I UMUM.
Tujuan : menentukan jumlah suatu zat atau komponen suatu zat.
Cara-cara kuantitatif dibedakan atas :
a. Cara-cara Klasik
b. Cara-cara Modern / Instrumental.
A. CARA KLASIK
Didasarkan pada penggunaan reaksi-reaksi kimia (interaksi
materi dengan materi ) disebut sebagai Cara Stoikhiometri.
Cara klasik ini dibedakan menjadi 2 cara , yaitu :
1. Gravimetri , prinsip kerjanya penimbangan hasil reaksi, disini
analat direaksikan dan hasil reaksi ditimbang untuk
menentukan jumlah zat/komponen yang dicari.
2. Volumetri , prinsip kerjanya dengan pengukuran volume,
disini analat direaksikan dan jumlahnya dihitung dari larutan
pereaksi atau volume suatu hasil reaksi.
Dalam Volumetri kita bedakan :
1
1. POTENSIOMETRI.
Berdasar pengukuran potensial suatu zat.
2. KOLOMETRI.
Berdasarkan pengukuran arus dan waktu.
3. KOLORIMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI.
Berdasarkan pengamatan intensitas warna.
4. KONDUKTOMETRI.
Berdasarkan pengukuran daya hantar larutan suatu zat.
5. KROMATOGRAFI
Berdasarkan absorbsi suatu zat.
Kromatografi kertas
Kromatografi gas
Kromatografi lapisan tipis
6. EKSTRAKSI SOLVEN
Berdasarkan pemisahan dengan suatu pelarut.
1. STOICHIOMETRI
Dalam analisa kimia kuantitatif, perhitungan dilakukan
berdasarkan hubungan stoichiometri dari persamaan reaksi kimia
yang terjadi. Misal pada reaksi berikut :
nHCl = 2nCaCO3
Contoh berikut akan menjelaskan hal tersebut, bila suatu larutan
yang mengandung 8 mmol HCl ditambahkan pada 9 gram padatan
CaCO3. Berapa mol CaCO3 yang masih tertinggal setelah reaksi
berhenti , bila diketahui Berat Molekul CaCO3 = 100,09 gram / mol.
2
JAWAB :
CaCO3 + 2HCl CaCl2 + H2O + CO2
Cara pertama :
9
9 gram CaCO3 = x 1000 mmol = 89,92 mmol
100,099
Dari reaksi terlihat bahwa 2 mmol HCl bereaksi dengan 1 mmol
CaCO3.
Maka CaCO3 yang bereaksi dengan 8 mmol HCl = ½ x 8 = 4 mmol
Jadi CaCO3 yang tidak bereaksi (sisa) adalah :
89,92−4
= 1000 mol = 0,0859 mol
nHCl = 2 x nCaCO3
8
mol HCl = mol
1000
mol CaCO3 = nHCl / 2
8 4
= = mol
1000 x 2 1000
3
Hubungan Stoichiometri yang dapat diturunkan dari reaksi kimia
adalah :
aA + bB → cC
2. KONSENTRASI LARUTAN
4
Contoh :
1. 20 gram gula dilarutkan dalam 80 gram air. Berapa %
berat larutan gula tersebut.
Jawab :
20
% berat larutan gula = x 100
20+80
= 20 %
20
% berat NaCl = 20+55 x 100
= 26,6 %
ml zat terlarut
% V/V = ml larutan x 100
Contoh :
1. 50 ml alkohol dicampur dengan 50ml air menghasilkan
96,54 ml larutan. Hitung % volume masing-masing
komponen.
Jawab :
50
% volume alkohol = 96,54 x 100 = 51,79 %
50
% volume air = x 100 = 51,79 %
96,54
5
2.3 Persen Berat / Volume ( % W/V )
2.4 Parts Per Million ( ppm ) dan Parts Per Billion ( ppb ).
Contoh :
Jawab :
6
berat aseton
(a) ppm aseton = x 106
berat air
8,6 x 10−3
ppm aseton = x 106
21,4 x 103
= 0,402 ppm
8,6 x 10−3
ppb aseton = 3 x 109
21,4 x 10
= 402 ppb
2.5 Kemolaran ( M )
Kemolaran atau konsentrasi Molar (M) suatu larutan
menyatakan jumlah mol spesi zat terlarut dalam 1 liter
larutan atau jumlah milimol dalam 1ml larutan
Contoh :
1. 80 gram NaOH dilarutkan dalam air kemudian diencerkan
menjadi 1 L larutan. Hitung kemolaran larutan jika diket.
MW NaOH = 40 gr/mol.
