Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena atas perkenaan-Nya tugas Exergi
dapat terselesaikan. Tujuan dari pembuatan tugas ini untuk mengetahui, memahami
dan menyadari konsep dari exergi serta efesiensi pada suatu pabrik.
Dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, dan dosen serta teman-teman.
Tugas ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya tugas ini dapat
terselesaikan.
Semoga tugas ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Kami sadar
bahwa tugas ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu, kepada dosen pembimbing
kami Imaniah Sriwijayasih, S. ST., M.T serta pembaca untuk meminta masukannya
demi perbaikan pembuatan tugas kami di masa yang akan datang dan
mengharapkankritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.

Palembang, Desember 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 4

1.3 Tujuan ................................................................................................ 4

BAB II. PEMBAHASAN ................................................................................ 6

2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP/ Geothermal) ................... 6

2.2 Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi ................................. 7

2.3 Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi.............................10

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 12

3.1 Diagram Alir ..................................................................................... 12

3.2 Perhitungan ....................................................................................... 12

3.3 Analisa Hasil ...................................................................................... 25

BAB IV. PENUTUP ........................................................................................ 27

4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 28

ii
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kekhawatiran yang meningkat tentang sumber daya energi yang terbatas di


dunia telah mengingatkan banyak pihak berwenang yang terlibat untuk
mempertimbangkan kembali energi mereka dan mengambil langkah-langkah drastis
dalam meminimalkan konsumsi energi dan energi yang terbuang dan dalam
memanfaatkan sumber energi alternatif, seperti sumber energi terbarukan (RES) ( Lior,
2008; Bataineh dan Dalalah, 2013; Izutsu et al., 2012). Tujuan yang telah ditetapkan
berfokus pada optimalisasi perangkat / proses konversi energi dan pada pengembangan
teknik baru untuk lebih memanfaatkan sumber daya energi yang ada yang terbatas (Ali
et al., 2012; Raslavičius dan Bazaras, 2010; Li et al ., 2013). Tentukan potensi besar
ketika sebagian atau lengkap (jika dan di mana ini mungkin) penggantian bahan bakar
fosil konvensional yang bersangkutan; Namun, sebagian besar bentuk RES menyajikan
masalah dengan biaya investasi tinggi dan kepadatan energi yang rendah
(Hadjipaschalis et al., 2009). Energi panas bumi, sama sekali tidak tergantung pada
kondisi cuaca, oleh karena itu memungkinkan energi fluks konstan (Köse, 2005).
Penggunaan energi panas bumi sebagai sumber yang mungkin untuk pembangkit listrik,
bagaimanapun, terbatas pada negara-negara dengan sumber panas bumi entalpi tinggi
(Goldstein et al., 2017). Eksploitasi sumber panas bumi juga dapat menyebabkan
berbagai masalah lingkungan tergantung pada lokasi, pada teknologi yang digunakan
dan pada kerangka hukum untuk eksploitasi yang tepat (Kömürcü dan Akpinar, 2009;
Al-Dabbas, 2009).

Geothermics, atau eksploitasi energik sumber daya hidrotermal, memanfaatkan


air panas atau uap yang dapat ditemukan di batuan berpori atau tersedot di kerak Bumi.
Pembangkit listrik geotermal komersial dimulai di Lardarello, Tuscany, Italia pada
tahun 1913 dengan kapasitas listrik terpasang sebesar 250 kW (Barbier, 1997).
Karakteristik sumur geotermal Nis-2 di Pulau Nisyros uji aliran dilakukan pada tahun
1981, 1983 dan 1985 di lapangan panas bumi di Nisyros (Institut Geologi dan
Eksplorasi Mineral (IGME), 1981, Perusahaan Power Umum Yunani, Konsultan
Geothermal Merz - Dal, 1993, Institut Geologi dan Mineral Yunani Eksplorasi (IGME),
1999, 1985). Operator dari tes ini adalah Perusahaan Pembangkit Listrik dari Yunani
3
dan I.G.M.E. Tes tersebut merupakan upaya untuk mengevaluasi karakteristik produksi
dan komposisi cairan dari sumur Nis-2. Sumur itu dibor sedikit pada tahun 1985 dan
menjadi sasaran tes aliran selama tiga bulan. Dari data yang dikumpulkan (Institut
Geologi dan Eksplorasi Mineral (I.G.M.E.), 1981;Perusahaan Pembangkit Listrik dari
Yunani, Konsultan Geothermal Merz - Dal,1993; Institut Geologi dan Eksplorasi
Mineral Yunani (I.G.M.E.), 1999, 1985), disajikan di bawah ini, Public Power
Corporation dan I.G.M.E. Diperkirakan bahwa lapangan yang diteliti dapat memasok
geothermal 2 Mwe pembangkit listrik.

 Aliran uap: Aliran uap yang dihitung (nilai rata-rata) pada suatu
tekanan parasi 15 bar-g adalah sekitar 5,2 kg / s.
 Aliran air garam: Aliran air asin yang dihitung (nilai rata-rata) pada atmo-
kondisi bola adalah 12,5 kg / s.
 Suhu Akuifer: Tidak mungkin membuat log downhole suhu dan tekanan karena
pipa airlift yang dibengkokkan di dalam sumur. Dari analisis kimia dari cairan
yang dibuang, suhu akuifer diperkirakan pada 290 ° C.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Bagaimana Analisa energi dan exergi yang terjadi pada Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi ?

2 Apa saja peralatan yang digunakan pada Pembangkit Listrik


Tenaga Panas Bumi.(PLTPB) ?

