I UMUM.
Tujuan : menentukan jumlah suatu zat atau komponen suatu zat.
Cara-cara kuantitatif dibedakan atas :
a. Cara-cara Klasik
b. Cara-cara Modern / Instrumental.
A. CARA KLASIK
Didasarkan pada penggunaan reaksi-reaksi kimia (interaksi materi
dengan materi ) disebut sebagai Cara Stoikhiometri.
Cara klasik ini dibedakan menjadi 2 cara , yaitu :
1. Gravimetri , prinsip kerjanya penimbangan hasil reaksi, disini
analat direaksikan dan hasil reaksi ditimbang untuk menentukan
jumlah zat/komponen yang dicari.
2. Volumetri , prinsip kerjanya dengan pengukuran volume, disini
analat direaksikan dan jumlahnya dihitung dari larutan pereaksi
atau volume suatu hasil reaksi. Dalam
Volumetri kita bedakan :
1
materi ) disebut Cara Non Stoichiometri . Energi disini bisa
dalam bentuk cahaya , listrik atau panas. Cara modern ini
dibedakan menjadi beberapa cara :
1. POTENSIOMETRI.
Berdasar pengukuran potensial suatu zat.
2. KOLOMETRI.
Berdasarkan pengukuran arus dan waktu.
3. KOLORIMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI.
Berdasarkan pengamatan intensitas warna.
4. KONDUKTOMETRI.
Berdasarkan pengukuran daya hantar larutan suatu zat.
5. KROMATOGRAFI
Berdasarkan absorbsi suatu zat.
Kromatografi kertas
Kromatografi gas
Kromatografi lapisan tipis
6. EKSTRAKSI SOLVEN
Berdasarkan pemisahan dengan suatu pelarut.
1. STOICHIOMETRI
Dalam analisa kimia kuantitatif, perhitungan dilakukan
berdasarkan hubungan stoichiometri dari persamaan reaksi kimia yang
terjadi. Misal pada reaksi berikut :
nHCl = 2nCaCO3
2
Contoh berikut akan menjelaskan hal tersebut, bila suatu larutan yang
mengandung 8 mmol HCl ditambahkan pada 9 gram padatan CaCO3.
Berapa mol CaCO3 yang masih tertinggal setelah reaksi berhenti , bila
diketahui Berat Molekul CaCO3 = 100,09 gram / mol.
JAWAB :
CaCO3 + 2HCl CaCl2 + H2O + CO2
Cara pertama :
9
9 gram CaCO3 = 100,099 x 1000 mmol = 89,92 mmol
Dari reaksi terlihat bahwa 2 mmol HCl bereaksi dengan 1 mmol CaCO3.
Maka CaCO3 yang bereaksi dengan 8 mmol HCl = ½ x 8 = 4 mmol
Jadi CaCO3 yang tidak bereaksi (sisa) adalah :
89,92−4
= mol = 0,0859 mol
1000
nHCl = 2 x nCaCO3
8
mol HCl = mol
1000
mol CaCO3 = nHCl / 2
8 4
= = mol
1000 x 2 1000
3
aA + bB → cC
GRAVIMETRI
I. UMUM
a. Sisa bahan atau suatu gas yang terjadi, disebut dengan cara evolusi
b. Suatu endapan disebut cara pengendapan
a. Cara Evolusi
Dalam cara ini bahan direaksikan sehingga timbul gas, caranya
dengan memanaskan bahan tersebut atau mereaksikan dengan suatu
pereaksi. Umumnya yang dicari adalah banyaknya gas yang terjadi
dengan cara :
1. Tak Langsung
Dalam hal ini analatlah yang ditimbang setelah bereaksi. Berat
gas diperoleh sebagai selisih berat analat sebelum dan setelah
reaksi. Contohnya : 1) penentuan kadar air dalam suatu
bahan (bahan yang akan dianalisa kadar airnya dipanaskan pada
suhu tertentu untuk jangka waktu tertentu sehingga air
menguap dan beratnya diperoleh sebagai selisih berat bahan
sebelum dan sesudah pemanasan), 2) penentuan karbonat,
karena pemanasan karbonat terurai dan mengeluarkan gas CO2 ,
berat gas juga ditentukan dengan menimbang bahan sebelum
dan sesudah pemanasan.
4
2. Langsung
Mamakai zat perantara sebagai penyerap gas yang terjadi.
Bahan penyerap ditimbang sebelum dan sesudah penyerapan.
