Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM UNIT OPERASI PROSES 1

Sirkuit Fluida
disampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Sukirno, M.Eng

Disusun oleh:
Kelompok 1 (Jumat)

M. Hafidz Aliyufa 1606907796


Irene Abigail Wisyamukti 1606907833
Zumroh Desty A. 1606907751
Badzlina K. 1606907972

Departemen Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Depok 2018

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunia-Nya
lah kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum UOP Sirkuit Fluida ini. Dalam penulisan
laporan ini, pertama – tama kami ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen
Penanggungjawab Modul Sirkuit Fluida, Dr. Ir. Sukirno, M.Eng., dan Asisten Laboratorium
Praktikum Sirkuit Fluida, Alan Jose, yang telah membimbing kami dalam melaksanakan
praktikum.

Di akhir kata, tim penulis memohon maaf jika dalam laporan ini terdapat kesalahan
ataupun kata – kata yang tidak sesuai dengan hati dan pikiran pembaca. Tidak ada gading yang
tak retak, begitu juga dengan laporan kami yang belum sempurna. Maka dari itu, kami
mengharapkan adanya masukan dan kritik dari pembaca yang dapat memperbaiki makalah ini di
kemudian hari.
Semoga laporan kami bermanfaat, sehingga ilmu pengetahuan dan wawasan para
pembaca menjadi bertambah setelah membaca makalah ini.

Depok, 25 November 2018

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. II


DAFTAR ISI................................................................................................................................ III
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................................................. 1
1.2 TUJUAN UMUM.................................................................................................................... 1

BAB II ............................................................................................................................................ 2
TEORI DASAR ............................................................................................................................. 2
2.1 Aliran Fluida dalam Pipa ................................................................................................ 2
2.2 Kehilangan Energi karena Friksi .................................................................................... 3
2.3 Hubungan Faktor Friksi dan Bilangan Reynold ............................................................. 4
2.4 Venturi Flow Meter ......................................................................................................... 5
2.5 Koefisien Venturi ............................................................................................................ 6
2.6 Laju Aliran Massa dan Laju Aliran Volumetrik pada Venturimeter .............................. 7
2.7 Pemulihan Tekanan pada Venturimeter .......................................................................... 7
2.8 Orificemeter .................................................................................................................... 8
2.9 Pemulihan Tekanan pada Orifice Meter ....................................................................... 10
2.10 Kehilangan Energi pada Fitting .................................................................................. 11

BAB III PERCOBAAN ............................................................................................................. 13


3.1 Kalibrasi Orificemeter……………………………………………………………… 13
3.2 Kalibrasi Venturimeter……………………………………….…………………………16
3.3 Pipe Friction Factor……………………………………………………………………..20
3.4 Pengukuran Equivalent Length pada Fittings……………………………………….......25
3.5 Pengukuran Gate Valve…………………………………………………………………27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................... 30

iii
4.1 KALIBRASI ORIFICE METER............................................................................................... 30
4.2 KALIBRASI VENTURIMETER............................................................................................... 31
4.3 PIPE FRICTION FACTOR ..................................................................................................... 33
4.4 PENGUKURAN EQUIVALENT LENGTH PADA FITTINGS........................................................ 34
4.5 PENGUKURAN GATE VALVE .............................................................................................. 35

BAB V KESIMPULAN .............................................................................................................. 37


DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 38

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sirkuit Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam sebuah sistem aliran
pada pipa. Fluida adalah suatu zat yang dapat mengalir dan mudah bergerak secara terus
menerus karena gaya gesek yang bekerja terhadapnya. Apabila fluida telah mendapatkan
bentuk akhirnya, semua tegangan geser akan hilang sehingga fluida dalam keadaan
setimbang. Fluida memiliki banyak karakteristik yang dapat dipelajari sehingga dapat
mengkontrol aliran fluida dalam sebuah sistem.
Oleh karena itu, Sirkuit Fluida merupakan hal yang sangat berguna untuk dipelajari.
Dengan mengetahui karakteristik fluida di dalam suatu sirkuit fluida kita dapat
menyesuaikan pengaturan kondisi sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan agar proses
aliran dapat berjalan dengan lancar dan tidak terjadi kerusakan kerusakan pada alat atau
terjadi ledakan.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai karakteristik suatu fluida dalam aliran
sirkuit fluida dengan menggunakan alat pengukur flowrate dalam berbagai jenis pipa. Fluida
yang menjadi objek dalam percobaan ini ialah air. Zat cair biasanya bersifat incompressible,
yang mana densitas hanya sedikit berpengaruh terhadap perubahan pada suhu dan tekanan
yang relatif besar. Prinsip - prinsip dasar yang paling berguna dalam penerapan mekanika
fluida adalah persamaan neraca massa atau persamaan kontinuitas; persamaan neraca
momentum linear dan neraca momentum angular (sudut), serta neraca energi mekanik.

1.2 Tujuan Umum


Tujuan penulisan laporan praktikum ini adalah:
a. Mempelajari sifat sifat aliran fluida dalam beberapa jenis ukuran pipa.
b. Memperoleh pengertian tentang perubahan tekanan yang terjadi pada aliran fluida.
c. Mempelajari karakteristik tekanan alat pengukur flowrate

1
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Aliran Fluida dalam Pipa
Fluida adalah suatu zat yang mempunyai kemampuan berubah secara kontinyu apabila
mengalami geseran, atau mempunyai reaksi terhadap tegangan geser sekecil apapun. Fluida
terbagi menjadi dua tipe yaitu fluida gas dan cair.Pada gambar 1 di bawah ini terlihat bahwa dua
buah pelat parallel dengan luas A, berjarak y, diantaranya terdapat fluida. Pelat bagian bawah
dibuat diam, sedangkan pelat bagian atas ditarik oleh gaya F sehingga bergerak dengan
kecepatan u.

Gambar 1. Profil kecepatan fluida dalam pipa

Adanya gaya kohesi menyebabkan fluida ikut bergerak searah F. Apabila jarak y cukup
kecil, fluida seakan bergerak secara berlapis-lapis dengan kecepatan berbeda atau dikatakan
terdapat gradien kecepatan. Dari eksperimen didapatkan bahwa:
Au
𝐹= .....(2.1)
y

Apabila u/y diganti dengan gradien kecepatan du/dy, diperoleh:


F 𝑑𝑢
= 𝜏 𝑑𝑦 .....(2.2)
A

Dimana τ disebut tegangan geser (shear stress). Hubungan antara τ dan du/dy menunjukkan sifat
reologi fluida seperti terlihat pada gambar 2 berikut :

Gambar 2. Hubungan antara Tegangan Geser dan Gradien Kecepatan

2
Pada grafik di atas, hubungan yang paling sederhana ditunjukkan oleh kurva A fluida
yang mengikuti kurva A disebut fluida Newtonian dimana bentuk persamaannya adalah
μdu
τ= .....(2.3)
gcdy

dimana μ adalah koefisien viskositas atau viskositas dinamik atau viskositras absolut. Fluida
yang tidak mengikuti kurva A disebut Non-Newtonian Fluid mempunyai tiga sub yaitu:

a) Fluida dimana tegangan geser hanya tergantung pada gradient kecepatan saja, dan
walaupun hubungan antara tegangan geser dan gradient kecepatan tidak linier, namun
tidak tergantung pada waktu setelah fluida menggeser.
b) Fluida dimana tegangan geser tidak hanya tergantung pada gradient kecepatan tetapi
tergantung pula pada waktu cairan menggeser atau pada kondisi sebelumnya.
c) Fluida viscous-elastis yang menunjukkan karakteristik dari zat pada elastic dan fluida
viscous.
Dalam fluida yang mengalir terdapat gaya-gaya yang bekerja antara lain gaya gravitasi,
gaya tekanan, gaya viskositas, gaya inersia, gaya tegangan permukaan, dan lain-lain. Untuk
aliran fluida yang mengalir melalui saluran yang terisi penuh, gaya-gaya yang paling
berpengaruh adalah gaya inersia dan gaya viskositas. Perbandingan antara gaya inersia terhadap
gaya viskositas ini disebut bilangan Reynold. Untuk saluran berbentuk pipa bilangan Reynold
adalah
Dρv
𝑅𝑒 = .....(2.4)
μ