7
Jawab :
80 gram
Jumlah mol NaOH =
40 gr /mol
mol 2mol
Kemolaran = L = 1L = 2M
Contoh :
1. Hitung kemolalan larutan metil alkohol (MW = 32)
dengan melarutkan 37 gram metil alkohol (CH 3OH)
dalam 1750 gram air.
8
Jawab :
37 gram
Mol zat terlarut =
32 gram/mol
1,156 mo l
Kemolalan = 1 x 1,750 kg
= 0,680 m
1,200 g
Berat larutan 200 mL = 200 mL x
mL
= 240 gram
48,0 g
Jumlah mol H2SO4 =
98 g / mol
= 0,490 mol H2SO4
0,490 mol
Kemolalan =
0,192 kg
= 2,55 m
9
2.7 Kenormalan, (N)
Contoh :
1. Hitung kenormalan larutan yang mengandung 36,75 g
H2SO4 dalam 1,5 liter larutan. Massa molekul H2SO4 = 98.
Jawab :
W
Kenormalan = EW x L
36,75
= 98 x 1.5 = 0,50 N
2 1
2 gram
N = 58,7 gram x 0,5liter
2 ek
= 0,136 ek/liter
10
GRAVIMETRI
I. UMUM
a. Sisa bahan atau suatu gas yang terjadi, disebut dengan cara
evolusi
b. Suatu endapan disebut cara pengendapan
a. Cara Evolusi
Dalam cara ini bahan direaksikan sehingga timbul gas, caranya
dengan memanaskan bahan tersebut atau mereaksikan dengan
suatu pereaksi. Umumnya yang dicari adalah banyaknya gas yang
terjadi dengan cara :
1. Tak Langsung
Dalam hal ini analatlah yang ditimbang setelah bereaksi.
Berat gas diperoleh sebagai selisih berat analat sebelum dan
setelah reaksi. Contohnya : 1) penentuan kadar air dalam
suatu bahan (bahan yang akan dianalisa kadar airnya
dipanaskan pada suhu tertentu untuk jangka waktu tertentu
sehingga air menguap dan beratnya diperoleh sebagai selisih
berat bahan sebelum dan sesudah pemanasan), 2)
penentuan karbonat, karena pemanasan karbonat terurai
dan mengeluarkan gas CO2 , berat gas juga ditentukan
dengan menimbang bahan sebelum dan sesudah pemanasan.
2. Langsung
Mamakai zat perantara sebagai penyerap gas yang terjadi.
Bahan penyerap ditimbang sebelum dan sesudah penyerapan.
Pada penentuan kadar air maka uap air yang terjadi
dilewatkan tabung berisi bahan higroskopis yang tidak
menyerap gas-gas lain; berat tabung dengan isi sebelum dan
sesudah uap diserap menunjukkan jumlah air, begitu juga
dengan karbonat ; berat tabung dengan isi sebelum dan
sesudah menyerap gas memberikan berat CO2.
11
b. Cara Pengendapan
aA + rR → AaRr
a. Endapan AaRr harus stabil dan memiiliki hasil kali kelarutan (Ksp)
yang kecil
b. Rumus molekul endapan sebelum dan sesudah mengalami proses
pemanasan harus dapat diketahui dengan pasti
12
III LANGKAH LANGKAH DALAM OPERASI GRAVIMETRI
B. Pembentukan endapan
Langkah langkah yang merupakan faktor penting dalam proses
pembentukan endapan adalah :
2. Penyaringan
Kertas saring yang dipergunakan harus berpori halus dan bebas
abu. Apabila filtrat dari penyaringan belum jernih, dapat disaring
ulang secara kwantitatif.
13
3. Pencucian endapan
Tujuan : menghilangkan kotoran kotoran yang teradsorbsi pada
permukaan endapan maupun yang terbawa secara mekanis.
Misal :
14
5. Pendinginan
C. Tahap Pengukuran/penimbangan
Tahap ini merupakan tahap yang penting karena merupakan dasar
dari perhitungan Gravimetri.