Pada penentuan kadar air maka uap air yang terjadi dilewatkan
tabung berisi bahan higroskopis yang tidak menyerap gas-gas
lain; berat tabung dengan isi sebelum dan sesudah uap diserap
menunjukkan jumlah air, begitu juga dengan karbonat ; berat
tabung dengan isi sebelum dan sesudah menyerap gas
memberikan berat CO2.
b. Cara Pengendapan
aA + rR → AaRr
5
a. Endapan AaRr harus stabil dan memiiliki hasil kali kelarutan (Ksp)
yang kecil
b. Rumus molekul endapan sebelum dan sesudah mengalami proses
pemanasan harus dapat diketahui dengan pasti
Agar endapan yang terjadi tidak terlalu banyak, konsentrasi analat dalam
contoh ± 0,001 N
B. Pembentukan endapan
Langkah langkah yang merupakan faktor penting dalam proses
pembentukan endapan adalah :
2. Penyaringan
Kertas saring yang dipergunakan harus berpori halus dan bebas abu.
Apabila filtrat dari penyaringan belum jernih, dapat disaring ulang
secara kwantitatif.
6
3. Pencucian endapan
Tujuan : menghilangkan kotoran kotoran yang teradsorbsi pada
permukaan endapan maupun yang terbawa secara mekanis.
7
- Mencari kadar air dalam serpihan bambu untuk bahan pembuatan
kertas
- Mencari kadar air dalam endapan berair kristal . contoh : CuSO4
5H2O
Misal :
5. Pendinginan
8
C. Tahap Pengukuran/penimbangan
Tahap ini merupakan tahap yang penting karena merupakan dasar dari
perhitungan Gravimetri.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴
Prosentasi analat A adalah : %A = 𝑥 100
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝐵𝑀 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑎𝑡
Faktor gravimetri =
𝐵𝑀 𝐸𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛
9
Bila berat endapan = P (gram), maka :
Jadi :
Peyelesaian :
𝑔 0,7134
=
35,45 143,32
35,45
g = 0,7134 x
143,32
f.gravimetrik
dan
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑙
% Cl = x 100
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
10
35,45
0,7134 𝑥 ( )
143,32
= x 100
0,6025
= 29,29
Penyelesaian :
𝑔 0,2481
= 2𝑥
55,85 159,69
2 𝑥 55,85
g = 0,2481 x
159,69
(2𝑥55,85)
0,2481 𝑥 [ ]
158,69
% Fe = x 100
0,4852
= 35,77
Penyelesaian :
11
Misal : Wp = berat dalam gram endapan AgCl
Ws = berat dalam gram contoh
Maka :
𝐶𝑙
𝑊𝑝 𝑥 [ ]
𝐴𝑔𝐶𝑙
10 Wp = x 100
𝑊𝑠
𝐶𝑙
10 Ws = x 100
𝐴𝑔𝐶𝑙
𝐶𝑙
10 Ws = x 100
𝐴𝑔𝐶𝑙
Ws = 2,474 gram
Penyelesaian
a. Misalkan : x jumlah mmol NaCl dan y jumlah mmol NaBr, jadi :
12
x+y = total mmol
𝑚𝑚𝑜𝑙
= 42,23 ml x 0,1043
𝑚𝑙
= 4,405
X = 4,405 - y
𝑚𝑔
3,889 𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑥 102,89 ⁄𝑚𝑚𝑜𝑙
% NaBr = x 100 = 53,35
750 𝑚𝑔
13
TITRIMERI
I. TEORI UMUM
Pada saat titik ekivalen (tercapai kesetaraan) tidak selalu berarti bahwa
titrat dan titran selalu sama banyak baik volume maupun jumlah gram atau
mol nya, karena jumlah zat yang bereaksi ditentukan oleh persamaan
reaksinya.
14
Contoh : penetapan kadar Na2B4O7 dengan standard HCl
Reaksi yang terjadi :
Na2B4O7 + 2 HCl + 5H2O 2NaCl + 4H3BO3
HCl ekivalen dengan boraks, bila 2 mol HCl ditambahkan pada setiap mol
boraks → keduanya saling menghabiskan sehingga tidak ada sisa HCl
maupun boraks.
𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑚𝑜𝑙
ekivalen = miliek =
𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
15
Bila larutan standard didalam N, maka : mek = ml x N Karena satuan
Bila larutan standard didalam M, maka : mmol= ml x M
}buret dalam ml
16
- Dapat bereaksi menurut syarat syarat titrasi.
V1 N1 = V2 N2 atau
V1 M1 = V2 M2
Larutan baku = larutan standard
17
D. Alat alat
Terutama alat alat gelas
Misal :
- Erlemeyer, sebagai tempat titrat
- Buret, sebagai tempat titran dengan volume yang bervariasi (25,
50 dan 100 ml)
- Labu ukur (takar), volume terukur dengan tepat sesuai dengan
kapasitas yang bersangkutan (25 ml sampai dengan 2000 ml).
- Pipet Volumetris, volume terukur dengan tepat sesuai dengan
kapasitas alat (5 ml sampai dengan 100 ml)
Tidak semua reaksi dapat digunakan sebagai reaksi titrasi. Untuk itu
reaksi harus memenuhi syarat syarat sebagai berikut :
1. Berlangsung sempurna , tunggal, menurut reaksi kimia dan tidak ada
hasil samping. (dasar teoritis).