Dimana: Re = bilangan Reynold


D = diameter pipa
Ρ = densitas fluida
μ = Viskositas absolut

2.2 Kehilangan Energi karena Friksi


Telah disebut di atas bahwa fluida yang mengalir akan selalu mendapatkan tahanan yang
disebabkan oleh friksi antara partikel-partikel fluida maupun friksi antara partikel fluida dengan
permukaan saluran. Friksi merupakan besar menurunnya energi mekanik sehingga tekanan di
aliran akhir menjadi berkurang. Besarnya kehilangan energi karena friksi menurut persamaan
Darcy-Weisbach adalah sebagai berikut:
2∆PD
feksperimen = … (2.5)
Lρv2

ket.: f : friction factor (Blasius-Darcy friction factor)


L : panjang pipa

3
D : diameter dalam pipa
V : flow rate

2.3 Hubungan Faktor Friksi dan Bilangan Reynold


Hagen–Poiseuille melalui eksperimennya mengenai aliran laminar pada pipa menemukan
hubungan sebagai berikut :

.LV
hL  32.
 .g.D 2 …..(2.6)

Bila persamaan tersebut disusun kembali, akan didapatkan:

32 2 L V 2 64 L V 2 64 L V 2
hL  . .   . .
D. V D 2.g c D. .V D 2.g c N Re D 2.g c
 .....(2.7)

Persamaan di atas menunjukkan hubungan linier antara f dan bilangan Reynold pada
aliran laminar yang berlaku untuk nilai Reynold yang berada di bawah 2100. Friction factor
untuk aliran turbulen bergantung pada NRe, juga bergantung pada kekasaran permukaan pipa /
roghness. Sementara itu, /D adalah kekasaran relatif, yaitu perbandingan antara tingginya
tonjolan dalam pipa dibagi diameter dalam pipa. Hubungan antara f dengan NRe dan /D dapat
diperoleh dari chart standard yang disebut Fiction Flow chart.

Gambar 3. Friction Flow Chart

4
2.4 Venturi Flow Meter
Contoh meteran venturi dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4. Venturi Flowmeter

Keterangan gambar:
A : bagian masuk E : lubang ke ruang piezometer
B : bagian leher venturi F : lubang sadap tekanan hulu
C : bagian keluar H : pelapis
D, G : piezometer I : lubang sadap tekanan hilir

Pada bagian hulu, yaitu pada bagian rsambungan antara bagian yang berbentuk kerucut
dan bagian silinder, terdapat ruang annulus D dan beberapa lubang kecil E yang dibor dari
bagian dalam tabung sampai ke ruang annulus itu. Cincin annulus dan lubang-lubang kecil itu
merupakan cincin piezometer (piezometer ring), yang memiliki fungsi untuk meratakan tekanan-
tekanan yang disalurkan oleh masing-masing lubang kecil. Tekanan rata-rata itu lalu
ditransmisikan melalui sambungan untuk tekanan hulu F.

Pada bagian leher dari venturi flow meter, terdapat juga sebuah cincin piezometer yang
dibentuk dengan ruang annulus integral G dan pelapis H. Pelapis tersebut juga dibor dengan
teliti dibentuk pada diameter tertentu, karena ketelitian meteran tersebut akan berkurang apabila
leher tersebut tidak dibuat dengan toleransi ketat. Tekanan pada leher lalu ditransmisikan melalui
penyadap tekanan I. Sebuah manometer atau alat lain untuk mengukur tekanan dipasang di
antara lubang sadap F dan I.

Dalam venturi, kecepatan fluida akan meningkat dan tekanannya akan menurun di dalam
kerucut sebelah hulu. Penurunan tekanan di dalam kerucut hulu itu dimanfaatkan untuk
mengukur laju aliran melalui instrumen ini. Kecepatan fluida kemudian akan menurun lagi dan
sebagian besar tekanan awalnya akan kembali meningkat di dalam kerucut sebelah hilir. Agar
pemulihan tekanan itu besar, sudut kerucut hilir C dirancang menjadi kecil sehingga pemisahan
lapisan batas dapat dicegah dan gesekan yang terjadi pun akan menjadi minimum.

Karena pada bagian yang penampangnya mengecil tidak ada pemisahan, maka kerucut
hulu dapat dibuat lebih pendek daripada kerucut hilir. Gesekan yang terjadi di sini pun relatif
kecil. Oleh karena itu, ruang dan bahan yang digunakan untuk membuatnya pun dapat dihemat.

5
Walaupun venturi ini dapat digunakan juga untuk mengukur gas, namun alat ini biasanya
digunakan untuk mengukur zat cair, terutama air, pengolahan di bawah ini terbatas pada fluida
incompressible.

Kecepatan aliran v dihitung dengan persamaan :


𝑄
𝑣 = … . . (2.8)
𝐴
dimana:
v = kecepatan aliran yang mengalir pada venturi(m/s)
A= luas penampang yang dilewati fluida (m2)
Dengan luas penampang sebesar:
1 2
𝐴= 𝜋𝐷 . . … (2.9)
4
Persamaan kontinuitas untuk aliran yang melalui saluran berpenampang bundar adalah:
2
D 
Va   b  Vb   2 .Vb
 Da  ..…(2.10)
Dimana:
Da = diameter pipa
Db = diameter leher

Dengan mensubstitusi 2 persamaan di atas akan diperoleh persamaan baru sebagai


berikut :

1 2 g c  p a  pb 
Vb 
 b   4 a 
..… (2.11)

2.5 Koefisien Venturi


Persamaan 11 tidak dapat digunakan pada seluruh venturi flow meter, melainkan hanya
berlaku apabila aliran fluida incompressible dan tak ada gesekan. Untuk memperhitungkan
friction loss yang ada, persamaan tersebut dapat dikoreksi dengan menggunakan faktor empirik
Cv menjadi:

Cv 2 g c  p a  pb 
Vb 
 b   4 a 
.….(2.12)
Dengan Cv = koefisien venturi.

6
𝑄√1 − 𝛽 4
𝐶𝑣 = … (2.13)
𝐴√2𝑔2 ∆ℎ𝑣

Koefisien Cv didapat melalui data percobaan. Koefisien tersebut disebut juga koefisien
1
venturi.. Pengaruh kecepatan datang (V ) diperhitungkan dalam nilai 1   4 . Bila D lebih
a b

Da
kecil dari 4 , kecepatan datang dan nilai  dapat diabaikan, karena kesalahan yang dihasilkan
tidak sampai 0,2 %. Untuk venturi yang dirancang dengan baik, nilai Cv kira-kira 0,98 untuk
diameter pipa antara 2-8 in, dan kira-kira 0,99 untuk pipa-pipa yang memiliki lebih besar.

