Anda di halaman 1dari 10

2.

Natrium Hidroksida
Natrium Hidroksida atau NaOH, atau terkadang disebut soda api merupakan
senyawa kimia dengan alkali tinggi. Natrium hidroksida adalah bahan dasar
populer yang digunakan di industri. Natrium hidroksida juga dikenal sebagai soda
kaustik adalah senyawa anorganik dengan rumus kimia NaOH. Ini adalah padatan
putih, dan merupakan dasar logam kaustik yang sangat kaustik dan garam alkali.
Ini tersedia dalam pelet, serpih, butiran, dan sebagai solusi yang disiapkan
a. Fungsi Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida digunakan dalam banyak skenario di mana untuk
meningkatkan alkalinitas campuran, atau untuk menetralisir asam, diinginkan
misalnya dalam industri perminyakan, Natrium hidroksida digunakan sebagai
aditif dalam lumpur pengeboran untuk meningkatkan alkalinitas dalam sistem
lumpur bentonit, untuk meningkatkan viskositas lumpur, dan untuk menetralisir
setiap gas asam (seperti hidrogen sulfida dan karbon dioksida) yang mungkin
ditemui dalam formasi geologi saat pengeboran berlangsung.
b. Proses Pembuatan
Berbagai metode pembuatan Natrium hidroksida antara lain :
1) Proses Castner - Kellener
Prinsip dalam metode Castner-Kellner, Natrium hidroksida dibuat dengan
elektrolisis larutan Natrium klorida dari brine.

Sel Castner-Kellner ini adalah tangki baja segi empat. Di dalam tangki dilapisi
dengan 'ebonit'. Anoda terbuat dari titanium. Lapisan merkuri (Hg) di bagian
bawah tangki berfungsi sebagai katoda.
 Ionisasi 2NaCl  2Na+ + 2Cl-
Ketika arus listrik dilewatkan melalui air garam, ion ve dan-ve bermigrasi ke
elektroda masing-masing. Ion Na + dilepaskan pada katoda merkuri. Natrium
yang diendapkan pada merkuri membentuk Natrium Amalgam. Klorin yang
diproduksi di anoda dikeluarkan dari atas sel.
 Reaksi pada katoda 2Na+ + 2e  2Na
(Na membentuk amalgam)
Na + Hg  NaHg
Ion Na + dibuang sesuai dengan ion H + karena tegangan di atas tinggi.
 Reaksi pada anoda 2Cl-  Cl2 + 2e –
Pembentukan Natrium hidroksida Amalgam pindah ke ruang lain yang disebut
'denuder', dimana ia diberi air untuk menghasilkan NaOH yang dalam keadaan
cair. NaOH padat diperoleh dengan penguapan larutan ini.
2NaHg + 2H2O  2NaOH + H2 + 2Hg
Natrium hidroksida yang diperoleh sangat murni dan prosesnya sangat efisie.
3. Asam Salisilat
Asam salisilat bila direaksikan dengan FeCl3 akan terbentuk warna ungu.
Pembentukan warna ini dapat dipakai sebagai dasar uji stabilitas warna ferri
salisilat untuk penetapan kadar asam salisilat dengan Spektrofotometri UV-Vis.
Senyawa berwarna tersebut biasa mengabsorbsi radiasi elektromagnetik pada
daerah visibel. Oleh karena itu, peneliti akan menetapkan kadar asam salisilat
padalarutan warna ferri salisilat dengan parameter waktu penyimpanan (DepKes
RI, 1995).
a. Fungsi Asam Salisilat
Asam salisilat adalah salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam
kehidupan sehari-hari serta memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi karena
dapat digunakan sebagai bahan utama dari pembuatan obat-obatan seperti
antiseptik dan analgesik serta bahan baku untuk keperluan dalam bidang farmasi
(Supardani, dkk, 2006).
Sebagai antiseptik, asam salisilat adalah zat yang dapat mengiritasi kulit dan
selaput lendir. Asam salisilat tidak diserap oleh kulit, tetapi membunuh sel
epidermis dengan sangat cepat tanpa memberikan efek langsung pada sel dermis.
Setelah beberapa hari akan menyebabkan terbentuknya lapisan-lapisan kulit yang
baru (Rieko & Panji, 2007). Oleh karena itu, asam salisilat biasanya digunakan
untuk obat topikal.
b. Proses Pembuatan Asam Salisilat
Proses pembuatan asam salisilat pada umumnya menggunakan bahan baku
utama phenol karena merupakan proses pembuatan yang paling murah dengan
cara memproduksi natrium salisilat sendiri dari phenol dan natrium hidroksida.
Proses yang dikerjakan untuk memproduksi natrium salisilat adalah dengan proses
karboksilasi. Perbedaan hanya pada proses pengendalian produk akhir asam
salisilat yaitu dengan penambahan decolorizing agent atau bahan pemucat agar
produk lebih jernih atau penambahan proses kristalisasi untuk produk kristal.