15
Berat A
Prosentasi analat A adalah : %A = x 100
Berat Contoh
BM Analat
Faktor gravimetri =
BM Endapan
Jadi :
Peyelesaian :
g 0,7134
=
35,45 143,32
16
35,45
g = 0,7134 x
143,32
f.gravimetrik
dan
Berat Cl
% Cl = x 100
Berat contoh
35,45
0,7134 x ( )
= 143,32 x 100
0,6025
= 29,29
Penyelesaian :
g 0,2481
= 2x
55,85 159,69
2 x 55,85
g = 0,2481 x
159,69
( 2 x 55,85 )
0,2481 x [ ]
% Fe = 158,69 x 100
0,4852
= 35,77
17
3. Berapa gram contoh yang mengandung klorida, harus diambil
untuk analisa agar prosentasi klorida didalam contoh dapat
diperoleh dengan perkalian berat perak klorida endapan dengan 10
Penyelesaian :
Cl
10 Ws = x 100
AgCl
Cl
10 Ws = x 100
AgCl
Ws = 2,474 gram
18
Penyelesaian
a. Misalkan : x jumlah mmol NaCl dan y jumlah mmol NaBr, jadi :
mg
3,889 mmol x 102,89
% NaBr = mmol x 100 = 53,35
750 mg
19
TITRIMERI
I. TEORI UMUM
Pada saat titik ekivalen (tercapai kesetaraan) tidak selalu berarti bahwa
titrat dan titran selalu sama banyak baik volume maupun jumlah gram
atau mol nya, karena jumlah zat yang bereaksi ditentukan oleh
persamaan reaksinya.
20
Contoh : penetapan kadar Na2B4O7 dengan standard HCl
Reaksi yang terjadi :
Na2B4O7 + 2 HCl + 5H2O 2NaCl + 4H3BO3
Analat
Titran, Hasil reaksi yang terjadi secara tepat ditujukkan oleh indikator
Sebagai
larutan
filtrat
standard yg konsentrasinya diketahui dengan tepat
HCl ekivalen dengan boraks, bila 2 mol HCl ditambahkan pada setiap mol
boraks → keduanya saling menghabiskan sehingga tidak ada sisa
HCl maupun boraks.
mol mmol
ekivalen = valensi miliek = valensi
21
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa titrasi harus
mempunyai komponen :
(a) Titrat yang berisi analat
(b) Titran yang berisi larutan standard
(c) Alat bantu sebagai penunjuk berakhirnya titrasi
(d) Alat alat
22
2. Larutan standard sekunder.
V1 N1 = V2 N2 atau
V 1 M 1 = V2 M 2
Larutan baku = larutan standard
D. Alat alat
Terutama alat alat gelas
Misal :
- Erlemeyer, sebagai tempat titrat
- Buret, sebagai tempat titran dengan volume yang bervariasi
(25, 50 dan 100 ml)
23
- Labu ukur (takar), volume terukur dengan tepat sesuai
dengan kapasitas yang bersangkutan (25 ml sampai dengan
2000 ml).
- Pipet Volumetris, volume terukur dengan tepat sesuai dengan
kapasitas alat (5 ml sampai dengan 100 ml)
II CONTOH PERHITUNGAN
Contoh 1.
0,0542 gr Natrium Karbonat, Na2CO3 murni dilarutkan dalam air dan
dititrasi dengan suatu larutan asam Klorida sebanyak 30,23 ml
untuk mencapai titik akhir. Hitung Normalitas asamnya.
Jawab :
Na2CO3 + 2 HCl 2NaCl +H2O + CO2
Mek HCl = mek Na2CO3
106,0
BE Na2CO3 = = 53 mg/mek
2
24
mg Na 2 CO 3
V HCl xN HCl =
BE Na2 CO 3
54,2mg
30,23 ml x N HCl =
53,00 mg/mek
1,022mek
N HCl = = 0,033 mek/ml
30,23 ml
Bila dalam titrasi, titik akhir terlewati, yaitu menambahkan terlalu banyak
titran, maka harus dilakukan titrasi kembali dengan larutan kedua,
normalitas dan volume larutan yang kedua harus diketahui.
Contoh 2.
Jawab :
= -
5 C2O4 + 2 MnO4 + 16 H+ 2Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O
mg Na 2 C 2O 4
V x N =
KMNO4 KMNO4
BE Na2 C 2 O 4 + VH2C2O4 x N H2C2O4
285,6
45,12 ml x N KMNO4 = 67 + 1,74 x 0,1032
4,4423 mek
N KMNO4 = = 0,0985 mek/ml
45,12 ml
Ag+ + Cl −
AgCl ↓
Ag+ + SCN −
AgSCN ↓
Contoh 3
25
Natrium Klorida murni (BM = BE = 58,44) seberat 0,2286 g
dilarutkan dalam air, dan tepat 50 ml larutan perak nitrat
ditambahkan untuk mengendapkan AgCl. Kelebihan Ag+ dititrasi
dengan 12,56 ml larutan KSCN dari 0,0986 N. Hitung normalitas
larutan AgNO3.
Jawab.
228,6
50 x N AgNO3 = 58,44 + 12,56 x 0,0986
5,1496
N AgNO3 =
50 = 0,1030 mek/ml
Contoh 4.
Jawab :
2+ 4− 2−
Ca + Y CaY
4−
Dengan ketentuan Y adalah anion ETDA.
