ASAM SULFAT
Oleh :
Nama : I Putu Adi Surya Mahardika
NIM : 1208105002
Kelompok :1
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2013
I. TUJUAN
Mampu melakukan dan memahami praktikum mengenai asam sulfat
Mampu melakukan pengenceran asam sulfat pekat
Memahami sifat asam sulfat pekat sebagai oksidator dan dehidrator
A. Alat-alat:
1. Tabung reaksi
2. Gelas beker
3. Gelas ukur
4. Pipet tetes
5. Batang pengaduk
B. Bahan-bahan:
1. H2SO4 pekat
2. CuSO4.5H2O
3. Gula pasir
4. Kayu (batang korek api)
5. Logam Zn Cu dan Fe
6. Aquades
V. HASIL PENGAMATAN
2 mL 20 mL Suhu meningkat
VI. PEMBAHASAN
A. Reaksi pengenceran asam sulfat pekat
Percobaan kali ini bertujuan agar praktikan mampu melakukan pengenceran
asam sulfat dengan baik dan benar, dimana 2 ml larutan asam sulfat pekat
diencerkan dengan 20 ml air. Reaksi asam sulfat pekat dengan air sangat kuat dan
menimbulkan panas yang tinggi. Pengenceran dilakukan dengan cara
menambahkan asam sulfat pekat kedalam air secara perlahan, sedikit demi sedikit
sambil diaduk. Air tidak boleh ditambahkan kedalam asam sulfat karena hal itu
akan mengakibatkan memerciknya larutan sehingga menimbulkan hal yang
membahayakan. Reaksi asam sulfat dengan air sifatnya eksoterm (menghasilkan
panas), reaksi eksoterm adalah reaksi kimia yang menghasilkan kalor/melepaskan
kalor. Pada reaksi eksoterm, terjadi perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan
sehingga lingkungan menjadi panas. Reaksi eksoterm akan membebaskan energi
sehingga entalpi sistem berkurang dan perubahan entalpi bernilai negatif. Dari
hasil pengamatan praktikum yang telah dilakukan, suhu gelas beker perlahan
bertambah panas seiring dilakukan penambahan asam sulfat dan dilakukan
pengadukan. Pertambahan suhu tersebutlah yang dinamakan reaksi eksoterm.
B. Reaksi dehidrasi
Pada percobaan ketiga, dalam tabung yang berisikan batang korek api
dimasukkan 2 ml asam sulfat. Dari hasil pengamatan, setelah bereaksi terjadi
perubahan pada batang korek api menjadi hitam atau gosong. Hal ini disebabkan
karena asam sulfat pekat bertindak sebagai dehidrator, dimana asam sulfat pekat
menarik molekul air dari batang korek api, dan yang tersisa pada batang korek api
hanya unsur karbon saja dan dapat ditunjukkan oleh reaksi berikut :
Cn(H2O)n → nC + n H2O
Selanjutnya adalah hasil dari percobaan pertama yang berwarna putih
direaksikan dengan air, sebelumnya keluarkan asam sulfat pekat yang sudah
mengikat air dari senyawa CuSO4.5H2O terlebih dahulu. Lalu baru masukkan 50
ml air ke dalam tabung yang berisi Kristal CuSO4 tersebut. Dan dari hasil
pengamatan dan praktikum yang dilakukan terlihat bahwa Kristal CuSO4 melarut
sempurna dengan air dan perlahan Kristal CuSO4 menjadi warna biru muda. Hal
ini disebabkan oleh ketika senyawa CuSO4.5H2O dimasukkan kedalam asam
sulfat pekat yang masih tersisa adalah Kristal CuSO4, lalu Kristal CuSO4 diberi air
dan Kristal CuSO4 berikatan kembali dengan air dan berubah kembali menjadi
warna biru. Hal ini membuktikan bahwa didalam air terdapat garam CuSO4 yang
melarut didalam air menjadi larutan berwarna biru. Setelah CuSO4 bereaksi
dengan air, maka Kristal CuSO4 kembali membentuk CuSO4.5H2O yang berwarna
biru.
Setelah itu hasil percobaan ketiga, yaitu batang korek api yang berwarna
hitam diberi 50 mL air, setelah didiamkan beberapa saat tetap tidak terjadi
perubahan. Hal ini dikarenakan molekul air yang telah diambil pada batang korek
api tidak bisa dikembalikan lagi.
