Anda di halaman 1dari 32

KHLOR-ALKALI

Disusun oleh :
1. Atika Rahayu (1613023040)
2. Haya Afiatni Harahap (1613023015)
3. Nana Kusuma Wardhani (1613023042)
4. Novita Sari (1613023041)
Kelompok :2
Mata Kuliah : Kimia Industri
Dosen Pengampu : Dr. Noor Fadiawati, M.Si.
M. Mahfud Fauzi, S.Pd.,M.Sc.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu kita panjatkan atas kahadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul khlor-alkali.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga tugas ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tugas ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan tugas ini.

Semoga tugas ini memberikan informasi bagi pembaca, mahasisiwa dan


bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.

Bandar Lampung, Februari 2019

Penulis

ii
DAFTAR

ISI

Contents
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1 Sejarah....................................................................................................................... 3
2.2 Penggunaan Dan Ekonomi ........................................................................................ 5
2.3 Aneka Alkali ............................................................................................................. 9
2.4 Pembuatan Klor Dan Soda Kaustik .......................................................................... 9
2.5 Reaksi Dan Perubahan Energi................................................................................. 10
2.6 Jenis-Jenis Sel ......................................................................................................... 12
2.7 Proses-Proses Lain Pembuatan Khlor ..................................................................... 19
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 28
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, berbagai jenis bahan kimia kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam industri. Soda kaustik dan klor merupakan salah satu industri
kimia yang paling penting.Dalam penggunaannya, bahan ini hampir setingkat
dengan asam sulfat dan amonia.Penerapannya sangat beraneka ragam, sehingga
dapat dikatakan tidak ada barang konsumsi yang diperjual belikan yang tidak
bergantung pada klor dan alkali pada salah satu tahap pembuatannya. Kedua
produk ini hampir seluruhnya dijual kepada industri yang digunakan dalam
pembuatan serat dan plastik, kaca, petrokimia, pulp dan kertas, pupuk, bahan
peledak, pelarut, dan berbagai bahan kimia lainnya.

Proses klor-alkali merupakan proses elektrolisis yang berperan penting dalam


industri manufaktur dan pemurnian zat kimia.Produk yang dihasilkan dari industri
klor-alkali adalah gas klor (Cl2) dan soda kaustik (NaOH) sebagai hasil dari
elektolisis larutan NaCl.Jika klor dan alkali hidroksida yang diinginkan sebagai
produk akhir, rancangan sel elektrolisis harus dibuat sedemikian rupa, sehingga
kedua bahan itutidak dapat bercampur. Tiga macam proses elektrolisis yang
banyak dipergunakan dalam industri klor-alkali adalah proses elektrolisis dengan
sel diafragma, sel membran, dan sel merkuri.Produksi natrium hidroksida dan gas
klor secara elektrolisis dikemukakan pada pertengahan abad ke-19, tetapi sumber
arus listrik yang ada pada saat itu hanyalah baterai. Hal ini membuat proses
tersebut sangat mahal sehingga tetap tinggal sebagai keingintahuan dalam skala
laboratorium saja.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana sejarah industri khlor-alkali?

2. Bagaimana penggunaan dan ekonomi industri khlor-alkali?


3. apa sajakah aneka alkali?

1
4. Bagaimana pembuatan klor dan soda kaustik?
5. bagaimana reaksi dan perubahan energi?
6. apa sajakah jenis-jenis sel?
7. Bagaimana proses-proses lain dalam pembuatan khlor?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah industri khlor-alkali
2. Untuk mengetahui penggunaan dan ekonomi industri khlor-alkali
3. Untuk mengetahui aneka alkali
4. Untuk mengetahui pembuatan klor dan soda kaustik
5. Untuk mengetahui reaksi dan perubahan energi
6. Untuk mengetahui jenis-jenis sel
7. Untuk mengetahui proses-proses lain dalam pembuatan khlor

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah
Produk yang dihasilkan dari industri khlor-alkali adalah gas khlor (Cl2) dan soda
kostik (NaOH) secara bersama-sama, sebagai hasil dari penguraian larutan garam
(NaCl) secara elektrolisa. Permintaan akan soda kostik tumbuh secara cepat pada
negara yang industrinya sedang berkembang. Sedangkan perkembangan industri
pada soda kostik secara keseluruhan ditentukan oleh jumlah perimbangan
produksi kedua bahan tersebut, karena gas khlor sangat berbahaya apabila
dibuang begitu saja, sehingga harus direncanakan dengan baik masalah pemasaran
kedua bahan tersebut.

Proses sintesis yang sekarang digunakan untuk membuat soda abu adalah proses
Solvay. Sebelum metode ini dikembangkan,proses yang digunakan secara luas
adalah proses LeBlanc (1773). Proses ini didasarkan atas pemanggangan kerak
garam (salt cake ) dengan karbon dan batu gamping di dalam tanur putar dan
sesudah itu mengeras hasilnya dengan air. Produk kasar dari reaksi itu disebut
abu-hitam (black ash). Pengerasan dilakukan pada waktu dingin; pada pengerasan
itu berlangsung hidrolisis sebgai sulfida.ini kemudian diubah lagi menjadi
karbonat melalui pengolahan dengan gas yang mengandung karbon dioksida yang
berasal dari tanur abu hitam. Larutan natrium karbonat yang dihasilkan,
dipekatkan sehingga menghasilkan karbonat, yang kemudian dikeringkan atau
dikalsinasi. Di Amerika Serikat tidak pernah ada yang mneggunakan proses
LeBlanc dan dewasa ini tidak ada lagi pabrik yang beroperasi dengan proses ini
di dunia. Pada tahun 1861, Ernest Solvay mulai mengembangkan proses soda
amonia. Pada mulanya proses ini mengalami kesulitan besar dalam bersaing
dengan proses LeBlanc yang lebih tua dan lebih mapan, namun dalam beberapa
tahun saja proses Solvay berhasilkan menurunkan harga soda abu sebanyak
sepertiganya. Setelah suatu persaingan yang sengit dimana para penghasil soda
LeBlanc menggunakan taktik banting harga, proses soda amonia akhirnya berhasil
menggantikan proses LeBlanc secara keseluruhan pada tahun 1915.

