fluidisasi seperti digambarkan pada kurva fluidisasi ideal hanya terjadi
pada kondisi yang betul-betul ideal dimana butiran zat padat dengan mudah saling
melepaskan pada saat terjadi kesetimbangan antara gaya seret dengan berat partikel. Pada
kenyataannya, keadaan di atas tidak selamanya bisa terjadi karena adanya kecenderungan
partikel-partikel untuk saling mengunci satu dengan lainnya (interlock), sehingga akan terjadi
kenaikan hilang tekan (ΔP) sesaat sebelum fluidisasi terjadi. Fenomena interlock ini dapat
dilihat pada Gambar 11, terjadi pada awal fluidisasi saat terjadi perubahan kondisi dari
unggun tetap menjadi unggun terfluidakan.

Umf

xxviii
Gambar 11. Kurva karakteristik fluidisasi tidak ideal karena terjadi interlock.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Fluidisasi adalah metode pengontakan butiran-butiran padat dengan fluida baik cair
maupun gas. Dengan metode ini diharapkan butiran-butiran padat memiliki sifat
seperti fluida dengan viskositas tinggi. Sebagai ilustrasi tinjau suatu kolom berisi
sejumlah partikel padat berbentuk bola. Pada laju alir yang cukup rendah butiran
padat akan tetap diam karena gas hanya mengalir melalui ruang antar partikel tanpa
menyebabkan perubahan susunan partikel tersebut. Keadaan yang demikian disebut
unggun diam atau fixed bed. Fluidisasi adalah peristiwa dimana unggun berisi butiran
padat berkelakuan seperti fluida karena di aliri udara.Semakin besar laju alir udara
yang diberikan, maka akan semakin besar pula penurunan tekanannya.
2. Fenomena-fenomena fluidisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
 Laju alir fluida dan jenis fluida
 Ukuran partikel dan bentuk partikel
 Jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel
 Porositas unggun
 Distribusi aliran,
 Distribusi bentuk ukuran fluida
 Diameter kolom
 Tinggi unggun.
3. Unggun terfluidakan mempunyai beberapa keuntungan dan kekurangan dibandingkan
dengan unggun diam, antara lain :
 Keuntungan:
a. Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat
padat secara kontinu
b. Kecepatan pencampuran padatan yang tinggi menyebabkan reactor
selalu berada pada kecepatan isothermal, sehingga memudahkan
pengendaliannya.

xxix
c. Perpindahan massa dan panas antara fluida dan padatan lebih baik
dibandingkan dengan unggun diam.
d. Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah
panas yang baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang
mempunyai luas permukaan lebih kecil.
e. Memungkinkan operasi dalam skala besar.

 Kerugian
a. Selama operasi partikel-partikel padat mengalami pengikisan sehingga
karakteristik fluidisasi bias berubah dari waktu ke waktu.
b. Butiran halus akan terbawa aliran fluida sehingga mengakibatkan
kehilangan sejumlah tertentu padatan.
c. Terjadinya erosi terhadap bejana dan system pendingin oleh partikel
padatan.
d. Terjadinya gelembung dan kekosongan local didalam unggun
seringkali tidak bisa dihindarkan. Peristiwa ini mengakibatkan kontak
antara fluida dengan padatan tidak merata sehingga konversi reaksi
menjadi kecil.
e. Pencampuran padatan yang terlau cepat akan mengakibatkan ketidak
seragaman waktu tinggal padatan didalam reactor. Untuk proses
kontinu, hasil yang didapatkan tidak seragam dan konversi rendah,
khususnya untuk tingkat konversi yang tinggi. Sedangkan untuk proses
batch, pencampuran ini menguntungkan karena diperoleh hasil yang
seragam. Untuk reaksi katalitik, gerakan partikel katalis berpoti yang
menangkap dan membebaskan molekul gas pereaksi secara kontinu
akan menambah pencampuran ulang sehingga menurunkan hasil.

xxx
DAFTAR PUSTAKA
A. P. Colburn, Trans. Am. Inst. Chem. Eng., 29, 174 (1933).
T. H. Chilton dan A. P. Colburn, Ind. Eng. Chem., 27, 255 (1935).
N. Froessling, Gerland. Beitr. Geophus ., 52, 170 (1938).
W. E. Kanz, Chem. Eng. Progr., 40, 247 (1952).
W. E. Ranz dan W. R.Marshall, Chem. Eng. Progr., 48, 141 (1952).
L. T. Fan, Y. C. Yang dan C. Y. Wen , AIChE Journal, 6, 482 (1960)
S. Ergun, Chem. Eng. Progr., 48, 89 (1952)
I. Colquhoun, Lee dan J. Stepanek, Chem. Eng., Feb.,108 (1974).
D.Kunii dan O.Levenspiel, "Fluidization Engineering", John Wiley (1979)
P. Le Goff, The Concept of a "Unit of Degradation of Energy" in Fluid Flow, The Chem Eng.
J., 20, 185-195 (1980).
P. Le Goff, Energetique Industrielle, Tcane-1 : Analyse Thermodynamique et mecanique des
economies d'energie. Technique et Documentation, Paris (1982).
N. Midoux, Mecanique et Rheologie des Fluides en Genie Chimique, Technique et
Documentation, Paris (1985).
Mubiar Purwasasmita dan Herri Susanto, Diktat Kuliah Aliran Fluida untuk Teknik Kimia,
Bagian-2: Aliran Fluida dan Butiran, Jurusan Teknik Kimia ITB (1986).
Mubiar Purwasasmita, "Efisiensi dan Performansi Energetik Alat perpindahan dan Reaktor
Heterogen", PAU-Ilmu Rekayasa, Lab.Termodinamika - ITB (1988).
Gal'or, Klinzing dan Tavlardes,"Drops and bubble phenomena", Ind. Eng. Chem., 61, 21
(1969)
Tavlardes, Coulaloglou, Zeitlin, Klinzing dan Gal'or, Ind. Eng. Chem., 62, 6 (1970)

xxxi
xxxii

Anda mungkin juga menyukai