Dari beberapa percobaan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketika
suatu senyawa yang didalamnya terdapat air dan direaksikan oleh asam sulfat
pekat, air dari senyawa tersebut akan ditarik oleh dengan asam sulfat pekat,
karena asam sulfat pekat bertindak sebagai dehidrator (suatu senyawa yang
menarik air dari senyawa lain). Beberapa hasil dari percobaan ketika suatu
senyawa dimasukkan kedalam asam sulfat pekat dan hasil senyawa tersebut
dimasukkan kedalam air, senyawa tersebut akan mengikat air dan didalam
senyawa tersebut akan terdapat air lagi.
C. Reaksi Oksidasi
Dalam laboratorium terdapat beberapa zat yang dapat digunakan sebagai
oksidator. Oksidator yaitu zat yang dapat menyebabkan zat lain mengalami
oksidasi sehingga dirinya sendiri akan mengalami reduksi. Dan dalam percobaan
kali ini logam Zn, Cu, dan Fe direaksikan dengan asam sulfat encer, dan asam
sulfat pekat yang dipanaskan. Disiapkan 3 tabung reaksi yang masing-masing
berisi logam Zn, Fe, dan Cu dan diberi 2 ml asam sulfat encer. Dan 3 tabung
reaksi lagi yang masing-masing berisi logam Zn, Fe, dan Cu dan diberi 1 ml asam
sulfat pekat kemudian dipanaskan
Logam Zn bereaksi dengan asam sulfat encer dan menghasilkan larutan seng
(II) sulfat dan gas hidrogen. Reaksi tersebut merupakan reaksi redoks, dimana
reaksi redoks adalah reaksi dimana terdapat pereaksi yang mengalami reaksi
reduksi dan reaksi oksidasi. Reaksi antara asam sulfat encer dengan logam Zn
adalah sebagai berikut:
Zn(s) + H2SO4(aq) ZnSO4(aq) + H2(g).
Dari reaksi tersebut logam Zn mengalami reaksi oksidasi, dimana logam Zn
berubah menjadi larutan ZnSO4. Disini logam Zn memiliki bilangan oksidasi 0
karena logam Zn berdiri sendiri. Sedangkan larutan ZnSO4, dimana Zn dalam
larutan ZnSO4 memiliki bilangan oksidasi +2. Dari perubahan bilangan oksidasi
tersebut kita mengetahui bahwa logam Zn mengalami reaksi oksidasi, dimana
reaksi oksidasi adalah reaksi yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Karena
bilangan oksidasi Zn menjadi ZnSO4 mengalami peningkatan bilangan oksidasi
dari 0 menjadi +2. Logam Zn mengalami reaksi oksidasi dan bertindak sebagai
reduktor, dimana reduktor adalah suatu zat pereaksi yang mengalami reaksi
oksidasi. Dari reaksi antara logam Zn dengan asam sulfat encer, dimana larutan
H2SO4 encer mengalami reaksi reduksi, dimana larutan H2SO4 encer berubah
menjadi gas H2. Disini larutan H2SO4 encer memiliki bilangan oksidasi pada atom
hidrogennya sebesar +1. Sedangkan gas H2, memiliki bilangan oksidasi sebesar 0.
Dari perubahan bilangan oksidasi tersebut kita mengetahui larutan H2SO4 encer
mengalami reaksi reduksi, dimana reaksi reduksi adalah reaksi yang mengalami
penurunan bilangan oksidasi. Karena bilangan oksidasi larutan H2SO4 encer
menjadi gas H2 mengalami penunurunan bilangan oksidasi dari +1 menjadi 0.
Maka dari itu larutan H2SO4 encer mengalami reaksi reduksi dan bertindak
sebagai oksidator. Dimana oksidator adalah suatu zat pereaksi yang mengalami
reaksi reduksi. Disini terbukti bahwa asam sulfat encer bertindak sebagai
oksidator dan logam Zn bertindak sebagai reduktor.
Pada tabung asam sulfat encer berikutnya yang dimasukkan logam Cu tidak
mengalami suatu reaksi. Hal ini disebabkan karena tembaga (Cu) adalah logam
yang kurang reaktif, dimana didalam deret kereaktifan logam, tembaga berada di
sebelah kanan dari unsur hidrogen yang berarti logam tembaga (Cu) termasuk
logam yang sukar bereaksi dengan logam yang berada disebelah kirinya.