3.Bagaimana prinsip kerja pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi


(PLTPB)?
1.3.Tujuan

Adapun tujuan dibuatnya makalah Pembagkit Listrik Tenaga Panas Bumi ini
adalah :

1. Mengetahui peralatan pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi.

2. Mengetahui analisa energi dan exergi pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi

3. Mengetahui data-data yang diperlukan untuk analisis eksergi.


4
4. Menghitung efisiensi eksergi pada komponen sistem Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP/ Geothermal)

Pembangkit listrik tenaga panas bumi adalah pembangkit yang memanfaatkan


panas bumi atau geothermal sebagai energi penggerak pembangkit listrik (Power
generator). Panas bumi sumber energi panas yang terbentuk secara alami di bawah
permukaan bumi dan dapat diperbarui sehingga memiliki potensi besar serta sebagai
salah satu sumber energi pilihan dalam keanekaragaman energi. Agar panas bumi
(geothermal) ini bisa dikonversi menjadi energi listrik, tentu diperlukan beberapa
tahapan proses agar menjadi pembangkit (power plants) mulai dari pengeboran,
penyaringan hingga proses penggerakan generator.

Penggunaan energi panas bumi merupakan penggunaan tidak langsung (indirect


use) karena panas bumi hanyalah sebagai energi penggerak pembangkit listrik atau
power generator.Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) pada prinsipnya sama
dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Hanya saja, pada PLTU uap berada
diatas permukaan tanah dan berasal dari boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari
reservoir panasbumi. Jika fluida yang keluar dari reservoir panas bumi berupa fasa uap,
maka uap langsung dialirkan ke turbin sehingga dapat menghasilkan listrik.Apabila
fluida panas yang keluar dari reservoir panas bumi berupa fluida dua fasa yang terdiri
dari uap dan brine, maka fluida yang keluar dari reservoir akan masuk ke separator dulu
untuk dipisahkan sehingga bisa didapat fasa uap yang digunakan untuk menggerakkan
turbin.

Apabila sumberdaya panas bumi yang keluar dari reservoir termasuk temperatur
sedang, fluida tersebut masih dapat digunakan untuk menjadi pembangkit listrik dengan
menggunakan sistem pembangkit listrik binary (binary plant). Dalam sistem ini, fluida
sekunder (isobutene, isopentane, dan ammonia) dipanasi oleh fluida dari panas bumi
melalui heat exchanger atau penukar panas. Fluida sekunder akan menguap karna
memiliki titik didih yang lebih rendah dari air pada tekanan yang sama. Fluida sekunder
mengalir ke turbin setelah itu didinginkan kembali dengan condenser sebelum diuapkan
kembali dan seterusnya. Pada sistem ini, fluida panas bumi tidak diambil massanya
namun hanya diekstraksi panasnya untuk memanaskan fluida sekunder sementara fluida
panas buminya diinjeksi ke dalam reservoir.
6
2.2 Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi diantaranya :

2.2.1 Reservoir Panas Bumi.

Reservoir panas bumi biasanya diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu


yang bersuhu rendah (low temperature) dengan suhu di bawah 1.500 derajat Celsius dan
high temperature, dengan suhu di atas 1.500 derajat Celsius. Yang paling baik untuk
digunakan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik adalah yang masuk kategori high
temperature. Namun dengan perkembangan teknologi, sumber panas bumi dengan
kategori low temperature juga dapat digunakan, asalkan suhunya melebihi 500 derajat
Celsius.

2.2.2 Pembangkit (Power Plants)

Pembangkit (power plants) untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi dapat
beroperasi pada suhu yang relatif rendah yaitu berkisar antara 122 hingga 4.8200 F (50
– 25000 C). Bandingkan dengan pembangkit pada PLTN yang akan beroperasi pada
suhu sekitar 10.2200 F atau 5.5000 C. Inilah salah satu keunggulan pembangkit listrik
geotermal. Pembangkit yang digunakan untuk mengkonversi fluida geotermal menjadi
tenaga listrik secara umum mempunyai komponen yang sama dengan power plants lain
yang bukan berbasis geotermal, yaitu terdiri dari :

1. Separator

Sumur-sumur panas bumi umumnya memproduksikan fluida campuran, uap dan air,
sedangkan turbin di PLTP digerakkan oleh fluida kerja berupa uap kering atau
hampir superheated (uap air). Pemisahan uap dan air ini dilakukan di separator.
Karakteristik operasional separator yang harus dicapai pada pemisahan fluida panas
bumi yang paling penting adalah efisiensi pemisahan fluida yang harus tinggi dan
penurunan tekanan yang kecil selama di separator untuk mencegah terjadi endapan
(scaling) dan korosi di sudu turbin (blade) serta menghasilkan output listrik yang tinggi.

Pemisahan uap atau gas dari fluida panas bumi menggunakan prinsip pemisahan dan
pengumpulan partikel (the dust separation and collection). Banyak alat yang digunakan
pada pemisahan partikel kering diadaptasi untuk pemisahan liquid. Karena faktor
7
ekonomi dan sifat fluida panas bumi yang berbeda, metoda interical
impaction (termasuk sentrifugal dimana merupakan salah satu metoda pemisahan)
umum dipakai pada fluida panas bumi.