Mg CaCO 3
V xM ETDA =
BM CaCO 3
50
Berat CaCO3 = x 0,4148 gr = 0,04148 gr = 41,48 mg
500
26
Jadi :
41,48
40,34 x M ETDA = mmol = 0,4144
100,09
mmol
0,4144
M ETDA = = 0,01027 mmol/ml.
40,34
Contoh :
mganalat
% = x 100
mg contoh
=
V ( ml ) x N ( mek
ml ) x BE (
mg
mek
)
x 100
berat contoh(mg)
27
Contoh soal :
Jawab.
V x N x BE
% KHP = x 100
Berat Contoh
=
42,58 ml x 0,1084 ( mek
ml ) x 204,2(
mg
)
mek x 100
2128,3 mg
= 44,29
Jawab .
% KHP = ml NaOH
V x N x BE
% KHP = x 100
gr .contoh
ml NaOH x 0,1074 x 204,2
ml NaOH = x 100
mgr contoh
28
IV. KLASIFIKASI VOLUMETRI / TITRIMETRI
a. Asidi Alkalimetri yaitu titrasi yang meliputi reaksi asam dan basa
dalam titrasi ini perubahan penting yang mendasari penentuan
titik akhir dan cara perhitungan adalah perubahan pH titran.
Reaksi-reaksi yang terjadi dalam titrasi ini ialah :
29
c. Titrasi kompleksometri, yaitu titrasi berdasarkan pembentukan
persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar
mengion), misal :
kompleks
n+ =
M + H2Y MY + 2H+
Logam EDTA Kompleks
Logam - EDTA
2+
5Fe + MnO4− + 8H+ 5Fe 3+
+ Mn 2+
+ 4H2O
Reaksi oksidasi :
2+ 3+
Fe Fe + e x5
2 3
Reaksi Reduksi :
2+
MnO4− + 8H+ + 5e Mn + 4H2O
7 2
30
31
V. BERAT EKIVALEN ( B. E )
Secara umum :
BM
BE =
n
Contoh :
BM
BE HCl = = 36,5
1
BM
BE NaOH = = 40
1
BM 98
BE H2SO4 = 2 = 2 = 49
BM
BE NaOH = = 40
1
BM
BE H3PO4 = = 97,995
1
BM
BE NaOH = 1 = 40
32
Tetapi reaksi dapat lebih lanjut :
BM
BE H3PO4 = = 48,998
2
BM
BE NaOH = = 40
1
SARAN
Untuk reaksi titrasi asam basa, sebaiknya konsentrasi
larutan tidak dinyatakan dalam N tetapi dalam M
BM
Untuk logam atau kation → BE =
Valensi
Untuk pereaksi yang bereaksi dengan kation tersebut BE nya
sama dengan banyaknya (mol) pereaksi dengan 1 grek
kation.
Contoh :
33
Ag+ + 2KCN 2Ag(CN)2 + 2 K+
Contoh :
C2O4= 2 CO2 + 2e
BE nya adalah :
BM 134,0
Na2C2O4 = 2 = 2 = 67 gr/ek
BM 294,2
K2Cr2O7 = = = 49,03 gr/ek
6 26
34
ASIDI - ALKALIMETRI
H+ + OH− ⇆ H2O
Untuk mengukur kekuatan [H+] dan [OH−] dipakai satuan pH. Bila yang
dihitung [H+] dapat langsung dihitung pH nya, yaitu :
pH = - log [H+]
Bila yang dihitung [OH−] nya, maka harus diubah dulu menjadi [H +]
dengan rumus
Kw
Kw = [H+] [OH−] ⟶ [OH−] =
¿¿
pH = pKw - pOH
pH = 14 - pOH
35
Pada pH dimana akhir titrasi tercapai adalah merupakan bagian
yang paling penting, sebab disinilah letak kunci keberhasilan perhitungan
stoikiometrinya. Untuk itulah pemilihan indikator yang paling sesuai
dengan pH pada titik akhir titrasi menjadi sangat penting.
A. KURVA TITRASI
36
Indikator yang terpilih harus memenuhi beberapa persyaratan
antara lain :
Jawab :
a. Sebelum titrasi.
Karena HCl asam kuat maka dalam larutan air akan
berdissosiasi secara lengkap (sempurna).
37
pH = - log [H+]
= - log [1.10 −1
]
= 1
b. Perjalanan titrasi
(pH setelah penambahan 10 ml basa)
Sehingga
mmol
50 ml x 0,1 = 5 mmol H3O+ (asam)
ml
mmol
10 ml x 0,1 = 1 mmol OH- (basa)
ml
4 mmol mmol
[H3O+] = = 6,67 x 10−2
60 ml ml
pH = 2 – log 6,67
= 1,18
c. pH pada ekivalen
Titik ekivalen dicapai bila 50 ml NaOH telah ditambahkan.