Walaupun tembaga tidak bereaksi dengan asam sulfat encer, logam tembaga (Cu)
dapat bereaksi dengan asam sulfat pekat dan dipanaskan.
Selanjutnya pada penambahan 2 ml asam sulfat encer dalam tabung reaksi
yang berisi logam Fe terjadi reaksi menghasilkan larutan besi (II) sulfat dan gas
hidrogen dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
Fe(s) + H2SO4(aq) → FeSO4(aq) + H2(g)
Terlihat pada reaksi redoks diatas H2SO4 bertindak sebagai oksidator dan
mengalami reduksi sehingga biloks H yang mula-mula bernilai +1 pada H2SO4
menjadi bernilai 0 pada gas hidrogen.
Selanjutnya ke dalam tabung reaksi lainnya yang berisi Zn, diberikan 1 ml
asam sulfat pekat dan dipanaskan. Reaksi tersebut menghasilkan larutan seng (II)
sulfat (ZnSO4) dan air sesuai dengan persamaan :
Zn(s) + 2H2SO4(aq) ZnSO4(aq) + 2H2O(l) + SO2(g)
Dari reaksi tersebut logam Zn mengalami reaksi oksidasi, dimana logam Zn
berubah menjadi larutan ZnSO4. Disini logam Zn memiliki bilangan oksidasi 0
karena logam Zn berdiri sendiri maka dari itu bilangan oksidasi Zn adalah 0.
Sedangkan larutan ZnSO4, dimana Zn dalam larutan ZnSO4 memiliki bilangan
oksidasi +2. Dari perubahan bilangan oksidasi tersebut kita mengetahui bahwa
logam Zn mengalami reaksi oksidasi, dimana reaksi oksidasi adalah reaksi yang
mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Karena bilangan oksidasi Zn menjadi
ZnSO4 mengalami peningkatan bilangan oksidasi dari 0 menjadi +2. Maka dari itu
logam Zn mengalami reaksi oksidasi dan bertindak sebagai reduktor. Dimana
reduktor adalah suatu zat pereaksi yang mengalami reaksi oksidasi. Dari reaksi
antara logam Zn dengan asam sulfat pekat dan dipanaskan, dimana larutan H2SO4
pekat mengalami reaksi reduksi, dimana larutan H2SO4 pekat berubah menjadi gas
SO2. Disini larutan H2SO4 pekat memiliki bilangan oksidasi pada atom
belerangnya sebesar +6. Sedangkan gas SO2, memiliki bilangan oksidasi pada
atom belerangnya sebesar +4. Dari perubahan bilangan oksidasi tersebut kita
mengetahui larutan H2SO4 pekat mengalami reaksi reduksi, dimana reaksi reduksi
adalah reaksi yang mengalami penurunan bilangan oksidasi. Karena bilangan
oksidasi larutan H2SO4 pekat menjadi gas SO2 mengalami penunurunan bilangan
oksidasi dari +6 menjadi +4. Maka dari itu larutan H2SO4 pekat mengalami reaksi
reduksi dan bertindak sebagai oksidator. Dimana oksidator adalah suatu zat
pereaksi yang mengalami reaksi reduksi. Disini terbukti bahwa asam sulfat pekat
bertindak sebagai oksidator dan logam Zn bertindak sebagai reduktor.
Pada tabung yang berisi lain yang berisi Cu, ditambahkan asam sulfat pekat
dan dipanaskan lalu bereaksi dan membentuk larutan tembaga (II) sulfat (CuSO4)
dan air serta gas belerang dioksida (SO2) sesuai dengan persamaan :
Cu(s) + 2H2SO4(aq) CuSO4(aq) + 2H2O(l) + SO2(g)
Dari reaksi tersebut logam Cu mengalami reaksi oksidasi, dimana logam Cu
berubah menjadi larutan CuSO4. Disini logam Cu memiliki bilangan oksidasi 0
karena logam Cu berdiri sendiri maka dari itu bilangan oksidasi Cu adalah 0.