3
Proses Solvay tetap mendapat perhatian di Eropa dan negara-negara yang tidak
mempunyai endapan natrium karbonat alam, tetapi pada tahun 1982 hanya tinggal
satu pabrik saja yang masih beroperasi dengan proses Solvay di Amerika Serikat.
Pabrik itu dapat tetap hidup karena biaya terpasangnya murah sedang onglkos
angkut mahal. Pasaran dalam energy Amerika Serikat sekarang dikuasai oleh soda
“alam” yang berasal dari endapan

Tabel 13.1 Produksi Soda Abu di Amerika Serikat


(dalam ribuan ton metric per tahun)

di Wyoming yang juga banyak diekspor. Proses Solvay membutuhkan 18,4 GJ


energi untuk membuat 1 t soda abu, sedang penambangan setiap ton metric soda
abu hitam hanya memerlukan 8,4 Gj saja, sehingga penambangan ini lebih
menarik dari segi energy. Lihat tabel 13.1 mengenai angka-angka produksi
natrium karbonat.
Soda kaustik pada mulanya dibuat melalui kuastiasi soda (abu) LeBlancsecara
tumpak dengan gamping :
Na2CO3 + Ca(OH)2 → 2NaOH + CaCO3

4
Bergantung pada kenyataan bahwa kalsium karbonat hampir tidak larut sama
sekali di dalam larutan kaustik.
Produksi soda kaustik dengan cara elektrolitik sudah dikenal pada abad kedelapan
belas, tapi barulah pada tahun 1890 soda kaustik di produksi dengan cara ini untuk
keperluan industry. Sampai beberapa tahun sebelum Perang Dunia I, kuantitas
soda kaustik yang dihasilkan sebagai koproduk klor dari proses elektrolitik boleh
dikatakan dapat diabaikan bila dibandingkan dengan yang dibuat dari soda abu
dengan kuantisasi gamping. Tetapi, pada tahun 1940 produksi soda kaustik
elektrolitik sudah melewatisoda kaustik-gamping dan pada tahun 1962, soda
kaustik gamping sudah hampir tidak dibuat lagi. Pada gambar 13.4 digambarkan
jalur penggunaan soda kaustik.
Paten pertama mengenai penggunaan klor di industri klor diterbitkan pada tahun
1799 (seperempat abad setelah penemuannya) yaitu sebagai pemutih. Klor dibuat
dari asam klorida dengan proses Deacon, di mana keseimbangan reaksinya tidak
terlalu memuaskan :
1
2HCl + 2 O2 ⇋ H2O + Cl2

Proses lain adalah proses Weldon, yaitu HCl dioksidasi dengan mangan dioksida
yang mahal. Pengembangan peralatan pembangkit listrik arus searah berkapasitas
besar menjelang akhir abad kesembilan belas menyebabkan proses kaustisasi ini
menjadi kuno dan pada pertengahan abad kedua puluh, lebih dari 99 % klor yang
digunakan di dunia di produksi dari proses elektrolitik (Tabel 13.2)

2.2 PENGGUNAAN DAN EKONOMI


Soda abu adalah suatu zat padat ringan yang agak larut di dalam air dan biasanya
mengandung 99,3 % Na2CO3. Zat dijual atas dasar kandungan natrium oksidanya
yang biasanya adalah 58%. Pada gambar 13.1 dan tabel 13.3 dirangkumkan
beberapa diantara penggunaanya yang penting. Produksi soda abu dari endapan
trona alam sekarang sudah melebihi jumlah yang dari amonia-soda. Proses
sintetik sudah terdesak karena biaya tinggi dan masalah pencemaran dan sudah
mulai berkurang digunakan di Amerika Serikat.
Kaustik soda murni adalah zat padat rapuh berwarna putih yang sangat kuat dalam
menyerap kelembaban dan karbon dioksida dari udara. Bahan ini dijual atas dasar

5
kandungan Na2O-nya dan biasanya mengandung 76% Na2O atau setara dengan
98% NaOH. Istilah soda kaustik digunakan karena sifatnya yang korosif terhadap
kulit. Pada tabel 13.4 ditunjukkan distribusinya yang cukup beragam. Penggunaan
tradisionalnya dalam bidang sabun, tekstil dan pengolahan minyak bumi masih
menonjol, tetapi penggunaan pada bidang lain pun cukup berkembang.
Oleh karena rasio NaOH dan Cl2 yang diproduksi adalah sesuai dengan
kandungannya di dalam NaCl, hal ini menimbulkan masalah dalam pemasaran.
Dewasa ini kaustik sangat banyak diperlukan dan diperkirakan akan tetap
demikian, tetapi selama dasawarsa yang lalu, kebutuhan akan klor melebihi
kemampuan penyediaannya. Masalah penimbunan klor serta penimbunan dan
pembuangan soda kaustik yang berlebihan membuat pasaran menjadi sangat peka.
Klor, yang pada mulanya hampir seluruhnya digunakan sebagai pemutih,
sekarang sudah menjadi bahan kimia yang snagat penting. Hal ini disebabkan oleh
penggunaannya dalam sintesis bahan kimia organic, di mana biasanya tidak
muncul dalam produk akhir, tetapi hanya terlibat dalam langkah natra. Pada tabel
13.2 ditunjukkan produksi klor di Amerika Serikat.
Tabel 13.2 Produksi Soda Kaustik dan Klor di Amerika Serikat
(dalam kiloton metrik)
Soda kaustik (100%)

6
Gambar 13.1 Diagram industri klor alkali

Table 13.3 Perkiraan Distribusi Soda Abu di Amerika Serikat

Tabel 13.4 Distribusi pemakaian soda kaustik di Amerika Serikat

7
Tabel 13.5 Distribusi pemakaian klor di Amerika Serikat

8
Pada table 13.5 ditinjau konsumsi klor. Penggunaan dalam bidang metalurgi
mencakup bukan saja benefisiasi bijih dan pemfluksan. Tetapi juga reaksi
tembaga, timbale, nitrat emas, dan platina. Produk akhirnya mencakup berbagai
barang seperti pakaian, perhiasaan, cat, makanan, kertas, ban, dan mainan.

2.3 ANEKA ALKALI

Alkali berbagai ragam dan konsentrasi banyak dipakai dalam industry sesuai
dengan kandungan NaOH, Na2CO3 atau NaHCO3 di dalamnya. Beberapa
diantaranya merupakan campuran mekanik, misalnya soda abu kaustisasi (
causticized soda ash) yaitu soda abu yang mengandung 10% samapi 50% kaustik
untuk pencucian botol dan pembersihan logam dan soda modifikasi (modified
soda), yaitu soda abu dengan 25% samapai 75% NaHCO3, untuk alkali yang tidak
terlalu keras sebagaimana dibutuhkan pada industri penyamakan. Natrium
seskuikarbonat atau mineral trona alami, sangat stabil dan dapat digunakan tanpa
modifikasi. Bahan ini digunakan dalam pengolahan wol dan dalam perpenatuan.
Sal soda (Na2CO3.10H2O) juga dikenal sebagai soda cuci atau Kristal soda.
Bahan ini cenderung melepaskan air ke udara pada waktu penyimpanan sehingga
rupanya pun berubah dengan cepat.