1. Proses Karboksilasi
Pada pembuatan asam salisilat dengan proses karboksilasi menggunakan
bahan baku phenol, natrium hidroksida, karbon dioksida, dan asam sulfat dengan
ditambahkan decolorizing material (campuran karbon aktif, Zn). Larutan NaOH
50 % dicampur dengan phenol didalam mixer dengan suhu 130 o C dan bereaksi
menghasilkan natrium phenate. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
C6H5OH + NaOH → C6H5ONa + H2O
Larutan natrium phenate yang terbentuk dimasukkan ke dalam reaktor
berpengaduk dan gas karbon dioksida kering dimasukkan pada kondisi tekanan 6
atm. Setelah gas karbon dioksida diabsorbsi, kemudian dipanaskan hingga
mencapai temperatur 150 sampai 170o C dalam beberapa jam. Reaksi yang terjadi
sebagai berikut :
C6H5ONa + CO2 → HOC6H4COONa
Produk yang keluar dari reaktor yaitu natrium salisilat kemudian didinginkan
dan diencerkan. Selanjutnya diitambahkan karbon aktif sebagai decolorizing
material kemudian difiltrasi. Filtrat yang didapat ditambahkan asam sulfat
sehingga terbentuk endapan asam salisilat yang kemudian dimasukkan ke dalam
centrifuge dan dikeringkan di dalam rotary dryer hingga didapat asam salisilat
dengan kualitas yang baik. Reaksi antara natrium salisilat dengan asam sulfat
sebagai berikut :
2HOC6H4COONa + H2SO4→ 2HCOC6H4COOH + Na2SO4

4. Asam Sulfat
Asam sulfat, H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini
larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak
kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia
Sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara alami di
bumi oleh karena sifatnya yang higroskopis. Walaupun demikian, asam sulfat
meruAsam pakan komponen utama hujan asam, yang terjadi karena oksidasi
sulfur dioksida di atmosfer dengan keberadaan air (oksidasi asam sulfit). Sulfur
dioksida adalah produk sampingan utama dari pembakaran bahan bakar seperti
batu bara dan minyak yang mengandung sulfur (belerang).
Asam sulfat terbentuk secara alami melewati oksidasi mineral sulfida,
misalnya besi sulfida. Air yang dihasilkan dari oksidasi ini sangat asam dan
dinamakan sebagai air asam tambang. Air asam ini dapat melarutkan logam-
logam yang telah tersedia dalam bijih sulfida, yang akan menghasilkan uap
berwarna cerah yang beracun. Oksidasi besi sulfida pirit oleh oksigen molekuler
menhasilkan besi(II), atau Fe2+:
2 FeS2 + 7 O2 + 2 H2O → 2 Fe2+ + 4 SO42− + 4 H+
Fe2+ dapat kemudian dioksidasi semakin lanjut menjadi Fe3+:
4 Fe2+ + O2 + 4 H+ → 4 Fe3+ + 2 H2O
Fe3+ yang dihasilkan dapat diendapkan sebagai hidroksida:
Fe3+ + 3 H2O → Fe(OH)3 + 3 H+
Besi(III) atau ion feri juga dapat mengoksidasi pirit. Ketika oksidasi pirit
besi(III) terjadi, proses ini akan berlangsung dengan cepat. Nilai pH yang semakin
rendah dari nol sudah terukur pada air asam tambang yang dihasilkan oleh proses
ini.
a. Fungsi Asam Sulfat
Asam sulfat digunakan dalam jumlah yang tinggi oleh industri besi dan baja
sebagai menghilangkan oksidasi, karat, dan kerak air sebelum dijual ke industri
otomobil. Asam yang sudah digunakan sering kali didaur ulang dalam kilang
regenerasi asam bekas (Spent Acid Regeneration (SAR) plant). Kilang ini
membakar asam bekas dengan gas alam, gas kilang, bahan bakar minyak, ataupun
sumber bahan bakar lainnya. Proses pembakaran ini akan menghasilkan gas sulfur
dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3) yang kemudian digunakan untuk
membuat asam sulfat yang baru.
Kegunaan asam sulfat lainnya yang penting adalah sebagai pembuatan
aluminium sulfat. Alumunium sulfat dapat bereaksi dengan sejumlah kecil sabun
pada serat pulp kertas sebagai menghasilkan aluminium karboksilat yang
membantu mengentalkan serat pulp menjadi permukaan kertas yang keras.