2. Demister
Demister adalah sebuah alat yang berbentuk tabung silinder yang pada
umumnya berukuran 14.5 m3 yang didalamnya terdapat kisi-kisi baja yang berfungsi
untuk mengeliminasi butir – butir air yang terbawa oleh uap dari sumur-sumur panas
bumi. Demister ini dipasang pada jalur uap utama setelah alat pemisah akhir (final
separator) yang ditempatkan pada bangunan rangka besi yang sangat kokoh dan terletak
di luar gedung pembangkit.

3. Turbin-Generator
Turbin adalah suatu mesin penggerak dimana energi fluida kerja, dalam hal ini
adalah uap, dipergunakan langsung untuk memutar roda turbin. Bagian turbin yang
berputar dinamakan roda turbin. Roda turbin ini terletak didalam rumah turbin. Roda
turbin memutar poros yang menggerakan atau memutar bebannya, yang dalam hal ini
adalah generator listrik. Generator disini berfungsi untuk mengubah energi mekanis
menjadi energi listrik. Secara umum, terdapat dua jenis turbin yaitu turbin tanpa
kondenser (Atmospheric Exhaust/Back Pressure Turbine) dimana yang keluar dari
turbin langsung dibuang ke udara dan turbin dengan kondenser dimana fluida yang
keluar dari turbin dialirkan ke kondenser untuk dikondensasikan. Turbin kondensor
dilengkapi dengan kondensor (condensing unit). Uap (baik yang berupa uap kering
ataupun uap hasil separasi) yang keluar dari turbin dimasukkan ke dalam kondensor
dengan tekanan vakum sehingga output power yang dihasilkan menjadi lebih tinggi dan
menjadi lebih efisien. Uap keluaran dari turbin diubah menjadi kondensat di dalam
kondensor. Kondensat dapat dikembalikan atau direinjeksikan ke dalam reservoar.

4. Kondenser
Kondensor adalah suatu alat untuk mengkondensasikan uap dari turbin dengan
kondisi tekanan yang hampa. Uap bekas dari turbin masuk dari sisi atas kondensor,
kemudian mengalami kondensasi sebagai akibat penyerapan panas oleh air pendingin
yang diinjeksikan melalui spray nozzle. Ada dua jenis kondensor, yaitu direct contact or
jet condenser dan surface condenser. Pada direct contact condenser, uap yang keluar
dari turbin langsung bersentuhan dengan fluida pendingin. Sedangkan pada surface
8
condenser, uap yang keluar dari turbin tidak bersentuhan langsung dengan fluida
pendingin. Proses pendinginannya terjadi pada alat penukar kalor (heat exchanger) yang
umumnya berupa Shell and Tube Heat Exchanger.

5. Gas Removal System


Uap panas bumi mengandung kotoran seperti zat padat yang terlarut dan non-
condensable gases (NCG). Kandungan NCG di dalam uap panas bumi bervariasi dari
hampir nol hingga 15 % berat tergantung lokasi dari sumur. Pada suatu PLTP, setelah
diekspansi di dalam turbin, uap panas bumi dikondensasi oleh air pendingin di dalam
kondensor, sementara NCG tetap dalam kondisi gas. Akumulasi dari NCG di dalam
kondensor menyebabkan tekanan kondensor naik, yang pada gilirannya
mengurangi output power dari turbin. Untuk menjaga tekanan kondensor tetap rendah,
NCG harus dikeluarkan secara terus menerus dari kondensor dengan menggunakan gas
removal system. Dengan demikian, gas removal system merupakan peralatan penting
pada sistem PLTP, karena berfungsi untuk mempertahankan kondisi vakum di dalam
kondensor dengan cara mengeluarkan NCG dan kondenser dan membuangnya langsung
ke atmosfir. Peralatan ekstraksi gas yang biasa digunakan di PLTP-PLTP di Indonesia
adalah steam jet ejector dan Liquid ring Vacuum pump (LRVP). Pemilihan tipe gas
removal system sangat penting mengingat cukup tingginya kandungan non-condensable
gas (NCG) dalam uap. Kriteria utama dalam pemilihan peralatan gas removal
system sebagai berikut:

 Tekanan kondenser (derajat kevakuman kondenser)


 Jumlah laju alir massa gas yang akan diambil dari kondenser
 Konsumsi energi yang dibutuhkan oleh peralatan gas ekstraksi
 Jumlah massa dan temperatur air pendingin yang dibutuhkan dalam kondenser

6. Hot Well Pump (HWP)


Hot Well Pump adalah pompa pendingin utama yang berfungsi untuk
memompakan air kondensat dari kondensor ke cooling tower untuk kemudian
didinginkan. Jenis pompa yang sering digunakan adalah Vertical Barriel type 1 Stage
Double Suction Centrifugal Pump, dengan jumlah dua buah pompa untuk setiap unit.

7. Cooling tower

9
Cooling tower berfungsi untuk mendinginkan kondensat dari pompa HWP agar
selanjutnya kondesat ini dapat disirkulasikan sebagai air pendingin. Cooling toweryang
biasa digunakan adalah di PLTP adalah jenis mechanical draft cross flow
tower . Cooling tower ini menggunakan kipas untuk mengalirkan udara sebagai
pendingin. Pada mechanical draft cooling tower air panas dari kondensor disemprotkan
pada struktur kayu yang berlapis-lapis yang disebut fill. Pada saat air mengalir
melalui fill, perpindahan panas akan terjadi dari air panas ke udara (dibagian atas
dari cooling tower ini terdapat kipas angin/fan). Air kemudian dipompakan kembali ke
kondensor.