2.4 PEMBUATAN KLOR DAN SODA KAUSTIK


Klor dan soda kaustik dibuat hamper seluruhnya dari elektrolisis larutan akua
logam alkali klorida atau dari klorida lebur. Elektrolisis larutan garam
menghasilkan klor pada anode dan hidrogen bersama alkali hidroksida pada
katode. Jika klor dan alkali hidroksida yang diinginkan sebagai produk akhir,
rancang sel harus dibuat sedemikian rupa sehingga kedua bahan itu tidak dapat
bercampur. Dewasa ini terdapat berbagai rancang yang cerdik untuk mengatasi
masalah tersebut. Tetapi ada tiga jenis rancang sel yang paling banyak dipakai di
industry yaitu sel diafragma, sel membran, dan sel raksa. Masing-masing
mempunyai beberapa variasi pula.

9
Sel diafragma pada saat ini masih merupakan proses yang disenangi oleh industry,
maka untuk membicarakan proses elektrolisa dengan mendetail akan diambil
contoh proses elektrolisa dengan mempergunakan sel diafragma. Proses
elektrolisa mempergunakan air laut sebagai bahan bakunya. Dalam elektrolisa
tersebut, khlorida diproduksi pada anoda dan hydrogen bersama Na di katoda.
Karena hasil yang terbentuk di anoda dan di katoda harus dipisahkan, agar tidak
bercampur kembali, maka salah satu usaha adalah membuat suatu sel yang
mmapu memisahkan bahna-bahan yang dimaksud dia atas yang dikenal dengan
sel diafragma.

2.5 REAKSI DAN PERUBAHAN ENERGI

Voltase Dekomposisi Dan Efisiensi Voltase. Energi yang dikonsumsi pada waktu
elektrolisis air garam adalah hasil kali antara arus yang mengalir dan potensial sel.
Voltase teoritis atau voltase minimumyang diperlukan pada proses itu dapat
diturunkan dari persamaan Gibbs-Helmholz, yang menunjukkan hubungan antara
energi listrik dan klor reaksi pada suatu system.
−𝐽∆𝐻 𝑇𝑑𝐸
E= +
𝑛𝐹 𝑑𝑇

Dengan :
E = voltase dekomposisi teoritis
∆𝐻 = perubahan entalpi kalor
J = kesetaraan listrik kalor
T = suhu absolute
F = tetapan faraday
N = jumlah ekuivalen yang terlibat

Kalor reaksi pada elektrolisis garam bisa didapatkan dari kalor pembentukan
komponen-komponen reaksi menyeluruh, yaitu :
1 1
NaCl (aq) + H2O (l) NaOH (aq) + 2 H2 (g) + 2 Cl2 (g)

Reaksi ini dapat dipecah-pecah menjadi beberpaa reaksi pembentukan sebagai


berikut :

10
1
Na (s) + 2 Cl2 (g) NaCl (aq) ∆𝐻 = 407 𝑘𝐽
1
H2 (g) + 2 O2 (g) H2O (l) ∆𝐻 = 286 𝑘𝐽
1 1
Na (s) + 2 O2 (g) + H2 (g) NaOH (aq) ∆𝐻 = 469 𝑘𝐽
2

∆𝐻 neto dari reaksi menyeluruh adalah :


+ 407 + 286 – 469 = 224 kJ
Bila ini didistribusikan ke dalam persamaan Gibbs-Helmholz dan perubahan
voltase sebagai akibat perubahan suhu diabaikan, maka diperoleh nilai E sebesar
2,31 V. pengabaian T dE/dT ini hanya menyebabkan kesalahan kurang dari 10%
pada kebanyakan sel.

Rasio antara voltase teoritis ini dengan voltase yang sesungguhnya diperlukan
disebut efisiensi voltase sel itu. Efisiensi voltase berkisar antar 60 sampai 75
persen. Menurut hukum Faraday, listrik sebanyak 96.500 C yang mengalir melalui
sel menghasilkan 1 gram.ekuivalen reaksi kimia pada masing-masing electrode.
Oleh karena adanya reaksi sampingan, sel ini biasanya memerlukan listrik lebih
banyak lagi. Rasio arus listrik teoritis terhadap arus listrik yang pada
kenyataannya dikonsumsi didefinisikan sebagai efisiensi arus.efisiensi arus
berkisar antara 95 sampai 97 persen dan kecuali jika dinyatakan lain, biasanya
berarti efisiensi arus katode. Arus dibagi denganluas bidang tempat arus itu
bertindak disebut densitas arus. Densitas arus ini sebaiknya besar. Hasil kali
antara efisiensi voltase dan efisiensi arus adalah efisiensi energi sel itu. Selain dari
itu perlu pula dipertimbangkan efisiensi dekompisisi,yaitu rasio antara ekuivalen
yang dihasilkan di dalam sel terhadap ekuivalen yang diumpankan. Pada sel
komersial yang biasa, efisiensi dekomposisi ini berkisar antara 60 sampai 65
persen. Beberapa sel membrane yang lebih baru dan lebih besar mempunyai
efisiensi setinggi 75 sampai 80 persen. Sel diafragma yang dicoba
mengoperasikannya untuk mendapatan efisiensi dekomposisi tinggi menemui
kesulitan berhubung adanya migrasi ion hidroksil kembali ke anode, sehingga
terjadi pembentukan ion hipoklorit. Ion hidroksil pada anode menurut reaksi :
1
2OH- H2O + 2 O2 + 2e

11
Oksigen yang terbentukbereaksi dengan grafit yang digunakan sebagai anode,
sehingga memperpendek umur anode. Dalam sel yang menggunakan anode
logam, oksigen ini tidak bereaksi.