Asam sulfat juga mempunyai bermacam kegunaan di industri kimia. Sebagai
contoh, asam sulfat merupakan katalis asam yang umumnya digunakan sebagai
mengubah sikloheksanonoksim menjadi kaprolaktam, yang digunakan sebagai
membikin nilon. Digunakan sebaga bahan untuk membuat asam klorida dari
garam melewati proses Mannheim. Banyak H2SO4 digunakan dalam pengilangan
minyak bumi, misalnya sebagai katalis sebagai reaksi isobutana dengan
isobutilena yang menghasilkan isooktana.
b. Proses Pembuatan Asam Sulfat
Pembuatan Asam Sulfat dengan Proses Kontak
1. Oksidasi Sulfur ke Sulfur Dioksida
Leburan belerang (S) disemprotkan (untuk meningkatkan luas permukaan,
sehingga mempercepat laju reaksi) ke dalam udara kering berlebih (udara yang
telah dihidrasi dengan H2SO4 pekat) yang kemudian akan bereaksi dengan
oksigen (O2) menjadi sulfur dioksida (SO2). Oksidasi ini terjadi pada furnace /
sulfur burner. Reaksi yang terjadi:
S + O2 -> SO2
Udara pengoksidasi harus dalam kondisi kering untuk menghindari terjadinya
kabut asam hasil reaksi, yang dapat merusak furnace karena bersifat korosif, juga
karena reaksi ini sangatlah eksotermis. Reaksi pembentukan kabut asam:
SO2 + 1/2 O2 -> SO3
 2. Oksidasi Sulfur Dioksida Menjadi Sulfur Trioksida dengan Katalis V 2O5
Sulfur dioksida (SO 2) dan oksigen (O2) berlebih akan didinginkan berturut-
turut dengan katalis V2O5 untuk bereaksi dan membentuk reaksi kesetimbangan
yang eksotermis (melepaskan panas sekitar 99 kJ/mol). Reaksi yang terjadi:
2SO2 + O2 + V2O5 (katalis) -> 2SO3
Keuntungan menggunakan katalis Vanadium pentaoksida (V 2O5)
dibandingkan katalis Platina (Pt) adalah:
1. Konversi lebih tinggi
2. Umur lebih panjang
3. Lebih tahan terhadap racun, misal asam halogen.
4. Bisa untuk konsentrasi SO2 yang lebih rendah (sekitar 7-8%)
3. Produksi Oleum
Sulfur trioksida (SO3) didinginkan lalu dilarutkan dalam asam sulfat pekat
(H2SO4) dan membentuk cairan berminyak bernama Oleum (H2S2O7). Reaksi
yang terjadi:
SO3 + H2SO4 -> H2S2O7
4. Konversi Oleum Menjadi Asam Sulfat
Dalam kondisi yang encer, oleum akan bereaksi perlahan dengan air
membentuk asam sulfat yang memiliki kadar sekitar 98%. Reaksi yang terjadi:
H2S2O7 + H2O -> 2 H2SO4
5. Amonia (NH3)
Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Kebanyakan senyawa ini
didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia).
Amonia yang digunakan secara komersial dinamakan amonia anhidrat.
Istilah ini menunjukkan tidak keadaan air pada bahan tersebut. Karena amonia
mendidih di suhu -33 °C, air amonia harus disimpan dalam tekanan tinggi atau
temperatur amat rendah. Walaupun begitu, kalor penguapannya amat tinggi
sehingga mampu ditangani dengan tabung reaksi biasa di dalam sungkup asap.
"Amonia rumah" atau amonium hidroksida adalah larutan NH3 dalam air.
Konsentrasi larutan tersebut diukur dalam satuan baumé. Produk larutan
komersial amonia berkonsentrasi tinggi kebanyakan memiliki konsentrasi 26
derajat baumé (sekitar 30 persen berat amonia pada 15.5 °C). Amonia yang berada
di rumah kebanyakan memiliki konsentrasi 5 sampai 10 persen berat amonia.
Amonia umumnya bersifat basa (pKb=4.75), namun mampu juga bertindak
sebagai asam yang amat lemah (pKa=9.25).
a. Fungsi Amonia
Berikut ini adalah daftar kegunaan amonia dalam industri:

1. Kegunaan amonia dalam industri yang paling utama adalah sebagai bahan
baku pembuatan pupuk, antara lain urea, amonium fosfat, amonium nitrat,
dan kalsium amonium nitrat.
2. Amonia digunakan pula pada proses pengolahan logam, seperti pada
proses nitriding, carbonitriding, bright annealing, furnace brazing,
sintering, dan lain-lain.
3. Beberapa jenis plastik seperti polyurethane dan phenolic juga dibuat dari
amonia.
4. Pada industri perminyakan, amonia dimanfaat untuk menetralkan
senyawa-senyawa asam yang masih tercampur dalam minyak mentah dan
sebagai bahan kimia untuk mencegah korosi pada peralatan.
5. Industri pertambangan juga memanfaatkan amonia dalam proses
produksinya, yaitu untuk mengekstraksi logam tembaga, nikel dan
molybdenum dari bijihnya.