2.6 Laju Aliran Massa dan Laju Aliran Volumetrik pada Venturimeter
Nilai yang dicari pada umumnya bukanlah kecepatan melalui leher venturi Vb. Laju aliran
yang lebih difokuskan adalah laju aliran massa atau laju aliran volumetrik melalui venturi. Laju
aliran massa dihitung dengan mensubstitusi persamaan 4 ke dalam persamaan kontinuitas untuk
aliran melalui suatu tabung dimana kecepatan dalam satu penampang dianggap tidak sama, yaitu
:

Cv .S b
m  Vb S b   2 g c ( p a  pb ) 
1  4 …(2.14)

Laju aliran volumetrik diperoleh dengan membagi laju aliran massa dengan densitas menjadi
seperti berikut:

m Cv S b 2 g c  p a  pb 
q 
 1  4 
…(2.15)

Dengan: m = laju aliran massa


Sb = luas leher
q = laju aliran volumetrik

2.7 Pemulihan Tekanan pada Venturimeter


Apabila aliran melalui venturi benar-benar tidak mengalami gesekan, tekanan fluida
meninggalkan meteran akan sama dengan tekanan fluida yang masuk ke dalam venturi, lalu
penempatan venturi di dalam jalur pipa tidak akan menyebabkan terjadinya kehilangan tekanan
secara permanen. Penurunan tekanan pada kerucut hulu, pa-pb akan dipulihkan kembali di dalam
kerucut hilir. Tetapi friction tidak dapat dihilangkan secara total dan di dalam jalur tersebut
terdapat pressure drop secara permanen (friction loss) serta kerugian daya yang diakibatkannya.

7
Karena sudut kerucut divergen cukup kecil, pressure drop permanen dari venturi trrsebut
relatif akan kecil. Dalam meteran yang dirancang baik, pressure drop yang terjadi hanya sekitar
10% dari differensial venturi pa-pb dan hampir 90% dari diferensial itu dapat dipulihkan.

2.8 Orificemeter
Venturimeter mempunyai kelemahan tertentu dalam pabrik pada umumnya. Alat tersebut
cukup mahal, mengambil tempat cukup besar, dan rasio antara diameter leher terhadap diameter
pipa tidak dapat dirubah. Untuk pengukur tertentu dengan sistem manometer tertentu pula, laju
aliran maksimum yang dapat diukur terbatas, jadi apabila laju aliran berubah, diameter leher
mungkin akan terlalu besar untuk memberikan bacaan yang teliti, atau terlalu kecil untuk dapat
menampung laju aliran maksimum yang baru. Meteran orifice dapat mengatasi kelemahan
meteran venture, tetapi konsumsi dayanya lebih tinggi.

Gambar 5. Orificemeter

Peralatan ini terdiri dari plat yang diberi lubang dan dibuat menggunakan mesin secara
teliti serta dipasang di antara dua flens sehingga lubang tersebut konsentrik dengan pipa tempat
memasangnya. Lubang plat itu dapat dibuat miring ke sisi hilir. Sensor tekanan berada di hulu
dan satu di hilir orifice yang dipasang dan dihubungkan dengan manometer atau peralatan
pengukuran tekanan lainnya. Posisi lubang sadap dapat dipasang sembarang dan koefisien alat
ukur tersebut bergantung pada letak lubang sadap itu.

Prinsip orificemeter mirip dengan prinsip venturi. Penurunan penampang arus aliran
melalui orifice menyebabkan tinggi-tekan kecepatan meningkat tetapi tinggi tekan tekanan
menurun, dan penurunan tekanan antara kedua titik sadap diukur dengan manometer.

Ada suatu kesulitan besar yang terdapat pada orifice yang tidak terdapat pada venturi.
Karena bentuk orifice yang seperti benda tajam, arus fluida tersebut akan memisah di sebelah
hilir plat orifice dan membentuk aliran cepat di dalam fluida di sebelah hilir. Luas penampang
pada setiap titik tertentu, misalkan pada posisi hilir, tidak mudah ditentukan, sedangkan
kecepatan jet pada lokasi sadap hilir tidak dapat dihubungkan dengan mudah dengan diameter
orifice. Koefisien orifice bersifat lebih empirik daripada venturi, dan sehubungan dengan itu
pengolahan kuantitatif untuk meteran orifice harus dimodifikasi kembali .

8
Standar-standar rancang yang terperinci sudah tersedia di dalam literatur, yang harus
diikuti dengan agar kerja meteran tersebut dapat diprediksi dengan teliti tanpa kalibrasi. Akan
tetapi, sebagai pendekatan, persamaan di bawah ini cukup dapat untuk digunakan.

Co 2 g c  p a  pb 
uo 
1  4 
… (2.16)
Ket.: uo : kecepatan melalui orifice

 : rasio diameter orifice terhadap diameter pipa


pa , pb : tekanan pada bagian a dan b
Co : koefisien orifice

Pada persamaan diatas, Co adalah koefisien orifice. Koefisien ini memberikan koreksi
atas kontraksi jet fluida antara orifice dan vena-kontrakta, juga terhadap gesekan terhadap a
dan b. Co selalu ditentukan dari percobaan. Nilainya cukup bervariasi sesuai dengan perubahan
 dan angka Reynold pada orifice, NRe,o . Angka Reynolds tersebut didefinisikan sebagai

Do .u o . 4m
N Re, o  
  .Do . …(2.17)

Ket.: Do : diameter orifice


NRe,o : angka Reynold pada orifice

Pada perancangan, Co hampir konstan dan tidak bergantung pada  selama NRe,o >20000.
Pada kondisi ini, Co dapat dianggap 0,61 untuk lokasi sadap dif lens maupun di vena kontrakta.
1  4
Terlebih lagi, jika <0,25 maka dapat dianggap bernilai 1, sehingga persamaan 13
menjadi:

2 g c  p a  pb 
u o  0,61
 …(2.18)
Laju aliran massa dapat ditulis:

m  u o S o   0,61.S o 2 g c ( pa  pb ) 
…(2.19)
Ket.: So : luas penampang orifice, dengan rumus:

Da 2  / 4Do 
2 2
Da S o
So  2
 2
 Da  2
Da Da 4
…(2.20)
Dengan mensubstitusikan persamaan diatas diperoleh:

9
4m
2 
2 g c  p a  pb 
2
0,61Da
… (2.21)
Kecuali jika memang diperlukan ketelitian yang lebih tinggi, persamaan 12 cukup
memadai untuk digunakan dalam perancangan. Tetapi, pemeriksaan atas nilai angka Reynolds
menunjukkan bahwa nilai koefisien 0,61 tidak teliti bila NRe,o <20000.

Dalam sistem orifice ini penting sekali adanya bagian pipa lurus di bagian hulu dan
bagian hilir orifice untuk menjamin agar pole aliran yang normal dan tidak terganggu oleh
perlengkapan sambung pipa, katup, dan peralatan lain. Sebab, jika tidak, distribusi kecepatan
akan menjadi tidak normal, dan koefisien orifice akan terganggu dengan cara yang tidak dapat
diramalkan.
Untuk mengamat hubungan antara laju alir/flowrate pada orifice dengan pressure drop
dapat dilihat rumus:

𝐶𝑜 𝑆𝑜 √2 ∆𝑃/𝜌
𝑄= … (2.22)
√1 − 𝛽 4

∆𝑃 = 𝜌 𝑔 ∆ℎ … (2.23)

Pada rumus diatas terlihat bahwa laju alir (Q) berbanding lurus dengan akar pressure drop (√∆𝑃
). Selain itu, pada persamaan selanjutnya dapat dilihat pula bahwa pressure drop (∆𝑃)
berbanding lurus dengan ∆ℎ orrifice sehingga untuk mencari hubungan antara laju alir / flowrate
dengan pressure drop pada orifice flowmeter, kita dapat melihat hubungan antara Q dan
√∆ℎ𝑜𝑟𝑟𝑖𝑓𝑖𝑐𝑒 .