2. Reaksi berlangsung cepat dan reversible (dasar praktis)
3. Ada penunjuk akhir titrasi, dapat berupa :
- Timbul dari reaksi itu sendiri
- Berasal dari luar, berupa suatu zat yang dimasukkan kedalam titrat
yang disebut indikator.
4. Larutan standard yang direaksikan dengan analat harus mudah
didapat dan sederhana penggunaannya juga harus stabil sehingga
konsentrasinya tidak mudah berubah bila disimpan.
II CONTOH PERHITUNGAN
Contoh 1.
18
0,0542 gr Natrium Karbonat, Na2CO3 murni dilarutkan dalam air dan
dititrasi dengan suatu larutan asam Klorida sebanyak 30,23 ml untuk
mencapai titik akhir. Hitung Normalitas asamnya.
Jawab :
Na2CO3 + 2 HCl 2NaCl +H2O + CO2
Mek HCl = mek Na2CO3
BE Na2CO3 = 106,0⁄
2 = 53 mg/mek
mg Na2CO3
V HCl xN HCl =
BE Na2CO3
54,2 mg
30,23 ml x N HCl =
53,00 mg/mek
1,022 mek
N HCl = = 0,033 mek/ml
30,23 ml
Bila dalam titrasi, titik akhir terlewati, yaitu menambahkan terlalu banyak
titran, maka harus dilakukan titrasi kembali dengan larutan kedua,
normalitas dan volume larutan yang kedua harus diketahui.
Contoh 2.
Jawab :
𝑚𝑔 Na2C2O4
V KMNO4 x N KMNO4 = + VH2C2O4 x N H2C2O4
𝐵𝐸 Na2C2O4
285,6
45,12 ml x N KMNO4 = + 1,74 x 0,1032
67
19
4,4423 𝑚𝑒𝑘
N KMNO4 = = 0,0985 mek/ml
45,12 𝑚𝑙
Ag+ + Cl − AgCl ↓
Contoh 3
Jawab.
228,6
50 x N AgNO3 = + 12,56 x 0,0986
58,44
5,1496
N AgNO3 = = 0,1030 mek/ml
50
Contoh 4.
20
dititrasi dengan 40,34 ml larutan EDTA dengan menggunakan indikator
Erio Chrom Black T. Hitung molaritas larutan EDTA.
Jawab :
Ca 2+ + Y 4− CaY 2−
Jadi :
41,48
40,34 x M ETDA = mmol = 0,4144 mmol
100,09
0,4144
M ETDA = = 0,01027 mmol/ml.
40,34
Contoh :
21
mg analat
% = x 100
mg contoh
mek mg
V(ml)x N( ml )x BE (mek)
= x 100
berat contoh (mg)
22
Contoh soal :
Jawab.
V x N x BE
% KHP = x 100
Berat Contoh
𝑚𝑒𝑘 𝑚𝑔
42,58 𝑚𝑙 𝑥 0,1084 ( )𝑥 204,2 ( )
𝑚𝑙 𝑚𝑒𝑘
= x 100
2128,3 𝑚𝑔
= 44,29
Jawab .
% KHP = ml NaOH
V x N x BE
% KHP = x 100
gr.contoh
𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 0,1074 𝑥 204,2
ml NaOH = x 100
𝑚𝑔𝑟 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
23
IV. KLASIFIKASI VOLUMETRI / TITRIMETRI
a. Asidi Alkalimetri yaitu titrasi yang meliputi reaksi asam dan basa
dalam titrasi ini perubahan penting yang mendasari penentuan titik
akhir dan cara perhitungan adalah perubahan pH titran. Reaksi-
reaksi yang terjadi dalam titrasi ini ialah :
24
Titrasi presipitasi yang menyangkut larutan AgNO3, maka titrasi ini
sering disebut sebagai Argentometri
M n+ + H2Y MY = + 2H+
Logam EDTA Kompleks
Logam - EDTA
Reaksi oksidasi :
Fe 2+ Fe 3+ + e x5
2 3
Reaksi Reduksi :
25
V. BERAT EKIVALEN ( B. E )
Secara umum :
BM
BE =
n
Contoh :
BM
BE HCl = = 36,5
1
BM
BE NaOH = = 40
1
𝐵𝑀 98
BE H2SO4 = = = 49
2 2
26
BM
BE NaOH = = 40
1
JM
H3PO4 + NaOH NaH2PO4 + H2O
BM
BE H3PO4 = = 97,995
1
BM
BE NaOH = = 40
1
BM
BE H3PO4 = = 48,998
2
BM
BE NaOH = = 40
1
SARAN
Untuk reaksi titrasi asam basa, sebaiknya konsentrasi larutan
tidak dinyatakan dalam N tetapi dalam M
𝐵𝑀
Untuk logam atau kation → BE =
𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
Untuk pereaksi yang bereaksi dengan kation tersebut BE nya
sama dengan banyaknya (mol) pereaksi dengan 1 grek kation.