2.6 JENIS-JENIS SEL

Hingga beberapa tahun terakhir ini terlihat seakan-akan sel raksa akan berhasil
meneguasai bidang ini mengingat bahwa sel ini dapat menghasilkan produk
bermutu tinggi dan dapat mengurangi kebutuhan akan evaporasi. Namun ada saja
kesulitan yang tidak diperkirakan sebelumnya yang muncul. Raksa yang terbuang
masuk air, walaupun sangat kecil jumlahnya, ternyata merupakan sumber metal
merkuri yang menjadi penyebab penyakit yang amat mengerikan yang pertama
kali terlibat pada anak-anak Jepang. Hal ini menyebabkan kadar raksa yang
diperbolehkan untuk dibuang ke dalam air atau udara sangat dibatasi dan beberapa
negara bahkan melarang penggunaan sel raksa sama sekali.adanya perbaikan
rancang pada sel membrane serta teknik pemurnian yang lebih baru dan murah
telah berhasil menurunkan biaya dan meningkatkan efisiensi sehingga sel
membrane dengan anode titanium yang stabil dimensi sekarang tampaknya
sedang berkembang kea rah menguasai bidang ini. Dalam industry yang bergerak
lamban ini, perubahan pun berlangsung perlahan-lahan. Pada tahun 1979, 50%
produksi dunia berasal dari sel raksa dan 49% dari sel diafragma. Di Amerika
Serikat, 74,3% pabrik menggunakan sel diafragma dan 20,3% menggunakan sel
raksa. Di Jepang ditetapkan bahwa seluruh sel raksa harus sudah digantikan
dengan jenis lain pada tahun 1984 dan untuk penggantinya pilihan agaknya tertuju
pada penggunaan sel membran.
Tidak ada perangsang perkembangan proses yang lebih hebat dari persaingan
yang sedemikian hebat sehingga keberadaannya terancam sama sekali dank arena
itu diperkirakan bahwa sel raksa dan sel diafragma akan segera menghasilkan
perbaikan di masa mendatang.

12
 SEL DIAFRAGMA
Sel diafragma mempunyai satu diafragma, biasanya terbuat dari serat asbes, yang
memisahkan anode dan katode. Denan demikian, ion dapat berpindah karena
migrasi listrik, tetapi difusi produknya terhalang. Diafragma yang dipergunakan
adalahjenis bahan yang mempunyai sifat permeabilitas dan diletakkan diantara
anoda dan katoda. Sekat tersebut akan menghalangi difusi dari produk.
Arus DC dialirkan melalui sel agar supaya elektrolisa tercapai dan arahnya dari
anoda ke katoda, yang berlawanan arah dengan aliran electron.
Lihat gambar

Keterangan : sel elektrolisa dengan diafragma


1. Anoda
2. Katoda
3. Diafragma
4. Anolit dan khlor
5. Katolit dan hydrogen
6. Umpan larutan garam
7. Gas khlor (keluar)
8. Larutan soda kostik (keluar)
9. Gas hydrogen (keluar)

13
Anodenya biasanya terbuat dari grafit, katode dari besi tuang. Diafragma itu
kemudian tersumbat karena pemakaian dan ini akan terlihatdari meningkatnya
penurunan voltase dan tekanan hidrostatik pada umpan air garam. Diafragma itu
harus diperbaharui secara berkala. Diafragma itu memungkinkan air garam
mengalir dai anode ke katode dan dengan demikian menghentikan atau
mengurangi sekali reaksi sampingan ( misalnya pembentukan natrium hipoklorit).
Rekasi yang terjadi pada anoda :
2Cl- Cl2 + 2e
4OH- O2 + H2O + 4e
Pada katoda :
2H3O+ + 2e H2 + 2H2O
Na+ + e Na
Reaksi sel keseluruhan :
2NaCl + 2H2O H2 + Cl2 + 2NaOH
Potensial standar ion Cl- = 1,36 Volt, dibandingkan dengan ion hidroksil = 0,4
Volt.
Beberapa reaksi samping yang terjadi pada anoda, menyebabkan :
- Pengotoran hasil elektrolisa
- Menurunkan ketahanan anoda dan diafragma terhadap waktu

Apabila dipergunakan elektroda grafit, maka reaksinya :


4OH- + C CO2 + 2H2O + 4e
Gas klor mempunyai kelarutan yang tertentu terhadap anolit dan kesetimbngan
dicapai dengan reaksi sebagi berikut :
Cl2 + H2O HCl + HOCl (*)
Reaksi di atas akan menghasilkan asam dengan reaksi sebagi berikut :
HCl + H2O H3O+ + Cl-
HOCl + H2O H3O+ + OCl-
Reaksi pada sel dapat digambarkan sebagai berikut :
Katoda (-) Anoda (+)

Removal of positive charge Removal negative charge

14
catholyte become basic anolyte become acid

pada katoda, evolusi dari hidrogen ekivalen dengan hilangnya muatan positif,
maka katolit cenderung menjadi basa dan memperoleh muatan negatif. Pada
anoda, evolusi dari klor ekivalen dengan hilangnya muatan negatif, maka anolit
akan menjadi asam dan bermuatan positif. Jika tak ada pemisah antara larutan
anoda dan katoda, perbedaan keasaman dan perbeaan muatan inu menyebabkan
terjadinya difusi ion negatif dari katoda ke anoda dan difusi ion positif dengan
arah yang berlawanan, sehingga akan menjadi netral . larutan NaOH tetap akan
terjadi pada peristiwa yang di atas. Oleh karena itu sekat (diafragma) diperlukan
agar anolit tidak menjadi basa.

Dari persamaan (*) kelarutan klor menjadi lebih besar dalam larutan yang basa
dan akan membentuk natrium hipoklorit yang akan berubah menjadi natrium
klorat pada temperature operasi di atas 4ºC celcius.

Untuk mengurangi difusi ion OH- ke anoda, sebuah diafragma permeabel akan
memisahkan anolit ke katolit. Diafragma tersebut akan memisahkan larutan alkali
yang kuat dari larutan asam lemah.

Diafragma merupakan “self regulation” (dapat mengalir sendiri) sebab sejumlah


kecil dari difusi balik jika hidroksil dari katoda ke anoda tergantung pada pH
katolit dan pH anolit. Jika pH anolit naik, difusi balik akan berkurang, aliran dari
anoda.

Sel yang menggunakan katode logam (titanium yang dilapisi dengan oksida tanah
langka, (rare earth), platina atau logam mulia atau oksidanya) jarang
menyebabkan diafragma tersumbat, sehingga sel itu dapat beroperasi selama 12
sampai 24 bulan tanpa memerlukan penggantian diafragma. Diharapkan bahwa
diafragma yang terbuat dari plastic yang tahan korosi akan dapat memperpanjang
umur pakainya yang dapat mengatasi keberatan para pecinta lingkungan mengenai
adanya kemungkinan asbes yang masuk ke ligkungan. Pada gambar 13.3 terlihat

15
sebuah sel diafragma menopolar yang modern dan pada gambar 13.4 sebuah
ruang sel.

