Anda di halaman 1dari 15

ASAM OKSALAT

BAB I
PERCOBAAN VII
SINTESIS ASAM OKSALAT
I.     PENDAHULUAN
1.1  TUJUAN
Sintesis asam oksalat dengan menggunakan bahan baku gula pasir
II.  DASAR TEORI
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama
sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan
dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih
kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen pereduktor.
Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat, contoh terbaik
adalah kalsium oksalat(CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering
ditemukan.
Asam oksalat ada 2 macam yaitu asam oksalat anhidrat dan asam oksalat dihidrat. Asam
oksalat anhidrat (H2C2O4) yang mempunyai berat molekul 90,04 gr/mol dan mempunyai
melting point 187oC. Sifat dari asam oksalat anhidrat adalah tidak berbau berwarna putih,
dan tidak menyerap air. Asam oksalat dihidrat merupakan jenis asam oksalat yang dijual di
pasaran yang mempunyai rumus bangun (C2H4O2.2H2O), dengan berat molekul 126,07
gr/mol dan melting point 101,5°C dan mengandung 71,42 % asam oksalat anhidrat dan 28,58
% air, bersifat tidak bau dan dapat kehilangan molekul air apabila dipanaskan sampai suhu
100°C.
Asam oksalat terdistribusi secara luas dalam bentuk garam pottasium dan kalsium yang
terdapat pada daun, akar dan rhizoma dari berbagai macam tanaman. Asam oksalat juga
terdapat pada air kencing manusia dan hewan dalam bentuk garam kalsium yang merupakan
senyawa terbesar dalam ginjal. Kelarutan asam oksalat dalam etanol pada suhu 15,6oC dan
etil eter pada suhu 25oC adalah 23,7 g / 100 g solvent dan 1,5 g / 100 g solvent. Makanan
yang banyak mengandung asam oksalat adalah coklat, kopi, strawberry, kacang dan bayam.
( Kirk R.E, Othmer D.F, hal.618 – 635, 1945 )
Titik leleh suatu zat padat adalah suatu temperature dimana terjadinya keadaan
setimbang antara fasa padat dan fasa cair pada tekanan satu atmosfer. Untuk mengukur titik
leleh suatu senyawa dapat digunakan alat melthing point. Prinsipnya yaitu suatu zat bisa
meleleh karena ikatan antarmolekul terputus dimana putusnya molekul itu yang memerlukan
suhu berbeda-beda tergantung pada kekuatan ikatan tersebut. Semakin kuat ikatannya maka
semakin tinggi suhu yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan tersebut. Dengan adanya zat
pengotor, ikatan yang terputus akan lebih banyak atau intinya tergantung pada zat
pengotornya. Titik leleh juga bisa untuk mengukur gaya intermolekul antar senyawa dimana
makin tinggi titik leleh maka makin besar gaya intermolekulernya, beberapa molekul dengan
berat molekul sama, maka molekul yang lebih polar dan struktur molekul yang lebih simetris