Cooling tower jenis ini relatif murah dan fleksibel karena kecepatan kipas angin
dapat diubah-ubah disesuaikan dengan kondisi udara luar dan beban turbin.
Kelemahannya adalah konsumsi energi untuk menggerakan kipas angin relatif besar dan
biaya perawatannya relatif tinggi. Selain itu, ada tipe lain yaitu Natural Draught
Cooling tower yang pada dasarnya bekerja dengan prinsip yang sama
dengan mechanical draft cooling tower, kecuali disini aliran udara pendingin tidak
berasal dari fan, tapi dikarenakan bentuk dan tingginya cooling tower. Aliran bisa diatur
searah maupun berlawanan arah. Cooling tower jenis ini relatif mahal dan dan tidak
sefleksibel mechanical draft cooling tower. Salah satu keuntungannya adalah biaya
perawatannya relatif rendah.

2.3 Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi


Saat ini terdapat tiga macam teknologi pembangkit panas bumi (geothermal
power plants) yang dapat mengkonversi panas bumi menjadi sumber daya listrik, yaitu
dry steam, flash steam, dan binary cycle. Ketiga macam teknologi ini pada dasarnya
digunakan pada kondisi yang berbeda-beda.

1. Dry Steam Power Plants


Pembangkit tipe ini adalah yang pertama kali ada. Pada tipe ini uap panas
(steam) langsung diarahkan ke turbin dan mengaktifkan generator untuk bekerja
menghasilkan listrik. Sisa panas yang datang dari production well dialirkan kembali
ke dalam reservoir melalui injection well. Pembangkit tipe tertua ini pertama kali
digunakan di Lardarello, Italia, pada 1904 dimana saat ini masih berfungsi dengan
baik. Di Amerika Serikat pun dry steam power masih digunakan seperti yang ada di
Geysers, California Utara. PLTP sistem dry steam mengambil sumber uap panas
10
dari bawah permukaan. Sistem ini dipakai jika fluida yang dikeluarkan melalui
sumur produksi berupa fasa uap. Uap tersebut yang langsung dimanfaatkan untuk
memutar turbin dan kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi
energi gerak yang akan memutar generator untuk menghasilkan energi listrik.
2. Flash Steam Power Plants
PLTP sistem Flash Steam merupakan PLTP yang paling umum digunakan.
Pembangkit jenis ini memanfaatkan reservoir panas bumi yang berisi air dengan
temperatur lebih besar dari 82°C. Air yang sangat panas ini dialirkan ke atas
melalui pipa sumur produksi dengan tekanannya sendiri. Karena mengalir keatas,
tekanannya menurun dan beberapa bagian dari air menjadi uap. Uap ini kemudian
dipisahkan dari air dan dialirkan untuk memutar turbin. Sisa air dan uap yang
terkondensasi kemudian disuntikkan kembali melalui sumur injeksi ke dalam
reservoir, yang memungkinkan sumber energi ini berkesinambungan dan
terbarukan. Contoh dari Flash Steam Power Plants adalah Cal-Energy Navy I flash
geothermal power plants di Coso Geothermal field, California, Ameruka Serikat.
3. Binary Cycle Power Plants (BCPP)
BCPP menggunakan teknologi yang berbeda dengan kedua teknologi
sebelumnya yaitu dry steam dan flash steam. PLTP sistem Binary Cycle
dioperasikan dengan air pada temperatur lebih rendah yaitu antara 107°-182°C. Pada
BCPP, air panas atau uap panas yang berasal dari sumur produksi (production well)
tidak pernah menyentuh turbin. Air panas bumi digunakan untuk memanaskan apa
yang disebut dengan working fluid (biasanya senyawa organik seperti isobutana,
yang mempunyai titik didih rendah) pada heat exchanger. Working fluid kemudian
menjadi panas dan menghasilkan uap berupa flash. Uap yang dihasilkan di heat
exchanger tadi lalu dialirkan untuk memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan
generator untuk menghasilkan sumberdaya listrik. Uap panas yang dihasilkan di
heat exchanger inilah yang disebut sebagai secondary (binary) fluid. Binary Cycle
Power Plants ini sebetulnya merupakan sistem tertutup. Jadi tidak ada yang dilepas
ke atmosfer. Keunggulan dari BCPP ialah dapat dioperasikan pada suhu rendah
yaitu 900 – 1.7500C. Contoh penerapan teknologi tipe BCPP ini ada di Mammoth
Pacific Binary Geo-thermal Power Plants di Casa Diablo geothermal field, Amerika
Serikat. Banyak kalangan memerkirakan bahwa pembangkit listrik panas bumi
BCPP akan semakin banyak digunakan di masa yang akan datang.

