JURNAL PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
PERCOBAAN
OLEH :
KELOMPOK : II (DUA)
GELOMBANG : II (DUA)
SAMATA – GOWA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada beberapa fungsi dari larutan penyangga, salah satunya dalam bidang
kesehatan. Dalam bidang farmasi (obat-obatan), banyak zat aktif yang harus
berada dalam keadaan pH stabil. Perubahan pH akan menyebabkan khasiat
zat aktif tersebut berkurang atau hilang sama sekali.
Untuk obat suntik atau obat tetes mata, pH obat-obatan tersebut harus
disesuaikan dengan pH cairan tubuh. Obat tetes mata harus memiliki pH yang
sesuai dengan pH air mata agar tidak menimbulkan iritasi yang
mengakibatkan rasa perih pada mata. Begitu juga obat suntik harus
disesuaikan dengan pH darah agar tidak menimbulkan alkalosis atau asidosis
pada darah.
1. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara kerja pengukuran pH dan kerja
sistem larutan buffer.
2. Tujuan Percobaan
C. Prinsip Percobaan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
1. Asam-Basa
Asam dan basa adalah sifat kimia suatu zat yang sangat penting
untuk diketahui. Ada tiga teori dasar mengenai asam dan basa, yaitu :
a. Arrhenius (1888)
Asam adalah zat yang bila dilarutkan dalam air terionisasi
menghasilkan ion H+.
HCl H+(aq) + Cl –(aq)
Basa adalah zat yang bila dilarutkan dalam air terioniasi
menghasilkan ion OH-.
NaOH Na+ + OH-
b. Bronsted dan Lowry
Asam adalah baik ion atau molekul yang dapat memberikan
(H+) proton kepada basa atau disebut akseptor proton. Proton adalah
inti atom H yang tidak mempunyai elektron.
HCl + NH3 NH4+ + Cl-
c. Lewis (1923)
Asam adalah suatu spesies yang dapat menerima pasangan
elektron bebas (akseptor elektron) dalam reaksi kimia. Basa adalah
suatu spesies yang dapat memberi pasangan elektron (donor
pasangan elektron).
AlCl3 + :PCl3 Cl3Al PCl3
Asam basa
(Tim dosen kimia, 2003: 1)
www.google.com
4 Merah
Metal jingga Kuning
5 Merah
Metal merah Kuning
7 Merah Biru
Lakmus
11 Kuning Merah
Alizarin
www.google.com
www.google.com
Gambar pH meter
pH + pOH = 14
Air murni
H2O + H2O H3O+ + OH-
Konstanta kesetimbangan
Atau
-
Keasaman sebenarnya ialah menentukan konsentrasi ion H+ dalam
larutan. Maka pH larutan menentukan keasaman yang sebenarnya.
( - ) ( - ) -
Harga ka lebih kecil dari 10-4 maka nilai kecil ini menyebabkan 1 – α
=1
-
-
( ) ( -)
( ) √ √ ( ) √
- ( )
√
⁄ ( ) ⁄ ( )
⁄ ( )
Basa monoprotik adalah senyawa yang perunitnya dapat menerima
satu proton. Rumus umum suatu basa monoprotik (lemah) sebagai
berkiut:
(1 – )
-
-
⁄ ⁄
2. Larutan Penyangga
3. Hidrolisis Garam
Hidrolisis garam adalah reaksi antara ion-ion yang berasal dari asam
lemah atau basa lemah suatu garam. Hidrolisis garam merupakan reaksi
kesetimbangan larutan yang homogen.
Reaksi hidrolisis tidak terlalu berbeda dengan reaksi asam basa
Bronsted Lowry. Reaksi antara kation atau anion garam dan air akan
menghasilkan H3O+ atau OH-. Reaksi demikian disebut sebagai reaksi
hidrolisis garam. Akan tetapi, tidak semua garam dapat terhidrolisis.
Perhatikan penjelasan berikut:
a. Garam yang Berasal dari Asam Lemah dan Basa Kuat.