akan lebih tinggi. Angka titik leleh dan kisarannya tergantung pada kecepatan pemanasan,
keakuratan pada thermometer yang digunakan dan sifat padatan senyawa yang terdapat pada
suatu padatan yang telah diisolasi, rentang lelehannya harus ditentukan untuk memastikan
identitas dan kemurniannya. Dalam percobaan ini dilakukan proses penentuan titik leleh
dengan tujuan menentukan titik leleh dan mengetahui kemurnian dari asam oksalat.
Dalam dunia industri asam oksalat digunakan yaitu untuk:
1.      “Metal Treatment”
Asam oksalat digunakan pada industri logam untuk menghilangkan kotorankotoran yang
menempel pada permukaan logam yang akan di cat. Hal ini dilakukan karena kotoran tersebut
dapat menimbulkan korosi pada permukaan logam setelah proses pengecatan selesai
dilakukan.
2.      “Oxalate Coatings”
Pelapisan oksalat telah digunakan secara umum, karena asam oksalat dapat digunakan untuk
melapisi logam stainless stell, nickel alloy, kromium dan titanium. Sedangkan lapisan lain
seperti phosphate tidak dapat bertahan lama apabila dibandingkan dengan menggunakan
pelapisan oksalat.
3.      “Anodizing”
Proses pengembangan asam oksalat dikembangkan di Jepang dan dikenal lebih jauh di
Jerman. Pelapisan asam oksalat menghasilkan tebal lebih dari 60 μm dapat diperoleh tanpa
menggunakan teknik khusus. Pelapisannya bersifat keras, abrasi dan tahan terhadap korosi
dan cukup atraktif warnanya sehingga tidak diperlukan pewarnaan. Tetapi bagaimanapun
juga proses asam oksalat lebih mahal apabila dengan dibandingkan dengan proses asam
sulfat.
4.      “Metal Cleaning”
Asam oksalat adalah senyawa pembersih yang digunakan untuk automotive radiator, boiler,
“railroad cars” dan kontaminan radioaktif untuk plant reaktor pada proses pembakaran.
Dalam membersihkan logam besi dan non besi asam oksalat menghasilkan kontrol pH
sebagai indikator yang baik. Banyak industri yang mengaplikasikan cara ini berdasarkan
sifatnya dan keasamannya.
5.      “Textiles”
Asam oksalat banyak digunakan untuk membersihan tenun dan zat warna. Dalam pencucian,
asam oksalat digunakan sebagai zat asam, kunci penetralan alkali dan melarutkan besi pada
pewarnaan tenun pada suhu pencucian, selain itu juga asam oksalat juga digunakan untuk
membunuh bakteri yang ada didalam kain.
6.      “Dyeing”
Asam oksalat dan garamnya juga digunakan untuk pewarnaan wool. Asam oksalat sebagai
agen pengatur mordan kromium florida. Mordan yang terdiri dari 4 kromium florida dan 2%
berat asam oksalat. Wool di didihkan dalam waktu 1 jam. Kromic oksida pada wool diangkat
dari pewarnaan. Ammonium oksalat juga digunakan sebagai pencetakan Vigoreus pada wool,
dan juga terdiri dari mordan (zat kimia) pewarna. ( Kirk R.E, Othmer D.F., hal.630 – 631,
1945 ).