11
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Diagram Alir Power Plant

Output Air

Output Air

Gambar 3.7 Flowsheet PLTPB di Nisyros


3.2 Perhitungan
3.2.1 Data dan Hasil Perhitungan Primer
Tabel 1 Data dan Hasil Perhitungan Eksergi Primer

12
3.2.2 Data dan Hasil Perhitungan Sekunder
Tabel 2 Data dan Hasil Perhitungan Eksergi Sekunder
State p h s
T (K) ṁ (kg/s) e (kJ/kg) Ė (kW)
No (bar) (kJ/kg) (kJ/kg.k)
1 474,56 16 2793,9 6,423 5,2 934,84086 4861,172472
2 474,56 16 858,33 2,343 5,2 195,32286 1015,678872
3 351,45 40 752,69 6,93 8,796 326,4815 2871,731274
4 423,15 40 1895,5 10,114 8,796 535,9019 4713,793112
5 313,15 11,67 1678,22 10,067 8,796 332,39995 2923,78996
6 303,15 11,67 503,6 6,184 8,796 296,0814 2604,331994
7 303,15 40 504,6 6,176 8,796 299,4266 2633,756374
8 293,15 1 83,86 0,2963 165 0 0
9 308,15 1 146,48 0,5047 165 1,52754 252,0441
10 343,15 16 168,86 0,5715 5,2 25,168085 130,874042
11 351,45 40 752,69 6,93 3,076 326,4815 1004,257094
12 423,15 40 1895,5 10,114 3,076 535,9019 1648,434244
13 313,15 11,67 1678,22 10,067 3,076 332,39995 1022,462246
14 303,15 11,67 503,6 6,184 3,076 296,0814 910,7463864
15 303,15 40 504,6 6,176 3,076 299,4266 921,0362216
16 293,15 1 83,86 0,2963 55 0 0
17 308,85 1 149,55 0,5146 55 1,695355 93,244525
18 372,78 1 417,51 1,3027 9 59,466805 535,201245
19 314,95 1 175,022 0,5961 9 24,118595 217,067355
20 372,78 1 417,51 1,3027 3,5 59,466805 208,1338175
21 320,85 1 199,461 0,6729 3,5 26,043675 91,1528625
Dead 293,15 1 1719 11,34 - 0 -
Dead 293,15 1 83,86 0,2963 - 0 -

13
3.2.3 Perhitungan Exergy Spesifik Setiap Titik

1. Titik 1
e1 = (h1 – h0) – T0 (S1 – S0)
= (2793,9 – 83,86) kJ/kg – 293,15 K (6,423 – 0,3674) kJ/kg K
= 934,84086 kJ/kg
2. Titik 2
e2 = (h2 – h0) – T0 (S2 – S0)
= (858,33 – 83,86) kJ/kg – 293,15 K (2,343 – 0,3674) kJ/kg K
= 195,32286 kJ/kg
3. Titik 3
e3 = (h3 – h0) – T0 (S3 – S0)
= (752,69 – 1719) kJ/kg – 293,15 K (6,423 – 11,34) kJ/kg K
= 326,4815 kJ/kg
4. Titik 4
e4 = (h4 – h0) – T0 (S4 – S0)
= (1819,5 – 1719) kJ/kg – 293,15 K (10,114 – 11,34) kJ/kg K
= 535,9019 kJ/kg
5. Titik 5
e5 = (h5 – h0) – T0 (S5 – S0)
= (1678,22 – 1719) kJ/kg – 293,15 K (10,067 – 11,34) kJ/kg K
= 332,39995 kJ/kg
6. Titik 6
e6 = (h6 – h0) – T0 (S6 – S0)
= (503,6 – 1719) kJ/kg – 293,15 K (6,184 – 11,34) kJ/kg K
= 296,0814 kJ/kg
7. Titik 7
e7 = (h7 – h0) – T0 (S7 – S0)
= (504,6 – 1719) kJ/kg – 293,15 K (6,176 – 11,34) kJ/kg K
= 299,4266 kJ/kg
8. Titik 8
e8 = (h8 – h0) – T0 (S8 – S0)
= (83,86 – 83,86) kJ/kg – 293,15 K (0,2963 – 0,2963) kJ/kg K
= 0 kJ/kg

14
9. Titik 9
e9 = (h9 – h0) – T0 (S9 – S0)
= (146,48 – 83,86) kJ/kg – 293,15 K (0,5047 – 0,2963) kJ/kg K
= 1,52754 kJ/kg
10. Titik 10
e10 = (h10 – h0) – T0 (S10 – S0)
= (168,86 – 83,86) kJ/kg – 293,15 K (0,5715 – 0,3674) kJ/kg K
= 25,168085 kJ/kg
11. Titik 11
e11 = (h11 – h0) – T0 (S11 – S0)
= (752,69 – 1719) kJ/kg – 293,15 K (6,93 – 11,34) kJ/kg K
= 326,4815 kJ/kg
12. Titik 12
e12 = (h12 – h0) – T0 (S12 – S0)
= (1895,5 – 1719) kJ/kg – 293,15 K (10,114 – 11,34) kJ/kg K
= 535,9019 kJ/kg
13. Titik 13
e13 = (h13 – h0) – T0 (S13 – S0)
= (1678,22 – 1719) kJ/kg – 293,15 K (10,067 – 11,34) kJ/kg K
= 332,39995 kJ/kg
14. Titik 14
e14 = (h14 – h0) – T0 (S14 – S0)
= (503,6 – 1719) kJ/kg – 293,15 K (6,184 – 11,34) kJ/kg K
= 296,0814 kJ/kg
15. Titik 15
e15 = (h15 – h0) – T0 (S15 – S0)
= (504,6 – 1719) kJ/kg – 293,15 K (6,176 – 11,34) kJ/kg K
= 299,4266 kJ/kg
16. Titik 16
e16 = (h16 – h0) – T0 (S16 – S0)
= (83,86 – 83,86) kJ/kg – 293,15 K (0,2963 – 0,2963) kJ/kg K
= 0 kJ/kg
17. Titik 17