27
Contoh :
3. Berat ekivalen untuk titrasi oksidasi reduksi ialah berat dalam gram
dari zat yang diperlukan untuk menyediakan atau bereaksi dengan
1 mol elektron
Contoh :
C2 O 4 = 2 CO2 + 2e
28
Cr2O7 + 14 H+ + 6e 2Cr3+ + 7 H2O
BE nya adalah :
𝐵𝑀 134,0
Na2C2O4 = = = 67 gr/ek
2 2
𝐵𝑀 294,2
K2Cr2O7 = = = 49,03 gr/ek
6 26
29
ASIDI - ALKALIMETRI
H+ + OH− ⇆ H2O
Untuk mengukur kekuatan [H+] dan [OH−] dipakai satuan pH. Bila yang
dihitung [H+] dapat langsung dihitung pH nya, yaitu :
pH = - log [H+]
Bila yang dihitung [OH−] nya, maka harus diubah dulu menjadi [H+] dengan
rumus
𝐾𝑤
Kw = [H+] [OH−] ⟶ [OH−] =
[H+]
pH = pKw - pOH
pH = 14 - pOH
Untuk mentukan indikator yang paling sesuai ini diperlukan study kelayakan
yang berhubungan dengan kurva titrasi.
A. KURVA TITRASI
31
lain, maka grafik demikian bisa menolong untuk memutuskan dapat
atau tidaknya suatu titrasi dapat berlangsung dan dapat dipergunakan
untuk pemilihan indikator yang sesuai pada titrasi asam basa tersebut.
Jawab :
32
a. Sebelum titrasi.
Karena HCl asam kuat maka dalam larutan air akan
berdissosiasi secara lengkap (sempurna).
b. Perjalanan titrasi
(pH setelah penambahan 10 ml basa)
Sehingga
𝑚 𝑚𝑜𝑙
50 ml x 0,1 = 5 mmol H3O+ (asam)
𝑚𝑙
𝑚 𝑚𝑜𝑙
10 ml x 0,1 = 1 mmol OH- (basa)
𝑚𝑙
4 𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑚𝑜𝑙
[H3O+] = = 6,67 x 10−2
60 𝑚𝑙 𝑚𝑙
pH = 2 – log 6,67
= 1,18
33
c. pH pada ekivalen
Titik ekivalen dicapai bila 50 ml NaOH telah ditambahkan.
Pada titik ekivalen ini garam yang ditambahkan tidak asam
dan tidak basa tetapi netral, maka :
𝑚𝑚𝑜𝑙
50 ml x 0,1 = 5 mmol H3O+ (asam)
𝑚𝑙
𝑚𝑚𝑜𝑙
60 ml x 0,1 𝑚𝑙 = 6 mmol OH- (basa)
1 𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑚𝑜𝑙
[OH−] = = 9,1 x 10−3
110 𝑚𝑙 𝑚𝑙
Untuk harga harga yang lain seperti yang di tabelkan dibawah ini
34
35
Dari grafik terlihat, mula mula pH naik secara perlahan sewaktu titrasi
ditambahkan, naik lebih cepat waktu titik ekivalen didekati dan naik
lebih cepat lagi pada saat titik ekivalen dicapai.
Setelah titik ekivalen dicapai, pH bertambah hanya perlahan lahan
sampai suatu saat tidak dapat naik lagi.
- Trayek metil merah (MR) sekalipun jauh dari titik ekivalen, tetapi
sudah masuk daerah atau bagian yang curam (4,2 – 6,3)
- Trayek Bromtimol Blue (BB) mencakup titik ekivalen dan bagian yang
curam (6,0 – 7,6)
36
2. Titrasi Asam Lemah – Basa Kuat
Contoh :
Jawab.