Untuk mencari koefisien orifice dapat menggunakan rumus:

𝑄√1 − 𝛽 4
𝐶𝑜 = … (2.24)
𝐴√2𝑔2 ∆ℎ𝑜

2.9 Pemulihan Tekanan pada Orifice Meter


Berhubung dengan besarnya rugi gesekan yang disebabkan oleh pusaran-pusaran yang
dibangkitkan oleh jet yang berekspansi di hilir vena-kontrekta, pemulihan tekanan di dalam
meteran orifice biasanya kurang baik. Rugi daya yang diakibatkannya merupakan salah satu
kelemahan dari meteran orifice. Fraksi differensial orifice yang hilang secara permanen
bergantung pada nilai .

Untuk nilai  sebesar 0.5, rugi tinggi-tekan itu adalah kira-kira 73% dari differensial
orifice. Perbedaan tekanan yang diukur dengan tapping pipa, dimana tapping hilir terletak
delapan kali diameter pipa di sebelah hilir, sebenarnya merupakan pengukuran rugi permanen
dan bukan harga diferensial orifice.

10
2.10 Kehilangan Energi pada Fitting
Kehilangan energi pada fitting secara umum dapat digambarkan dengan persamaan :

V2
hL  k
2 g c … (2.25)

Le
k f
D …(2.26)

dengan Le = panjang ekivalen dari fitting.

Panjang ekivalen dari fitting adalah panjang pipa lurus yang dilewati oleh aliran fluida
yang kehilangan energinya sebanding dengan kehilangan energi dari aliran fluida yang melalui
fitting. Pada fitting ini, terjadi proses kehilangan energi yang disebabkan oleh friksi. Friksi yang
terjadi berasal dari gesekan antara fluida dengan dinding dan friksi karena gesekan antar partikel
yang ada dalam fluida. Gesekan antara fluida dengan dinding akan membuat kehilangan
sebagian energi gerak dari aliran.

Disamping itu, kemungkinan tumbukan antar partikel sebagai akibat adanya fitting juga
semakin besar sehingga friksi karena tumbukan antarsesama partikel bertambah. Oleh karena
itulah kehilangan energi akibat friksi pada fitting lebih besar dibandingkan dengan kehilangan
energi pada pipa biasa dengan diameter dan panjang yang sama.

Fluida yang mengalir melalui fitting akan mengalami perubahan karakteristik dari aliran
fluida awalnya. Hal ini ditandai dengan pressure drop yang disebabkan friksi antarpartikel
maupun antara partikel dengan permukaan fitting bertambah. Hal ini mengakibatkan kerugian
aliran fluida di dalam fitting.

Untuk menentukan panjang ekivalen Le, dapat dihitung dengan rumus:


∆ℎ𝑓𝑖𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔 𝐷 2𝑔
𝐿𝑒 = … (2.27)
𝑓 𝑣2
𝐷 2𝑔
𝑣2 = ∆ℎ𝑓𝑖𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔 … (2.28)
𝑓 𝐿𝑒

Untuk mencari nilai panjang ekivalen (Le) dari elbow, digunakan rumus:
𝐷 2𝑔
= 𝑚 … (2.29)
𝑓 𝐿𝑒
𝐷 2𝑔
𝐿𝑒 = … (2.30)
𝑓𝑚

11
Gambar 6. Percobaan Mengukur Pipe Fitting

12
BAB III
PERCOBAAN

3.1 Kalibrasi Orificemeter

3.1.1 Tujuan Khusus


 Mendapatkan kurva kalibrasi orifice flowmeter dan persamaannya (hubungan
laju alir dan pressure drop).
 Mencari nilai koefisien karakteristik (discharge coefficient) rata-rata dari
orifice flow meter yang digunakan.

3.1.2 Prosedur
1. Membuka valve 11 sementara menutup valve lainnya (menggunakan by pass).
Menggunakan valve 3 untuk mengatur pengeluaran air yang melalui pipa
aliran keluar (46).
2. Menyalakan pompa dan buka valve 3 perlahan-lahan.
3. Memasang dua selang manometer pada orifice (tap-pressure 40-41) untuk
mengukur perbedaan tekanan.
4. Mengukur aliran keluar dari tangki dengan mencatat penurunan yang nampak
pada sight gage untuk waktu 15 sekon. Secara simultan catat perbedaan
ketinggian yang nampak pada manometer.
5. Mengulangi pengukuran untuk beberapa flowrate (10 data) dengan mengubah
bukaan valve 3 hingga diperoleh data perubahan Δh dengan inkremen yang
sama.
6. Mengeplot ΔP (dalam H2O) dengan laju alir (gph).
7. Menghitung dan membuat grafik Cd (Coefficient of discharge) sebagai fungsi
dari laju alir.

3.1.3 Data Pengamatan


Kalibrasi orificemeter ini dilakukan 5 kali trial untuk mendapatkan data yang
bervariasi. Praktikan mencatat ketinggian orifice, volume pada tangka, dan waktu
yang diperlukan selama penurunan sebesar 5 liter.
Tabel 1. Data Hasil Percobaan Karakteristik Orifice

Trial Vol Awal (dm3) Vol Akhir(dm3) ∆t (s) H1 Orifice (inch) H2 Orifice (inch) ∆H (inch)

35 30 12,7 -4,25 14,25 18,5

1 28 23 13,4 -3,5 14,5 18

18 13 13,9 -4 14,875 18,875

2 35 30 13,8 -2,875 14,125 17

13
27 22 13,3 -3,25 13,875 17,125

19 14 14,1 -2,5 13,5 16

36 31 15,2 0,875 13,875 13


3
28 23 14,8 1,5 13,25 11,75

30 25 15,9 2,25 13,5 11,25


4
22 17 15,6 2,875 12,875 10

5 25 20 18 3,25 12,25 9

3.1.4 Pengolahan Data

a. Hubungan laju alir dengan akar delta H untuk orifice flowmeter


Tabel 2. Hasil Pengolahan Data Percobaan 2

Rata-
rata ∆V(cm3) ∆t(s) ∆H(cm) Q(cm3/s) (∆H0.5)(cm0.5)
Trial

1 5000 13,33333333 46,88416667 375,000 6,84720137

2 5000 13,73333333 42,43916667 364,078 6,51453503

3 5000 15 31,4325 333,333 5,60646948

4 5000 15,75 26,9875 317,460 5,19494947

5 5000 18 22,86 277,778 4,78121324

Akar Delta H vs Q
400
350
300 y = 43.246x + 83.184
R² = 0.947
250
200
150
100
50
0
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00

Gambar 7. Perbandingan ∆H dengan Q

14
Dari data yang telah dihitung dan diplot ke dalam grafik di atas diperoleh
persamaan garis

𝑸 = 𝟒𝟑. 𝟐𝟒𝟔√∆𝑯 − 𝟖𝟑. 𝟏𝟖𝟒

b. Menentukan koefisien karakteristik orifice (Cv terhadap bilangan


Reynolds
Persamaan untuk mencari nilai koefisien karakteristik orifice (Cv)

