Disusun Oleh:
1. Ratu Faizah
2. Naura Nazza Luthfianandra
3. Ratu Maulidya Noorizky
4. Ibrahimovic Ma’ruf
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Sejarah dan perkembangan
Asam sulfat pertama kali ditemukan pada abad ke-8 oleh Alkimiawan bernama Geber
dan senyawa ini dikaji oleh Rhazes pada abad ke-9 melalui distilasi kering mineral yang
mengandung besi(II) sulfat heptahidrat (FeSO4.7H2O) dan tembaga(II) sulfat pentahidrat
(CuSO4.5H2O). Senyawa tersebut terurai menjadi besi(II) oksida dan tembaga(II) oksida,
serta melepaskan air dan sulfur trioksida. Kedua senyawa tersebut dapat bereaksi dan
menghasilkan asam sulfat. Kimiawan bernama Johann Glauber pada abad ke-17
menghasilkan asam sulfat melalui pembakaran sulfur dan KNO3 menggunakan uap
sehingga KNO3 terurai dan mengoksidasi sulfur membentuk SO3 yang bereaksi dengan air
membentuk H2SO4. Terdapat tiga proses dalam pembuatan senyawa asam sulfat, yaitu
proses bilik, proses kontak, dan proses Wet Sulfuric Acid (WSA). Proses bilik diadaptasikan
oleh John Roebuck dengan metode dari Johan Glauber ke dalam suatu bilik sehingga asam
sulfat yang dihasilkan lebih banyak. Proses jenis ini merupakan standar pembuatan asam
sulfat selama dua abad. Tahun 1831, Peregrine Philips mematenkan proses yang lebih
ekonomis dalam pembuatan sulfur trioksida dan asam sulfat, dimana proses ini disebut
proses kontak yang hampir digunakan pada seluruh produksi senyawa asam sulfat di dunia
karena memiliki konversi yang lebih tinggi (Anwardah, 2016).
Asam sulfat – dengan rumus kimia H2SO4 – sering disebut juga dengan sebutan King of
Chemicals atau rajanya bahan kimia.
Hal ini dikarenakan begitu banyaknya kegunaan asam sulfat dalam industri dan kehidupan
sehari-hari.
Sebagai buktinya, asam sulfat masuk ke dalam kelompok 10 besar bahan kimia terpenting
di dunia, bersama dengan amonia, asam fosfat, NaOH dan nitrogen.
Terdiri dari tiga jenis proses yaitu proses bilik, proses kontak, dan proses Wet Sulfuric
Acid (WSA). Proses kontak dan proses WSA merupakan pengembangan dari proses bilik,
dimana kondisi operasi, katalis, konversi, dan konsentrasi produk pada proses kontak lebih
efisien.
Gas SO2 dan NO serta gas dari menara Gay Lussac, dialirkan menuju menara Glover.
Produk dari menara Glover dialirkan ke bilik timbal dan disemprotkan dengan air
menghasilkan asam sulfat. Sebagian asam sulfat dialirkan ke dalam menara Gay Lussac
guna menyerap gas NO dan NO2 sebagai katalisator. Menara Gay Lussac berfungsi untuk
recovery katalisator gas NO dan NO2 dan menara Glover berguna untuk memekatkan hasil
asam sulfat keluaran bilik timbal.
proses bilik timbal Proses bilik-timbal yang dikembangkan pada pertengahan kedua
abad ke-18, mungkin juga berasal dari laboratorium para alkimiawan, yang membakar
sulfur dalam bejana tanah liat. Sejumlah kecil SO3 yang dihasilkan (bersama SO2 yang
menjadi produk utamanya) diembunkan dan dimasukkan ke dalam air untuk membuat
asam sulfat. Suatu penemuan yang tak sengaja mengungkapkan bahwa penambahan
natrium nitrat atau kalium nitrat meningkatkan rendemen SO 3.
proses bilik timbal Proses bilik-timbal yang dikembangkan pada pertengahan kedua
abad ke-18, mungkin juga berasal dari laboratorium para alkimiawan, yang membakar
sulfur dalam bejana tanah liat. Sejumlah kecil SO3 yang dihasilkan (bersama SO2 yang
menjadi produk utamanya) diembunkan dan dimasukkan ke dalam air untuk membuat
asam sulfat. Suatu penemuan yang tak sengaja mengungkapkan bahwa penambahan
natrium nitrat atau kalium nitrat meningkatkan rendemen SO 3.
Proses kontak ialah proses mengalirkan sulfur dioksida dengan udara melalui
katalis. Proses tersebut diikuti dengan absorpsi sulfur trioksida di dalam asam sulfat
dengan konsentrasi 98,5%-99,5%. Pengembangan dari proses kontak ialah penggunaan
excess oksigen dalam campuran gas. Katalis yang digunakan pada proses ini berupa zat
padat dan berpori-pori antara lain Pt, V2O5, dan Fe2O3.
a. Belerang dibakar di udara, sehingga bereaksi dengan oksigen dan menghasilkan gas
belerang dioksida.
d. Reaksi tersebut berlangsung hebat sekali dan menghasilkan asam sulfat yang sangat
korosif. Untuk mengatasi hal ini, gas SO 3 dialirkan melalui menara yang di dalamnya
terdapat aliran H2SO4 pekat, sehingga terbentuk asam pirosulfat (H 2S2O7) atau disebut
“oleum”. Asam pirosulfat direaksikan dengan air sampai menghasilkan asam sulfat
Sampai tahun 1900, belum ada pabrik dengan proses kontak yang dibangun di Eropa,
di mana terdapat kebutuhan terhadap oleum dan asam konsentrasi tinggi untuk
digunakan pada sulfonasi, terutama pada industri zat warna. Dalam periode 1900 sampai
1925, banyak pabrik asam sulfat dengan proses kontak telah dapat bersaing dengan
proses kamar pada segala konsentrasi asam yang dihasilkan. Sejak pertengahan tahun
1920- an, kebanyakan fasilitas yang baru dibangun dengan menggunakan proses kontak
dengan katalis hidrogen biasanya berupa zat padat, antara lain Pt, V2O5 dan Fe2O3.
Katalis ini berpori-pori sehingga cocok untuk pembuatan asam sulfat, karena memiliki
bidang kontak yang besar. Udara yang digunakan untuk membakar belerang dibersihkan
dahulu dengan asam sulfat dalam menara absorber, hasil pembakaran dibersihkan dalam
Waste Heat Boiler kemudian dimasukkan ke dalam konverter bersama O2, gas hasil
konverter atau reaktor dimasukkan ke dalam menara penyerap atau absorber. Penyerap
yang digunakan adalah asam sulfat 98,5%
2.1.3. Perbandingan
Ada dua proses utama yang kami gunakan untuk produksi asam sulfat: proses bilik
timbal dan proses kontak. Perbedaan yang jelas dari mereka, proses bilik timah dan proses
kontak, merupakan istilah yang mengacu pada proses bilik timah menggunakan gas
nitrogen oksida sebagai katalis, sedangkan proses kontak menggunakan vanadium
pentoksida.
Lebih lanjut, reaktan untuk proses bejana timbal adalah belerang trioksida dan uap
sedangkan reaktan untuk proses kontak adalah belerang, oksigen, dan udara lembab.
Selain itu, produk akhir dari proses bejana timbal adalah asam sulfat, tetapi proses kontak
juga menghasilkan belerang trioksida dan oleum.
Jadi, ini juga merupakan perbedaan antara proses ruang timbal dan proses kontak.