Secara umum, ada empat macam proses pembuatan asam oksalat dengan bahan dasar yang
berbeda, yaitu:
1)      Sintesis dari Natrium Formiat
Pada proses pembuatan asam oksalat dari natrium formiat ini, bahan yang dipakai adalah gas
CO, Ca(OH)2, H2SO4, dan NaOH. Proses utama pembuatan asam oksalat meliputi:
      Pembuatan, pemurnian dan pengempaan gas
      Udara panas direaksikan dengan kokas membentuk gas batubara, yang memiliki komponen
utama CO, N2, CO2, debu dan limbah gas lainnya. Kokas + udara panas CO + N2 +CO2 +
debu + limbah gas. Selanjutnya gas batubara (CO dan N2) dimurnikan, dikeringkan dan
dikempa
      Proses sintesa
Gas CO bertekanan direaksikan dengan larutan NaOH pada suhu 200oC menjadi natrium
formiat. (HCOONa).NaOH + CO HCOONa
      Proses Dehidrogenasi
HCOONa diuraikan menjadi Na2C2O4 dan gas hidrogen dengan reaksi sebagai berikut : 2
HCOONa (COONa)2 + H2
      Proses pengolahan plumbite
Timbal sulfat (PbSO4) bereaksi dengan Na2C2O4 menghasilkan natrium sulfat (Na2SO4) dan
PbC2O4 yang tidak larut (COONa)2 + PbSO4 Na2SO4 + PbC2O4 Melalui pencucian dengan air,
maka Na2SO4 dan PbC2O4 akan terpisahkan.
      Proses pengasaman
Dalam proses pengasaman, PbC2O4 bereaksi dengan asam sulfat membentuk asam oksalat
H2C2O4 dan PbSO4 yang tidak larut. PbC2O4 + H2SO4 (COOH)2 + PbSO4
      Pengkristalan dan pengeringan H2C2O4
Larutan asam oksalat dipanaskan, diuapkan dan diembunkan untuk menghasilkan kristal
asam oksalat.
2)      Fermentasi glukosa
Proses ini menggunakan jamur untuk menguraikan glukosa menjadi asam oksalat. Jamur
yang digunakan pada proses ini adalah Aspergillus Niger yang beroperasi optimum pada pH
4,5. Produk yang diperoleh kemudian disaring, diasamkan, dan dihilangkan warnanya.
Setelah itu, produk dinaikkan konsentrasinya dengan evaporator dan hasilnya dikristalkan.
Hasil dari pengkristalan dikeringkan untuk meminimalkan kadar air dalam produk. Yield
asam oksalat tergantung dari nutrient (nitrogen) yang ditambahkan.
3)      Peleburan alkali
Proses ini menggunakan bahan baku berupa bahan yang mengandung selulosa tinggi, potass
serbuk gergaji, sekam, tongkol jagung, dan lain-lain. Bahan ini dilebur dengan sodium
hidroksida atau potassium hidroksida pada suhu 240 – 285°C. Produk yang diperoleh
direaksikan dengan kapur untuk mengikat oksalat dengan kalsium. Produk ini kemudian
direaksikan dengan asam sulfat untuk membentuk asam oksalat. Reaksi-reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
Selulosa + NaOH Na2C2O4 + zat lain
Na2C2O4 + Ca(OH)2 →CaC2O4 + 2 NaOH
CaC2O4 + H2SO4 →CaSO4 + H2C2O4
Konversi yang diperoleh dari proses ini kurang dari 45 % dengan kemurnian produk sebesar
60 %.
4)      Oksidasi karbohidrat dengan HNO3
Cara ini ditemukan oleh Scheele pada tahun 1776. Karbohidrat yang dapat digunakan pada
proses ini antara lain yaitu berupa gula, glukosa, fruktosa, maizena, pati gandum, pati
kentang, tapioka, molasses, dan lain-lain. Karbohidrat dihidrolisis terlebih dahulu untuk
mendapatkan glukosa dengan reaksi : (C6H10O5)n + n H2O › n C6H12O6 Glukosa yang
diperoleh dicampurkan dengan larutan induk asam oksalat yang mengandung } 50 %
H2C2O4 dan kemudian direaksikan dengan HNO3 menggunakan katalis V2O5. Reaksi yang
terjadi pada tahap ini adalah :
C6H12O6 + 12 HNO3 → 3 C2H2O4.2H2O + 3 H2O + 3NO + 9 N2O
4 C6H12O6 + 18 HNO3 + 3 H2O →12 C2H2O4.2H2O + 9 NO2
Dalam pembuatan asam oksalat dengan proses ini, bahan dasar yang digunakan mengandung
pati } 80%. Setelah didapatkan produk asam oksalat, dilakukan penyaringan, pemisahan,
dan pengkristalan. Konsentrasi asam oksalat yang dihasilkan mencapai 99 % sedangkan yield
dapat mencapai 95 - 97 %. Proses pembuatan asam oksalat dengan metode ini dapat
dilakukan secara batch maupun kontinyu.
Produk Asam Oksalat yang dihasilkan terdiri atas :
a)      Sifat fisika asam oksalat anhydrat (C2H2O4)
Berbentuk kristal, berwarna putih.