15
e17 = (h17 – h0) – T0 (S17 – S0)
= (149,55 – 83,86) kJ/kg – 293,15 K (0,5146 – 0,2963) kJ/kg K
= 1,695355 kJ/kg
18. Titik 18
e18 = (h18 – h0) – T0 (S18 – S0)
= (417,51 – 104,92) kJ/kg – 293,15 K (1,3027 – 0,3674) kJ/kg K
= 38,406805 kJ/kg
19. Titik 19
e19 = (h19 – h0) – T0 (S19 – S0)
= (175,022 – 104,92) kJ/kg – 293,15 K (0,5961 – 0,3674) kJ/kg K
= 3,058595 kJ/kg
20. Titik 20
e20 = (h20 – h0) – T0 (S20 – S0)
= (417,51 – 104,92) kJ/kg – 293,15 K (1,3027 – 0,3674) kJ/kg K
= 38,406805 kJ/kg
21. Titik 21
e21 = (h21 – h0) – T0 (S21 – S0)
= (199,461 – 104,92) kJ/kg – 293,15 K (0,6729 – 0,3674) kJ/kg K
= 4,983675 kJ/kg

3.2.4 Perhitungan Exergy Setiap Titik

1. Titik 1
E1 = ṁ1 x e1
1 kW
=(5,2 kg/s x 934,84086kJ/kg) 1 kJ/s

= 4861,172472 kW
2. Titik 2
E2 = ṁ2 x e2
1 kW
=(5,2 kg/s x 195,32286kJ/kg) 1 kJ/s

= 1015,678872 kW
3. Titik 3
E3 = ṁ3 x e3
1 kW
=(8,796 kg/s x 326,4815 kJ/kg) 1 kJ/s

16
= 2871,731274 kW
4. Titik 4
E4 = ṁ4 x e4
1 kW
=(8,796 kg/s x 535,9019 kJ/kg) 1 kJ/s

= 4713,793112 kW
5. Titik 5
E5 = ṁ5 x e5
1 kW
=(8,796 kg/s x 332,39995 kJ/kg) 1 kJ/s

= 2923,78996 kW
6. Titik 6
E6 = ṁ6 x e6
1 kW
=(8,796 kg/s x 296,0814 kJ/kg) 1 kJ/s

= 2604,331994 kW
7. Titik 7
E7 = ṁ7 x e7
1 kW
=(8,796 kg/s x 299,4266 kJ/kg)
1 kJ/s

= 2633,756374 kW
8. Titik 8
E8 = ṁ8 x e8
1 kW
=(165 kg/s x 0 kJ/kg) 1 kJ/s

= 0 kW
9. Titik 9
E9 = ṁ9 x e9
1 kW
=(165 kg/s x 1,52754 kJ/kg) 1 kJ/s

= 252,0441 kW
10. Titik 10
E10 = ṁ10 x e10
1 kW
=(5,2 kg/s x 25,168085 kJ/kg) 1 kJ/s

= 130,874042 kW
11. Titik 11

17
E11 = ṁ11 x e11
1 kW
=(3,076 kg/s x 326,4815 kJ/kg) 1 kJ/s

= 1004,257094 kW
12. Titik 12
E12 = ṁ12 x e12
1 kW
=(3,076 kg/s x 535,9019 kJ/kg) 1 kJ/s

= 1648,434244 kW
13. Titik 13
E13 = ṁ13 x e13
1 kW
=(3,076 kg/s x 332,39995 kJ/kg) 1 kJ/s

= 1022,462246 kW
14. Titik 14
E14 = ṁ14 x e14
1 kW
=(3,076 kg/s x 296,0814 kJ/kg) 1 kJ/s

= 910,7463864 kW

15. Titik 15
E15 = ṁ15 x e15
1 kW
=(3,076 kg/s x 299,4266 kJ/kg) 1 kJ/s

= 921,0362216 kW
16. Titik 16
E16 = ṁ16 x e16
1 kW
=(55 kg/s x 0 kJ/kg) 1 kJ/s

= 0 kW
17. Titik 17
E17 = ṁ17 x e17
1 kW
=(55 kg/s x 1,695355 kJ/kg) 1 kJ/s

= 93,244525 kW
18. Titik 18
E18 = ṁ18 x e18

18
1 kW
=(9 kg/s x 38,406805 kJ/kg) 1 kJ/s

= 345,661245 kW
19. Titik 19
E19 = ṁ19 x e19
1 kW
=(9 kg/s x 3,058595kJ/kg) 1 kJ/s

= 27,527355 kW
20. Titik 20
E20 = ṁ20 x e20
1 kW
=(3,5 kg/s x 38,406805 kJ/kg) 1 kJ/s

= 134,4238175 kW
21. Titik 21
E21 = ṁ21 x e21
1 kW
=(3,5 kg/s x 4,983675 kJ/kg) 1 kJ/s

= 17,4428625 kW

Data untuk mencari Wst dan Wsv


ɳst = 0,85
ɳsv = 0,75
ρammonia = 595,17 kg/m3

Pompa I ( Pada titik 6 dan 7)


ṁ Pout P in
Wsv I = x( - )
ɳsv x 1000 ρ out ρ in

8,796 kg/s 40−11,67 bar 1 x 105 N/m2 1 J/m


= J x( )⎜ ⎜ ⎜
0,75 x 1000 ⎜ ⎜ 595,17 kg/m3 1 bar 1N
KJ

= 55.82509871 kJ/s = 55.82509871 kW

Pompa II ( Pada titik 14 dan 15)


ṁ Pout P in
Wsv II = x( - )
ɳsv x 1000 ρ out ρ in

19
3,076 kg/s 40−11,67 bar 1 x 105 N/m2 1 J/m
= J x( )⎜ ⎜ ⎜
0,75 x 1000 ⎜ ⎜ 595,17 kg/m3 1 bar 1N
kJ