Sedangkan larutan CuSO4, dimana Cu dalam larutan CuSO4 memiliki bilangan
oksidasi +2. Dari perubahan bilangan oksidasi tersebut kita mengetahui bahwa
logam Cu mengalami reaksi oksidasi, dimana reaksi oksidasi adalah reaksi yang
mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Karena bilangan oksidasi Cu menjadi
CuSO4 mengalami peningkatan bilangan oksidasi dari 0 menjadi +2. Maka dari itu
logam Cu mengalami reaksi oksidasi dan bertindak sebagai reduktor. Dimana
reduktor adalah suatu zat pereaksi yang mengalami reaksi oksidasi. Dari reaksi
antara logam Cu dengan asam sulfat pekat dan dipanaskan, dimana larutan H2SO4
pekat mengalami reaksi reduksi, dan larutan H2SO4 pekat berubah menjadi gas
SO2. Disini larutan H2SO4 pekat memiliki bilangan oksidasi pada atom
belerangnya sebesar +6. Sedangkan gas SO2, memiliki bilangan oksidasi pada
atom belerangnya sebesar +4. Dari perubahan bilangan oksidasi tersebut kita
mengetahui larutan H2SO4 pekat mengalami reaksi reduksi, dimana reaksi reduksi
adalah reaksi yang mengalami penurunan bilangan oksidasi. Karena bilangan
oksidasi larutan H2SO4 pekat menjadi gas SO2 mengalami penunurunan bilangan
oksidasi dari +6 menjadi +4. Maka dari itu larutan H2SO4 pekat mengalami reaksi
reduksi dan bertindak sebagai oksidator. Dimana oksidator adalah suatu zat
pereaksi yang mengalami reaksi reduksi. Disini terbukti bahwa asam sulfat pekat
bertindak sebagai oksidator dan logam Cu bertindak sebagai reduktor. Reaksi
antara logam Cu dengan asam sulfat pekat yang dipanaskan sama dengan reaksi
antara logam Zn asam sulfat pekat yang dipanaskan yang sama-sama
menghasilkan suatu gas SO2 dan H2O yang membedakan hanya jenis logamnya
saja.
Selanjutnya ke dalam tabung reaksi lainnya yang berisi Fe, diberikan 1 ml
asam sulfat pekat dan dipanaskan. Reaksi tersebut menghasilkan larutan Besi (II)
sulfat (FeSO4) dan air sesuai dengan persamaan :
Fe(s) + 2H2SO4(aq) FeSO4(aq) + 2H2O(l) + SO2(g)
Terlihat pada reaksi redoks diatas H2SO4 bertindak sebagai oksidator dan
mengalami reduksi sehingga biloks H yang mula-mula bernilai +1 pada H2SO4
menjadi bernilai 0 pada gas hidrogen.
Dari percobaan ini terbukti bahwa asam sulfat baik yang encer maupun yang
pekat bertindak sebagai zat oksidator kuat jika direaksikan dalam suatu logam.
Dari pembahasan dan hasil pengamatan pada percobaan ini, logam Zn bisa
bereaksi dengan asam sulfat encer dan asam sulfat pekat yang panas. Hal ini
disebabkan karena logam Zn berada di sebelah kiri unsur hidrogen(H) maka dari
itu logam Zn lebih reaktif dari unsur hidrogen(H) dan bisa bereaksi dengan asam
sulfat encer maupun pekat yang dipanaskan. Sedangkan logam Cu hanya bisa
bereaksi dengan asam sulfat pekat yang dipanaskan dan tidak bereaksi dengan
asam sulfat encer. Hal ini disebabkan karena logam Cu adalah logam yang tidak
reaktif dan sukar bereaksi dengan unsur yang berada di sebelah kirinya karena
unusur Cu berada disebelah kanan unsur hidrogen(H). Maka dari itu logam Cu
tidak bereaksi dengan asam sulfat encer tetapi logam Cu bereaksi dengan asam
sulfat pekat yang panas, hal ini dikarenakan asam sulfat pekat dan panas memiliki
sifat oksidator yang lebih kuat dibandingkan logam tembaga(Cu).
VIII. KESIMPULAN
Tim Laboratorium Kimia Dasar. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II.
Bukit Jimbaran : Jurusan Kimia, F.MIPA, UNUD.
Petrucci, Ralph.H. 1999. Kimia Dasar – Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat Jilid. Jakarta : Erlangga.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti, Edisi Ketiga. Jakarta
: Erlangga.