a. pH permulaan
Karena HB asam lemah maka terdissosiasi secara lemah pula
(tidak lengkap atau tidak sempurna), menghasilkan B− dan
satu H3O+ :
HB + H2O ⇌ H3O+ + B−
Misal : [H3O+] = [B−]
Karena terdissosiasi sangat lemah maka :
Sehingga
=0
[HB ] = 0,1 - [H3O+ ] ≅ 0,1
[H3 O+ ] 2
1,0 x 10-5 =
0,1
pH = - log (1,0x10-3) = 3
37
38
b. setelah penambahan 10 ml basa
Reaksi selama titrasi :
-
OH + H3O+ + B- 2H2O + B-
𝑛𝑚𝑜𝑙
50 ml x 0,1 = 5 mmol HB
𝑚𝑙
𝑛𝑚𝑜𝑙
10 ml x 0,1 = 1 mmol NaOH
𝑚𝑙
Jadi ada 4 mmol HB yang tinggal dan menghasilkan 1 mmol B−,
maka :
=0
4 4
[HB] = - [H3O+] ≅
60 60
1 1
[B] = + [H3O+] ≅
60 60
[H3 O+ ] [B− ]
Ka =
[HB ]
1
[H3 O+ ] [ ]
60
1 x 10-5 = 4
[ ]
60
[H3O+] = 4 x 10-5
pH = 5 – log 4 = 4,4
𝑚𝑚𝑜𝑙
50 ml x 0,1 = 5 mmol HB
𝑚𝑙
𝑚𝑚𝑜𝑙
50 ml x 0,1 = 5 mmol NaOH
𝑚𝑙
Maka telah terbentuk B− = 5 mmol
B− merupakan basa dan reaksinya dengan air adalah :
39
B− + H2O HB + OH−
𝐾𝑤 1 𝑥 10−14
Kb = = = 1,0 x 10−9
𝐾𝑎 1 𝑥 10−5
[HB] [OH− ]
Kb =
[B− ] [H2 O]
=1
[OH− ] 2 [OH− ] 2
1,0 x 10−9 = =
[B− ] 0,05
𝑚𝑚𝑜𝑙 1
[OH−] ≅ = = 9,1 x 10-3
𝑚𝑙 110
40
pOH = - log (9,1 x 10-3 ) = 2,04
pH = 14 – 2,04 = 11,96
Catatan : harga harga pH pada titik titik yang lain lihat tabel diatas
( contoh soal asam kuat-basa kuat )
41
B. INDIKATOR ASAM – BASA
Dari hal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kita dapat
menentukan pH suatu bahan berdasar warna indikator asal
nilainya terletak dalam trayek pH indikator yang dipakai.
Diantara indikator ada yang mempunyai satu macam warna,
misalnya Fenolftalin (PP) yang berwarna merah pada keadaan basa dan
tidak berwarna bila keadaannya asam. Indikator demikian dinamakan
indikator satu warna. Untuk indikator PP warnanya tampak semakin tua
bila pH semakin tinggi (mendekati 9,6) dan makin muda bila semakin
42
kecil (mendekati 8,0). Letak trayek PP diantara 8,0 – 9,6 sehingga pada
pH dibawah 8,0 larutan tak berwarna dan diatas 9,6 warna merah tidak
akan berubah intensitasnya. Untuk indikator BB karena mempunyai 2
macam warna disebut indikator dua warna
43
Didalam air akan terdissosiasi sebagai berikut :
a. Untuk indikator asam organik lemah.
H ind H+ + Ind─
(warna A) (warna B)
[H+ ][Ind− ]
K Ind =
[H ind ]
44
Dengan cara yang sama didapat :
[ind (OH) ]
pH = pKw – pK Ind + log
[Ind+ ]
SOAL
40 ml 0,11 M HCl diencerkan sampai 100 ml dengan air dan dititrasi
dengan 0,1 M NaOH. Hitung pH setelah penambahan volume (ml) titran
berikut :
a). 0 b). 10 c). 22 d). 40
e). 43,95 f). 44 g). 44,05 h). 50
Gambar kurva titrasi dan pilih indikator yang cocok.
Jawab.
a. pH mula mula.
mmol
40 ml x 0,11
ml
[H+] = = 0,044
100 ml
pH = - log [H+]
= - log 0,44
= 1,36
45
(40 x 0,11−22 x 0,1)
c. [H+] = = 0,18
122
pH = 1,74
46
- Bromtimol Biru (BB)
- Bromkresol Ungu (BU)
Tugas : Buat grafik dirumah
Jawaban Soal Ujian Akhir Semester Kimia Analisa TA 2012/2013
1. Penyelesaian :
Reaksi pengendapan BaSO4 sbb :
0,2345−𝑥 𝑥 0,3456
+ =
142,04 174,26 233,39
1,651 - 7,040 x + 5,739 x = 1,481
- 1,301 x = - 0,170
− 0,170
X =
− 1,301
X = 0,1307
Jadi kadar K2SO4 dalam campuran adalah :
0,1307
X 100 % = 55,72 %
0,2345
𝑉 𝑥 𝑁 𝑥 𝐵𝐸 𝑥 100
2a. % Cl =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝑚𝑒𝑘 𝑚𝑔
34,68 𝑚𝑙 𝑥 0,1156 𝑚𝑙 𝑥 35,453 𝑚𝑒𝑘 𝑥 100
=
623 𝑚𝑔
= 22,8 %
47
𝐵𝑀 𝑁𝑎𝐶𝑙
2b. % NaCl = X % Cl
𝐵𝐴 𝐶𝑙
58,443
= X 22,8
35,453
= 37,58
TITRIMERI
48
Pada saat titik ekivalen (tercapai kesetaraan) tidak selalu berarti bahwa
titrat dan titran selalu sama banyak baik volume maupun jumlah gram atau
mol nya, karena jumlah zat yang bereaksi ditentukan oleh persamaan
reaksinya.