= 19.52228327kJ/s = 19.52228327 kW

Turbin I ( Pada titik 4 dan 5)


Wst I = ɳst x ṁ x ( hin – hout )
= 0,85 x 8,796 kg/s x (1895,5 – 1678,22) kJ
= 1624.515648 kJ/s = 1624.515648 kW
Turbin II ( Pada titik 12 dan 13)
Wst II = ɳst x ṁ x ( hin – hout )
= 0,85 x 3,076 kg/s x (1895,5 – 1678,22) kJ
= 568.100288 kJ/s = 568.100288 kW
Cycle 1
Wnet = Wst I - Wsv I
= (1624,624 - 55,466) kW
= 1568.691 kW

Cycle II
Wnet = Wst II - Wsv II
= (568,122 – 19,396) kW
= 548.578 kW

Cycle I-II
Wtot = WCycle I + WCycle II
= (1569,158 + 548,726) kW
= 1020.113 kW
3.2.5. Perhitungan Exergy Destruction

1. vaporizer 1 = (E1 – E2) - (E3 – E4)


= (4861,172472 − 1015,678872) KW –
(4713,793112 – 2871,731274) KW

20
= 2002.55 KW
2. vaporizer 2 = (E2 – E10) - (E12 – E11)
=(1015,678872 – 130,874042) KW –
(1648,434344 – 1004,257094) KW
= 240.303 KW
3. preheater 1 = (E18 – E19) - (E3 – E7)
=(535,201245 − 217,067355) KW −
(2871,731274 – 2633,756374) KW
= 79.633 KW
4. preheater 2= (E20 – E21) - (E11 – E15)
= (208,1338175 − 91,1528625) KW − (1004,257094 −
921,0362216) KW
= 33.577 KW
5. condenser 1 = (E5 – E6) - (E9 – E8)
= (2923,78996 – 2604,331994) KW − (252,0441 − 0) KW
= 69.21 KW
6. condenser 2 = (E13 – E14) - (E17 – E16)
= (1022,462246 – 910,7463864) KW − (93,244525 − 0) KW
= 18.218 KW
7. turbin 1 =( E4 – E5) – Wturbin1
= (4713,793112 – 2923,78996) KW − (1624,624) KW
= 1791.413 KW
8. turbin 2 =( E12 – E13) – Wturbin2
= (1648,434244 − 1022,462246) KW − (568,122) KW
= 626.448 KW

9. pompa 1 = Wpompa1 – (E7 – E6)


= (55,466) KW − (2633,756374 – 2604,331994) KW
= 29.425 KW

10. pompa 2 = Wpompa2 – (E15– E14)


= (19,396) KW − (921,0362216 – 910,7463864) KW
= 10.29 KW

21
11. level 1-2 cycle
= ((E1 − E2 ) + (E18 − E19 ) + (E2 − E10 ) + (E20 − E21 )) – WLevel 1-2 cycle
= ((4861,172472 − 1015,678872) + (535,201245 − 217,067355) + (906,270872 −
130,874042) + (208,1338175 − 91,1528625))KW − (2117,884) KW

= 2938,1213 KW

12. level 1 cycle


= ((E1 − E2 ) + (E18 − E19 )) – WLevel 1 cycle

=((4861,172472 − 1015,678872) + (535,201245 − 217,067355))KW −


(1569,154) KW

= 2594,4735 KW

13. level 2 cycle = ((E2 − E10 ) + (E20 − E21 )) – Wlevel 2 Cycle


= (1015,678872 − 130,874042) + (208,1338175 − 91,1528625)KW −
(528,726) KW

= 473,05979KW
3.2.5 Perhitungan Efisiensi Setiap Alat

E4 −E3
14. vaporizer 1 = x 100 %
E1 − E2
(4713,793112 − 2871,731274) KW
=
(4861,172472−1015,678872) KW
x 100 %

= 47,9%

E12 −E11
15. vaporizer 2 = x 100 %
E2 − E10
(1648,434344 − 1004,257094) KW
= (1015,678872−130,874042) KW
x 100 %

= 72,8 %

22
E3 −E7
16. preheater 1 = x 100 %
E18 − E19
(2871,731274 − 2633,756374) KW
= x 100 %
(535,201245 − 217,067355) KW

= 74,9 %

E11 −E15
17. preheater 2 = x 100 %
E20 − E21
(1004,257094 − 921,0362216) KW
= x 100 %
(208,1338175 − 91,1528625) KW

= 71,2 %

E9 −E8
18. condenser 1 = x 100 %
E5 − E6
(252,0441− 0) KW
= x 100 %
(2923,78996 − 2604,331994) KW

= 78,3 %
E17 −E16
19. condenser 2 = x 100 %
E13 − E14
(93,244525 − 0) KW
= x 100 %
(1022,462246 − 910,7463864) KW

= 83,6 %

Wturbin 1
20. turbin 1 = x 100 %
E4 − E5
(1624,624) KW
= x 100 %
(4713,793112 − 2923,78996) KW

= 90,7 %

Wturbin 2
21. turbin 2 = x 100 %
E12 − E13
(568,122) KW
= x 100 %
(1648,434244 − 1022,462246) KW