𝑄√1 − 𝛽
𝐶𝑣 =
𝑆 𝑔 √2∆𝐻
Dan untuk mengetahui nilai dari Bilangan Reynold adalah sebagai berikut.
𝑄
𝜌 𝑉 𝐷 𝜌 ( 𝐴 ) 𝐷𝑝𝑖𝑝𝑎 1 2
𝑅𝑒 = = , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴 = 𝜋𝐷𝑝𝑖𝑝𝑎
𝜇 𝜇 4
Dengan diameter 𝐷1 dan 𝐷2 pada orifice adalah 1,025 inch dan 0,625 inch,
viskositas air = 9 x 10-6 N s/m2 serta densitas air 𝜌 = 0.001 𝑔/𝑐𝑚3
Tabel 3. Pengolahan Data B

Q(cm3/s) (∆H0.5)(cm0.5) Cv Re
375,000 6,84720137 0,06454931 20387,38478
364,078 6,51453503 0,064249421 19793,57745
333,333 5,60646948 0,063409 18122,1198
317,460 5,19494947 0,062735833 17259,16171

277,778 4,78121324 0,057219668 15101,7665

Dari perhitungan data yang telah diperoleh dapat dibuat grafik yang
menggambarkan hubungan antara Cv dan Re.

15
Cv vs Re
25000

20000

y = 647612x - 22299
15000 R² = 0.8486

10000

5000

0
0.056 0.057 0.058 0.059 0.06 0.061 0.062 0.063 0.064 0.065

Gambar 8. Hubungan Cv dengan Re

Persamaan garis yang diperoleh dari kurva di atas adalah sebagai berikut :

𝑹𝒆 = 𝟔𝟒𝟕𝟔𝟏𝟐𝑪𝒗 − 𝟐𝟐𝟗𝟗

3.2 Kalibrasi Venturimeter

3.2.1 Tujuan Khusus

 Mendapatkan kurva kalibrasi venturi flow meter dari persamaannya


(hubungan laju alir dan pressure drop).
 Mencari nilai koefisien karakteristik (discharge coefficient) dari venturi
sebagai faktor koreksi terhadap friksi kemudian membandingkan keduanya.

3.2.2 Prosedur

1. Membuka valve 1 (v.1), valve 2 (v.2), valve 3 (v.3), valve 6 (v.6) dan valve 8
(v.8) serta menutup valve lainnya.
2. Menggunakan valve 3 (v.3) untuk mengatur aliran air yang keluar ke venturi.
3. Menyalakan pompa dan memastikan aliran total tidak terlalu kecil.
4. Memasang dua selang manometer pada venturi dan orifice (tap pressure 38-
39) untuk mengukur perbedaan tekanan.
5. Mencatat perbedaan ketinggian yang nampak pada manometer venturi

3.2.3 Data Pengamatan

Didapatkan data sebagai berikut.

16
Tabel 4. Perolehan Data Percobaan Karakteristik Venturi

Data H1 Orifice(inch) H2 Orifice (inch) H1 Venturi (inch) H2 Venturi (inch)

1 13,25 19,25 22 29,5

2 11 18,25 21,5 30

3 7 16,25 21,125 30,25

4 -1,375 10 16,625 34,875

5 -2,75 9,25 16 35,5

3.2.4 Pengolahan Data

Menghitung nilai Q
Untuk memperoleh nilai Q, dibutuhkan data dari percobaan sebelumnya dengan
memanfaatkan persamaan garis pada percobaan 1 (Kalibrasi Orifice). Setelah itu,
hasil yang diperoleh di plot pada grafik di bawah.
Tabel 5. Perolehan √Δh venture dan orifice

Delta H Delta H Akar Delta H Akar Delta H


Data Q (cm^3/s)
Orifice (cm) Venturi (cm) Orifice (cm^0.5) Venturi (cm^0.5)

1 15,24 19,05 3,903844259 252,0096488 4,364630569

2 18,415 21,59 4,291270208 268,7642714 4,646504062

3 23,495 23,1775 4,847164119 292,8044595 4,814301611

4 28,8925 46,355 5,375174416 315,6387928 6,808450631

5 30,48 49,53 5,520869497 321,9395223 7,037755324

Memplot grafik hubungan √(∆hv) sebagai variabel bebas (sumbu x) dan laju alir
(Q) sebagai variabel terikat (sumbu y)

17
Grafik Akar dH Venturi vs Q
350

300

250

200
Q

150 y = 21.645x + 170.44


R² = 0.8584
100

50

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Akar dH Venturi

Gambar 9. Grafik Hubungan Q terhadap √Δh Venturi

Dari data yang diperoleh, didapatkan persamaan garis yang berupa linear dengan
persamaan:

𝒚 = 𝟐𝟏. 𝟔𝟒𝟓𝒙 + 𝟏𝟕𝟎. 𝟒𝟒

Menghitung koefisien karakterisik orifice (Cv)


Untuk menghitung Cv, dapat digunakan rumus:

√1 − 𝛽
𝐶𝑣 = 𝑄.
𝑆. 𝑔√2. ∆𝐻
Menghitung Reynold Number
Untuk menghitung Re, dapat digunakan rumus:
𝑄 𝐷𝑝𝑖𝑝𝑎
𝑅𝑒 = 𝜌. ( ) .
𝐴 µ
Untuk memanfaatkan rumus tersebut, diperlukan beberapa data bantuan:
Tabel 6. Data Bantuan Untuk Memplot Grafik

Db (cm) 1,5875
Da (cm) 2,6035
1-beta 0,390244

18
A (cm2) 5,320897
densitas air (g/cm3) 0,001
viskositas air 9,00E-06
g (cm/s2) 980,7
S 1

Menghitung ∆Pv menggunakan 𝜌 = 1000 kg/m3 dan 𝑔 = 9,8 m/s2 untuk tiap data
∆hv dengan rumusan :

∆𝑃𝑣 = 𝜌𝑔 ∆ℎ𝑣 … (3.13)


Tabel 7. Nilai Co

∆hv ∆Pv (Pa)


0,01 98

0,08 784

0,12 1176

0,2 1960

0,24 2352

0,28 2744

0,34 3332

0,38 3724

0,40 3920

0,42 4116

Setelah menghitung kedua hal tersebut, hasil dibentuk dalam tabel dan diplot
dalam grafik.
Tabel 8. Data Pengolahan Cv dan Re

Data Q(cm^3/s) Akar Delta H(cm^0.5) Cv Re

1 252,0096488 4,364630569 0,026006779 13700,84714

2 268,7642714 4,646504062 0,026053262 14611,73497

19
3 292,8044595 4,814301611 0,027394368 15918,71248

4 315,6387928 6,808450631 0,020881369 17160,13205

5 321,9395223 7,037755324 0,02060426 17502,67977

Memplot grafik hubungan laju alir (Q) sebagai variabel bebas (sumbu x) dan nilai
koefisien karakteristik venturi (Cv) sebagai variabel terikat (sumbu y).

Grafik Re vs Cv
0.03

0.025

0.02
y = -2E-06x + 0.0484
R² = 0.6113
Cv

0.015

0.01

0.005

0
0 5000 10000 15000 20000
Re

Gambar 10. Grafik Hubungan Cv terhadap Q

Dari data yang telah diperoleh, diperoleh persamaan garis:

𝑦 = −2𝐸 − 06𝑥 + 0.0484

3.3 Pipe Friction Factor


3.3.1 Tujuan Khusus
 Mengetahui hubungan antara nilai koefisien karakteristik venture dan orifice
dengan kecepatan aliran fluida yang dinyatakan dalam bilangan Reynolds.