Pada titik ekivalen ini garam yang ditambahkan tidak asam
dan tidak basa tetapi netral, maka :
38
d. Penambahan NaOH berlebih
(pH setelah penambahan 60 ml basa)
mmol
50 ml x 0,1 = 5 mmol H3O+ (asam)
ml
mmol
60 ml x 0,1 = 6 mmol OH- (basa)
ml
1mmol mmol
[OH−] = = 9,1 x 10−3
110 ml ml
Untuk harga harga yang lain seperti yang di tabelkan dibawah ini
39
Dari grafik terlihat, mula mula pH naik secara perlahan sewaktu
titrasi ditambahkan, naik lebih cepat waktu titik ekivalen didekati dan
naik lebih cepat lagi pada saat titik ekivalen dicapai.
Setelah titik ekivalen dicapai, pH bertambah hanya perlahan lahan
sampai suatu saat tidak dapat naik lagi.
- Trayek metil merah (MR) sekalipun jauh dari titik ekivalen, tetapi
sudah masuk daerah atau bagian yang curam (4,2 – 6,3)
40
2. Titrasi Asam Lemah – Basa Kuat
Contoh :
Jawab.
a. pH permulaan
Karena HB asam lemah maka terdissosiasi secara lemah
pula (tidak lengkap atau tidak sempurna), menghasilkan
−
B dan satu H3O+ :
−
HB + H2O ⇌ H3O+ + B
−
Misal : [H3O+] = [B ]
Karena terdissosiasi sangat lemah maka :
−
[H3O+] = [B ] = kecil sekali = 0
Sehingga
=0
[HB ] = 0,1 - [H3O+ ] ≅ 0,1
Ka = ¿¿ = ¿¿
1,0 x 10-5 = ¿ ¿ ¿ = 1
pH = - log (1,0x10-3) = 3
41
b. setelah penambahan 10 ml basa
Reaksi selama titrasi :
-
OH + H3O+ + B- 2H2O + B-
nmol
50 ml x 0,1 = 5 mmol HB
ml
nmol
10 ml x 0,1 = 1 mmol NaOH
ml
Jadi ada 4 mmol HB yang tinggal dan menghasilkan 1 mmol
B−, maka :
4 =0 4
[HB] = 60 - [H3O+] ≅ 60
1 1
[B] =
60
+ [H3O+] ≅ 60
Ka = ¿¿
1 x 10-5 = ¿¿
[H3O+] = 4 x 10-5
pH = 5 – log 4 = 4,4
mmol
50 ml x 0,1 = 5 mmol HB
ml
mmol
50 ml x 0,1 = 5 mmol NaOH
ml
Maka telah terbentuk B− = 5 mmol
B− merupakan basa dan reaksinya dengan air adalah :
B− + H2O HB + OH−
−
Misal : [HB] = [OH ]
Kw 1 x 10−14
Kb = Ka = = 1,0 x 10−9
1 x 10−5
42
Kb = [ HB]¿ ¿
=1
1,0 x 10 −9
= ¿¿¿ = ¿¿¿
mmol 1
[OH−] ≅ ml = 110 = 9,1 x 10-3
Catatan : harga harga pH pada titik titik yang lain lihat tabel diatas
( contoh soal asam kuat-basa kuat )
43
Grafik titrasi asam kuat 0,1 M dan berbagai asam
lemah 0,1 M dengan basa kuat 0,1 M
45
intensitasnya. Untuk indikator BB karena mempunyai 2 macam
warna disebut indikator dua warna
K Ind = ¿ ¿
46
Dalam larutan asam dimana H+ dominan, maka keseimbangan
akan bergeser kekiri sehingga [Ind ─] menurun dan [H Ind]
meningkat dan yang muncul adalah warna H ind yang tidak
menjalani dissosiasi (warna A).
Bila larutan bersuasana alkalis, maka [H +] menurun, keseimbangan
akan bergeser kekanan dan yang muncul adalah warna Ind ─ yang
berdissosiasi (warna B)
SOAL
47
40 ml 0,11 M HCl diencerkan sampai 100 ml dengan air dan dititrasi
dengan 0,1 M NaOH. Hitung pH setelah penambahan volume (ml)
titran berikut :
a). 0 b). 10 c). 22 d). 40
e). 43,95 f). 44 g). 44,05 h). 50
Gambar kurva titrasi dan pilih indikator yang cocok.