Gambar 13.3 Sel kaustik-klor monopolar

Gambar 13.4 Ruang sel diafragma kaustik-klor


Suatu segi yang paling menguntungkan mengenai sel diafragma adalah bahwa sel
itu dapat beroperasi dengan air garam encer (20%) yang kurang murini. Air garam
encer itu menghasilkan natrium hidroksida encer pula yang tercemar dengan
natrium klorida (biasanya 11% NaOH dan 15% NaCl) sebagai produk. Untuk

16
pengiriman, larutan ini perlu diperkatkan terlebih dahulu, biasanya sampai 50%
dan ini menelan banyak energi, biarpun dengan menggunakan evaporator efek
ganda. Untuk menghasilkan satu ton kaustik 50%, air yang harus diuapkan
mencapai 2600 kg. walaupun garam tidak terlalu larut di dalam larutan kaustik,
ion klorida yang masih tertinggal sedikit itu masih tidak dapat diterima bagi
beberapa industry pemakainya (misalnya dalam pembuatan rayon). Natrium klorat
juga merupakan masalah bila kaustik itu hendak digunakan pada pembuatan
gliserin, pentaeritritol, natrium sulfat, natrium hidrosulfat, selofan dan berbagai
bahan kimia lainya. Reduksi katalitik dengan hydrogen dapat digunakan untuk
menyingkirkannya tanpa harus kembali pada ekstraksi ammonia.

 SEL MEMBRAN
Sel membrane menggunakan membrane semipermeabel untuk memisahkan
kompartemen anode dari katode. Dengan menggunakan sel diafragma, migrasi
balik ion-ion itu dikendalikan oleh laju aliran fluida melalui diafragma dan ini
diatur dengan mengendalikan tinggi permukaan zat cair di dalam kedua
kompartemen itu secara teliti. Dalam sel membrane kedua sel itu dipisahkan
dengan lembaran plastic yang aktif kimia, yang dapat melewatkan Ion natrium,
tetapi menolak ion hidroksil. Bebrapa jenis polimer sudah ada yang
dikembangkan untuk menampung tugas yang cukup sulit ini. DuPont
mengembangkan polimet asam perfluorokarboksilat (Nafion) sedang Ashai
menggunakan membrane berlapis banyak terdiri dari polimer asam
perfluorosulfonat yang di lapisi pada satu sisinya dengan polimer
perfluorokarboksilat. Tujuan membran itu adalah untuk mencegah ion OH dan
CL- masuk ke kompartemen anoda dan dengan demikian produknya mengandung
garam lebih rendah daripada sel diafragma. Sel membrane beroperasi dengan
menggunakan air garam yang lebih pekat dan menghasilkan produk yang klebih
murni dan lebih pekat (28% NaOH yang mengandung 50 ppm NaCl dan produk
dengan 40% NaOH). Dari produk itu hanya perlu diuapkan 715 kg air untuk
menghasilkan satu ton metric kaustik 50% dan hal ini merupakan suatu
penghemat besar. Oleh karena kesulitan dan biaya pemekatan dan pemurnian yang
besar, hanya sel diafragma yang besar-besar saja yang cukup layak untuk

17
didirikan. Sel membrane yang menghasilkan NaOH yang agak pekat membuka
kemungkinan untuk penggunaan kaustik dan dengan demikian menghemat biaya
pengangkutan. Unit-unit kecil yang efisien dapat menimbulkan revolusi dalam
penebaran lokasi industry klor alkali, lebih-lebih jika efisiensi pada unit kecil ini
masih cukup tinggi. Pada tahun 1982 unit membraneberukuran komersial belum
ada yang beroprasi di Amerika Serikat.

 SEL RAKSA
Sel raksa sangat berbeda operasinya dari sel-sel jenis lain. Anodanya masih grafit
atau titanium modifikasi seperti yang lain-lain, tetapi katodanya adalah kolam
aliran raksa. Elektrolisis menghasilkan paduan raksa natrium (almagama) yang
tidak terdekomposisi karena adanya air garam. Amalgama itu didekomposisi di
dalam suatu bejana lain menurut reaksi :
2NaHg + 2H2O 2NaOH + H2 + Hg
Jika untuk proses itu digunakan air dalam jumlah yang tepat, maka hasilnya ialah
NaOH 50% dengan kandungan garam yang sangat rendah (30 ppm) tanpa
memerlukan penguapan. Tetapi kehilangan raksa ke lingkungan, meskipun sedikit
akan menimbulkan masalah yang gawat. Jepang melrang penggunaan sel raksa
sesudah tahun !975. meskipun kandungan raksa jauh berkurang, pembuangan sel
merkuri di Amerika Serikat sudah terhenti sama sekali. Dengan pengendalian
proses yang teliti digabungkan dengan pengolahan air dan buangan, pabrik-pabrik
yang menggunakan raksa masih mampu memenuhi persyaratan lingkungan dan
tetap beroperasi. Namun, kebanyakan perusahaan tidk berani mendirikan pabrik
baru. Sel diafragma dan sel membrane menggunakan energy lstrik yang sama
banyak, tetapi untuk sel raksa diperlukan sedikit lebih banyak. Rasionya adalah
kira-kira 3:4.

 SEL BAHAN BAKAR HIDRIDA


Hidrogen yang keluar dari sel jenis yang mana pun dapat direaksikan dalam sel
bahan bakar yang menghasilkan energy listrik dalam jumla yang cukup banyak.
Jika energy ini digunakan untuk elektrolisis, biaya akan dapat berkurang sekitar

18
20%. Perkembangan ini diperkirakan akan berlangsung dalam dasawarsa yang
akan datang.
Efisiensi Sel
Dalam elektrolisa larutan garam, tegangan dekomposisi secara teori dapat
dihitung dengan mempergunakan persamaan Gibbs-Helmholtz dari reaksi
keseluruhan. Tegangan dekomposisi secara teori pada umumnya adalah 2,25 volt
tegangan yang dibutuhkan sebenarnya 3,5-4,5 volt, jadi efisiensinya sekitar 5,0-
6,0∞

Efisiensi arus bergantung antara lain pada :


- Jenis Sel
- Densiti arus
Efisiensi arus biasanya berdasarkan pada reaksi katoda, dalam hal proses
elektrolisa dengan larutan garam, maka efisiensi arusnya adalah perbandingan
jumlah soda kostik yang sebenarnya dihasilkan terhadap jumlah secara teori atau
perbandingan yang digunakan secara teori dengan sebenarnya.