HCl ekivalen dengan boraks, bila 2 mol HCl ditambahkan pada setiap mol
boraks → keduanya saling menghabiskan sehingga tidak ada sisa HCl
maupun boraks.
49
𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑚𝑜𝑙
ekivalen = miliek =
𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
50
Disebut juga sebagai larutan baku. Adapun syarat syarat
larutan standard primer adalah :
51
5. Indikator Asam Basa (untuk titrasi Asam-Basa)
Misal : Fenol ftalein (PP), Merah Metil (MM) dll.
D. Alat alat
Terutama alat alat gelas
Misal :
- Erlemeyer, sebagai tempat titrat
- Buret, sebagai tempat titran dengan volume yang bervariasi (25,
50 dan 100 ml)
- Labu ukur (takar), volume terukur dengan tepat sesuai dengan
kapasitas yang bersangkutan (25 ml sampai dengan 2000 ml).
- Pipet Volumetris, volume terukur dengan tepat sesuai dengan
kapasitas alat (5 ml sampai dengan 100 ml)
Tidak semua reaksi dapat digunakan sebagai reaksi titrasi. Untuk itu
reaksi harus memenuhi syarat syarat sebagai berikut :
1. Berlangsung sempurna menurut reaksi kimia dan tidak ada hasil
samping. (dasar teoritis).
2. Reaksi berlangsung cepat dan reversible (dasar praktis)
3. Ada penunjuk akhir titrasi, dapat berupa :
- Timbul dari reaksi itu sendiri
- Berasal dari luar, berupa suatu zat yang dimasukkan kedalam titrat
yang disebut indikator.
4. Larutan standard yang direaksikan dengan analat harus mudah
didapat dan sederhana penggunaannya juga harus stabil sehingga
konsentrasinya tidak mudah berubah bila disimpan.
52
II CONTOH PERHITUNGAN
Contoh 1.
0,0542 gr Natrium Karbonat, Na2CO3 murni dilarutkan dalam air dan
dititrasi dengan suatu larutan asam Klorida sebanyak 30,23 ml untuk
mencapai titik akhir. Hitung Normalitas asamnya.
Jawab :
Na2CO3 + 2 HCl 2NaCl +H2O + CO2
Mek HCl = mek Na2CO3
BE Na2CO3 = 106,0⁄
2 = 53 mg/mek
mg Na2CO3
V HCl xN HCl =
BE Na2CO3
354,2 mg
30,23 ml x N HCl =
53,00 mg/mek
6,683 mek
N HCl = = 0,2211 mek/ml
30,23 ml
Bila dalam titrasi, titik akhir terlewati, yaitu menambahkan terlalu banyak
titran, maka harus dilakukan titrasi kembali dengan larutan kedua,
normalitas dan volume larutan yang kedua harus diketahui.
Contoh 2.
Jawab :
53
Mek permanganat = mek oksalat
𝑚𝑔 Na2C2O4
V KMNO4 x N KMNO4 = + VH2C2O4 x N H2C2O4
𝐵𝐸 Na2C2O4
285,6
45,12 ml x N KMNO4 = + 1,74 x 0,1032
67
4,4423 𝑚𝑒𝑘
N KMNO4 = = 0,0985 mek/ml
45,12 𝑚𝑙
Ag+ + Cl − AgCl ↓
Contoh 3
Jawab.
228,6
50 x N AgNO3 = + 12,56 x 0,0986
58,44
5,1496
N AgNO3 = = 0,1030 mek/ml
50
54
melarutkannya / mengencerkannya hingga volume tertentu. Kemudian
mengambil sebagian dari hasil pengenceran tadi untuk dilakukan
titrasi, bagian yang dititrasi tersebut disebut dengan Aliquot.
Contoh 4.
Jawab :
Ca 2+ + Y 4− CaY 2−
Jadi :
41,48
40,34 x M ETDA = mmol = 0,4144 mmol
100,09
0,4144
M ETDA = = 0,01027 mmol/ml.
40,34
55
III, PERHITUNGAN KEMURNIAN/KADAR DALAM PERSEN.
Contoh :
mg analat
% = x 100
mg contoh
mek mg
V(ml)x N( ml )x BE (mek)
= x 100
berat contoh (mg)
56
Contoh soal :
Jawab.
V x N x BE
% KHP = x 100
Berat Contoh
𝑚𝑒𝑘 𝑚𝑔
42,58 𝑚𝑙 𝑥 0,1084 ( )𝑥 204,2 ( )
𝑚𝑙 𝑚𝑒𝑘
= x 100
2128,3 𝑚𝑔
= 44,29
Jawab .