CH3COONa CH3COO-(aq) + Na+(aq)
Anion dari asam lemah akan bereaksi dengan air (terhidrolisis)
sesuai dengan persamaan reaksi berikut.
CH3COO- + H2O CH3COOH + OH-
Adanya ion OH- dalam hasil reaksi menunjukkan bahwa larutan
tersebut bersifat basa. Ion Na+ yan berasal dari basa kuat tidak
bereaksi dengan air, artinya tidak mengalami hidrolisis. Hidrolisis
yang terjadi pada anion saja atau pada kation saja disebut hidrolisis
parsial (hidrolisis sebagian). Jadi, garam jenis ini mengalami
hidrolisis parsial.
METODE PERCOBAAN
2. Bahan
B. Cara Kerja
1. Percobaan pH
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Disimpan masing-masing sampel (KBr 0,1 M; (NH4)2SO4 0,1 M;
H3BO3 0,1 M; H2SO4 0,1 M; Na2CO3 0,1 M; dan C2O4H2.2H2O 0,1
M) ke dalam plat tetes menggunakan pepet tetes sekitar 2 atau 3
tetes.
c. Di potong kertas lakmus kecil-kecil menggunakan gunting,
kemudian dimasukkan ke dalam plat tetes tadi.
d. Di ambil perubahan warna yang terjadi dan di catat hasilnya.
e. Kemudian masing-masing sampel di ukur pH-nya dengan
menggunakan indikator universal, lalu di catat hasilnya.
f. Salah satu dari 6 sampel yang ada di ukur pH-nya dengan
menggunakan pH meter dan di catat pula hasilnya.
2. Percobaan larutan penyangga (buffer)
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Di ukur volume (HCl dan KCl) masing-masing 3 ml dengan
menggunakan gelas ukur.
c. Dicampurkan antara HCl dan KCl ke dalam gelas kimia, lalu di
kocok-kocok agar larutannya dapat bercampur dengan baik.
d. Di ukur kembali volume HCl dan KCl masing-masing 1 ml dan 5
ml.
e. Di lakukan perlakuan yang sama seperti perlakuan bagian c.
f. Di ukur pH dari sampel HCl dan KCl tadi menggunakan indikator
universal.
g. Dipisahkan larutan tersebut menjadi 2 bagian yang kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah di beri label (+ NaOH
dan + HCl).
h. Di simpan tabung reaksi di rak tabung reaksi.
i. Kemudian sampel HCl dan KCl yang telah di ukur tadi, di ukur pH-
nya menggunakan indikator universal kemudian dilakukan perlakuan
yang sama seperti bagian g.
j. Dimasukkan sedikit NaOH dan HCl ke dalam tabung reaksi yang
telah berisi sampel (HCl dan KCl).
k. Di ukur pH-nya menggunakan indikator universal.
l. Untuk mengukur pH dari sampel kedua (HNO2 dan NaNO2),
dilakukan perlakuan yang sama seperti perlakuan pada sampel (HCl
dan KCl)
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan.
1. Menggunakan kertas lakmus
Lakmus
No. Sampel Asam/Netral/Basa
Merah Biru
No. Sampel pH
KBr 0,1 M 7
1.
(NH4)2SO4 0,1 M 6
2.
Na2CO3 0,1 M 8
3.
H2SO4 0,1 M 1
4.
H3BO3 0,1 M 5
5.
C2O4H2 1
6.
3. Menggunakan pH meter.
Sampel pH
6,7
H3BO3 0,1 M
4. Larutan buffer
pH penambahan
No. Larutan Buffer pH
NaOH HCl
Klorida (3 ml HCl + 3 ml
1 2 0
1. KCl)
Klorida (1 ml HCl + 5 ml
1 3 1
ml KCl)
Nitrit (3 ml HNO2 + 3 ml
1 1 0
2. NaNO2)
Nitrit (1 ml HNO2 + 5 ml
4 8 3
NaNO2)
B. Reaksi Pembentukan
1. KBr K+ + Br-
2. H2SO4 2H+ + SO42-
3. H3BO3 3H+ + BO33-
4. (NH4)2SO4 2NH4+ + SO42-
NH4+ + H2O NH4OH + H+
SO42- tidak terhidrolisis.