b)      Sifat kimia asam oksalat anhydrat (C2H2O4)
Titik leleh : 187oC.
Densitas : 1.897 g / cm3.
Panas pembakaran (ΔE) pada 25oC : 245,61 kJ/mol.
Panas pembentukan standart (ΔHf) pada 25oC : 826,61 kJ/mol.
Berat molekul : 90.04 g/mol.
Asam oksalat dengan glycerol akan membentuk allyl alkohol. Asam oksalat anhydrat
menyublim pada suhu 150oC tetapi jika dipanaskan lagi akan terdekomposisi menjadi
karbondioksida dan asam formiat.
Jika asam oksalat dipanaskan dengan penambahan asam sulfat akan menghasilkan karbon
monoksida, karbondioksida dan H2O. ( Kirk R.E, Othmer D.F, hal.618 – 635, 1945 )
c)      Sifat fisika asam oksalat dihydrat (C2H2O4.2H2O)
Berbentuk kristal, berwarna putih.
d)     Sifat kimia asam oksalat dihydrat (C2H2O4.2H2O)
Titik leleh :101,5°C.
Densitas : 1,653 g / cm3.
Panas pembentukan standart (ΔHf) pada 18°C : -1422 kJ/mol.
Berat molekul : 126,07 g/mol.
Cp pada suhu 50°C adalah 0.385.
Cp pada suhu 100°C adalah 0.416.
Asam oksalat dan larutannya dalah korosif dan beracun. Debu asam oksalat dan
kabutnya dapat menyebabkan iritasi, khuhusnya dibawah kontak yang lama. Personel yang
menangani asam oksalat kristal dan larutannya harus menggunakan sarung tangan plastik,
aprons, sepatu boot, dan kacamata debu. Ventilasi yang cukup juga harus disediakan dalam
area dimana terdapat debu asap dari asam oksalat. NIOSH diakui sebagai alat pernapasan
yang dapat dipakai ketika konsentrasi dari asam oksalat di udara melebihi konsentrasi udara
yang diijinkan dari 1mg/m3. Ingestion dari asam oksalat dan garam – garamnya dapat
menyebabkan kematian. Jika Ingestion telah terjadi, cairan larutan dari bahan kalsium atau
magnesium seperti susu dari magnesia, kalsium laktat, kalsium gluconat, dan susu harus
diatur (29-30). Tindakan pencegahan harus diambil untuk mencegah kontaminasi pada
makanan karena asam oksalat. Makanan tidak dibolehkan ada dalam ruang kerja asam
oksalat, atau asam oksalat juga tidak boleh dikirimkan adjaoent pada makanan yang
mengandung zat kimia. Para pekerja yang menangani asam oksalat harus mencuci tangan dan
wajah mereka secara keseluruhan sebelum makan dan merokok.
Asam oksalat dapat ditemukan dalam bentuk bebas ataupun dalam bentuk garam.
Bentuk yang lebih banyak ditemukan adalah bentuk garam. Kedua bentuk asam oksalat
tersebut terdapat baik dalam bahan nabati maupun hewani. Jumlah asam oksalat dalam
tanaman lebih besar daripada hewan (Noonan dan Savage, 1999).
Menurut Noonan dan Savage (1999), asam oksalat membentuk garam larut air
bersama ion Na+, K+, dan NH4+ serta berikatan pula dengan Ca2+, Fe2+, dan Mg2+
menyumbangkan mineral-mineral yang tidak tersedia pada hewan. Oksalat terdapat dalam
bentuk ion oksalat (C2O42-) pada beberapa spesies tumbuhan dari famili Goosefoot dengan
cairan sel mendekati pH 6. Ion oksalat yang ditemukan biasanya dalam bentuk natrium
oksalat yang dapat larut serta kalsium oksalat dan magnesium oksalat yang tidak dapat larut.
Oksalat dapat ditemukan dalam jumlah yang relatif kecil pada banyak tumbuhan. Bahan
pangan yang kaya dengan oksalat biasanya hanya merupakan komponen minor dalam diet
manusia, tetapi menjadi penting dalam diet di beberapa wilayah di dunia. Peran oksalat pada
tumbuhan antara lain sebagai perlindungan terhadap insekta dan hewan pemakan tumbuhan
melalui toksisitas dan/atau rasa yang tidak menyenangkan, dan osmoregulasi (Ma dan
Miyasaka, 1998).
Kalsium oksalat adalah persenyawaan garam antara ion kalsium dan ion oksalat.
Senyawa ini terdapat dalam bentuk kristal padat non volatil, bersifat tidak larut dalam air
namun larut dalam asam kuat (Schumm, 1978). Secara umum terdapat lima jenis bentuk
dasar kalsium oksalat yang terdapat dalam berbagai tanaman, diantaranya berbentuk raphide
(jarum), rectangular dan bentuk pinsil, druse (bulat), prisma, dan rhomboid (Horner dan
Wagner, 1995).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembuatan asam oksalat :