 Mengetahui perbedaan pengaruh bilangan terhadap nilai koefisien karakteristik


venture dan orifice.
3.3.2 Prosedur
1. Membuka valve 1, 2, 3, dan 8, serta menutup valve lainnya.

20
2. Menghubungkan dua selang manometer pada pipa 1” dan dua lainnya pada
orifice.
3. Memvariasikan laju alir dengan mengatur bukaan valve 3 sehingga diperoleh data
delta H pada manometer pipa 1” dan manometer orifice.
3.3.3 Data Pengamatan
Tabel 9. Data Pengamatan Percobaan 3 (Pipa 1)

Data H1 Pipa H2 Pipa H1 Venturimeter H2 Venturimeter

1 0,125 0 3,67 0,375

2 0,125 0 3,25 0,875

3 0,5 0 2,875 1,125

4 0,5 0 2,5 1,25

5 1 0,25 2 1,875

Tabel 10. Data Pengamatan Percobaan 3 (Pipa 2)

Data H1 Pipa H2 Pipa H1 Venturimeter H2 Venturimeter

1 2,125 2 8,67 4

2 2,125 2 8,25 4,250

3 2,5 2 7,875 4,67

4 2,5 2 7,67 4,875

5 3 2,25 7,25 5,125

3.3.4 Pengolahan Data

Mencari bilangan Reynold

21
Pengolahan data dilakukan rumus Reynold dan persamaan Darcy-Weisbach sebagai
berikut.
𝑄
𝜌. 𝑉. 𝐷 𝜌. ( 𝐴 ) . 𝐷𝑝𝑖𝑝𝑎 1 2
𝑅𝑒 = = , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴 = 𝜋𝐷𝑝𝑖𝑝𝑎
𝜇 𝜇 4
Menghitung pressure drop

𝐿 𝑄2
𝐻𝑒𝑎𝑑𝑙𝑜𝑠𝑠 = ∆𝐻𝑝𝑖𝑝𝑒 = 𝑓. .
𝐷 2𝑔

Menghitung nilai friction factor


Untuk mencari nilai friction factor dengan rumus:
∆𝐻𝑝𝑖𝑝𝑒 ∗ 𝐷 ∗ 2𝑔
𝑓=
𝐿 ∗ 𝑄2
Mencari nilai dynamic viscosity

Nilai  (dynamic viscosity) didapatkan dari rumus persamaan kinetic viscosity:


𝜇
𝑣 =
𝜌
𝑣 = kinematic viscosity = 8.917 x 10-7 m2/s = 0.008197 cm2/s (pada keadaan 25OC)

𝜌 = density = 1000 kg/m3 = 1 g/cm3

Mencari nilai laju alir (Q)

Untuk mendapatkan nilai laju alir, didapatkan dari persamaan akar H Venturimeter
vs Q (dari percobaan 2)

𝑦 = 21.645𝑥 + 170.44
y = Q laju alir

x = akar H Venturimeter
Tabel 11. Data-data yang dibutuhkan dalam perhitungan

Dpipa 1 0.026035 (m) 2.6035 (cm)

Dpipa 2 0.015875 (m) 1.5875 (cm)

L 1 (m) 100 (cm)

22
 1 kg/m3 0.001 g/cm3

 0.0009 kg/m.s 9.00E-06 g/m.s

gravitasi 9.8 (m/s2) 980.7 (cm/s2)

Apipa 1 5.320897 (cm2)

Apipa 2 1.978323 (cm2)

Pengolahan data Pipa 1


Tabel 12. Hasil peengolahan data pipa 1

DELTA H Delta H Akar Delta H Reynold Friction


Q (Cm3/s)
Pipa(cm) Venturimeter Venturimeter Number Factor

0,00029849
0,3175 8,3693 2,892974248 233,0584276 1,27E+04
6

0,00032427
0,3175 6,0325 2,456114818 223,6026052 12156,4596
5

0,00138905
1,27 4,445 2,108316864 216,0745185 11747,18493
8

1,27 3,175 1,781852968 209,0082075 11363,01533 0,00148457

0,00291638
1,905 0,3175 0,563471383 182,6363381 9,93E+03
2

Pengolahan data Pipa 2


Tabel 13. Hasil peengolahan data pipa 2

DELTA H Delta H Akar Delta H Reynold Friction


Q(Cm3/s)
Pipa(cm) Venturimeter Venturimeter Number Factor

23
0,00027013
0,3175 11,8618 3,444096398 244,9874665 1,33E+04
4

0,00028281
0,3175 10,16 3,18747549 239,432907 13017,09547
3

0,00120285
1,27 8,1407 2,853191196 232,1973234 12623,72314
4

0,00124632
1,27 7,0993 2,664451163 228,1120454 12401,62145
4

0,00199668
1,905 5,3975 2,323252031 220,7267902 12000,11201
1

Grafik dari hasil Reynold Number dan Friction Factor dari dua pipa yang dipakai
yaitu

RE NUMBER (RE) VS FRICTION FACTOR (F)


Pipa 1 Pipa 2

0.0035

0.003

0.0025
FRICTION FACTOR

0.002

0.0015

0.001

0.0005

0
0.00E+00 2.00E+03 4.00E+03 6.00E+03 8.00E+03 1.00E+04 1.20E+04 1.40E+04
REYNOLD NUMBER

Gambar 11. Perbandingan Reynold Number dengan Friction Factor

24
3.4 Pengukuran Gate Valve
3.2.5.1 Tujuan Khusus

 Mengetahui pengaruh bukaan gate valve terhadap laju alir dan pressure
drop.
3.2.5.2 Prosedur

1. Mengukur pressure drop yang melalui gate valve. Variasi bukaan valve untu
beberapa aliran (18%, 35%, 67%, 84%, 100%).
2. Menggunakan valve 16 sebagai bypass control valve.
3.2.5.3 Data Pengamatan
Tabel 14. Perolehan Data Percobaan Friction Loss

Percobaan 5
Gate Valve Venturimeter
Bukaan H1 H2 h1 h2
(inchi) (inchi) (inchi) (inchi)
100.00% -8.25 -7.625 10.875 -3.25
66.67% -8.5 -7.5 10.75 -3.125
50.00% -9.75 -6 10.5 -2.875
33.33% -15.5 -0.5 9 -1.75
16.67% -30.5 14.375 5 1

3.2.5.4 Pengolahan Data

 Menghitung Nilai Q
Memperoleh nilai Q dari persamaan pada grafik hubungan Q dengan dengan
√Δh venturi sebagai berikut:
y = 7.1011x + 337.14
Dengan nilai y = Q dan x = √Δh

 Menghitung Pressure Drop


Memperoleh nilai pressure drop (ΔP) pada gate valve dengan menggunakan
persamaan Bernoulli.