Jawab.
a. pH mula mula.
mmol
+
40 ml x 0,11
[H ] = ml = 0,044
100 ml
pH = - log [H+]
= - log 0,44
= 1,36
48
Karena asam kuat dan basa kuat pada saat konsentrasi = 0 →
pH netral
49
1. Penyelesaian :
Reaksi pengendapan BaSO4 sbb :
0,2345−x x 0,3456
142,04
+
174,26
= 233,39
1,651 - 7,040 x + 5,739 x = 1,481
- 1,301 x = - 0,170
−0,170
X =
−1,301
X = 0,1307
Jadi kadar K2SO4 dalam campuran adalah :
0,1307
X 100 % = 55,72 %
0,2345
V x N x BE x 100
2a. % Cl =
Berat Contoh
mek mg
34,68 ml x 0,1156 x 35,453 x 100
= ml mek
623 mg
= 22,8 %
BM NaCl
2b. % NaCl = X % Cl
BA Cl
58,443
= X 22,8
35,453
= 37,58
TITRIMERI
50
II. TEORI UMUM
Pada saat titik ekivalen (tercapai kesetaraan) tidak selalu berarti bahwa
titrat dan titran selalu sama banyak baik volume maupun jumlah gram
atau mol nya, karena jumlah zat yang bereaksi ditentukan oleh
persamaan reaksinya.
51
Na2B4O7 + 2 HCl + 5H2O 2NaCl + 4H3BO3
Analat
Titran, Hasil reaksi yang terjadi secara tepat ditujukkan oleh indikator
Sebagai
larutan
filtrat
standard yg konsentrasinya diketahui dengan tepat
HCl ekivalen dengan boraks, bila 2 mol HCl ditambahkan pada setiap mol
boraks → keduanya saling menghabiskan sehingga tidak ada sisa
HCl maupun boraks.
mol mmol
ekivalen = valensi miliek = valensi
52
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa titrasi harus
mempunyai komponen :
a) Titrat yang berisi analat
b) Titran yang berisi larutan standard
c) Alat bantu sebagai penunjuk berakhirnya titrasi
d) Alat alat
53
4. Larutan standard sekunder.
D. Alat alat
Terutama alat alat gelas
Misal :
- Erlemeyer, sebagai tempat titrat
- Buret, sebagai tempat titran dengan volume yang bervariasi
(25, 50 dan 100 ml)
54
- Labu ukur (takar), volume terukur dengan tepat sesuai
dengan kapasitas yang bersangkutan (25 ml sampai dengan
2000 ml).
- Pipet Volumetris, volume terukur dengan tepat sesuai dengan
kapasitas alat (5 ml sampai dengan 100 ml)
II CONTOH PERHITUNGAN
Contoh 1.
0,0542 gr Natrium Karbonat, Na2CO3 murni dilarutkan dalam air dan
dititrasi dengan suatu larutan asam Klorida sebanyak 30,23 ml
untuk mencapai titik akhir. Hitung Normalitas asamnya.
Jawab :
Na2CO3 + 2 HCl 2NaCl +H2O + CO2
Mek HCl = mek Na2CO3
106,0
BE Na2CO3 = = 53 mg/mek
2
55
mg Na 2 CO 3
V HCl xN HCl =
BE Na2 CO 3
354,2mg
30,23 ml x N HCl =
53,00 mg/mek
6,683 mek
N HCl = = 0,2211 mek/ml
30,23 ml
Bila dalam titrasi, titik akhir terlewati, yaitu menambahkan terlalu banyak
titran, maka harus dilakukan titrasi kembali dengan larutan kedua,
normalitas dan volume larutan yang kedua harus diketahui.
Contoh 2.
Jawab :
= -
5 C2O4 + 2 MnO4 + 16 H+ 2Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O
mg Na 2 C 2O 4
V x N =
KMNO4 KMNO4
BE Na2 C 2 O 4 + VH2C2O4 x N H2C2O4
285,6
45,12 ml x N KMNO4 = 67 + 1,74 x 0,1032
4,4423 mek
N KMNO4 = = 0,0985 mek/ml
45,12 ml
Ag+ + Cl −
AgCl ↓
Ag+ + SCN −
AgSCN ↓
Contoh 3
56
Natrium Klorida murni (BM = BE = 58,44) seberat 0,2286 g
dilarutkan dalam air, dan tepat 50 ml larutan perak nitrat
ditambahkan untuk mengendapkan AgCl. Kelebihan Ag+ dititrasi
dengan 12,56 ml larutan KSCN dari 0,0986 N. Hitung normalitas
larutan AgNO3.
Jawab.
228,6
50 x N AgNO3 = 58,44 + 12,56 x 0,0986
5,1496
N AgNO3 =
50 = 0,1030 mek/ml
Contoh 4.
Jawab :
2+ 4− 2−
Ca + Y CaY
4−
Dengan ketentuan Y adalah anion ETDA.