1)      konsentrasi pelarut
2)      suhu
3)      waktu reaksi
4)      volume pelarut

BAB II
PROSEDUR KERJA

2.1  ALAT
Adapun alat yang digunakan:
1)      gelas beker
2)      spatula
3)      cawan petri
4)      Erlenmeyer
5)      gelas ukur 50 ml , 10 ml
6)      hot plate
7)      pipet volume
8)      pendingin es
9)      neraca analitik
10)  kertas saring

2.2    BAHAN
Adapun bahan yang digunakan adalah :
1)      gula pasir
2)      HNO3 pekat
3)      aquades

2.3    Prosedur Kerja


1)      Dimasukkan 10 g gula pasir ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 50 ml HNO3 pekat
2)      Dipanaskan diatas penangas air secara perlahan-lahan sampai mendidih
3)      Bila sudah timbul uap coklat NO2, angkat labu datar tadi, pindahkan untuk melanjutkan
reaksi tanpa pemanasan, biarkan selama 15 menit
4)      Dituangkan hasil reaksi tadi ke dalam gelas piala berukuran 100 ml, erlenmeyar dicuci
dengan 10 ml aquades dingin dan hasil cucian dimasukan kedalam gelas piala lagi,
tambahkan 10 ml HNO3 Pekat
5)      Diuapkan diatas penangas air sampai volume cairan tinggal 10 ml
6)      Ditambahkan 20 ml aquades ke dalam larutan diatas, kemudian diuapkan lagi sampai volume
tinggal 10 ml
7)      Didinginkan larutan dalam air es sambil diaduk, Kristal asam oksalat segera terbentuk
8)      Disaring Kristal asam oksalat yang terbentuk, kemudian rekristalisasi asam oksalat yang
didapatkan dengan melarutkannya dalam air panas lalu didinginkan
9)      Disaring, keringkan dan periksa titik lelehnya, titik leleh asam oksalat murni 101oC
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 HASIL PENGAMATAN


N PROSEDUR KERJA HASIL PENGAMATAN
O
1 10 g gula pasir + 50 ml HNO3 berwarna bening , ada asap sedikit dari HNO3
2 dipanaskan sampai mendidih adanya uap NO2 , berwarna coklat tua
3 didinginkan t = 15 menit
4 hasil reaksi dituangkan ke gelas berwarna hijau lebih muda
beker 100 ml. Erlenmeyer dicuci volume larutan = 66 ml
dengan 10 ml aquades dan masih adanya uap NO2 coklat
dimasukkan kedalam gelas beker adanya gelembung , warna kembali menjadi
larutan + 10 ml HNO3 pekat , kuning
dipanaskan sampai volume 10 ml
5 larutan + 20 mL aquades , larutan berwarna bening , uap NO2 habis ,
diuapkan sampai 10 ml uapnya berwarna putih
6 larutan didinginkan sambil diaduk terbentuk Kristal putih mengkilat
7 disaring Kristal asam oksalat terbentuk Kristal putih
,kemudian direkristalisasi dalam
air panas lalu didinginkan.
8 disaring lagi , dikeringkan dan Kristal berbentuk jarum panjang
diperiksa titik lelehnya massa kertas saring = 1,8 g
massa Kristal + k.saring = 3,4 g
massa Kristal = ( m.kristal + k.saring) – (massa
kertas saring )
massa Kristal = 3,4 g – 1,8 g
= 1,6 g
titik leleh 103°C