25
Tabel 15. Nilai √∆ℎ orifice

Akar delta Pressure


%Bukaan Delta H Valve
H venture Q (cm3/s) Drop/
Valve (cm)
(cm) ∆𝑷 (𝑷𝒂. 𝟏𝟎−𝟑 )

100 1.5875 5.989782968 300.088852 154.8765572

83.3 2.54 5.936539396 298.936395 247.8024914

66.7 9.525 5.828593312 296.599902 929.2593429

50 38.1 5.225418644 283.544187 3717.037372

16.7 113.9825 3.18747549 239.432907 11120.1368

 Memplot Grafik %Bukaan Gate Valve terhadap Pressure Drop

ΔP vs % Bukaan Valve
12000

10000

8000
y = -135.01x + 11786
6000 R² = 0.8691
ΔP

4000

2000

0
0 20 40 60 80 100 120
-2000

-4000
% Bukaan Valve

Gambar 12. Grafik Hubungan %Bukaan Gate Valve terhadap Pressure Drop

 Memplot Grafik %Bukaan Gate Valve terhadap Laju Alir

26
Q vs % Bukaan Valve
350

300

250 y = 0.7341x + 237.22


R² = 0.8426
200

150

100

50

0
0 20 40 60 80 100 120

Gambar 13. Grafik Hubungan %Bukaan Gate Valve terhadap Laju Alir

3.5 Pengukuran Equivalent Length pada Fittings


3.2.6.1 Tujuan Khusus
Menentukan panjang ekuivalen pada elbow.
3.2.6.2 Prosedur

1. Membuka valve 1 (v.1), valve 2 (v.2), valve 3 (v.3), valve 6 (v.6), dan valve 8
(v.8), serta menutup valve lainnya

2. Menghubungkan dua selang manometer pada elbow (6) dan dua lainnya pada
venturi
3. Memastikan aliran total tidak terlalu kecil

4. Memvariasikan laju alir dengan mengatur bukaan valve 3 (v.3) (minimal 10


variasi)

5. Mencatat ∆h pada manometer venturi dan manometer elbow tiap 15 detik


setelah pengaturan bukaan
3.2.6.3 Data Pengamatan
Tabel 16. Perolehan Data Percobaan Pipe Fitting

Percobaan 4

%Bukaan Fitting Venturi

27
Valve
H1 H2 h1 h2
(inchi) (inchi) (inchi) (inchi)

100.00% -6.375 -9.625 -3.875 11.75

66.67% -6.375 -9.5 -3.625 11.625

50.00% -6.25 -9.25 -3 11.375

33.33% -6 -8.5 -1 10.5

16.67% -5.25 -6.375 4.5 8.375

3.2.6.4 Pengolahan Data

Memperolah nilai Q dari persamaan pada grafik Q dengan √∆h orifice sebagai
berikut

𝑦 = −7.02𝑥 + 431.9

Nilai y sama dengan Q dan nilai x sama dengan √∆h. Maka dengan persamaan
diatas diperoleh nilai Q.
Selanjutnya adalah mencari bilangan Reynold dengan rumus .
𝐷𝜌𝑄
𝑅𝑒 =
𝐴𝜇
Nilai bilangan Reynold akan digunakan di dalam rumus mencari f teoritis.

0.012 5.74 2
𝑓𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 = 1.325 [ln ( + )]
3.7𝐷 𝑅𝑒 0.9
Setelah memperoleh nilai f teoritis, maka Panjang ekuivalen dari fitting dapat
dihitung dengan rumus :
∆𝐻𝑓𝑖𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔𝑠 𝐷 𝑝𝑖𝑝𝑎 2𝑔
𝐿𝑒 =
𝑓 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 𝑣 2

28
Tabel 17. Nilai √∆h dari orifice

∆H √𝜟𝑯 Q Reynolds Panjang


Pipa venturi
(cm3/s) Number f teoritis Ekuivalen
(cm) (cm)

8.255 6.84E+03 153.29375 8.36E+07 8.36E+01 4.87E-15

7.9375 6.58E+03 159.9803 8.72E+07 8.73E+01 4.12E-15

7.62 6.32E+03 175.58225 9.57E+07 9.58E+01 2.99E-15

6.35 5.26E+03 226.8458 1.24E+08 1.24E+02 1.16E-15

2.8575 2.37E+03 362.80565 1.98E+08 1.98E+02 1.27E-16

Maka akan diperoleh hubungan bilangan Reynold sebagai variabel bebas dan
panjang ekuvalen dari fitting sebagai variabel terikat. Hubungan tersebut
ditunjukkan pada grafik di bawah ini.

6.00E-18

5.00E-18
y = -4E-26x + 7E-18
Length Equivalent

4.00E-18 R² = 0.8059

3.00E-18

2.00E-18

1.00E-18

0.00E+00
0.00E+00 1.00E+08 2.00E+08 3.00E+08
-1.00E-18
Reynold Numbers

Gambar 14. Grafik Hubungan v2 terhadap ∆𝒉 tee

29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kalibrasi Orifice Meter

Akar Delta H vs Q
400
350
300 y = 43.246x + 83.184
R² = 0.947
250
200
150
100
50
0
4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00

Gambar 15. Perbandingan ∆H dengan Q

Cv vs Re
25000

20000

y = 647612x - 22299
15000 R² = 0.8486

10000

5000

0
0.056 0.057 0.058 0.059 0.06 0.061 0.062 0.063 0.064 0.065

Gambar 16. Hubungan Cv dengan Re


Dilihat dari gambar 16, didapatkan persamaan garis linear bergradien positif: y =
43,246 x – 83,184. Perbedaan ketinggian air pada manometer berbanding lurus dengan laju
alir (Q). Apabila laju alir (Q) diperbesar, maka nilai √∆H Orifice juga akan meningkat.
Hasil dari percobaan ini membuktikan bahwa laju alir (Q) berbanding lurus dengan
pressure drop.

Pada plot gambar 17 antara Re vs Cv, didapatkan data koefisien pelepasan


Orificemeter. Coefficient of discharge merupakan perbandingan antara energi yang
diteruskan pada aliran setelah melewati leher (throat) dengan besarnya energi kinetic aliran

30
seharusnya. Nilai Cv menunjukkan kinerja dari Orifice yang digunakan. Nilai koefisien
pelepasan Orificemeter merupakan besaran yang tidak konstan, bergantung pada perubahan
nilai Re dan ꞵ . Nilai ꞵ merupakan rasio perbandingan tapping pipa dan nilai Re
merupakan bilangan tak berdimensi yang menunjukkan jenis aliran. Dilihat dari grafik,
semakin besar nilai bilangan Reynold, nilai Cv akan semakin kecil.

4.2 Kalibrasi Venturimeter

Grafik Akar dH Venturi vs Q


350

300

250

200
Q

150 y = 21.645x + 170.44


R² = 0.8584
100

50

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Akar dH Venturi

Gambar 17. Perbandingan Akar Delta H vs Q

31
Grafik Re vs Cv
0.03

0.025

0.02
y = -2E-06x + 0.0484
R² = 0.6113
Cv

0.015

0.01

0.005

0
0 5000 10000 15000 20000
Re

Gambar 18. Perbandingan Re vs Cv

Berdasarkan data yang didapat melalui percobaan, dapat diketahui semakin besar
laju alir, maka semakin besar pula Δh . Hal ini juga ditunjukkan pada grafik 12, yaitu
didapatkan persamaan y = 21,645x + 170,44 dengan grafik berbanding lurus antara nilai
Δh dengan laju alir dengan gradient positif. Hasil ini sesuai dengan persamaan Cv, dimana
laju alir fluida berbanding lurus dengan akar ∆ℎ.

Pada gambar 19, terlihat bahwa semakin kecil nilai Cv maka nilai Re akan semakin
kecil. Cv merupakan suatu koefisien yang menunjukkan hubungan seberapa besar gaya
friksi yang mempengaruhi kehilangan tekanan pada venturi. Cv berbanding terbalik dengan
gaya friksi sehingga semakin kecil Cv semakin besar gaya friksi yang berpengaruh dengan
semakin besarnya nilai Re.