Mg CaCO 3
V xM ETDA =
BM CaCO 3
50
Berat CaCO3 = x 0,4148 gr = 0,04148 gr = 41,48 mg
500
57
Jadi :
41,48
40,34 x M ETDA = mmol = 0,4144
100,09
mmol
0,4144
M ETDA = = 0,01027 mmol/ml.
40,34
Contoh :
mganalat
% = x 100
mg contoh
=
V ( ml ) x N ( mek
ml ) x BE (
mg
mek
)
x 100
berat contoh(mg)
58
Contoh soal :
Jawab.
V x N x BE
% KHP = x 100
Berat Contoh
=
42,58 ml x 0,1084 ( mek
ml ) x 204,2(
mg
)
mek x 100
2128,3 mg
= 44,29
Jawab .
% KHP = ml NaOH
V x N x BE
% KHP = x 100
gr .contoh
ml NaOH x 0,1074 x 204,2
ml = x 100
mgr contoh
59
1. Titrasi berdasarkan reaksi pertukaran ion.
a. Asidi Alkalimetri yaitu titrasi yang meliputi reaksi asam dan basa
dalam titrasi ini perubahan penting yang mendasari penentuan
titik akhir dan cara perhitungan adalah perubahan pH titran.
Reaksi-reaksi yang terjadi dalam titrasi ini ialah :
kompleks
60
Disamping titrasi kompleks biasa seperti diatas, dikenal juga
kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti
yang menyangkut penggunaan EDTA
n+ =
M + H2Y MY + 2H+
Logam EDTA Kompleks
Logam - EDTA
2+
5Fe + MnO4− + 8H+ 5Fe 3+
+ Mn 2+
+ 4H2O
Reaksi oksidasi :
2+ 3+
Fe Fe + e x5
2 3
Reaksi Reduksi :
2+
MnO4− + 8H+ + 5e Mn + 4H2O
7 2
61
3.BERAT EKIVALEN ( B. E )
Secara umum :
BM
BE =
n
Contoh :
BM
BE HCl = = 36,5
1
BM
BE NaOH = = 40
1
BM 98
BE H2SO4 = 2 = 2 = 49
BM
BE NaOH = = 40
1
BM
BE H3PO4 = = 97,995
1
BM
BE NaOH = 1 = 40
62
Tetapi reaksi dapat lebih lanjut :
BM
BE H3PO4 = = 48,998
2
BM
BE NaOH = = 40
1
SARAN
Untuk reaksi titrasi asam basa, sebaiknya konsentrasi
larutan tidak dinyatakan dalam N tetapi dalam M
BM
Untuk logam atau kation → BE =
Valensi
Untuk pereaksi yang bereaksi dengan kation tersebut BE nya
sama dengan banyaknya (mol) pereaksi dengan 1 grek
kation.
Contoh :
63
Ag+ + 2KCN 2Ag(CN)2 + 2 K+
Contoh :
C2O4= 2 CO2 + 2e
BE nya adalah :
BM 134,0
Na2C2O4 = 2 = 2 = 67 gr/ek
BM 294,2
K2Cr2O7 = = = 49,03 gr/ek
6 26
64
ASIDI - ALKALIMETRI
H+ + OH− ⇆ H2O
Untuk mengukur kekuatan [H+] dan [OH−] dipakai satuan pH. Bila yang
dihitung [H+] dapat langsung dihitung pH nya, yaitu :
pH = - log [H+]
Bila yang dihitung [OH−] nya, maka harus diubah dulu menjadi [H +]
dengan rumus
Kw
Kw = [H+] [OH−] ⟶ [OH−] =
¿¿
pH = pKw - pOH
pH = 14 - pOH
65
Pada pH dimana akhir titrasi tercapai adalah merupakan bagian
yang paling penting, sebab disinilah letak kunci keberhasilan perhitungan
stoikiometrinya. Untuk itulah pemilihan indikator yang paling sesuai
dengan pH pada titik akhir titrasi menjadi sangat penting.
E. KURVA TITRASI
66
Indikator yang terpilih harus memenuhi beberapa persyaratan
antara lain :
Jawab :
e. Sebelum titrasi.
Karena HCl asam kuat maka dalam larutan air akan
berdissosiasi secara lengkap (sempurna).
67
pH = - log [H+]
= - log [1.10 −1
]
= 1
f. Perjalanan titrasi
(pH setelah penambahan 10 ml basa)
Sehingga
mmol
50 ml x 0,1 = 5 mmol H3O+ (asam)
ml
mmol
10 ml x 0,1 = 1 mmol OH- (basa)
ml
4 mmol mmol
[H3O+] = = 6,67 x 10−2
60 ml ml
pH = 2 – log 6,67
= 1,18
g. pH pada ekivalen
Titik ekivalen dicapai bila 50 ml NaOH telah ditambahkan.