3.2 PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan pembuatan sintesis asam oksalat. Asam oksalat yang
terbentuk pada percobaan ini merupakan campuran dari gula pasir atau sukrosa dengan asam
nitrat pekat (HNO3). Reaksi pembentukkan asam oksalat ini merupakan reaksi oksidasi antara
gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat pekat (HNO3).
Campuran antara gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat (HNO3) pekat akan
menyebabkan larutan menjadi berwarna coklat tua. Larutan yang telah berisi campuran antara
gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat pekat (HNO3) yang menghasilkan larutan
berwarna coklat tua diberikan perlakuan yaitu berupa pemanasan hingga mendidih.
Pemanasan hingga mendidih larutan tersebut akan menyebabkan terbentuknya atau timbulnya
uap yang berwarna coklat yang merupakan gas NO2 (nitro). Uap atau gas NO2 (nitro) yang
dihasilkan dari proses pencampuran antara gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat
(HNO3) pekat tersebut memiliki toksisitas serta bersifat karsinogenik apabila terhirup oleh
saluran pernafasan. Oleh sebab itu, proses berlangsungnya reaksi ini harusnya dilakukan di
dalam lemari asam. Hal ini dimaksudkan agar uap atau gas NO 2 (nitro) yang terbentuk dapat
diserap oleh lemari asam sehingga uap atau gas NO2 tersebut tidak menyebar luas ketempat
yang lain.
Ketika uap atau gas NO2 tersebut sudah mulai terbentuk, reaksi ini didinginkan
selama 15 menit dan berwarna kuning pekat. pada 13 menit , larutan berubah warna menjadi
warna hijau muda.
Larutan yang terbentuk tersebut diberikan penambahan berupa aquadest dingin
dengan asam nitrat (HNO3) pekat.
setelah larutan agak dingin , larutan tersebut dipindahkan ke gelas beker dan sisa
larutan yang ada pada Erlenmeyer dibilas dengan 10 ml aquades , sisa larutan ini dipindahkan
ke gelas beker awal tadi.
larutan ini ditambah lagi dengan 10 ml HNO3 pekat , dan dipanaskan sampai sisa
volume 10 ml. setelah sampai 10 ml ditambahkan lagi 20 ml aquades dan dipanaskan sampai
volume 10 ml.
Penambahan aquadest serta diuapkannya volume cairan tersebut akan menyebabkan
berubahnya warna menjadi bening dan uap NO2 habis. larutan tersebut didinginkan di kotak
es batu.
Perlakuan yang diberikan berupa pendinginan tersebut bertujuan agar kristal asam
oksalat segera terbentuk. Kristal asam oksalat yang terbentuk terlihat ketika cairan larutan
tersebut telah membeku dan berubah menjadi es seperti jelly. Dalam keadaan cairan larutan
yang telah membeku menjadi es tersebut terlihat jelas pemisahan antara asam oksalat dengan
filtratnya. Kristal asam oksalat yang telah terbentuk tersebut direkristalisasi dengan
menggunakan aquadest panas sehingga kristal asam oksalat menjadi larut dan untuk
memperoleh kristal asam oksalat yang jauh lebih murni. Kristal asam oksalat yang terbentuk
yaitu berwarna putih dan berbentuk jarum panjang dan massa assam oksalat yang didapat
adalah 1,6 g, serta titik leleh asam oksalat yang diukur dengan menggunakan termometer
pada sintesis ini diperoleh yaitu sebesar 103°C.
Sukrosa dihidrolisis sehingga terpecah menjadi monosakarida yang terdiri
darifruktosa dan glukosa. Fruktosa dan glukosa hasil pemecahan sukrosa tersebut kemudian
dioksida dengan menggunakan asam nitrat (HNO3) pekat disertai dengan kalor atau
pemanasan sehingga menghasilkan produk akhir yaitu berupa asam oksalat.
Kristal asam oksalat yang diperoleh berdasarkan teoritis maupun secara praktikum
menghasilkan massa kristal yang sangat jauh berbeda. Massa kristal asam oksalat yang