32
4.3 Pipe Friction Factor

RE NUMBER (RE) VS FRICTION FACTOR (F)


Pipa 1 Pipa 2

0.0035

0.003

0.0025
FRICTION FACTOR

0.002

0.0015

0.001

0.0005

0
0.00E+00 2.00E+03 4.00E+03 6.00E+03 8.00E+03 1.00E+04 1.20E+04 1.40E+04
REYNOLD NUMBER

Gambar 19. Perbandingan Reynold Number dengan Friction Factor

Pada grafik hubungan antara faktor friksi dengan bilangan Reynold, dapat
dikatakan bahwa faktor friksi diindikasikan oleh pressure drop pada pipa. Selain oleh
bilangan Reynold, faktor friksi juga dipengaruhi oleh besar kekasaran relatif pipa (ԑ/D).
Nilai ԑ bergantung pada jenis pipa dan diasumsikan kedua pipa memiliki jenis yang sama,
sehingga semakin besar nilai diameter maka akan semakin kecil nilai kekasaran relatif.
Kemudian, semakin besar nilai kekasaran relatif pipa, maka semakin besar nilai faktor
friksinya.
Nilai faktor friksi tidak dapat mencapai nilai nol. Hal ini disebabkan karena pada
nilai nol, berarti tidak ada gaya gesek yang terjadi dan fluida kerja bersifat inviscid. Dalam
kenyataannya, tidak mungkin gesekan dapat diabaikan dan tak mungkin terjadi fluida
inviscid.
Grafik nilai friction factor dan bilangan Reynold pada percobaan ini menunjukkan,
nilai keduanya berbanding terbalik. Karena semakin besar Reynold numbernya, maka nilai
friction factornya semkain menurun. Hal ini terjadi pada percobaan pipa 1 dan pipa 2. Dari
persamaan mencari bilangan Reynold tersebut, menunjukkan bahwa semakin besar nilai
laju alir, maka nilai bilangan Reynold akan semakin besar. Pada perhitungan friction factor
juga dipengaruhi oleh besarnya diameter pipa. Semakin besar bukaan pipa/ diameter pipa,
maka nilai friction factor-nya akan lebih besar, karena fluida yang terkena kontak dengan
pipa juga semakin besar.

33
4.4 Pengukuran Equivalent Length pada Fittings

6.00E-18

5.00E-18
y = -4E-26x + 7E-18
Length Equivalent
4.00E-18 R² = 0.8059

3.00E-18

2.00E-18

1.00E-18

0.00E+00
0.00E+00 1.00E+08 2.00E+08 3.00E+08
-1.00E-18
Reynold Numbers

Gambar 20. Perbandingan LE dengan Reynold Number

Dari percobaan ini, didapatkan panjang ekivalen tee nilainya antara 1,38 – 1,92
untuk aliran dengan bilangan Reynold antara 1755 – 7022. Kurva di atas menunjukkan
pertambahan panjang ekivalen fitting dengan bertambah besarnya bilangan Reynold aliran.
Namun besar pertambahan panjang tidak signifikan. Berdasarkan literatur yang praktikan
dapatkan, panjang ekivalen elbow 90o adalah 30, nilai tersebut sangat jauh dari hasil yang
didapatkan dari percobaan ini. Perbedaan tersebut disebabkan oleh kesalahan-kesalahan
dalam percobaan.

34
4.5 Pengukuran Gate Valve

Q vs % Bukaan Valve
350

300

250 y = 0.7341x + 237.22


R² = 0.8426
200

150

100

50

0
0 20 40 60 80 100 120

Gambar 21. Grafik Q vs %Bukaan Valve

ΔP vs % Bukaan Valve
12000

10000

8000
y = -135.01x + 11786
6000 R² = 0.8691
ΔP

4000

2000

0
0 20 40 60 80 100 120
-2000

-4000
% Bukaan Valve

Gambar 22. Grafik Presssure Drop vs %Bukaan Valve

Pada percobaan diperoleh data berupa perubahan tinggi air yang terjadi pada Gate
Valve dan pada venturimeter dengan melakukan variasi bukaan pada Gate Valve. Data
perubahan tinggi yang terjadi pada Gate Valve digunakan untuk menghitung Pressure
Drop sedangkan data perubahan tinggi pada Venture digunakan untuk menghitung besar
laju alir. Dari data percobaan yang diperoleh, Praktikan dapat mengetahui hubungan antara
Pressure Drop dan laju alir terhadap % buakaan Valve melalui grafik.
Berdasarkan grafik di atas, persamaan garis masing-masing grafik yaitu y =
0,7341x + 237,22 dan y = -135,01x + 11786. Pada grafik antara %Bukaan Valve dan Q,

35
dapat dilihat bahwa garis cukup mendekati linier. Dari gambar 22 menunjukkan semakin
besar bukaan valve, maka Q juga semakin besar. Pada grafik %Bukaan Valve vs Pressure
Drop, dapat dilihat bahwa grafik cukup mendekati linier namun garis menunjukkan trend
negative. Dari gambar 23 menunjukkan penurunan pressure drop yang signifikan yang
menandakan semakin besar bukaannya, semakin besar pressure dropnya yang berhubungan
dengan gaya friksi.

36
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan dari percobaan sirkuit fluida yaitu:

 Pada orifice, terlihat bahwa antara laju alir dengan pressure drop memiliki hubungan yang
berbanding lurus. Jika laju alir diperbesar, akan didapatkan nilai pressure drop orifice yang
semakin besar.
 Nilai Reynold number berbanding lurus dengan nilai Cv pada orificemeter (koefisien
pelepasan), semakin besar Reynold number-nya, maka nilai Cv juga semakin besar.
 Pada orifice, terlihat bahwa antara laju alir dengan koefisien orifice memiliki hubungan yang
berbanding lurus. Jika laju alir diperbesar, akan didapatkan nilai koefisien orifice yang
semakin besar.
 Semakin besar laju alir, maka semakin besar pula Δhventure
 Nilai karakteristik venturi lebih besar dibandingkan dengan orifice dikarenakan gesekan
fluida yang terjadi pada venturi lebih kecil.
 Semakin besar laju alir, maka bilangan Reynold akan semakin besar, sehingga pola aliran
akan semakin menjadi turbulen.
 Nilai faktor friksi berbanding terbalik dengan bilangan Reynold.
 Besar diameter pipa berbanding lurus nilai friction factor-nya, jika semakin besar diameter
maka nilai friction factor-nya juga semakin besar
 Nilai Reynold number berbanding terbalik dengan nilai equivalent length (LE), karena
semakin besar nilai Re, nilai LE semakin kecil
 Besar bukaan valve berbanding lurus dengan pressure drop dan aliran fluidanya, semakin
besar bukaan valve, nilai pressure drop & aliran fluidanya akan semakin besar

37
DAFTAR PUSTAKA

Munson, B. R., Young, D. F., Okiishi, T. H., & Huebsch, W. W. (2009). Fundamental of Fluid
Mechanics 6th Edition. New Jersey: John Wiley & Sons.

Petrokimia, D. T. (1998). Buku Panduan Praktikum Operasi Teknik I. Depok: Departemen


Teknik Gas dan Petrokimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Pillars, T. (2008, Juli). ITP : Reynold Number. Diambil kembali dari The Pillars Curriculum for
Chemical Engineering:
http://pillars.che.pitt.edu/student/slide.cgi?course_id=10&slide_id=13.0

Pipe Flow. (2015, Oktober). Pipe Flow 3D - Pressure Drop Theory. Diambil kembali dari Pipe
Flow Fluid Thinking Software Solution:
http://www.pipeflow.co.uk/public/control.php?_path=/497/503/510

38

Anda mungkin juga menyukai