TINJAUAN PUSTAKA
1.
bergantung pada jenis zat yang terlarut tetapi hanya bergantung pada banyaknya
partikel-partikel atau konsentrasi pertikel zat terlarutnya (konsentrasi zat terlarut).
Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan
sifat koligatif larutan non elektrolit Sifat koligatif larutan dipengaruhi oleh adanya :
1. Penurunan tekanan uap jenuh
2. Kenaikan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Tekanan osmotik
(Suryani, 2011)
2.1.1 Penurunan Tekanan Uap
Penurunan tekanan uap jenuh larutan akan semakin besar apabila
konsentrasi (fraksi mol) dari zat terlarut semakin besar. Tekanan uap suatu zat
cair lebih tinggi dari tekanan uap jenuh larutan.
Gambar 2.1 Pengaruh adanya zat terlarut terhadap tekanan uap pelarut A murni dan
adanya zat terlarut B
(Suryani, 2011)
(Suryani, 2011)
(Suryani, 2011)
dimana
P= penurunan tekanan uap jenuh pelarut
P = tekanan uap jenuh pelarut murni
XB = fraksi mol zat terlarut
Dari hubungan di atas maka didapat, tekanan uap jenuh larutan:
P = PoA - PA
P
PA
PA
(Suryani, 2011)
(Suryani, 2011)
2.1.2 Titik Didih
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair
mendidih. Pada suhu ini, tekanan uap zat cair sama dengan
tekanan udara di sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya
penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur
= titik didih
= molalitas
Kb
Kenaikan titik didih larutan merupakan salah satu sifat koligatif larutan, Untuk
menghitung perubahan titik didih larutan maka kita bisa menggunakan persamaan
berikut ini:
Td = Kd. m . i
(Suryani, 2011)
(Suryani, 2011)
= molalitas larutan
Kd
(Suryani, 2011)
n=1
n=2
n=3
n=4
n=5
Gambar 2.2 Diagram Tekanan dan Suhu untuk Titik Didih dan Titik Beku dari
Pelarut dan Larutan
(Suryani, 2011)
Hal yang berpengaruh pada kenaikan titik didih adalah harga Kd dari zat pelarut.
Kenaikan tidak dipengaruhi oleh jenis zat yang terlarut, tapi oleh jumlah partikel/mol
terlarut khususnya yang terkait dengan proses ionisasinya (Suryani, 2011).
3.
Teori Bahan
2.3.1 Maltosa (C12H24O12)
Maltosa mempunyai 2 (dua) molekul monosakarida yang
terdiri dari dua molekul glukosa. Di dalam tubuh maltosa
didapat dari hasil pemecahan amilum, lebih mudah dicema dan
rasanya lebih enak dan nikmat. Dengan Jodium amilum akan
berubah menjadi warna biru.
Amilum terdiri dari 2 fraksi (dapat dipisah kan dengan air
panas):
1. Amilosa
-larut dengan air panas
-mempunyai struktur rantai lurus
2. Amilopektin
-tidak larut dengan air panas
-mempunyai sruktur rantai bercabang
atau
semakin
tinggi
kandungan
amilopektinnya,
semakin lekat nasi tersebut. Pulut sedikit sekali amilosanya (12%), beras mengandung amilosa > 2% .
Berdasarkan kandungan amilosanya, beras (nasi) dapat
dibagi menjadi 4 golongan:
-amilosa tinggi 25-33%
-amilosa menengah 20-25%
-amilosa rendah 09-20%
-amilosa sangat rendah < 9%
Secara
khususnya
menyenangi
umum
penduduk
Flipina,
Malaysia,
nasi
dengan
di
negara-negara
Thailand
kandungan
dan
amilosa
Asean,
Indonesia
medium,
C,
merupakan nama lain non teknik untuk sukrosa. Sukrosa tersusun dari dua
molekul monosakarida, yaitu glukosa dan fruktosa (Purnamawati, 2006).
Adapun sifat fisika dari sukrosa yaitu memiliki berat
molekul sebesar 342,3 g/mol, memiliki titik lebur 186
C,
padatan,
berwarna
putih
dan
memiliki
C,
spesifik