2.7 PROSES-PROSES LAIN


Proses-proses lain untuk membuat klor antara lain adalah sel Downs (untuk
membuat natrium) pembuatan potas kaustik, dekomposisi hidrogen klorida, proses
nitrosil klorida dan proses dimana garam diolah dengan aam nitrat sehingga
membentuk asam nitrat dan klor dengan nitosil klorida (mengandung 4% sampai
10% nitrogen tetroksida) sebagai hasil sampingan. Uap nitrosil klorida di
tempatkan dalam kontak dengan oksigen sehingga menghasilkan nitrogen
tetroksida dan klor.
2NOCl + O2 N2O4 + Cl2
Setelah dilikuefaksi dan klornya didestilasi keluar, nitrogen tetroksida iti diserap
ke dalam air menjadi asam nitrat dan asan nitrit yang kemudian di daur ulang
2NaCl + 4HNO3 3NaNO3 + Cl2 + 2H2O
2NOCl + 3HNO2 + 3O2 + H2O 5HNO3 + Cl2
Dupont sudah membangun sebuah pabrik dengan kapasitas 550t?hari untuk
memulihkan klor dan hidrogen klorida dengan proses KCl-klor. Proses ini dapat

19
menggunakan hidrogen klorida akua maupun hidrogen klorida gas dan
mengubahnya menjadi kor melalui operasi empat langkah yang di dasarkan atas
proses Deacon, tetapi dengan menggunakan asam nitrit sulfat sebagai katalis.
Pengembangan teknologi oksiklorinasi merupakan factor utama yang berhasil
mengurangi kelebihan produksi hidrogen klorida dari proses klorinasi organic.

OPERASI TEKNIK DAN KONVENSI KIMIA


PEMURNIAN AIR GARAM
Senyawa-senyawa kalsium, besi dan magnesium harus dibersihkan dari air garam
yang akan diolah karena dapat menyebabkan kebuntuan pada diafragma.
Pemisahan biasanya dilakukan melalui pengendapan dengan soda abu atau soda
kaustik. Pada sel membrane dilakukan pengolahan tambahan dengan fosfat dan
suatu bahan yang masih dirahasikan. Garam sulfat disingkirkan dengan barium
klorida. Untuk menghemat energy, air garam itu biasanya diberi pemanasan
pendahuluan sebelum di olah.

ELETROLISIS AIR GARAM


Semua jenis sel elektrolisis itu memerlukan tegangan antara 3.0 sampai 4,5 Volt
per sel. Bila sel-sel itu dihubungkan secra parallel, dan setiap sel itu diberi
tegangan yang agak rendah, sel itu disebut monopolar (berkutub tunggal). Bila
sel-sel itu dihubungkan secara seri sehingga memungkinkan pembangkitan dan
penggunaan listrik tegangan yang agak tinggi, sel itu disebut bipolar (dwi kutub).
Untuk system bipolar dapat digunakan batangan pengantar yang lebih kecil.

KEVAPORASI DAN PEMISAHAN GARAM


Padas el diafragma, air garam yang keluar mengandung sekitar 11% NaOH dan
15% NaCl. Pada waktu larutan itu dipekatkan hingga 50% NaOH di dalam
evaporator efek berganda ynag tabung-tabungnya terbuat dari nikel, sebagian
besar garam itu terkristalisasi keluar dan dapat dipisahkan untuk kemudian didaur
ulangkan. Bila kandungan garam sebesar 1% tidak merupakan masalah, larutan
50% ini dapat angsung dikirim sebagai produk dengan kepekatan komersial
standar. Dengan mengkonsentrasikan sampai 73%, biaya angkutan dapat dihemat.

20
Tetapi biasanya hal ini menimbulkan masalah pada waktu pemuatan dan
pembongkaran karena larutan pekat itu mempunyai titik didih tinggi, sehingga
pipa-pipa dn kereta tangki yang digunakan harus dipanasi dengan pipa uap. Titik
leleh tersebut adalah sebagai berikut :
Konsentrasi 50%, 12ºC ; yang 73%, 65ºC

Sel membrane menghasilkan kaustik yang jauh lebih pekat dari sel diafrgma
(28%-40%) sedang kandungan klornya kecil, sehingga produk ini tidak banyak
mmerlukan evaporasi dan perlakuan lain.

Demikian pula untuk sel raksa, tidak diperlikan evaporasi untuk membuat produk
dengan konsentrasi 50%

EVAPORASI AKHIR
Kaustik 50% yang telah didinginkan dan diendapkan atau kaustik yang telah
dimurnikan secara khusus dapat dipekatkan dengan menggunakan evaporator
akhir efek-tunggal agar menjadi NaOH 70-75%, dengan menggunakan uap
bertekanan 500-600 kpa. Kaustik yang sangat pekat ini harus ditangani deengan
pipa yang dipanasi dengan pipa uap agar tidak mengalami pembekuan. Larutan itu
llau diteruskna ke periuk penyelesaian. Cara lain untuk mengeringkan kaustik
50% ialah dengan mengendapkan NaOH monohidrat. Monohidrat ini
mengandung air lebih sedikit dari larutan semula dan ini pin menyebabkan kaustik
menjadi lebih murni. Jika larutan 50% itu diolah dengan ammonia anhidro, lebih-
lebih dlam system lawan arah, terbentuklah Kristal anhidro kering yang mudah
mencurah dari larutan ammonia akua itu. Prosedur ini harus dilaksanakan di
dalam bejana tekan

PENYELESAIAN KAUSTIK DI DLAM PERIUK


Walaupun penyelesaian kaustik 50% itu dulu dilakukan di dalam periuk-periuk
besi tuang kualitas halus dengan pemanasan langsung, efesiensi kalornya adalah
sedemikian rendah sehingga dewasa ini cara ini dilakukan hanya untuk kaustik
70% sampai 75% saja. Suhu akhirnya adalah 500ºC-600ºC dan ini akan

21
menguapkan semua airnya, kecuali kira-kira 1% yang masih tertinggal. Periuk-
[eriuk besi ini sekarang sudaj digantikan dengan evaporator yang dpanaskan
dengan dowtherm, juga untuk konsentrasi diatas 50%. Kaustik anhidro yang
dipanaskan itu diolah dengan belerang agar kandungan besinya mengendap dan
keluar. Produk itu dipompakan dengan pompa sentrifugal yang menyalurkan
bahan meleleh itu ke dalam drum-drum baja yang dapat menampung 320kg atau
ke dalam mesin penyerpih. Sebagian kaustik itu di buat menjadi manic-manik,
yang lebih disukai oleh sebagian orang yang menganggap penanganan bentuk ini
lebih mudah. Semua jenis kaustik padat ini lebih mahal (kira-kira 50%) dari
bentuk larutan dan pasarannya pun relative kecil. Sebagian besar zat padat yang
diproduksi itu di ekspor, karena penghematan biaya angkutan di sisni sangat
berarti.