5. C2H2O4 2H+ + C2O42-
6. Na2CO3 2Na+ + CO32-
CO32- + H2O HCO3 + OH-
2Na+ tidak terhidrolisis.
7. Buffer klorida
HCl H+ + Cl-
a. Buffer klorida ditambah dengan asam (HCl)
Cl- + H+ HCl
b. Buffer klorida ditambah dengan basa (NaOH)
HCl + NaOH NaCl + H2O.
8. Buffer nitrit
HNO2 H+ + NO2-
a. Buffer nitrit ditambah dengan asam (HCl)
NO2- + HCl HNO2 + Cl-
b. Buffer nitrit ditambah dengan basa (NaOH)
HNO2 + NaOH NO2- + Na+ + H2O
BAB IV
PEMBAHASAN
PH adalah suatu bilangan yang menyatakan keasaman atau kebasaan suatu zat
yang larut dalam air.
Perbedaan antara asam kuat dan asam lemah serta basa kuat dan basa lemah
sebagai berikut:
1. Asam kuat
a. Sangat korosif
b. Lebih mudah terionisasi secara sempurna
c. Bereaksi dengan basa kuat menghasilkan garam netral.
d. Elektrolit kuat
e. pKa < -1,54 (Ion hidronium/H3O+)
2. Asam lemah
a. Kurang korosif
b. Lebih sukar terionisasi sempurna
c. Bereaksi dengan basa kuat menghasilkangaram basa
d. Elektrolit lemah
e. pKa > -1,54
3. Basa kuat
a. Bereaksi dengan asam kuat membentuk garam netral
b. Elektrolit kuat
4. Basa lemah
a. Bereaksi dengan asam kuat membentuk garam asam
b. Elektrolit lemah.
Berikut adalah reaksi asam, netral dan basa dari sampel pada percobaan
penentuan pH :
1. Reaksi asam
a. H2SO4 2H+ + SO42-
b. H3BO3 3H+ + BO33-
c. C2H2O4 2H+ + C2O42-
d. (NH4)2SO4 2NH4+ + SO42-
Asam sulfat, asam borat, dan asam oksalat merupakan senyawa yang
bersifat asam karena senyawa ketiga senyawa tersebut menghasilkan H+
dalam air. Senyawa amonium sulfat merupakan senyawa garam yang bersifat
asam yang terdiri dari komponen basa lemah (NH4OH) dan komponen asam
kuat (H2SO4). Senyawa yang dapat terhidrolisis dalam air adalah senyawa
yang berasal dari komponen asam atau basa lemah. Jadi SO42- tidak dapat
terhidrolisis dalam air, maka reaksinya:
NH4+ + H2O NH4OH + H+
H+ tersebut menunjukkan bahwa (NH4)2SO4 bersifat asam.
2. Reaksi netral
KBr K+ + Br –
Kalium bromida bersifat netral karena KBr berasal dari asam kuat (HBr)
dan basa kuat (KOH).
HBr + KOH KBr + H2O.
3. Reaksi basa
Na2CO3 2Na+ + CO32-
Natrium karbonat merupakn senyawa garam yang bersifat basa yang
terdiri dari komponen basa kuat (NaOH) dan komponen asam lemah
(H2CO3). Senyawa yang dapat terhidrolisis dalam air adalah senyawa yang
berasal dari komponen asam atau basa lemah. Jadi 2Na+ tidak dapat
terhidrolisis dalam air, maka reaksinya:
CO32- + H2O HCO3- + OH-
OH- tersebut menunjukkan bahwa Na2CO3 bersifat basa.