= 90,7 %

E7 − E6
22. pompa 1 = x 100 %
Wpompa 1

23
(2633,756374 − 2604,331994) KW
= x 100 %
(55,466) KW

= 52,7 %

E15 − E14
23. pompa 2 = x 100 %
Wpompa 2

(921,0362216 − 910,7463864) KW
= x 100 %
(19,396) KW

= 53,05132605 %
24. level 1-2 cycle

W1−2 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒
= x 100 %
(E1 − E2 ) + (E18 − E19 ) + (E2 − E10 ) +(E20 − E21 )

(2117,884) KW
= (4861,172472−1015,678872) +(345,661245 − 27,527355)+(1015,678872−130,874042)+(134,4238175− 17,4428625)KW
x 100%

= 41,888485%

W𝑛𝑒𝑡
25. level 1 cycle = x 100 %
(E1 − E2 ) + (E18 − E19 )
(1569,154) KW
= (4861,172472−1015,678872) +(345,661245 x 100 %
− 27,527355 )KW

` = 37,687185%

W𝑛𝑒𝑡
26. level 2 cycle = x 100 %
(E2 − E10 ) +(E20 − E21 )
(528,726) KW
= (1015,678872−130,874042)+( 134,4238175− 17,4428625 )KW x 100 %

= 52,778349 %

24
3.2.6 Hasil Perhitungan Pemusnahan Eksergi dan Efisiensi Eksergi

Tabel 3 Hasil Perhitungan Akhir Primer

Tabel 4 Hasil Perhitungan Akhir Sekunder


Exergy Destruction
Komponen Efisiensi Exergi (%)
(Kw)
Vaporizer 1 2002.549 47,9
Preheater 1 79.633 74,9
Kondenser 1 69.21 78,3
Turbin 1 1791.413 90,6
Pompa 1 29.425 52,7
Level 1 cycle 2594,4735 37,6
Vaporizer 2 240.303 72,8
Preheater 2 33.577 71,2
Kondensor 2 18.218 83,6
Turbin 2 626.448 90,6
Pompa 2 10.29 52,7
Level 2 cycle 52,7
Level 1-2 cycle 473,05979 41,8
2938,1213

25
3.3 Analisis Hasil

Dari hasil perhitungan diatas dapat dikatakan bahwa data sekunder yang didapat
dari hasil perhitungan hampir sama dengan data primer yang diperoleh dari jurnal baik
itu eksergi spesfik maupun efisiensi tiap alat.

Efisiensi
100
90
80
70
60
50
40
Efisiensi (%)
30
20
10
0

Grafik diatas menunjukkan efisiensi dari hasil perhitungan alat-alat yang digunakan.
Efisiensi tertinggi terdapat pada turbin 1 dan turbin 2 dengan nilai sekitar 90%.
Sedangkan efisiensi terendah terjadi pada pompa 1 dan pompa 2 serta Vaporizer 1
dengan nilai range 40-50%. Pompa dan vaporizer 1 memerlukan perhatian yang besar
untuk dilakukannya perbaikan dan perawatan agar kerja dari alat ini dapat ditingkatkan
sehingga efisiensi dari alat ini juga akan meningkat serta agar energi yang dihasilkan
dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin guna menekan biaya produksi.

26
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Studi saat ini telah mengungkapkan bahwa tanaman panas bumi biner
berdasarkan siklus Rankine adalah proyek yang layak dari sudut pandang teknis. Semua
indikator eksistensi dan efisiensi yang muncul dari serangkaian perhitungan
memberikan dukungan kuat untuk pelaksanaan usulan pembangkit panas bumi biner 2.1
MW di Nisyros yang dapat mencapai hingga 10 MW dari total daya terpasang di masa
depan (Theodosiou et al., 2014). Pabrik pembangkit listrik khusus ini akan memasok
sistem tenaga interkoneksi Dodecanese dengan sejumlah besar listrik, sehingga
mengurangi ketergantungan sistem terhadap unit tenaga diesel yang dipasang di
Rhodes, Yunani. Oleh karena itu, keuntungan dari sudut pandang lingkungan akan
sangat bagus. Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, ini adalah pembangkit listrik
yang diusulkan dan sifat-sifat yang tepat dari fluida geotermal agar dapat dimanfaatkan
harus ditentukan, sehingga desain dan analisis lebih lanjut (mempertimbangkan
parameter keuangan juga) diperlukan; namun, ini memberikan gambaran yang sangat
jelas tentang tingkat pemanfaatan yang memuaskan yang dapat dicapai. Selanjutnya,
penelitian masa depan harus tetap berusaha untuk mereplikasi penelitian ini
menggunakan cairan kerja alternatif, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri
dalam temuan tentang unit panas bumi kelayakan. Kami berharap bahwa temuan kami
akan memotivasi pihak berwenang Yunani dan orang-orang dari Uni Eropa untuk
mengambil keuntungan dari bidang energi terbarukan khusus ini, yang terletak di
bagian Tenggara Mediterania, untuk kepentingan lingkungan.

27
DAFTAR PUSTAKA

 Exergy analysis for a proposed binary geothermal power plant in Nisyros


Island, Greece, 2017
 Akpinar, E.K., Hepbasli, A., 2007. A comparative study on exergetic assessment
of two ground-source (geothermal) heat pump systems for residential
applications. Build.Environ. 42 (5), 2004–2013.
 Al-Dabbas, M.A.A., 2009. The economical, environmental and technological
evaluation ofusing geothermal energy. Eur. J. Sci. Res. 38 (4), 626–642.
 Barbier, E., 1997. Nature and technology of geothermal energy: a review.
Renew. Sustain. Energy Rev. 1 (1/2), 1–69.

28

Anda mungkin juga menyukai