PEMURNIAN KAUSTIK SECARA KHUSUS


Diantara pemurnian yang tidak dikehendaki dalam kaustik 50% adalah besi
klorida, NaCl dan NaClO3, penyingkiran besi biasanya dilakukan dengan
mengolah kaustik itu dengan 1% berat serbuk kalsium karbonat dan menyaring
campuran yang dihasilkan melalui filter Vallez yang menggunakan kalsium
karbonat sebagai pelapis. Klorida dan klorat dikeluarkan dengan meneteskan
kaustik 50% itu melalui kolom larutan ammonia 50%. Pengolahan ini
menghasilkan kaustik yang hampir bebas sama sekali dari klorida dan klorat,
seperti yang dihasilkan dari proses raksa. Untuk mengurangi kadar garam dalam
kaustik yang diperlukan untuk keperluan tertentu, kaustik itu didinginkan sampai
suhu 20ºC di dalam peralatan pada gambar di bawah. Ada lagi cara kristalisasi
lain yang digunakan dalam industry. Cara ini menyangkut pemisahan nyata
senyawa NaOH. 3,5 H2O atau NaOH.2H2O, sehingga meninggalkan NaCl di
dalam cairan induk. Prosedur lain untuk mengurangi kandungan garam di dalam
larutan soda kaustik ialah dengan membuat garam kompleks NaCl. NaSO4. NaOH
yang mempunyai kelarutan rendah.

22
Proses baku untuk ekstraksi NaCl dan NaClO3 secara kontinu dari larutan kaustik
50% ilah dengan menggunakan ekstraksi lawan arah di dalam kolom vertical
dengan ammonia 70% sampai 95%. Sel raksa menghasilkan soda kaustik yang
boleh dikatakan bebas dari garam. Dengan cara pembuatan dan pemurnian ini
dapat dihasilkan soda kaustik yang mengandung ketakmurnian kurang dari 1%
(atas dasar anhidro).

PENGERINGAN KLOR
Klor panas yang keluar dari anode mnegandung banyak uap air. Gas ini terlebih
dahulu didinginkan agar sebagian besar uap ini dapat mengembun dan kemudian
di keringkan dengan asam sulfat didalam menara pembasuh sebagaimana terlihat
pada gambar 13.5. Sampai pada menara asam sulfat ini, klor basah itu harus
ditangani dengan menggunakan bahan yang tahan, seperti poliester, polivinil
klorida, dan lain-lain. Bahan konstruksi seperti besi dan baju baru boleh
digunakan setelah proses pengeringan tersebut.

23
PEMAMPATAN DAN PENCAIRAN KLOR
Klor kering dikompresi sampai tekanan 240 kPa atau kadang-kadang bahkan 550
kPa. Untuk tekanan yang agak rendah, kompresor yang biasa digunakan adalah
kompresor putar dengan torak zat cair dan terbuat dari besi, dan menggunakan
asam sulfat sebagai cairan perapat. Untuk tekanan dan kapasitas yang lebih besar,
biasaya digunakan kompresor sentrifugal atau kompresor bolak-balik tanpa
pelumasan. Kompresor bolak-balik biasanya menggunakan cincin torak dan salut
torak dari karbon, sedang bagian-bagian lainnya terbuat dari besi cor. Kalor
kompresi ditarik keluar dan gasnya mengembun. Klor cair itu disimpan dalam
silinder-silinder kecil, silinder atau ton, pipa atau kereta tangki 50 t yang
dikirimkan kepada konsumen besar. Gas sisa atau atau “gas tiup” (blow gas) yang
selalu terdapat pada proses ini terdiri dari campuran seimbang antara klor dan
udara. Gas tiup ini digunakan unruk membuat turunan klor baik derrivat organik
maupun yang anorganik dan terutama untuk serbuk pemutih.

PEMBUANGAN HIDROGEN
Hidrogen sering dibuat menjadi senyawa, misalnya menjadi asam klrida dan
amonia, atau digunakan untuk hidrogenasi senyawa organik. Gas ini dapat pula
dibakar untuk membangkitan klor atau digunakan didalam sel bahan bakar untuk
pembangkit listrik.

SERBUK PEMUTIH
Sejumlah besar klor digunakan untuk membuat serbuk pemutih (bleaching
powder). Pemakaina ini sudah kian berkurang, terutama karena zat ini rekatif
tidak stabil dan mengandung banyak bahan tak reaktif. Reaksi pembuatan serbuk
pemutih ini adalahsebagai berikut

O
Ca(OH)2 + Cl2 → Ca •H2O
Cl

24
Reaksi ini dilaksanakn pada suhu dibawah 50oC dengan cara lawan arah, dimana
klor dilewatkan melalui silinder baja berputar yang di dalamnya mempunyai sudu
sudu pengangkut yang menyiramkan zat padat itu melalui gas yang melintas. Bila
dibiarkan terletak diudara, serbuk pemutih ini menyerap karbon dioksida. Asam
anorganik lain akan membebaskan juga HOCl.

2CaCl(OCl) + CO2 + H2O CaCl2 + CaCO3 + 3HClO


2HClO 2HCl + O2

Dengan hanya membiarkannya terletak, zat itu akan terdekomposisi sebagai


berikut ini :
2CaCl (OCl) 2CaCl2 + O2

Bila dilarutkan dalam air, reaksinya menghasilkan ion-ion kalsium klorida dan
kalsium hipoklorit.

2CaCl(OCl) 2Ca2+ + 2Cl- + 2OCl-

Ion OCl- lau terdekomposisi dan membebaskan oksigen. Pada umumnya, serbuk
pemutih itu merupakan suatu bahan pengoksidasi. Aktivitasnya terukur dari klor
yang tersedia (available chlorine) yang didefinisikan adalah berat klor yang
beraksi yang sama dengan senyawa klor yang menjadi perhatian.