Buffer yang digunakan untuk obat tetes mata adalah buffer dari campuran
asam lemah dihidrogen fosfat (H2PO4-) dan basa konjugasinya, yaitu
monohidrogen fosfat (HPO42-). H2PO4- dan HPO42- dapat bereaksi dengan asam
atau basa sehingga penyangga tersebut dapat menjaga pH darah (cairan) agar tetap
konstan yaitu sekitar 7,4.
Adapun cara kerja dalam percobaan ini yakni yang pertama untuk
menentukan nilai pH. Untuk menentukan nilai pH yang pertama-tama, siapkan
alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian disimpan masing-masing sampel
(KBr 0,1 M; (NH4)2SO4 0,1 M; Na2CO3 0,1 M; H2SO4 0,1 M, H3BO4 0,1 M dan
(CO2H)2.2H2O 0,1 M). Ke dalam plat tetes. Teteskan sekitar 2 atau 3 tetes,
kemudian kertas kertas lakmus di potong kecil-kecil menggunakan gunting. Hal
itu dilakukan untuk menghemat penggunaan kertas lakmus. Kemudian masukkan
kertas lakmus ke dalam plat tetes, kemudian amati perubahan warnanya dan catat
hasilnya. Lalu masing-masing sampel di ukur pH-nya menggunakan indikator
universal dan di catat hasilnya. Di ukur pH salah satu sampel menggunakan pH
meter dan di catat pH-nya. Sedangkan untuk menentukan larutan buffer yakni,
pertama-tama siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Di ukur volume
sampel pertama (HCl dan KCl) masing-masing 3 ml dengan menggunakan gelas
ukur. Kemudian kedua sampel tersebut dicampur ke dalam gelas kimia dan di
kocok agar larutannya dapat bercampur dengan baik. Setelah itu di ukur lagi
volume dari HCl dan KCl masing-masing 1 ml dan 5 ml. kemudian campurkan
kedua larutan dalam gelas kimia kedua. Kemudian larutan yang ada pada gelas
kimia 1 dan gelas kimia 2 di ukur pH-nya dan di catat hasilnya. Setelah itu
masing-masing sampel (HCl dan KCl 3:3 serta HCl dan KCl 1:5), dipisahkan
menjadi 2 bagian kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah di beri
label (+ NaOH dan + HCl). Tabung reaksi tersebut di simpan sementara di rak
tabung reaksi. Setelah itu masukkan sedikit HCl dan NaOH ke dalam masing-
masing sampel, setelah itu ukur pH-nya menggunakan indicator universal. Untuk
menetukan nilai pH dari sampel yang kedua (HNO2 dan NaNO2), dilakukan
perlakuan yang sama seperti pada sampel HCl dan KCl.
Dari hasil pengamatan, diperoleh KBr adalah senyawa yang bersifat netral
dengan pH 7, hal ini sesuai dengan literatur bahwa KBr merupakan senyawa yang
netral yang memiliki pH 7. Natrium sulfat adalah senyawa garam yang bersifat
asam yang memiliki pH 6, ini sesuai dengan literatur bahwa natrium karbonat
adalah senyawa garam yang bersifat asam yang memiliki pH dibawah 7. Natrium
karbonat adalah senyawa garam yang bersifat basa dan memiliki pH 8, ini sesuai
dengan literatur bahwa natriumn karbonat merupakan senyawa garam yang
bersifat basa dan memiliki pH di atas 7. Asam sulfat memiliki pH 1, ini sesuai
dengan literatur bahwa asam sulfat memiliki pH 1. Asam oksalat memiliki pH 1,
ini tidak sesuai dengan literatur karena pada literatur asam oksalat merupakan
senyawa asam lemah yang artinya pH-nya sekitar 3 atau di atas 3. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor kesalahan. Asam borat memiliki pH 5, ini sesuai
dengan literatur bahwa asam borat merupakan senyawa yang memiliki pH di
bawah 7. Dan didapatkan pula pH asam borat yakni 6,7 dengan menggunakan pH
meter. Hasil yang ditunjukkan oleh pH meter dan menggunakan kertas lakmus
ternyata hasilnya berbeda. Yang disebabkan adanya faktor kesalahan.