diperoleh secara teorits atau literatur yaitu sebesar 16,1184 gram sedangkan massa kristal
asam oksalat yang diperoleh secara praktikum yaitu sebesar 1,6 gram. Perbedaan massa yang
diperoleh baik secara teoritis maupun secara praktikum yang diperoleh disebabkan karena
ketidaktelitian pada saat praktikum tersebut berlangsung. Ketidaktelitian yang mengakibatkan
massa yang dihasilkan berbeda satu sama lain yaitu dikarenakan pada saat proses
penyaringan kristal asam oksalat berlangsung banyaknya endapan yang tidak tersaring secara
baik atau tercampurnya endapan tersebut dengan filtrat sehingga akan mempengaruhi massa
dari asam oksalat yang diperoleh. Selain itu, ketidakakuratan alat yang dipergunakan akan
mempengaruhi proses penimbangan dan massa yang diperoleh.
Bahan – bahan yang dipergunakan pada percobaan sintesis asam oksalat ini bersifat
teknis dan bukan merupakan pro-analisa (pa) sehingga akan sangat jauh berbeda massa asam
oksalat yang diperoleh apabila menggunakan bahan yang bersifat pro-analisa (pa) dengan
yang menggunalkan teknis.
Reaksi yang terjadi antara gula pasir ( sukrosa ) dan HNO3 pekat yaitu :
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Pembentukan kristal asam oksalat menggunakan reaksi oksidasi antara sukrosa (gula pasir)
dengan asam nitrat (HNO3).
2.      Massa kristal asam oksalat yang diperoleh dari percobaan adalah sebesar 1,6 gram.
3.      Warna kristal yang terbentuk berwarna putih dan berbentuk jarum panjang.
4.2 SARAN
1.      Untuk percobaan sintesis asam okasalat ini sebaiknya dilakukan di dalam lemari asam
dikareanakan bahan-bahan yang digunakan pada sistesis asam oksalat ini berbahaya dan juga
pada sintesis asam oksalat ini menghasilkan gas NO2 (nitro) yang bersifat karsinogenik.
2.      Untuk mendapatkan hasil rendemen yang banyak dan kristal yang berkualitas sebaiknya
menggunakan bahan-bahan yang pro-analisa (pa).
3.      Untuk memperoleh kristal asam oksalat sebaiknya suhu pada saat mensintesis asam oksalat
ini harus dijaga dalam suasana dingin.
4.      Untuk memperoleh hasil kristal yang lebih murni sebaiknya dilakukan rekristalisasi lebih
lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Fessenden dan Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta :
Erlangga
Hermanto, Sandra. 2008. Diktat Perkuliahan Biokimia. Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah
Lehninger. 1984. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga
Nurbayti, Siti dan Zulfakar Tri Buana Said. 2010. Penuntun Praktikum Kimia
Organik II. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia
http://s3.amazonaws.com/ppt-download/53678527-sintesis-asam-oksalat
111111180451-phpapp02.pdf?response-content
disposition=attachment&Signature=6X6%2B9wuZ015Q0NSvGYca14B
x%2B0%3D&Expires=1386564177&AWSAccessKeyId=AKIAIW74D
RRQSO4NIKA diakses 09 desember 2013
http://eprints.upnjatim.ac.id/4191/1/file_1.pdf diakses 09 desember 2013
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-13723-2307030084-Chapter1.pdf
diakses 09 desember 2013

LAMPIRAN
PERHITUNGAN

Diketahui : massa kertas saring = 1,8 g


massa oksalat + k.saring = 3,4 g
Ditanya : massa asam oksalat ?
massa asam oksalat dalam 1 g gula ?
kadar asam oksalat dalam 1 Kg gula ?
Jawab
massa asam oksalat = (massa k.saring+massa as.oksalat) – ( massa k.saring )
= 3,4 g – 1,8 g
= 1,6 g

massa as.oksalat dalam 1 g gula

massa as.oksalat dalam 1 g = 0,16 g


kadar as.oksalat dalam 1 Kg gula

massa as.oksalat dalam 1 Kg = x 1000 g


= 160 g

kadar as.oksalat dalam 1 Kg =


= 16 %

Anda mungkin juga menyukai