KALSIUM HIPOKLORIT
Kalsium hipoklorit dapat dibuat melalui berbagai cara. Salah satu cara ialah
dengan klorinasi kalsium hidroksida, sebagaimana pada pembuatan serbuk
pemutih, diikuti dengan pemisahan Ca(OCl2) melalui penggaraman dengan NaCl
untuk mendesaknya keluar dari larutan. Zat ini juga dibuat dengan pembentukan
garam [Ca(OCl2). NaOCl. NaCl. 12H2O] pada suhu dingin (refrigenerasi). Garam
itu dibuat melalui klorinasi campura natrium dan kalsium hidroksida. Kemudian
diklorinasikan dengan lumpur gamping gamping klorinasi, disaring agar

25
garamnya keluar, lalu dikeringkan sehingga menghasilkan suatu produk yang
stabil yang mengandung 65% sampai 70% Ca(OCl2). Reaksi akhirnya adalah :

[Ca(OCl2). NaOCl. NaCl. 12H2O] + CaCl2 + Ca(OCl2) 4Ca(OCL2). 4H2O +


4NaCl + 16H2O

Keuggulan Ca(OCl2) terutama ialah karena zat ini tidak terdekomposisi


sebagaimana serbuk pemutih pada waktu terletak. Zat ini juga duakali lebih kuat
dari serbuk pemutih yang biasa dan tidak bersifat higroskopik.

NATRIUM HIPOKLORIT
Natrium Hipoklorit digunakan sebagai desinfektan dan deodoran pada penglahan
susu dan haisl ternak, penglahan air, pembuangan limbah, dan untuk rumah
tangga. Zat ini digunakan juga sebagai pemutih pada perusahaan penatu. Pada
masa Perang Dunia I, zat ini digunakan untuk membasuh luka, sebagai larutan
isotonik yang stabil. Sebagai bahan untuk pemutih, bahan ini yang bermanfaat
untuk katun, linen, jute rayon pulp kertas, dan jeruk. Bahkan sebagian besar klor
yang dibeli digunakan sebagai pemutih produk selulosa diubah terlebih dahulu
menjadi hipoklorit sebelum dipakai. Cara yang paling umum itu ialah dengan
mengolah larutan natrium hidroksida dengan gas klor

Cl2 + 2NaOH NaCl + H2O + NaOCl

Cara lain yang banyak digunakan adalah elektrolisi larutan garam pekat yang juga
menghasilkan produk yang sama. Sel elektrolitik tidak mempunyai diafragma atau
membran dan beroperasi pada densitas arus tinggi dalam larutan yang hampir
netral. Sel itu dirancang untuk berfungsi pada suhu rendah agar larutan kaustik
pada katode brkontak dengan klor yang keluar pada anode.

NATRIUM KLORIT
NatriumKlorit (NaClO2) diperkenalkan pada tahun 1940 oleh Mathienson
Chemical Co. (sekarang Olia Crop). Produk komersial 80% mengandung kira-kirs

26
125% klor yang tersedia. Bahan ini dibuat dari klor melalui kalsium klorat dan
klor dioksida dan berakhir dengan reaksi

4NaOH + Ca(OH)2 + C + 4ClO2 4NaClO2 + CaCO3 + 3H2O

Setelah kalsium karbonatnya disaring keluar, larutan NaClO2 diuapkan dan


dikeringkan didalam drum. NaClO2 merupakan bahan pengoksidasi yang kuat dan
stabil. Bahan ini dapat memutihkan sebagian besar zat pewarna dari bahan
selulosa tanpa menyebabkan serat selulosa itu menjadi lemah. Bahan ini banyak
digunakan dalam industri pulp dan tekstil, apalgi untuk pemutihan akhir kertas
karft. Dismaping penggunaannya sebagai oksidator, NaOCl2 juga merupakan
pembuatan suatu senyawa klor lain, yaitu klor dioksida melalui reaksi

1
NaClO2 + 2 Cl2 NaCl + ClO2

1
Klor dioksida mempunyai daya pemutih 22 kali lebih besar dari klor dan

merupakan bahan penting dalam pemutihan air, pengendalian bau dan pemutihan
pulp.

27
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Paten pertama mengenai penggunaan klor di industri klor diterbitkan pada tahun
1799 (seperempat abad setelah penemuannya) yaitu sebagai pemutih. Klor dibuat
dari asam klorida dengan proses Deacon
Proses lain adalah proses Weldon, yaitu HCl dioksidasi dengan mangan dioksida
yang mahal. Pengembangan peralatan pembangkit listrik arus searah berkapasitas
besar menjelang akhir abad kesembilan belas menyebabkan proses kaustisasi ini
menjadi kuno dan pada pertengahan abad kedua puluh, lebih dari 99 % klor yang
digunakan di dunia di produksi dari proses elektrolitik.
Kaustik soda murni adalah zat padat rapuh berwarna putih yang sangat kuat dalam
menyerap kelembaban dan karbon dioksida dari udara. Bahan ini dijual atas dasar
kandungan Na2O-nya dan biasanya mengandung 76% Na2O atau setara dengan
98% NaOH. Istilah soda kaustik digunakan karena sifatnya yang korosif terhadap
kulit.

Penggunaan tradisionalnya dalam bidang sabun, tekstil dan pengolahan minyak


bumi masih menonjol, tetapi penggunaan pada bidang lain pun cukup
berkembang.

Pembuatan soda abu Proses solvay menggunakan garam, gatu gamping, dan kokas
atau gas bumi sebagai bahan baku dan menggunakan ammonia sebagai reagen
siklus.keberhasilan proses ini bergantung pada kenyataan bahwa ammonia, karbon
dioksida dan air, dalam perbandingan yang tepat, bereaksi membentuk ammonium
karbonat. Proses elektrolisa adalah salah satu cara untuk membuat soda kostik dan
khlor, yang masih banyak dipergunakan di industri.
Tiga macam proses elektrolisa yang dikenal adalah :
 Proses elektrolisa dengan sel diafragma
 Proses elektrolisa dengan sel membrane
 Proses elektolisa dengan sel merkuri
Sel diafragma pada saat ini masih merupakan proses yang disenangi oleh industri.

28
DAFTAR PUSTAKA

Austin. T, George. Industri Proses Kimia Edisi Kelima. 1985. Jakarta : Erlangga

Harjono, H.B dkk. Diktat Industri Kimia I. 1985. Bandung : ITB Press

29

Anda mungkin juga menyukai