Pada titik ekivalen ini garam yang ditambahkan tidak asam
dan tidak basa tetapi netral, maka :
68
h. Penambahan NaOH berlebih
(pH setelah penambahan 60 ml basa)
mmol
50 ml x 0,1 = 5 mmol H3O+ (asam)
ml
mmol
60 ml x 0,1 = 6 mmol OH- (basa)
ml
1mmol mmol
[OH−] = = 9,1 x 10−3
110 ml ml
Untuk harga harga yang lain seperti yang di tabelkan dibawah ini
69
Dari grafik terlihat, mula mula pH naik secara perlahan sewaktu
titran ditambahkan, naik lebih cepat waktu titik ekivalen didekati
dan naik lebih cepat lagi pada saat titik ekivalen dicapai.
Setelah titik ekivalen dicapai, pH bertambah hanya perlahan lahan
sampai suatu saat tidak dapat naik lagi.
- Trayek metil merah (MR) sekalipun jauh dari titik ekivalen, tetapi
sudah masuk daerah atau bagian yang curam (4,2 – 6,3)
70
4. Titrasi Asam Lemah – Basa Kuat
Contoh :
Jawab.
e. pH permulaan
Karena HB asam lemah maka terdissosiasi secara lemah
pula (tidak lengkap atau tidak sempurna), menghasilkan
−
B dan satu H3O+ :
−
HB + H2O ⇌ H3O+ + B
−
Misal : [H3O+] = [B ]
Karena terdissosiasi sangat lemah maka :
−
[H3O+] = [B ] = kecil sekali = 0
Sehingga
=0
[HB ] = 0,1 - [H3O+ ] ≅ 0,1
Ka = ¿¿ = ¿¿
1,0 x 10-5 = ¿ ¿ ¿ = 1
pH = - log (1,0x10-3) = 3
71
f. setelah penambahan 10 ml basa
nmol
50 ml x 0,1 = 5 mmol HB
ml
nmol
10 ml x 0,1 = 1 mmol NaOH
ml
Jadi ada 4 mmol HB yang tinggal dan menghasilkan 1 mmol
B−, maka :
4 =0 4
[HB] = 60 - [H3O+] ≅ 60
1 1
[B] =
60
+ [H3O+] ≅ 60
Ka = ¿¿
1 x 10-5 = ¿¿
[H3O+] = 4 x 10-5
pH = 5 – log 4 = 4,4
mmol
50 ml x 0,1 = 5 mmol HB
ml
mmol
50 ml x 0,1 = 5 mmol NaOH
ml
Maka telah terbentuk B− = 5 mmol
B− merupakan basa dan reaksinya dengan air adalah :
B− + H2O HB + OH−
−
Misal : [HB] = [OH ]
Kw 1 x 10−14
Kb = Ka = = 1,0 x 10−9
1 x 10−5
72
Kb = [ HB]¿ ¿
=1
1,0 x 10 −9
= ¿¿¿ = ¿¿¿
mmol
[OH−] ≅ ml = 9,1 x 10
-3
Catatan : harga harga pH pada titik titik yang lain lihat tabel diatas
( contoh soal asam kuat-basa kuat )
73
Grafik titrasi asam kuat 0,1 M dan berbagai asam
lemah 0,1 M dengan basa kuat 0,1 M
75
intensitasnya. Untuk indikator BB karena mempunyai 2 macam
warna disebut indikator dua warna
K Ind = ¿ ¿
76
Dalam larutan asam dimana H+ dominan, maka keseimbangan
akan bergeser kekiri sehingga [Ind ─] menurun dan [H Ind]
meningkat dan yang muncul adalah warna H ind yang tidak
menjalani dissosiasi (warna A).
Bila larutan bersuasana alkalis, maka [H +] menurun, keseimbangan
akan bergeser kekanan dan yang muncul adalah warna Ind ─ yang
berdissosiasi (warna B)
SOAL
77
40 ml 0,11 M HCl diencerkan sampai 100 ml dengan air dan dititrasi
dengan 0,1 M NaOH. Hitung pH setelah penambahan volume (ml)
titran berikut :
a). 0 b). 10 c). 22 d). 40
e). 43,95 f). 44 g). 44,05 h). 50
Gambar kurva titrasi dan pilih indikator yang cocok.
Jawab.
i. pH mula mula.
mmol
+
40 ml x 0,11
[H ] = ml = 0,044
100 ml
pH = - log [H+]
= - log 0,44
= 1,36
78
Karena asam kuat dan basa kuat pada saat konsentrasi = 0 →
pH netral
79