Dari percobaan larutan buffer didapatkan pula bahwa pH buffer klorida saat
HCl 0,1 M dicampurkan dengan KCl 0,1 M adalah 1. Setelah ditambahkan HCl
pH-nya menjadi 0 dan yang ditambahkan NaOH pH-nya menjadi 2. Selain itu pH
NaNO2 0,1 M yang dicampurkan dengan HNO2 0,1 M adalah 1. Setelah
ditambahkan HCl pH-nya menjadi 0 dan ditambahkan dengan NaOH pH-nya
tetap 1. Hasil yang diperoleh ini tidak sesuai dengan literatur karena larutan buffer
adalah larutan yang dapat mempertahankan pH-nya dari penambahan oleh asam,
basa, maupun pengenceran oleh air. Sementara hasil yang diperoleh hasilnya
berbeda-beda atau nilai pH-nya tidak tetap. Hal ini karena dipengaruhi oleh faktor
kesalahan. Untuk larutan buffer dengan perbandingan 1:5 menghasilkan pH 1,
setelah ditambahkan NaOH pH-nya menjadi 2 dan ditambah HCl pH-nya menjadi
0. Hasil ini juga tidak sesuai dengan literatur. Sama halnya dengan buffer klorida,
buffer nitrit juga menunjukkan pH yang berbeda setelah ditambah NaOH dan
HCl. Buffer klorida memiliki pH 4, namun setelah ditambah NaOH pH-nya
menjadi 8 dan setelah di tambah HCL pH-nya menjadi 3.
Menurut literatur asam kuat dan basa konjugasinya (garamnya) tidak dapat
membentuk larutan penyangga. Jadi asam klorida (HCl) dan kalium klorida (KCl)
tidak dapat membentuk larutan penyangga. Serta dalam percobaan diperoleh hasil
bahwa pH larutan tersebut berubah-ubah atau tidak tetap. Sedangkan untuk asam
lemah dan basa konjugasinya (garamnya) dapat membenntuk larutan penyangga,
maka HNO2 dan NaNO2 dapat membentuk larutan penyangga. Artinya pH larutan
ini akan tetap jika ditambahkan sedikit asam,basa, maupun pengencerran oleh air.
Namun, hasil yang didapatkan di laboratorium ternyata berbeda. PH buffer nitrit
tidak tetap atau berubah-ubah. Perbedaan hasil ini disebabkan karena adanya
faktor kesalahan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data dengan
menggunakan kertas lakmus dan indikator universal yakni KBr bersifat netral
dengan pH 7, ammonium sulfat garam yang bersifat asam dengan pH 6, asam
oksalat bersifat asam dengan pH 1, asam sulfat bersifat asam dengan pH 1,
asam borat bersifat asam dengan pH 5, dan natrium karbonat garam yang
bersifat basa dengan pH 8. Serta didapatkan pula pH dari asam borat sebesar
6,7 dengan menggunakan pH meter.
B. Saran
1. Untuk Laboratorium
Sebaiknya alat-alat di laboratorium dilengkapi agar percobaan dapat
berjalan dengan baik.
2. Untuk Asisten
Sekiranya lebih memperhatikan praktikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi keempat, Erlangga: Jakarta, 2001
Day, R.A. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi keenam, Erlangga: Jakarta, 1981.
Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, Depkes RI, Jakarta, 1979.
Tim Dosen Kimia Dasar. Penuntun Praktikum Kimia Dasar, UIN Alauddin:
Makassar, 2011.
LAMPIRAN
Skema Kerja
1. Penentuan pH
Diteteskan
Di ukur pH
Diamati perubahan
warnanya
Di catat hasilnya
2. Larutan Buffer
3:3 1:5
( Ukur PH ) ( Ukur PH )
Diukur pH Diukur pH
Dimasukkan pada
tabel
Gambar Percobaan