% KHP = ml NaOH
V x N x BE
% KHP = x 100
gr.contoh
𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 0,1074 𝑥 204,2
ml = x 100
𝑚𝑔𝑟 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
57
VI. KLASIFIKASI VOLUMETRI / TITRIMETRI
a. Asidi Alkalimetri yaitu titrasi yang meliputi reaksi asam dan basa
dalam titrasi ini perubahan penting yang mendasari penentuan titik
akhir dan cara perhitungan adalah perubahan pH titran. Reaksi-
reaksi yang terjadi dalam titrasi ini ialah :
58
c. Titrasi kompleksometri, yaitu titrasi berdasarkan pembentukan
persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar
mengion), misal :
M n+ + H2Y MY = + 2H+
Logam EDTA Kompleks
Logam - EDTA
Reaksi oksidasi :
Fe 2+ Fe 3+ + e x5
2 3
Reaksi Reduksi :
59
3. BERAT EKIVALEN ( B. E )
Secara umum :
BM
BE =
n
Contoh :
BM
BE HCl = = 36,5
1
BM
BE NaOH = = 40
1
𝐵𝑀 98
BE H2SO4 = = = 49
2 2
BM
BE NaOH = = 40
1
JM
H3PO4 + NaOH NaH2PO4 + H2O
BM
BE H3PO4 = = 97,995
1
60
BM
BE NaOH = = 40
1
BM
BE H3PO4 = = 48,998
2
BM
BE NaOH = = 40
1
SARAN
Untuk reaksi titrasi asam basa, sebaiknya konsentrasi larutan
tidak dinyatakan dalam N tetapi dalam M
𝐵𝑀
Untuk logam atau kation → BE =
𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
Untuk pereaksi yang bereaksi dengan kation tersebut BE nya
sama dengan banyaknya (mol) pereaksi dengan 1 grek kation.
Contoh :
61
b. Hitung BE AgNO3 dan KCN dalam reaksi :
3. Berat ekivalen untuk titrasi oksidasi reduksi ialah berat dalam gram
dari zat yang diperlukan untuk menyediakan atau bereaksi dengan
1 mol elektron
Contoh :
C2 O 4 = 2 CO2 + 2e
BE nya adalah :
𝐵𝑀 134,0
Na2C2O4 = = = 67 gr/ek
2 2
𝐵𝑀 294,2
K2Cr2O7 = = = 49,03 gr/ek
6 26
62
ASIDI - ALKALIMETRI
H+ + OH− ⇆ H2O
Untuk mengukur kekuatan [H+] dan [OH−] dipakai satuan pH. Bila yang
dihitung [H+] dapat langsung dihitung pH nya, yaitu :
pH = - log [H+]
Bila yang dihitung [OH−] nya, maka harus diubah dulu menjadi [H+] dengan
rumus
𝐾𝑤
Kw = [H+] [OH−] ⟶ [OH−] =
[H+]
pH = pKw - pOH
pH = 14 - pOH
63
Mek titrat = mek titran
E. KURVA TITRASI
64
lain, maka grafik demikian bisa menolong untuk memutuskan dapat
atau tidaknya suatu titrasi dapat berlangsung dan dapat dipergunakan
untuk pemilihan indikator yang sesuai pada titrasi asam basa tersebut.
Jawab :
65
e. Sebelum titrasi.
Karena HCl asam kuat maka dalam larutan air akan
berdissosiasi secara lengkap (sempurna).
f. Perjalanan titrasi
(pH setelah penambahan 10 ml basa)
Sehingga
𝑚 𝑚𝑜𝑙
50 ml x 0,1 = 5 mmol H3O+ (asam)
𝑚𝑙
𝑚 𝑚𝑜𝑙
10 ml x 0,1 = 1 mmol OH- (basa)
𝑚𝑙
4 𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑚𝑜𝑙
[H3O+] = = 6,67 x 10−2
60 𝑚𝑙 𝑚𝑙
pH = 2 – log 6,67
= 1,18
66
g. pH pada ekivalen
Titik ekivalen dicapai bila 50 ml NaOH telah ditambahkan.
Pada titik ekivalen ini garam yang ditambahkan tidak asam
dan tidak basa tetapi netral, maka :
𝑚𝑚𝑜𝑙
50 ml x 0,1 = 5 mmol H3O+ (asam)
𝑚𝑙
𝑚𝑚𝑜𝑙
60 ml x 0,1 𝑚𝑙 = 6 mmol OH- (basa)
1 𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑚𝑜𝑙
[OH−] = = 9,1 x 10−3
110 𝑚𝑙 𝑚𝑙
Untuk harga harga yang lain seperti yang di tabelkan dibawah ini
67
68
Dari grafik terlihat, mula mula pH naik secara perlahan sewaktu titran
ditambahkan, naik lebih cepat waktu titik ekivalen didekati dan naik
lebih cepat lagi pada saat titik ekivalen dicapai.