6. Dalam bidang pengolahan air, amonia berperan sebagai pengontrol tingkat
keasaman atau pH.
7. Dalam bidang pengendalian pencemaran udara, amonia banyak pula
dimanfaatkan untuk menangkap senyawa oksida sulfur yang dihasilkan
dari pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur.
8. Pada industri makanan, petrokimia dan minuman, amonia digunakan
sebagai refrigerant pada mesin chiller atau refrigerator.
9. Pada industri karet, amonia dimanfaatkan sebagai bahan kimia untuk
stabilisasi lateks alam dan sintetis untuk mencegah terjadinya koagulasi
prematur.
10. Industri kertas dan pulp menggunakan amonia pada proses pembuatan
pulp dari kayu dan sebagai dispersant pada proses coating produk kertas.
11. Pada industri kulit, amonia dimanfaatkan sebagai curing agent, mencegah
munculnya slime dan mold, serta sebagai bahan pelindung kulit.
12. Beberapa produk-produk pembersih menggunakan amonia sebagai salah
satu bahan di dalamnya, tapi dalam konsentrasi yang rendah.
13. Amonium hidroksida – yang juga merupakan produk bahan kimia
pembersih – juga  diproduksi dari amonia.
14. Pada proses pengolahan kayu, amonia dan hidrogen peroksida digunakan
untuk proses pemutihan kayu.
15. Amonia digunakan juga pada proses produksi produk farmasi, pestisida
dan zat pewarna.
b. Proses Pembuatan Amonia
Produksi Amonia Secara Modern
Proses pembuatan amonia secara modern yang paling terkenal adalah proser
Haber-Bosch. Tipe produksi ini mengkonversi gas alam atau LPG yang
mengandung senyawa propana, butan, atau yang lain menjadi gas hidrogen.
Hidrogen yang diproduksi dari hidrokarbon tersebut kemudian direaksikan dengan
nitrogen untuk menghasilkan amonia.
Berikut tahapan beserta reaksi yang terjadi pada proses Haber-Bosch
1. Tahapan pertama dalam proses Haber-Bosch menghilangkan senyawa
belerang dari bahan baku ammonia. Belerang perlu dipisahkan karena
bersifat antikatalis pada tahpan berikutnya. Penghapusan belerang
dilakukan degan hidrogenasi (menambahkan hidrogen) sehingga
menghasilkan asam sulfida.
H2 + RSH → RH + H2S
2. Asam sulfida yang terjadi kemudian diserap dan dihilangkan dengan
mengalirkannya melalui oksida dari logam seng sehingga terbentuk
senyawa Seng Sulfida (ZnS) dan uap air.
H2S + ZnO → ZnS + H2O
3. Setelah dihilangkan kandungan belerangnya senyawa karbon kemudian
direaksikan dengan katalis untuk menghasilkan senyawa karbon dioksidan
dan gas hidrogen.
CH4 + H2O → CO + 3H2
4. Langkah berikutnya adalah mengkonversi CO menjadi hidrogen
(dihasilkan hidrogen lebih banyak) dan gas sisa karbondioksida
CO + H2O → CO2 + H2
5. Karbon Dioksida kemudian dipisahkan dengan penyerapan dalam larutan
etanolamin atau dengan penyerapan media absorbsi pada lainnya.
6. Langkah terakhir dalam memproduksi hidrogen adalah menggunakan
katalis methanation untuk menghilangkan residu karbon monoksida dan
karbondioksida yang masih tertinggal dalam hidrogen.
7. Untuk dapat menghasilkan amonia sebagai produk akhir, hidrogen yang
sudah dihasilkan kemudian direaksikan dengan nitrogen yang berasal dari
udara bebas menghasilkan amonia cair. Tahapan ini dikenal dengan loop
sintesis amonia yang juga dikenal dengan proses Haber-Bosch.
3H2 + N2 ↔ 2NH3
Reaksi di atas bersifat reversibel sehingga berdasarkan prinsip Le Chatelier,
kondisi tekan tinggi dan tempertur rendah diperlukan untuk mengarahkan reaksi
agar bergerak ke kanan (arah hasil amonia). pada temperatur rendah sebenarnya
dapat menghasilkan persentase pembentukan NH3 yang tinggi tetapi reaksi
tersebut berlangsung sangat lambat untuk dapat mencapai kesetimbangan. Oleh
karena itu dalam proses pemubatan aminia diperlukan adanya katalis. Pada
praktiknya, kondisi yang digunakan dalam proses Haber-Bosch adalah pada
tekanan 200 atm dan temperatur 380 – 460 º C dengan menggunakan katalis ion
besi (Fe3O4 dicampur dengan KOH) atau osmium.

Anda mungkin juga menyukai