Setelah titik ekivalen dicapai, pH bertambah hanya perlahan lahan
sampai suatu saat tidak dapat naik lagi.
- Trayek metil merah (MR) sekalipun jauh dari titik ekivalen, tetapi
sudah masuk daerah atau bagian yang curam (4,2 – 6,3)
- Trayek Bromtimol Blue (BB) mencakup titik ekivalen dan bagian yang
curam (6,0 – 7,6)
69
4. Titrasi Asam Lemah – Basa Kuat
Contoh :
Jawab.
e. pH permulaan
Karena HB asam lemah maka terdissosiasi secara lemah pula
(tidak lengkap atau tidak sempurna), menghasilkan B− dan
satu H3O+ :
HB + H2O ⇌ H3O+ + B−
Misal : [H3O+] = [B−]
Karena terdissosiasi sangat lemah maka :
Sehingga
=0
[HB ] = 0,1 - [H3O+ ] ≅ 0,1
[H3 O+ ] 2
1,0 x 10-5 =
0,1
pH = - log (1,0x10-3) = 3
70
f. setelah penambahan 10 ml basa
𝑛𝑚𝑜𝑙
50 ml x 0,1 = 5 mmol HB
𝑚𝑙
𝑛𝑚𝑜𝑙
10 ml x 0,1 = 1 mmol NaOH
𝑚𝑙
Jadi ada 4 mmol HB yang tinggal dan menghasilkan 1 mmol B −,
maka :
=0
4 4
[HB] = - [H3O+] ≅
60 60
1 1
[B] = + [H3O+] ≅
60 60
[H3 O+ ] [B− ]
Ka =
[HB ]
1
[H3 O+ ] [ ]
60
1 x 10-5 = 4
[ ]
60
[H3O+] = 4 x 10-5
pH = 5 – log 4 = 4,4
𝑚𝑚𝑜𝑙
50 ml x 0,1 = 5 mmol HB
𝑚𝑙
𝑚𝑚𝑜𝑙
50 ml x 0,1 = 5 mmol NaOH
𝑚𝑙
Maka telah terbentuk B− = 5 mmol
B− merupakan basa dan reaksinya dengan air adalah :
B− + H2O HB + OH−
71
Misal : [HB] = [OH−]
𝐾𝑤 1 𝑥 10−14
Kb = = = 1,0 x 10−9
𝐾𝑎 1 𝑥 10−5
[HB] [OH− ]
Kb =
[B− ] [H2 O]
=1
[OH− ] 2 [OH− ] 2
1,0 x 10−9 = =
[B− ] 0,05
𝑚𝑚𝑜𝑙
[OH−] ≅ = 9,1 x 10-3
𝑚𝑙
pOH = - log (9,1 x 10-3 ) = 2,04
72
pH = 14 – 2,04 = 11,96
Catatan : harga harga pH pada titik titik yang lain lihat tabel diatas
( contoh soal asam kuat-basa kuat )
73
F. INDIKATOR ASAM – BASA
Dari hal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kita dapat
menentukan pH suatu bahan berdasar warna indikator asal
nilainya terletak dalam trayek pH indikator yang dipakai.
Diantara indikator ada yang mempunyai satu macam warna,
misalnya Fenolftalin (PP) yang berwarna merah pada keadaan basa dan
tidak berwarna bila keadaannya asam. Indikator demikian dinamakan
indikator satu warna. Untuk indikator PP warnanya tampak semakin tua
bila pH semakin tinggi (mendekati 9,6) dan makin muda bila semakin
kecil (mendekati 8,0). Letak trayek PP diantara 8,0 – 9,6 sehingga pada
74
pH dibawah 8,0 larutan tak berwarna dan diatas 9,6 warna merah tidak
akan berubah intensitasnya. Untuk indikator BB karena mempunyai 2
macam warna disebut indikator dua warna
75
[H+ ][Ind− ]
K Ind =
[H ind ]
76
Jadi kesimpulannya perubahan warna indikator dapat terjadi karena
perubahan bentuk indikator sebagai indikator tak terdissosiasi (H Ind)
atau sebagai indikator terdissosiasi [Ind─] dimana perubahan bentuk
tersebut disebabkan oleh perubahan (H+) dalam larutan.
SOAL
40 ml 0,11 M HCl diencerkan sampai 100 ml dengan air dan dititrasi
dengan 0,1 M NaOH. Hitung pH setelah penambahan volume (ml) titran
berikut :
a). 0 b). 10 c). 22 d). 40
e). 43,95 f). 44 g). 44,05 h). 50
Gambar kurva titrasi dan pilih indikator yang cocok.
Jawab.
i. pH mula mula.
mmol
40 ml x 0,11
ml
[H+] = = 0,044
100 ml
pH = - log [H+]
= - log 0,44
= 1,36
78
79